Temuan – Masih Terdapat Kekurangan dalam Persiapan Penerapan Akuntansi

6.1. Temuan – Masih Terdapat Kekurangan dalam Persiapan Penerapan Akuntansi

Berbasis Akrual pada KL, Proses Penyusunan Informasi Akrual pada Suplemen LKKL Kurang Memadai, dan Belum Ada Kebijakan Akuntansi Akrual Untuk Pengelolaan PNBP Migas

Berdasarkan PP Nomor 71 Tahun 2010, Pemerintah Pusat diwajibkan menerapkan SAP berbasis akrual (Lampiran I PP Nomor 71 Tahun 2010) untuk pelaporan keuangan Tahun Anggaran 2015. Dalam rangka mempersiapkan penerapan SAP berbasis akrual, Pemerintah dan DPR sepakat untuk menerapkannya secara bertahap, yaitu dengan menyediakan informasi pendapatan dan belanja secara akrual sebagaimana ditetapkan dalam UU Nomor 23 Tahun 2013 tentang APBN Tahun 2014 Pasal 36 ayat (3) bahwa Laporan Realisasi Anggaran dilengkapi dengan informasi pendapatan dan belanja berbasis akrual. Untuk menyusun informasi pendapatan dan belanja berbasis akrual tersebut, Dirjen Perbendaharaan telah menetapkan tata cara penyajian informasi pendapatan dan belanja secara akrual pada laporan keuangan melalui Perdirjen Nomor 62/PB/2009.

Selain itu, pada 11 November 2013 Menteri Keuangan juga telah menyampaikan surat kepada seluruh Pimpinan Kementerian Negara/Lembaga untuk segera mempersiapkan penerapan akuntansi berbasis akrual di masing-masing KL, mencakup perangkat hukum/kebijakan, anggaran, sumber daya manusia, teknologi informasi, dan sarana dan prasarana lainnya. Untuk operasionalisasi Surat Menteri Keuangan tersebut, Dirjen Perbendaharaan telah menerbitkan Surat Nomor S-7063/PB/2014 tanggal 24 Oktober 2014 mengenai Panduan Persiapan Implementasi Akuntansi Berbasis Akrual di TA 2015.

Hasil pemeriksaan terhadap persiapan penerapan akuntansi berbasis akrual dan penyajian informasi akrual pada KL menunjukkan adanya permasalahan sebagai berikut.

a. Masih Terdapat Kekurangan dalam Persiapan KL untuk Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada KL terhadap persiapan KL dalam penerapan akuntansi berbasis akrual, masih terdapat beberapa persiapan yang belum memadai pada beberapa KL, dengan rincian sebagai berikut.

1) Masih terdapat dua pimpinan KL yang belum memiliki komitmen untuk mencapai keberhasilan penerapan akuntansi berbasis akrual;

2) Masih terdapat tujuh pimpinan KL yang belum mengkomunikasikan secara internal kepada seluruh satker terkait penerapan akuntansi berbasis akrual;

3) Belum seluruh SDM pada 22 KL yang terlibat dalam akuntansi memperoleh pelatihan akuntansi berbasis akrual;

4) Sebanyak 15 KL belum menyediakan anggaran untuk menyelenggarakan pelatihan akuntansi berbasis akrual di lingkungannya. Kementerian Keuangan

LHP SPI – LKPP TAHUN 2014 LHP SPI – LKPP TAHUN 2014

5) Sebanyak sepuluh KL belum memasang aplikasi Sistem Akuntansi Instansi Berbasis Akrual (SAIBA) sebagai aplikasi yang digunakan untuk penerapan akuntansi berbasis akrual pada seluruh satkernya. Kementerian Keuangan telah menyiapkan aplikasi SAIBA sebagai aplikasi untuk menyelenggarakan akuntansi pada KL yang telah mengakomodasi penerapan basis akrual. Penggunaan aplikasi SAIBA tersebut diharapkan dapat memudahkan bagi seluruh satker KL dalam menerapkan akuntansi berbasis akrual;

6) Pada delapan KL masih terdapat satker/KPA yang telah memasang aplikasi SAIBA, tetapi belum mengoperasikan aplikasi SAIBA untuk pencatatan transaksi Tahun 2015;

7) Masih terdapat transaksi akrual yang belum dicakup dalam aplikasi SAIBA pada 20 KL, antara lain transaksi Barang Milik Negara dan Hibah;

8) Sebanyak 52 KL belum membentuk helpdesk untuk membantu permasalahan satker di lingkup KL dalam menerapkan akuntansi berbasis akrual;

9) Sebanyak 29 KL belum melakukan melakukan inventarisasi transaksi akrual dalam pengelolaan PNBP KL; dan

10) Sebanyak 50 KL belum menyusun petunjuk teknis akuntansi di lingkungannya, baik berupa kebijakan akuntansi maupun jurnal detilnya. Berdasarkan hasil analisis terhadap transaksi pada KL, terdapat beberapa transaksi KL yang perlu diatur lebih lanjut dalam petunjuk teknis pada 20 KL diantaranya yaitu PNBP pada Kementerian Kementerian Luar Negeri.

Rincian persiapan pada KL dapat dilihat pada Lampiran 6.1.1

b. Ditjen Anggaran Belum Menetapkan Kebijakan Akuntansi Akrual Untuk Pengelolaan PNBP Migas

Kementerian Keuangan belum menetapkan kebijakan akuntansi terkait pengakuan piutang bukan pajak dari pengelolaan PNBP Migas. Hasil pemeriksaan atas piutang bukan pajak yang berasal dari kegiatan hulu migas masih menunjukkan permasalahan terkait periodesasi pengakuan piutang bukan pajak yang berasal dari kegiatan usaha hulu migas. Selama ini pengakuan dan pengukuran piutang bukan pajak didasarkan pada Laporan Pengiriman Minyak dan Gas Bumi (Laporan A01 s.d. A05) untuk hasil penjualan migas bagian negara, sedangkan pengakuan dan pengukuran piutang bukan pajak yang berasal dari penerimaan over lifting dan PNBP lainnya didasarkan surat tagihan yang telah diterbitkan oleh SKK Migas. Pengakuan piutang bukan pajak yang berasal dari hasil penjualan migas bagian negara yang dilaporkan setiap tahun dalam laporan keuangan didasarkan pada Laporan A0 bulan Desember tahun sebelumnya hingga bulan November tahun berjalan.

LHP SPI – LKPP TAHUN 2014 LHP SPI – LKPP TAHUN 2014

Berdasarkan pemeriksaan atas informasi akrual dalam Lampiran LKKL, LKBUN dan LKPP, terdapat beberapa permasalahan dalam penyajian informasi akrual tersebut, yaitu sebagai berikut.

1) Sebanyak 27 KL tidak menyusun suplemen informasi pendapatan dan belanja berbasis akrual secara berjenjang dari tingkat UAKPA, UAPPA-W, UAPPA- E1, dan UAPA;

2) Penyesuaian akrual pendapatan dan belanja pada 17 KL belum sesuai dengan Perdirjen Nomor 62 Tahun 2009;

3) Penyesuaian akrual pendapatan pada 19 KL dan LKPP belum sesuai dengan mutasi akun terkait pada Neraca.

Penyesuaian akrual tambah pada akun pendapatan seharusnya sama dengan nilai mutasi tambah dari Piutang Pajak/PNBP (pendapatan yang masih harus diterima) dan mutasi kurang Pendapatan Diterima Dimuka pada Neraca. Sementara penyesuaian akrual kurang pada akun pendapatan seharusnya sama dengan penambahan akun Pendapatan Diterima Dimuka yang disajikan pada Neraca.

4) Penyesuaian akrual belanja pada 15 KL dan LKPP belum sesuai dengan mutasi akun terkait pada Neraca.

Penyesuaian akrual tambah pada akun belanja seharusnya sama dengan mutasi tambah Belanja yang Masih Harus Dibayar (Kewajiban Jangka Pendek) dan mutasi kurang Belanja Dibayar Dimuka (Piutang Lancar) pada Neraca. Sementara penyesuaian akrual kurang pada akun belanja seharusnya dengan mutasi tambah pada Belanja Dibayar Dimuka (Piutang Lancar) pada Neraca.

5) Penyesuaian akrual pendapatan dan belanja pada 19 KL tidak didukung dengan dokumen sumber yang memadai.

Rincian KL dapat dilihat pada Lampiran 6.1.2 Permasalahan tersebut tidak sesuai dengan:

a. Peraturan Dirjen Perbendaharaan Nomor PER-62/PB/2009 tentang Tata Cara Penyajian Informasi Pendapatan dan Belanja Secara Akrual pada Laporan Keuangan;

b. Surat Menteri Keuangan Nomor S-814/MK.05/2013 tanggal 11 November 2013 tentang Persiapan Implementasi Akuntansi Berbasis Akrual di TA 2015 bahwa seluruh Pimpinan Kementerian Negara/Lembaga untuk segera mempersiapkan penerapan akuntansi berbasis akrual di masing-masing KL, mencakup perangkat hukum/kebijakan, anggaran, sumber daya manusia, teknologi informasi, dan sarana dan prasarana lainnya; dan

c. Penyajian informasi akrual harus memiliki hubungan logis dengan akun-akun terkait pada Neraca.

Permasalahan tersebut mengakibatkan:

a. Pemerintah dapat mengalami kendala dalam menerapkan akuntansi berbasis akrual pada Tahun 2015; dan

b. Penyajian suplemen informasi akrual dalam LKKL, LKBUN, dan LKPP tidak

LHP SPI – LKPP TAHUN 2014 LHP SPI – LKPP TAHUN 2014

a. Pemahaman KL terhadap penyajian informasi akrual yang kurang memadai; dan

b. Pemantauan dan evaluasi atas persiapan penerapan akuntansi berbasis akrual pada KL belum optimal.

Atas permasalahan tersebut, Menteri Keuangan selaku Wakil Pemerintah menanggapi sebagai berikut.

a. Terkait kekurangan persiapan KL untuk penerapan Akuntansi berbasis akrual, pemerintah membentuk komitmen dalam penerapan akuntansi berbasis akrual di KL pada saat Rakernas Akuntansi Tahun 2013 yang kemudian dikuatkan kembali di awal Tahun 2015 (awal Maret) hingga ke jajaran Sekretaris Jenderal dan Sekretaris Utama KL melalui Kick Off implementasi akuntansi berbasis akrual. Dapat diinformasikan bahwa sudah terdapat komitmen para Sekjen KL, yang dibuktikan dengan adanya penandatanganan piagam komitmen pelaksanaan akuntansi berbasis akrual 2015 oleh para Sekjen/Sekum. Pemerintah juga menginisiasi pelantikan duta akrual di setiap KL untuk menciptakan komunikasi dan koordinasi serta menjadi fasilitator atas perubahan penerapan basis akuntansi akrual di pemerintah pusat.

Pendanaan untuk menyelenggarakan pelatihan akuntansi berbasis akrual di lingkungan KL disediakan sesuai dengan Surat Dirjen Perbendaharaan Nomor S- 7063/PB/2014 tanggal 24 Oktober 2014 mengenai Panduan Persiapan Implementasi Akuntansi Berbasis Akrual di TA 2015 yang merinci arahan Menteri Keuangan pada Surat Menteri Keuangan Nomor S-814/MK.05/2013 tanggal 11 November 2013 tentang Persiapan Implementasi Akuntansi Berbasis Akrual di TA 2015. Pelatihan yang dilakukan oleh Kementerian Keuangan dalam rangka penerapan akuntansi berbasis akrual pada Pemerintah Pusat dengan ketersediaan anggaran untuk menyelenggarakan pelatihan akuntansi berbasis akrual diharapkan mengoptimalkan Penyusun Laporan Keuangan di tingkat satker maupun mencetak Pelatih (Trainer) atau Pelatih Utama (Master Trainer). Penyediaan anggaran oleh KL untuk pelatihan akuntansi berbasis akrual sesuai dengan arahan Dirjen Perbendaharaan ditujukan untuk menyelenggarakan pelatihan akuntansi berbasis akrual bagi SDM dilingkungan KL dengan pelatih hasil dari pelatihan yang diselenggarakan oleh Kementerian Keuangan.

b. Terkait proses penyusunan informasi akrual tidak memadai dan penyajian informasi akrual dalam lampiran LKKL, LKBUN dan LKPP belum akurat dijelaskan sebagai berikut.

1) Penyesuaian akrual pendapatan dan belanja pada 17 KL belum sesuai dengan Perdirjen Nomor 62 tahun 2009. Hal ini disebabkan SDM yang ada di satker tidak semuanya memahami penyesuaian akrual sesuai dengan Perdirjen 62 tahun 2009. Lampiran akrual belum merupakan laporan pokok sebagaimana LRA dan Neraca sehingga satker agak mengabaikan;

2) Penyesuaian akrual pendapatan pada 20 KL dan LKPP belum sesuai dengan mutasi akun terkait pada neraca. Hal ini disebabkan SDM yang ada di satker tidak semuanya memahami keterkaitan antara lampiran akrual dengan neraca. Sosialisasi yang kurang mengenai lampiran akrual juga menyebabkan satker kurang memahami keterkaitan antara lampiran akrual dan neraca;

LHP SPI – LKPP TAHUN 2014

3) Penyesuaian akrual belanja pada 15 KL dan LKPP belum sesuai dengan mutasi akun terkait pada Neraca. Hal ini disebabkan SDM yang ada di satker tidak semuanya memahami keterkaitan antara lampiran akrual dengan neraca. Sosialisasi yang kurang mengenai lampiran akrual juga menyebabkan satker kurang memahami keterkaitan antara lampiran akrual dan neraca;

4) Penyesuaian akrual pendapatan dan belanja pada 19 KL tidak didukung dengan dokumen sumber yang memadai. Tidak semua KL menyertakan dokumen sumber dalam lampiran akrual sesuai dengan Perdirjen 62 tahun 2009 karena keterbatasan dalam memperoleh dokumen sumber yang dibutuhkan.

Atas permasalahan tersebut, BPK RI merekomendasikan Menteri Keuangan selaku Wakil Pemerintah agar:

a. Meminta Menteri/Pimpinan Lembaga untuk melaporkan hasil persiapan penerapan akuntansi berbasis akrual; dan

b. Memantau perkembangan penerapan akuntansi berbasis akrual pada KL dan memberikan alternatif solusi apabila terdapat kendala pada KL.