Adanya Permasalahan Transaksi dan/atau Saldo Terkait SAL Senilai Rp5,14 triliun

Adanya Permasalahan Transaksi dan/atau Saldo Terkait SAL Senilai Rp5,14 triliun

LKPP Tahun 2014 (audited) menyajikan SAL berdasarkan catatan dan fisik masing-masing sebesar Rp86.136.993.583.586,00 sehingga tidak terdapat selisih antara SAL menurut catatan dan fisik. CaLK Nomor C.2.48 mengenai SAL menjelaskan bahwa SAL berdasarkan catatan sebesar Rp86.136.993.583.586,00, diantaranya berasal dari SAL setelah penyesuaian catatan SAL sebesar Rp66.597.650.883.582,00 ditambah dengan SiLPA setelah penyesuaian sebesar Rp19.539.342.700.004,00. Sedangkan SAL fisik sebesar Rp86.136.993.583.586,00 merupakan saldo pada rekening SAL di BI, rekening BUN di BI, rekening KPPN, rekening khusus, Kas di Bendahara Pengeluaran, Kas pada BLU yang telah disahkan KPPN, dan Kas Hibah Langsung KL yang telah disahkan KPPN sebesar Rp89.839.248.566.149,00 dikurangi dengan total penyesuaian saldo fisik SAL sebesar Rp3.702.254.982.563,00 terdiri dari saldo Uang Persediaan di Kementerian Luar Negeri yang dicatat sebagai Aset Lainnya, Utang PFK, Utang Kepada Pihak Ketiga, dan penyesuaian selisih kiriman uang.

Hasil pemeriksaan BPK atas LKPP Tahun 2006 s.d. 2013 mengungkapkan perbedaan nilai SAL menurut catatan dengan rincian fisiknya. BPK merekomendasikan kepada Pemerintah agar memperbaiki pengelolaan dan pencatatan transaksi yang berpengaruh terhadap SAL. Pemerintah telah mendindaklanjuti rekomendasi BPK dengan melakukan langkah-langkah sebagai berikut. (a) menyampaikan surat Nomor S- 2475/PB.3/2013 tanggal 3 April 2013 perihal monitoring dan penyelesaian sisa dana UP/TUP pada seluruh KPPN, (b) melakukan rekonsiliasi setiap triwulan atas transaksi kiriman uang antara Direktorat PKN dengan KPPN yaitu kiriman uang dalam rangka TSA pengeluaran dan kiriman uang dalam rangka pelimpahan penerimaan negara, (c) melakukan rapat koordinasi teknis kepada kepala seksi bank giro pos di KPPN seluruh Indonesia dengan agenda bimbingan teknis pencatatan transaksi kiriman uang, dan (d) menelusuri sebab terjadinya perbedaan antara catatan dan fisik SAL.

LHP SPI – LKPP TAHUN 2014

Hasil pemeriksaan atas LKPP Tahun 2014 (audited) menunjukan beberapa permasalahan yang menyebabkan SAL menurut catatan dan fisik tidak dapat diyakini kewajarannya, sebagai berikut.

a. Pemerintah belum memiliki metode perhitungan SAL yang dapat saling mengendalikan antara catatan dan fisik SAL

Pemerintah belum memiliki formula perhitungan SAL yang ditetapkan secara formal sehingga dapat menimbulkan terjadinya inkonsistensi perhitungan catatan dan fisik SAL. Hal ini antara lain dapat dilihat dari berubahnya kebijakan pengakuan saldo Kas di Bendahara Pengeluaran sebagai bagian dari fisik SAL pada LKBUN Tahun 2014 (audited) yang menggunakan saldo berdasarkan data BUN, sedangkan untuk LKBUN Tahun 2014 (unaudited) dan tahun-tahun sebelumnya kebijakan pengakuan saldo Kas di Bendahara Pengeluaran menggunakan data KL sebagaimana yang disajikan pada LKPP. Perubahan kebijakan pengakuan saldo Kas di Bendahara Pengeluaran yang berpengaruh terhadap catatan dan fisik SAL belum ditetapkan secara formal.

Saldo-saldo akun yang diakui sebagai bagian dari fisik SAL juga tidak dapat dijadikan alat kontrol bagi Pemerintah untuk memastikan validitas catatan SAL karena sistem dan prosedur yang ada saat ini belum dapat menjamin keakuratan saldo fisik SAL. Hal ini dapat dilihat dari penurunan yang signifikan pada fisik dan catatan SAL dari yang semula sebesar Rp88.545.622.264.821,00 pada LKPP Tahun 2014 (unaudited) menjadi sebesar Rp86.136.993.583.586,00 pada LKPP Tahun 2014 (audited) atau terjadi penurunan sebesar Rp2.408.628.681.235,00. Penurunan pada catatan dan fisik SAL tersebut terjadi karena ketidakakuratan catatan dan fisik SAL yang disajikan pada LKPP Tahun 2014 (unaudited).

b. Proses rekonsilasi antara BUN dan KL atas saldo akun yang berpengaruh terhadap catatan dan fisik SAL tidak efektif

Sesuai dengan PMK Nomor 210/PMK.05/2013 tentang Pedoman Rekonsiliasi Dalam Rangka Penyusunan Laporan Keuangan Lingkup Bendahara Umum Negara dan Kementerian Negara/Lembaga telah diatur bahwa laporan keuangan yang disusun oleh UAKPA dan UAKPABUN wajib dilakukan rekonsiliasi sebelum disampaikan kepada unit akuntansi diatasnya untuk tujuan konsolidasi laporan keuangan.

Namun demikian, rekonsiliasi tersebut selama ini belum berjalan optimal sehingga masih terdapat perbedaan saldo antara KL dan BUN yang mempengaruhi kewajaran catatan dan fisik SAL, yaitu