LKPP Tahun 2014 belum mengungkapkan secara memadai CaLK mengenai

a. LKPP Tahun 2014 belum mengungkapkan secara memadai CaLK mengenai

perubahan APBN-P dan DIPA

Dalam CaLK Laporan Realisasi APBN LKPP Tahun 2014, diketahui terdapat pagu DIPA 52 KL (Lampiran 6.2.1) yang diterbitkan oleh Kementerian Keuangan yang melebihi alokasi dalam APBN-P, seperti yang dijelaskan dalam tabel berikut.

Tabel 48 Pagu DIPA Melebihi Pagu Anggaran pada APBN-P

No Ket. Alokasi APBN-P

DIPA

Selisih

Realisasi Belanja

a B c d e=c –d

1 KL Rp602.291.956.299.000,00

Rp577.164.824.476.978,00 2 BA BUN

Dari tabel 48 di atas, dapat dijelaskan bahwa meskipun secara umum DIPA yang diterbitkan melebihi Alokasi APBN-P, tetapi realisasinya dibawah DIPA maupun APBN-P. Realisasi yang ada di KL antara lain juga bersumber dari adanya PNBP yang melebihi Pagu APBN-P, pengesahan BLU, percepatan penarikan PLN, pengesahan Hibah baik kas maupun barang/jasa dan adanya bergeseran dari BA BUN ke BA KL. Berdasarkan hal tersebut, terdapat sebagian komitmen anggaran dalam APBN-P yang tidak terlaksana oleh KL. Namun demikian dari database yang dimiliki oleh Tim dan berdasarkan hasil pembahasan dengan Kementerian Keuangan, dengan data yang ada tidak memungkinkan untuk melakukan penelusuran penyebabnya.

Terkait dengan pelampauan DIPA atas APBN-P, berdasarkan peraturan perundang- undangan, termasuk juga diatur dalam UU APBN/P, Pagu DIPA per KL dapat melebihi pagu APBN-P. Di antara kondisi yang menjadi penyebab diperbolehkannya DIPA per KL melebihi pagu anggaran pada APBN-P adalah sebagai berikut.

1) Adanya perubahan/revisi pagu DIPA atas pagu belanja yang bersumber dari PNBP setelah ditetapkannya UU APBN-P;

2) Percepatan penarikan Pinjaman LN/DN setelah ditetapkannya UU APBN-P;

3) Adanya revisi DIPA terkait Pengesahan Penerimaan Hibah LN/DN setelah UU APBN-P ditetapkan;

4) Revisi Pagu DIPA satker BLU akibat adanya realisasi Pendapatan BLU yang melebihi target yang sudah ditetapkan dalam UU APBN-P; dan

5) Adanya beberapa jenis belanja yang realisasinya diperbolehkan melampaui pagu APBN-P seperti subsidi energi. Oleh karena itu dimungkinkan adanya revisi pagu DIPA yang melebihi pagu APBN-P.

Dalam UU Nomor 12 Tahun 2014 tentang APBN-P Tahun 2014 pada Pasal 17 juga dijelaskan hal-hal yang memungkinkan perubahan rincian lebih lanjut dari Anggaran Belanja Pemerintah Pusat seperti yang dirinci dalam Lampiran 6.2.2.

Penyajian anggaran dalam Keppres Nomor 25 Tahun 2014 tentang Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat Tahun Anggaran 2014 adalah tidak sampai kepada jenis belanja, tetapi hanya sampai pada kegiatan. Hal ini sesuai dengan putusan MK Nomor 35/PPU-XI/2013 terkait dengan Uji Materi atas UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara membatal kan frasa “kegiatan, dan jenis belanja” dalam Pasal 15 ayat 5 dan diganti menjadi frasa “APBN yang disetujui oleh

DPR terinci sampai dengan unit organisasi, fungsi, dan program. Namun demikian,

LHP SPI – LKPP TAHUN 2014 LHP SPI – LKPP TAHUN 2014

Hasil Pembahasan dengan Kementerian Keuangan mengenai penyajian pelampauan DIPA terhadap APBN-P dijelaskan bahwa terdapat kesulitan dari Pemerintah untuk dapat memisahkan data DIPA mana yang sumber dananya asli alokasi dalam APBN- P dan DIPA mana yang sumber dananya berasal dari sumber dana yang sah selain alokasi dalam APBN-P secara rinci dan detail. Hal tersebut salah satunya dikarenakan proses penyusunan APBN-P merupakan proses yang dinamis di Tahun Anggaran berjalan bersamaan dengan kegiatan pelaksanaan APBN. Pemerintah belum dapat memberikan rincian detail mengenai penyebab pelampauannya, sehingga Pemeriksa belum dapat memperoleh keyakinan dan memastikan apakah pelampauan yang terjadi sesuai dengan kriteria-kriteria yang diperbolehkan dalam peraturan perundangan.

Sejalan dengan UU Nomor 12 Tahun 2014 tentang APBN-P Tahun 2014 pada Pasal

17 Ayat 5, dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan pada Lampiran II.05 Standar Akuntansi Pemerintahan Pernyataan Nomor 4, Paragraf 21 disebutkan bahwa Catatan atas Laporan Keuangan harus dapat menjelaskan perubahan anggaran yang penting selama periode berjalan dibandingkan dengan anggaran yang pertama kali disahkan oleh DPR/DPRD, hambatan dan kendala yang ada dalam pencapaian target yang telah ditetapkan, serta masalah lainnya yang dianggap perlu oleh manajemen entitas pelaporan untuk diketahui pembaca laporan keuangan.

Terkait hal tersebut, Pemerintah belum dapat mengungkapkan secara memadai dan detail mengenai pelampauan pagu DIPA atas alokasi APBN-P Tahun 2014 beserta dampak pencapaian realisasinya serta perubahan DIPA/revisi DIPA per program/fungsi. Hal ini berdampak Pembaca dapat salah menafsirkan terhadap Laporan Realisasi APBN salah satunya dalam hal pencapaian realisasi belanja terhadap anggarannya. Selain itu juga berdampak tidak terinformasikannya adanya pelampauan pagu DIPA terhadap alokasi APBN-P dalam UU Pertanggungjawaban APBN yang realisasinya sebenarnya telah dipertanggungjawabkan.