Perkembangan Kota Surakarta
4.1 Perkembangan Kota Surakarta
Perkembangan suatu kota dilihat dapat dilihat dari berbagai aspek penggunaan lahan baik secara horizontal (penambahan ketinggian bangunan) maupun vertical (penambahan luas lahan terbangun), perkembangan penduduk, perkembangan kelengkapan fasilitas kota, perkembangan tingkat investasi kota dan masih banyak lagi. Dalam penelitian ini dijelaskan mengenai perkembangan kota dilihat dari penggunaan lahannya, perkembangan jumlah penduduknya dan perkembangan jumlah sarana perumahannya.
4.1.1 Penggunaan Lahan Kota Surakarta
Perkembangan kota dilihat dari penggunaan lahannya yang disajikan dalam data penggunaan lahan suatu kota setiap tahunnya. Dari data tersebut dapat terlihat pertumbuhan penggunaan lahan areal terbangun dari tahun ke tahun mengindikasikan pertumbuhan pembangunan sarana prasarana kota, dimana pertumbuhan sarana prasarana kota menjadi salah satu indikator dari perkembangan kota.
Perkembangan kota dalam hal pertumbuhan areal terbangun di Kota Surakarta juga akan disajikan dalam penelitian ini untuk mengidentifikasi perkembangan Kota Surakarta, dimana data tersebut didapatkan dari reklasifikasi data penggunaan lahan Kota Surakarta tahun 1999-2009. Untuk data penggunaan lahan di Kota Surakarta tahun 1999-2009 disajikan dalam tabel di bawah ini :
perumahan, jasa dan perusahaan sedangkan untuk tanah kosong, tegalan, sawah mengalami penurunan luas lahan, sedangkan untuk industri, kuburan, lapangan olahraga dan taman cenderung stabil. Peningkatan jumlah rumah di Kota Surakarta seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya didukung dengan adanya peningkatan luas lahan untuk pembangunan areal perumahan seperti pada tabel di atas. Penggunaan lahan untuk perumahan, jasa dan perusahaan dari tahun ke tahun berdampak pada penurunan luas lahan untuk areal non terbangun seperti sawah, tegalan dan lapangan kosong karena kebutuhan lahan semakin meningkat sehingga ketersediaan lahan akan semakin terbatas. Untuk melihat perbandingan antara jumlah luas lahan terbangun dan non terbangun, dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.2 Luas Lahan Terbangun dan Non Terbangun di Kota Surakarta Tahun
1999-2009
Tahun
Luas Lahan
Persentase Luas Lahan
Terbangun
Non Terbangun
Terbangun
Non Terbangun
Sumber : BPS Reklasifikasi Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pembangunan lahan terbangun di
Kota Surakarta mengalami peningkatan selama tahun 1999-2009 sedangkan lahan non terbangun mengalami penurunan. Persentase kepadatan lahan terbangun yang tertinggi adalah pada tahun 2009 dengan perbandingan 89,76% lahan terbangun dan 10,24% lahan non terbangun sedangkan kepadatan terendah berada pada tahun 1999 dengan perbandingan 88,06% lahan terbangun dan 11,94% lahan non Kota Surakarta mengalami peningkatan selama tahun 1999-2009 sedangkan lahan non terbangun mengalami penurunan. Persentase kepadatan lahan terbangun yang tertinggi adalah pada tahun 2009 dengan perbandingan 89,76% lahan terbangun dan 10,24% lahan non terbangun sedangkan kepadatan terendah berada pada tahun 1999 dengan perbandingan 88,06% lahan terbangun dan 11,94% lahan non
4.1.2 Kependudukan Kota Surakarta
Kota Surakarta merupakan sebuah kota yang menjadi pusat pelayanan bagi wilayah sekitarnya (Subosukowonosraten). Pusat pelayanan tersebut menjadikan Kota Surakarta sebagai pusat aktivitas masyarakat baik masyarakat Kota Surakarta sendiri maupun masyarakat di wilayah peri-urban Kota Surakarta. Dengan demikian penduduk yang masuk ke Kota Surakarta pun semakin hari semakin banyak, karena penduduk datang untuk beraktivitas di Kota Surakarta hingga menjadikan Kota Surakarta menjadi kota yang padat penduduk. Untuk melihat jumlah penduduk yang ada di Kota Surakarta, dapat dilihat dalam tabel di bawah ini :
Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Kota Surakarta Tahun 1999 2009
Tahun
Jumlah Penduduk (jiwa)
Luas Wilayah (ha)
Kepadatan Penduduk (jiwa/ha)
Kategori Kepadatan Penduduk
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Surakarta Tahun 1999-2009
Dari tabel di atas terlihat adanya peningkatan dan penurunan jumlah penduduk dari tahun 1999 sampai 2009. Pada tahun 2002, 2005 dan 2009 penduduk Kota Surakarta mengalami penurunan jumlah penduduk. Pada tahun- tahun lainnya yaitu antara tahun 1999-2001, 2003-2004 dan 2006-2008 jumlah penduduk terus mengalami pertambahan jumlah penduduk.
pada tahun 2002 sebanyak 554.632 jiwa dengan tingkat kepadatan tertinggi yaitu 12.593,78 jiwa/ha. Untuk jumlah penduduk terendah ada di tahun 2003 yaitu sebanyak 497.234 jiwa dengan kepadatan terendah selama rentang tahun 1999- 2009 yaitu 12.593,78 jiwa/ha.
4.1.3 Sarana Permukiman Kota Surakarta
Perkembangan kota dari pertumbuhan penduduk juga berdampak pada perkembangan kota di bidang sarana perumahan. Jumlah penduduk yang semakin meningkat menjadikan kebutuhan akan rumah juga kian meningkat. Kebutuhan akan rumah dapat dilihat dari jumlah penduduk dibandingkan dengan ketersediaan rumah di suatu wilayah. Begitu juga dengan kebutuhan rumah di Kota Surakarta. Untuk mengidentifikasi kebutuhan rumah akan yang akan dijelaskan pada bab berikutnya, akan disajikan jumlah rumah di Kota Surakarta tahun 1999-2009 terlebih dahulu seperti pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.4 Jumlah Rumah di Kota Surakarta Tahun 1999 2009
Tahun
Jumlah Rumah (unit)
Pertumbuhan Rumah (unit)
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Surakarta Tahun 1999-2009 Jumlah rumah di Kota Surakarta dari tahun 1999-2009 juga mengalami
peningkatan seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Akan tetapi tidak di setiap tahun mengalami peningkatan, pada tahun-tahun tertentu seperti tahun
Tahun 2006 penurunan jumlah rumah sebesar 2,98%, tahun 2008 sebesar 0,34% dan tahun 2009 sebesar 3,08%.
Peningkatan jumlah rumah yang paling pesat adalah pada tahun 2002 yaitu sebesar 33,54% dengan penambahan 29.895 unit rumah dalam satu tahun. Pada urutan kedua adalah pada tahun 2004 dengan peningkatan sebesar 8,75% yaitu sejumlah 10.864 unit rumah.