PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR - Perancangan Buku Kuliner Sebagai Bagian Dari Promosi Wisata Kuliner Khas Solo

PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR PERANCANGAN BUKU KULINER SEBAGAI BAGIAN DARI PROMOSI WISATA KULINER KHAS SOLO

Disusun Guna Melengkapi dan Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Seni Rupa Jurusan Desain Komunikasi Visual

Disusun oleh: NADA KARIMAH NIM C0707031 JURUSAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahan untuk:

Kedua orangtuaku dan keluargaku yang senantiasa mendoakanku dan memberikanku dukungan

HALAMAN MOTTO

“Jangan pernah meremehkan kekuatan seorang manusia karena Tuhan sedikitpun tidak pernah.”

(Donny Dhirgantoro)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat dan tuntunan-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan

Pengantar Karya Tugas Akhir ini dengan judul “Perancangan Buku Kuliner

Sebagai Bagian dari Promosi Wisata Kuliner Khas S olo” . Dengan

terselesainya Pengantar Karya Tugas Akhir ini penulis dapat memenuhi persyaratan guna mencapai syarat mendapatkan gelar Sarjana Seni jurusan Desain Komunikasi Visual Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan Pengantar Karya Tugas Akhir ini tentu saja tidak terlepas dari bimbingan, dukungan dan segala bantuan dari berbagai pihak baik moril maupun materiil, secara langsung maupun tidak langsung dari awal hingga terselesainya Pengantar Karya Tugas Akhir ini. Untuk itu pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa dan seluruh jajaran ruang lingkup Fakultas Sastra dan Seni Rupa;

2. Drs. M. Suharto, M.Sn selaku Ketua Jurusan Desain Komunikasi Visual Fakultas Sastra dan Seni Rupa;

3. Hermansyah Muttaqin, S.Sn, M.Sn selaku pembimbing I dan juga pembimbing akademik yang telah banyak memberikan berbagai macam 3. Hermansyah Muttaqin, S.Sn, M.Sn selaku pembimbing I dan juga pembimbing akademik yang telah banyak memberikan berbagai macam

4. Arief Iman Santoso, S.Sn, selaku pembimbing II dan juga sebagai koordinator tugas akhir yang telah banyak memberikan saran, kritik dan ide-ide yang membangun dan memotivasi;

5. Teman-teman DKV 2007, terimakasih banyak atas dukungan, persahabatan dan kebersamaanya selama ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Konsep Karya Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan, karena keterbatasan penulis dalam berbagai hal. Oleh karena itu saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan dari para pembaca.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan penulis berharap semoga Konsep Karya Tugas Akhir ini dapat bermanfaat serta menambah wawasan bagi pembaca.

Surakarta, 1 Januari 2012 Penulis,

Nada Karimah

ABSTRAK

Nada Karimah, 2011. Pengantar karya Tugas Akhir ini berjudul “Perancangan Buku Kuliner Sebagai Bagian dari Promosi Wisata Kuliner Khas Solo ”. Adapun Permasalahan yang dikaji adalah : (1) Bagaimana merancang buku yang memuat tentang kuliner khas Solo sebagai bagian dari promosi tujuan wisata kuliner di Solo? (2) Bagaimana merancang promosi yang efektif pada media yang tepat untuk mendukung promosi buku Kuliner Khas Solo? Tujuan dari perancangan buku kuliner sebagai bagian dari promosi wisata kuliner khas Solo ini adalah untuk mempromosikan wisata kuliner khas Solo kepada masyarakat Indonesia dan juga mancanegara. Makanan adalah bagian penting dari kehidupan masyarakat Solo. Di kota ini juga banyak dijumpai tempat-tempat kuliner khas, dari makanan basah, ringan dan juga berat. Sayangnya informasi tentang tempat-tempat kuliner di Solo belum banyak dan lengkap. Maka dari itu perlu perancangan informasi tentang kuliner di Solo yang dapat diakses oleh wisatawan yang sedang dan akan berkunjung ke Solo. Keinginan membangkitkan kembali kuliner asli Indonesia menumbuhkan usaha untuk mempromosikan dan mempopulerkan makanan tradisional khas Solo. Hal itu menjadi alasan dibuatnya sebuah pendekatan promosi melalui sebuah buku. Pemilihan promosi melalui sebuah buku dikarenakan buku adalah media yang sangat efektif untuk semua kalangan. Melalui buku pesan secara visual maupun verbal dapat tersampaikan dengan baik. Buku juga praktis untuk dibawa kemana saja sehingga pembaca tidak perlu menyediakan tempat khusus untuk menikmatinya. Melalui sebuah buku yang telah dirancang ini, wisatawan dapat mengetahui apa saja makanan khas Solo sehingga akan memudahkan mereka saat menentukan kuliner apa yang akan mereka nikmati di Solo.

ABSTRACT

Nada Karimah, 2011. The introduction of this final project entitled “The Design of Culinary Book as a Part of the Promotion Solo Special Culinary Tourism ”. The problems to be examined are: (1) How to design a book contains the Solo special culinary as a part of the promotion of culinary tourism destination in Solo? (2) How to design an effective promotion on the right media to support the promotion of culinary special Solo book? The purpose of designing the book as a part of the promotion of Solo special culinary tourism to promote Solo special culinary tourism to the people of Indonesia and also overseas. Food is an important part of the people’s life in Solo. In this city there are also encountered the special

culinary venues, from the food moist, snack and too heavy. Unfortunately, the information about culinary places in Solo has not been a lot and complete. Therefore, it is needed to design the information of culinary in Solo, which can be accessed by tourist who wll visit Solo. The passion of revive the Indonesia original culinary encourage the effort to promote and popularize the traditional food of Solo. That is the reason made an approach of promotion through a book. The reason in choosing the promotion through a book is because the book is a very effective medium for all society. Through the book, visual and verbal message can be delivered properly. Book is also practical to carry around so that the reader does not need to provide a special place to enjoy it. Through this book that has been designed, tourist could find out what special food of Solo are that will facilitate them in deciding what culinary they will be enjoyed in Solo.

Nada Karimah 1

Hermansyah Muttaqin, S.Sn, M.Sn 2 Arif Iman Santoso, S.Sn 3

ABSTRAK

2011. Pengantar karya Tugas Akhir ini berjudul “Perancangan Buku Kuliner Sebagai Bagian dari Promosi Wisata Kuliner Khas Solo ”. Adapun Permasalahan yang dikaji adalah : (1) Bagaimana merancang buku yang memuat tentang kuliner khas Solo sebagai bagian dari promosi tujuan wisata kuliner di Solo? (2) Bagaimana merancang promosi yang efektif pada media yang tepat untuk mendukung promosi buku Kuliner Khas Solo? Tujuan dari perancangan buku kuliner sebagai bagian dari promosi wisata kuliner khas Solo ini adalah untuk mempromosikan wisata kuliner khas Solo kepada masyarakat Indonesia dan juga mancanegara. Makanan adalah bagian penting dari kehidupan masyarakat Solo. Di kota ini juga banyak dijumpai tempat-tempat kuliner khas, dari makanan basah, ringan dan juga berat. Sayangnya informasi tentang tempat-tempat kuliner di Solo belum banyak dan lengkap. Maka dari itu perlu perancangan informasi tentang kuliner di Solo yang dapat diakses oleh wisatawan yang sedang dan akan berkunjung ke Solo. Keinginan membangkitkan kembali kuliner asli Indonesia menumbuhkan usaha untuk mempromosikan dan mempopulerkan makanan tradisional khas Solo. Hal itu menjadi alasan dibuatnya sebuah pendekatan promosi melalui sebuah buku. Pemilihan promosi melalui sebuah buku dikarenakan buku adalah media yang sangat efektif untuk semua kalangan. Melalui buku pesan secara visual maupun verbal dapat tersampaikan dengan baik. Buku juga praktis untuk dibawa kemana saja sehingga

1 Mahasiswa jurusan Desain Komunikasi Visual dengan NIM C0707031

2 Dosen Pembimbing I 3 Dosen Pembimbing II

akan memudahkan mereka saat menentukan kuliner apa yang akan mereka nikmati di Solo.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Solo merupakan Daerah Tingkat II yang berada di propinsi Jawa Tengah, Indonesia. Solo sering disebut juga dengan nama Surakarta. Perkembangan kota

Solo sampai saat ini dapat dikatakan cukup tinggi. Pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun terus meningkat, bahkan sejak tahun 2008 pariwisata di Solo semakin menggembirakan. Mulai dari wisata sejarah, wisata budaya, bahkan wisata kuliner pun tak ketinggalan. Hal ini membuat banyak wisatawan datang berkunjung ke Solo. Tak lengkap rasanya jika berkunjung ke Solo tanpa mencicipi aneka kuliner khas Solo yang memang terkenal lezat dan beraneka ragam.

Berbagai makanan khas Solo memang menciptakan sensasi tersendiri di lidah para penikmat kuliner. Ciri khas makanan Solo yaitu rasanya yang manis. Memang ada beberapa makanan khas Solo yang rasanya tidak manis, tetapi tetap saja orang menyebut makanan Solo itu didominasi oleh rasa manis.

Makanan adalah bagian penting dari kehidupan masyarakat Solo. Di kota ini juga banyak dijumpai tempat-tempat kuliner khas, dari makanan basah, ringan dan juga berat. Sayangnya informasi tentang tempat-tempat kuliner di Solo belum banyak dan lengkap. Maka dari itu perlu perancangan informasi tentang kuliner di Solo yang dapat diakses oleh wisatawan yang sedang dan akan berkunjung ke Solo.

Keinginan membangkitkan kembali kuliner asli Indonesia menumbuhkan usaha untuk mempromosikan dan mempopulerkan makanan tradisional khas Solo.

Hal itu menjadi alasan dibuatnya sebuah pendekatan promosi melalui sebuah buku.

Pemilihan promosi melalui sebuah buku dikarenakan buku adalah media yang sangat efektif untuk semua kalangan. Melalui buku pesan secara visual maupun verbal dapat tersampaikan dengan baik. Buku juga praktis untuk dibawa kemana saja sehingga pembaca tidak perlu menyediakan tempat khusus untuk menikmatinya.

Melalui sebuah buku yang akan dirancang ini, wisatawan dapat mengetahui apa saja makanan khas Solo sehingga akan memudahkan mereka saat menentukan kuliner apa yang akan mereka nikmati di Solo.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dijabarkan diatas, maka penulis merumuskannya sebagai berikut :

1. Bagaimana merancang buku yang memuat tentang kuliner khas Solo sebagai bagian dari promosi tujuan wisata kuliner di Solo?

2. Bagaimana merancang promosi yang efektif pada media yang tepat untuk mendukung promosi buku kuliner khas Solo?

C. Tujuan Perancangan

1. Merancang buku yang memuat tentang kuliner khas Solo sebagai bagian dari promosi tujuan wisata kuliner di Solo.

2. Merancang promosi yang efektif pada media yang tepat untuk mendukung

D. Target Market dan Target Audience

Target market adalah orang yang menjadi core customer dari produk yang dijual. Target market merupakan kelompok yang mempunyai kekuatan untuk membeli (dalam segi ekonomi).

Sedangkan Target audience adalah kelompok yang ingin difokuskan untuk diajak berkomunikasi mengenai suatu produk. Dalam perancangan buku ini, target market dan audience-nya adalah sebagai berikut :

1. Segmen Demografi

a. Kelompok Usia

: 30 tahun keatas

b. Jenis Kelamin

: laki-laki dan perempuan

c. Ekonomi

: menengah keatas

d. Pendidikan

: SMA dan Sarjana

2. Segmen Geografi Masyarakat yang berada Indonesia.

3. Segmen Psikografi Seseorang atau bisa disebut juga wisatawan, yang gemar bepergian untuk berwisata ataupun untuk urusan pekerjaan dan membutuhkan informasi tentang kuliner khas Solo, serta seseorang yang ingin serba praktis dan tidak mau repot dalam mencari informasi tentang kuliner khas saat berkunjung ke Solo.

E. Target Visual

Dalam mempromosikan wisata kuliner khas Solo ini maka dirancanglah

1. Media Utama : Buku

2. Material Promosi :

a. Poster

b. Iklan koran

c. Iklan majalah

d. X - Banner

3. Merchandise :

a. Agenda

b. Kalender meja

c. Kartu pos

d. Pembatas buku

F. Metode Pengumpulan dan Analisa Data

1. Literatur

Data diperoleh dari studi kepustakaan dan buku-buku ilmiah yang menunjang proses pelaksanaan karya tulis

2. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan narasumber langsung, yaitu para penjual makanan khas Solo dan juga pihak-pihak lain yang bersangkutan.

3. Dokumentasi

Dokumentasi ini bisa berupa gambar, foto, atau data-data yang nantinya dapat membantu perancangan ini agar lebih kongkrit dan akurat.

BAB II KAJIAN TEORI

A. Tinjauan Kota Solo

1. Sejarah Kota Solo

Surakarta adalah sebuah kota besar dan kota terpadat di Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Kota ini terletak pada jalur strategis, yaitu pertemuan jalur dari Semarang dan dari Yogyakarta menuju Surabaya dan Bali. Wilayah di sekitar kota ini juga sering pula disebut sebagai Surakarta, yaitu bekas wilayah Karesidenan, pada awal masa Republik. Nama lainnya adalah Solo atau Sala. Sala berasal dari bahasa Jawa asli yang merupakan nama pohon sebangsa pinus yang tumbuh di daerah Sala. Bersamaan dengan pindahnya Keraton Surakarta ke desa Sala, lalu Kota Sala diberi nama Surakarta Hadiningrat. Jadi, Surakarta Hadiningrat dijadikan sebagai nama Ibukota Surakarta.

Di Indonesia, Surakarta merupakan kota peringkat kesepuluh terbesar. Sisi timur kota ini dilewati sungai yang terabadikan dalam salah satu lagu keroncong, Bengawan Solo.

Dalam perkembangannya, Solo menjadi kota dagang penting dengan berdirinya Syarikat Dagang Islam pada tahun 1905. Solo juga merupakan kota wisata, dijuluki "kota pelesir", dengan konotasi agak negatif, serta kota budaya. Bangunan bersejarah, produk kesenian, makanan khas, serta hiburan mudah dijumpai di tempat ini dan di titik-titik di sekitar kota ini.

Kota Solo didirikan pada tahun 1745. Eksistensi kota ini dimulai di saat Kesultanan Mataram memindahkan kedudukan raja dari Kartasura ke

Solo berdiri dua keraton, menjadikan kota ini pernah menjadi kota dengan dua administrasi. Situasi ini berakhir setelah kekuasaan politik kedua kerajaan ini dilikuidasi setelah berdirinya Republik Indonesia. Selanjutnya, Solo menjadi tempat kedudukan dari residen, yang membawahi Karesidenan Surakarta hingga tahun 1950-an. Setelah karesidenan dihapuskan, Surakarta menjadi kota dengan kedudukan setara kabupaten (Daerah Tingkat II). Semenjak berlakunya UU Pemerintahan Daerah yang memberikan banyak hak otonomi bagi pemerintahan daerah, Surakarta menjadi daerah berstatus Kota.

Surakarta memiliki semboyan “Berseri”, akronim dari “Bersih, Sehat, Rapi, dan Indah”, sebagai slogan pemeliharaan keindahan kota. Untuk kepentingan pemasaran pariwisata, Solo mengambil slogan pariwisata Solo, The Spirit of Java (Jiwanya Jawa) sebagai upaya pencitraan kota Solo sebagai pusat kebudayaan Jawa (Wikipedia).

2. Geografis Kota Solo

Kota Surakarta yang juga sangat dikenal sebagai Kota Solo, merupakan sebuah dataran rendah yang terletak di cekungan lereng pegunungan Lawu dan Pegunungan Merapi dengan ketinggian sekitar 92 m diatas permukaan laut. Dengan luas sekitar 44 km2, Kota Surakarta terletak diantara 110 45' 15" - 110 45' 35" Bujur Timur dan 70' 36" - 70' 56" Lintang Selatan. Kota Surakarta dibelah dan dialiri oleh 3 (tiga) buah Sungai besar, yaitu Sungai Bengawan Solo, Kali Jenes dan Kali Pepe. Sungai Bengawan Solo pada jaman dahulu sangat terkenal dengan keelokan panorama serta lalu lintas perdagangannya.

Batas wilayah Kota Surakarta sebelah Utara adalah Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali. Batas wilayah sebelah Timur adalah Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar. Batas wilayah sebelah Barat adalah Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar, sedang batas wilayah Selatan adalah Kabupaten Sukoharjo. Surakarta terbagi dalam lima wilayah kecamatan, yaitu Banjarsari, Laweyan, Serengan, Pasar Kliwon dan Jebres.

Suhu udara maksimum Kota Surakarta adatah 32,5 derajat Celcius, sedang suhu udara minimum adalah 21,9 derajat Celcius. Rata-rata tekanan udara adalah 1010,9 MBS dengan kelembapan udara 75%. Kecepatan angin 4 knot dengan arah angin 240 derajat. Solo beriklim tropis, sedang musim penghujan dan kemarau sepanjang 6 bulan tiap tahunnya (Wikipedia).

3. Pariwisata Kota Solo

Solo juga dikenal sebagai daerah tujuan wisata yang biasa didatangi oleh wisatawan dari kota-kota besar. Biasanya wisatawan yang berlibur ke Yogyakarta dan candi Borobudur/Prambanan juga akan singgah di Solo, atau sebaliknya. Tujuan wisata utama kota Solo adalah Keraton Surakarta, Keraton Mangkunegaran, dan pasar-pasar tradisionalnya.

Di Solo terdapat beberapa citywalk yang ditujukan untuk pejalan kaki dan pengendara sepeda, antara lain di koridor Ngarsopuro, di sepanjang jalan Slamet Riyadi sepanjang 6-7 km dan selebar 3 m, dan di sepanjang jalan Perintis Kemerdekaan. Tempat-tempat yang ditunjuk sebagai citywalk tidak boleh dilalui oleh kendaraan bermotor.

Kota solo yang resmi berdiri pada 18 Februari 1745 ini, pada tahun 2010 mengadakan banyak kegiatan kebudayan dan pariwisata yang membawa dampak kepada naiknya jumlah wisatawan. Hal itu juga meningkatkan jumlah usaha wisata, seperti counter batik bertambah secara pesat di pusat-pusat batik, baik di Laweyan, Kauman maupun pusat batik lainnya di kota Solo.

Di tahun 2011 ini, berbagai inovasi baru akan diluncurkan untuk mengembangkan kepariwisataan di kota Solo. Kerja sama dengan kabupaten di sekitar Kota Solo yang dikenal dengan sebutan Solo Raya juga akan ditingkatkan. Kabupaten Karanganyar, Sragen, Sukoharjo, Wonogiri dan kabupaten Klaten dan Boyolali memiliki unggulan obyek-obyek wisata. Hal ini akan disinergikan dengan paket-paket wisata di Kota Solo.

Selain itu akan dikembangkan berbagai fasilitas wisata, salah satunya akan diluncurkan bis wisata berbentuk bis tingkat dan kereta kencana. Pemerintah Kota Surakarta terus mencari hal baru agar Solo terus menjadi pilihan masyarakat dalam berwisata.

4. Kebudayaan Solo

Indonesia memiliki beraneka ragam kebudayaan. Sampai sekarang pun, tradisi masyarakat kuno masih tetap dilakukan di tengah-tengah perkembangan teknologi yang sangat pesat. Masyarakat banyak yang percaya bahwa suatu tradisi memiliki kekuatan yang luar biasa.

Di dalam hal mengekspresikan kebudayaannya, masyarakat Jawa khususnya Surakarta, sangat menghormati pola hubungan yang seimbang, baik yang dilakukan pada sesama individu, dilakukan pada lingkungan alam dan dilakukan pada Tuhan.

Surakarta dikenal sebagai salah satu inti kebudayaan Jawa karena secara tradisional merupakan salah satu pusat politik dan pengembangan tradisi Jawa. Kemakmuran wilayah ini sejak abad ke-19 mendorong berkembangnya berbagai literatur berbahasa Jawa, tarian, seni boga, busana, arsitektur, dan bermacam-macam ekspresi budaya lainnya.

Setiap satu tahun sekali, Pemkot Surakarta menyelenggarakan berbagai acara kesenian dalam rangka menyambut hari jadi Kota Surakarta. Acara ini dimeriahkan dengan pameran, pentas kesenian, sarasehan, dan city tour. Salah satu acara yang menjadi budaya di kota Solo adalah Kirab, yaitu berjalan kaki menuju ke rumah kerbau Kyai Slamet yang berada di Alun Alun Kidul Keraton Surakarta.

Kegiatan ini diikuti oleh sedikitnya 20 orang yang berbekal rasa peduli terhadap kebudayaan melakukan kunjungan dan beberapa ritual. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan pelajaran kepada diri sendiri bahwa kita harus belajar untuk bisa kembali mempelajari budi pekerti dalam hidup kita, pola perilaku yang ditunjukkan adalah pola perilaku yang mengutamakan keseimbangan, sehingga apabila terjadi gangguan kelangsungan kehidupan manusia di dunia, dianggap sebagai adanya gangguan keseimbangan. Saat itulah manusia harus dengan segera memperbaiki gangguan itu, sehingga keseimbangan kembali akan dapat dirasakan.

Kebudayaan Solo yang lainnya yaitu : Sekaten, Grebeg Maulud, Tinggalan Dalem Jumenengan, Grebeg Pasa, Syawalan, dan Solo Batik Carnival .

B. Tinjauan Buku

1. Definisi Buku

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, buku adalah barang cetakan berupa lembar-lembar kertas yang dijilid; kitab. Sedangkan buku bacaan adalah buku yang berisi materi bacaan dan dibaca sebagai pengisi waktu luang (KBBI 1994: 152).

Buku terdiri dari beberapa helai kertas yang terjilid (berisi tulisan untuk dibaca atau halaman-halaman kosong untuk ditulisi (Purwadarminta 1985: 161).

Buku merupakan kertas berlembar-lembar yang sama ukuran panjang lebarnya yang dijilid baik bertulisan maupun tidak (Badudu 1996: 217).

Dalam Wikipedia, buku adalah kumpulan kertas atau bahan lainnya yang dijilid menjadi satu pada salah satu ujungnya dan berisi tulisan atau gambar. Setiap sisi dari sebuah lembaran kertas pada buku disebut sebuah halaman.

Unesco mendefinisikan buku sebagai terbitan nonberkala yang berupa cetakan minimal 49 halaman tidak termasuk cover dan dipublikasikan.

2. Sejarah Kelahiran Buku

Pada zaman kuno tradisi komunikasi masih mengandalkan lisan. Penyampaian informasi, cerita-cerita, nyanyian, doa-doa, maupun syair, disampaikan secara lisan dari mulut ke mulut. Karenanya, hafalan merupakan ciri yang menandai tradisi ini. Semakin banyak yang dihafal, orang merasa kewalahan alias tidak mampu menghafalkannya lagi.

Hingga, terpikirlah untuk menuangkannya dalam tulisan. Maka, lahirlah apa yang disebut sebagai buku kuno.

Buku kuno ketika itu, belum berupa tulisan yang tercetak di atas kertas modern seperti sekarang ini, melainkan tulisan-tulisan di atas keping- keping batu (prasasti) atau juga di atas kertas yang terbuat dari daun Papyrus .

Buku pada awalnya hanya berupa tanah liat yang dibakar, mirip dengan proses pembuatan batu bata di masa kini. Buku tersebut digunakan oleh penduduk yang mendiami pinggir Sungai Euphrates di Asia Kecil sekitar tahun 2000 SM.

Penduduk sungai Nil, memanfaatkan batang papyrus yang banyak tumbuh di pesisir Laut Tengah dan di sisi sungai Nil untuk membuat buku. Gulungan batang papyrus inilah yang melatarbelakangi adanya gagasan kertas gulungan seperti yang kita kenal sekarang ini. Orang Romawi juga menggunakan model gulungan dengan kulit domba. Model dengan kulit domba ini disebut parchment (perkamen).

Bentuk buku berupa gulungan ini masih dipakai hingga sekitar tahun 300 Masehi. Kemudian bentuk buku berubah menjadi lenbar-lembar yang disatukan dengan sistem jahit. Model ini disebut codex, yang merupakan cikal bakal lahirnya buku modern seperti sekarang ini.

Pada tahun 105 Masehi, Ts‟ai Lun, seorang Cina di Tiongkok telah menciptakan kertas dari bahan serat yang disebut hennep. Serat ini ditumbuk,

kemudian dicampur dan diaduk dengan air hingga menjadi bubur. Setelah kemudian dicampur dan diaduk dengan air hingga menjadi bubur. Setelah

Pada tahun 751, pembuatan kertas telah menyebar hingga ke Samarkand, Asia tengah, dimana beberapa pembuat kertas bangsa Cina diambil sebagai tawanan oleh bangsa Arab. Bangsa Arab, setelah kembali ke negrinya, memperkenalkan kerajinan pembuatan kertas ini kepada bangsa Morris di Spanyol. Tahun 1150, dari Spanyol, kerajinan ini menyebar ke Eropa. Pabrik kertas pertama di Eropa dibangun di Perancis, tahun 1189, lalu di Fabriano, Italia tahun 1276 dan di Jerman tahun 1391. Berkat ditemukannya pembuatan kertas inilah maka pembuatan buku di beberapa belahan dunia semakin berkembang (Wikipedia).

Di era modern sekarang ini perkembangan teknologi semakin canggih. Mesin-mesin offset raksasa yang mampu mencetak ratusan ribu eksemplar buku dalam waktu singkat telah dibuat. Hal itu diikuti pula dengan penemuan mesin komputer sehingga memudahkan untuk setting (menyusun huruf) dan layout (tata letak halaman). Diikuti pula penemuan mesin penjilidan, mesin pemotong kertas, scanner, dan juga printer laser.

3. Sejarah Penerbitan Buku di Indonesia

Di Indonesia, awalnya bentuk buku masih berupa gulungan daun lontar. Menurut Ajib Rosidi (sastrawan dan mantan ketua IKAPI), secara garis besar, usaha penerbitan buku di Indonesia dibagi dalam tiga jalur, yaitu usaha penerbitan buku pelajaran, usaha penerbitan buku bacaan umum (termasuk sastra dan hiburan), dan usaha penerbitan buku agama.

Pada masa penjajahan Belanda, penulisan dan penerbitan buku sekolah dikuasai orang Belanda. Kalaupun ada orang pribumi yang menulis buku pelajaran, umumnya mereka hanya sebagai pembantu atau ditunjuk oleh orang Belanda.

Usaha penerbitan buku agama dimulai dengan penerbitan buku-buku agama Islam yang dilakukan orang Arab, sedangkan penerbitan buku –buku agama Kristen umumnya dilakukan oleh orang-orang Belanda.

Penerbitan buku bacaan umum berbahasa Melayu pada masa itu dikuasai oleh orang-orang Cina. Orang pribumi hanya bergerak dalam usaha penerbitan buku berbahasa daerah. Usaha penerbitan buku bacaaan yang murni dilakukan oleh pribumi, yaitu mulai dari penulisan hingga penerbitannya, hanya dilakukan oleh orang-orang Sumatera Barat dan Medan. Karena khawatir dengan perkembangan usaha penerbitan tersebut, pemerintah Belanda lalu mendirikan penerbit Buku Bacaan Rakyat. Tujuannya untuk mengimbangi usaha penerbitan yang dilakukan kaum pribumi. Pada tahun 1908, penerbit ini diubah namanya menjadi Balai Pustaka. Hingga jepang masuk ke Indonesia, Balai Pustaka belum pernah menerbitkan buku pelajaran karena bidang ini dikuasai penerbit swasta belanda.

Sekitar tahun 1950-an, penerbit swasta nasional mulai bermunculan. Sebagian besar berada di pulau Jawa dan selebihnya di Sumatera. Pada awalnya, mereka bermotif politis dan idealis. Mereka ingin mengambil alih dominasi para penerbit Belanda yang setelah penyerahan kedaulatan di tahun 1950 masih diijinkan berusaha di Indonesia.

Pada tahun 1955, pemerintah Republik Indonesia mengambil alih dan menasionalisasi semua perusahaan Belanda di Indonesia. Kemudian pemerintah berusaha mendorong pertumbuhan dan perkembangan usaha penerbitan buku nasional dengan jalan memberi subsidi dan bahan baku kertas bagi para penerbit buku nasional sehingga penerbit diwajibkan menjual buku- bukunya denga harga murah.

Pemerintah kemudian mendirikan Yayasan Lektur yang bertugas mengatur bantuan pemerintah kepada penerbit dan mengendalikan harga buku. Dengan adanya yayasan ini, pertumbuhan dan perkembangan penerbitan nasional dapat meningkat dengan cepat. Menurut Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) yang didirikan 1950, penerbit yang menjadi anggota IKAPI yang semula berjumlah 13 pada tahun 1965 naik menjadi 600-an lebih.

Pada tahun 1965 terjadi perubahan situasi politik di tanah air. Salah satu akibat dari perubahan itu adalah keluarnya kebijakan baru pemerintah dalam bidang politik, ekonomi dan moneter. Sejak akhir tahun 1965, subsidi bagi penerbit dihapus. Akibatnya, karena hanya 25% penerbit yang bertahan, situasi perbukuan mengalami kemunduran.

Sementara itu, pemerintah melalui Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mashuri, kemudian menetapkan bahwa semua buku pelajaran di sediakan kan oleh pemerintah. Keadaan tidak bisa terus-menerus dipertahankan karena buku pelajaran yang meningkat dari tahun ke tahun. Karena itu, diberikan hak pada Balai Pustaka untuk mencetak buku-buku yang dibutuhkan dipasaran bebas. Para penerbit swasta diberikan kesempatan menerbitkan buku-buku pelengkap dengan persetujuan tim penilai.

Hal lain yang menonjol dalam masalah perbukuan selama Orde Baru adalah penerbitan buku yang harus melalui sensor dan persetujuan kejaksaan agung. Tercatat buku-buku karya Pramudya Ananta Toer, Utuj Tatang Sontani dan beberapa pengarang lainnya, tidak dapat dipasarkan karena mereka dinyatakan terlibat G30S/PKI. Sementara buku- buku “Siapa Menabur Angin Akan Menuai Badai”, kemudian “Era Baru, Pemimpin Baru” tidak bisa dipasarkan karena dianggap menyesatkan, terutama mengenai cerita-cerita seputar pergantian kekuasaan pada tahun 1966.

Menurut Surianto Rustan fungsi buku yaitu menyampaikan informasi, berupa cerita, pengetahuan, laporan, dan lain-lain. Buku dapat menampung banyak sekali informasi, tergantung jumlah halaman yang dimilikinya.

4. Jenis-Jenis Buku

Menurut Sabdan Badio jenis-jenis buku meliputi :

a. Novel Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif; biasanya dalam bentuk cerita. Penulis novel disebut novelis. Kata novel berasal dari bahasa Italia novella yang bera rti “sebuah kisah, sepotong berita”.

Novel lebih panjang (setidaknya 40.000 kata) dan lebih kompleks dari cerpen, dan tidak dibatasi keterbatasan struktural dan metrikal sandiwara atau sajak. Umumnya sebuah novel bercerita tentang tokoh- tokoh dan kelakuan mereka dalam kehidupan sehari-hari, dengan menitik beratkan pada sisi-sisi yang aneh dari naratif tersebut.

b. Cergam

Arswendo Atmowiloto (1986) mengungkapkan bahwa cergam sama dengan komik, gambar yang dinarasikan, kisah ilustrasi, picto-fiksi dan lain-lain.

c. Komik Komik adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar- gambar tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk jalinan cerita. Biasanya, komik dicetak di atas kertas dan dilengkapi dengan teks. Komik dapat diterbitkan dalam berbagai bentuk, mulai dari strip dalam koran, dimuat dalam majalah, hingga berbentuk buku tersendiri.

d. Ensiklopedi Ensiklopedia atau ensiklopedi, adalah sejumlah buku yang berisi penjelasan mengenai setiap cabang ilmu pengetahuan yang tersusun menurut abjad atau menurut kategori secara singkat dan padat.

e. Nomik Nomik adalah singkatan dari novel komik. Nomik merupakan buku fiksi yang memadukan novel dengan komik dalam satu buku. Dengan kata lain, komik yang ditampilkan bukan sekadar komik biasa, melainkan bagian dari alur cerita. Dalam nomik diantara halamannya diselingi komik atau gambar yang mengggambarkan emosi dari si pelaku novel.

f. Antologi (kumpulan) Secara harfiah antologi diturunkan dari kata bahasa Yunani yang

berarti “karangan bunga” atau “kumpulan bunga”, adalah sebuah kumpulan dari karya-karya sastra. Awalnya, definisi ini hanya mencakup berarti “karangan bunga” atau “kumpulan bunga”, adalah sebuah kumpulan dari karya-karya sastra. Awalnya, definisi ini hanya mencakup

yang

dicetak dalam satu volume. Namun, antologi juga dapat berarti kumpulan karya sastra lain seperti cerita pendek, novel pendek, prosa, dan lain-lain. Dalam pengertian modern, kumpulan karya musik oleh seorang artis, kumpulan cerita yang ditayangkan dalam radio dan televisi juga tergolong antologi. KBBI mendefinisikan antologi sebagai kumpulan karya tulis pilihan dr seorang atau beberapa orang pengarang. Antologi dapat pula disebut bunga rampai.

g. Dongeng Dongeng, merupakan suatu kisah yang di angkat dari pemikiran fiktif dan kisah nyata, menjadi suatu alur perjalanan hidup dengan pesan moral, yang mengandung makna hidup dan cara berinteraksi dengan mahluk lainnya. Dongeng juga merupakan dunia hayalan dan imajinasi, dari pemikiran seseorang yang kemudian di ceritakan secara turun- temurun dari generasi kegenerasi. Dalam satu buku, bisa terdiri atas satu atau lebih dongeng. Sekarang, banyak buku-buku dongeng yang merupakan saduran dan disesuaikan dengan kehidupan masa kini.

h. Biografi

Biografi adalah

kisah

atau

keterangan tentang kehidupan seseorang. Sebuah biografi lebih kompleks daripada sekadar daftar tanggal lahir atau mati dan data-data pekerjaan seseorang, biografi juga bercerita tentang perasaan yang terlibat dalam mengalami kejadian- kejadian. Biografi yang ditulis sendiri oleh tokohnya dinamakan autobiografi.

i. Catatan harian (jurnal/diary) Catatan harian adalah buku yang isinya berdasarkan catatan harian atau catatan harian itu sendiri, misalnya catatan harian Anne Frank. Buku yang dibuat berdasarkan catatan harian misalnya, Bersaksi di Tengah Badai karya Wiranto.

j. Novelet Cerita tanggung, untuk dikatakan cerpen dia terlalu panjang, untuk dikatakan novel terlalu pendek. Jumlah halaman novelet diperkiran berada di antara 40-50 halaman. Namun, batasan ini sangat relatif, tidak mutlak.

k. Karya ilmiah

Laporan penelitian, disertai, tesis, skripsi, dan sebagainya. l. Tafsir Tafsir adalah keterangan atau penjelasan tentang ayat-ayat Al- quran agar maksudnya lebih mudah dipahami. Tafsir harfiah berarati tafsir kata demi kata, tafsir mimpi adalah penggunaan ciri-ciri modern untuk menguraikan arti mimpi. Buku yang berisi materi tentang hal ini dinamakan buku tafsir.

m. Kamus Kamus adalah buku acuan yg memuat kata dan ungkapan, biasanya disusun menurut abjad berikut keterangan tentang makna, pemakaian, atau terjemahannya. Kamus dapat pula diartikan sebagai buku yg memuat kumpulan istilah atau nama yang disusun menurut abjad beserta penjelasan tentang makna dan pemakaiannya (KBBI).

Wikipedia menguraikan kamus sebagai sejenis buku rujukan yang menerangkan makna kata-kata. Kamus berfungsi membantu seseorang mengenal kosakata baru. Selain menerangkan maksud kata, kamus juga mungkin mempunyai pedoman sebutan, asal-usul (etimologi) kata dan juga contoh penggunaannya. Untuk memperjelas, kamus juga dapat disertai ilustrasi.

n. Panduan (how to) Disebut juga buku petunjuk, misalnya buku tentang beternak ayam, berkebun kelapa sawit, kiat memperoleh dan kiat menjalani beasiswa di luar negeri, dan sebagainya.

o. Atlas Kumpulan peta yang disatukan dalam bentuk buku. Selain dalam bentuk buku, atasl juga ditemukan dalam bentuk multimedia, misalnya Google Earth. Atlas dapat memuat informasi geografi, batas negara, statisik geopolitik, sosial, agama, serta ekonomi.

p. Ilmiah Buku yang disusun berdasarkan kaidah keilmiahan. Misalnya, buku yang disusun berdasarkan hasil penelitian dan disampaikan dalam bahasa ilmiah.

q. Teks Yaitu buku yang berisi uraian bahan tentang mata pelajaran atau bidang studi tertentu, yang disusun secara sistematis dan telah diseleksi berdasarkan tujuan tertentu, orientasi pembelajaran, dan perkembangan q. Teks Yaitu buku yang berisi uraian bahan tentang mata pelajaran atau bidang studi tertentu, yang disusun secara sistematis dan telah diseleksi berdasarkan tujuan tertentu, orientasi pembelajaran, dan perkembangan

5. Layout Buku

Peranan layout dalam suatu buku dapat meningkatkan daya tarik tersendiri bagi orang – orang dan kulitas buku itu sendiri. Dengan layout yang baik dan dinamis, suatu buku dapat menjadi buku yang menarik dan berkualitas baik, karena hubungan buku dengan layout sangat erat kaitanya, jika buku itu memiliki layout yang kurang baik, maka sudah pasti orang – orang tidak akan tertarik dengan buku tersebut, sebaliknya jika buku tersebut memiliki layout yang baik, maka orang – orang akan tertarik untuk melihatnya atau membacanya, sehingga buku tersebut memiliki kualitas dan kuantitas yang baik bagi pembacanya (Surianto Rustan, 2009).

Desain yang baik sanggup meningkatkan penjualan produk, mengangkat citra perusahaan, mempengaruhi keberhasilan suatu event dan apapun tujuan yang ingin dicapai. Namun kesadaran akan manfaat desain tersebut belum menyebar luas di masyarakat. Hal itu banyak disebabkan oleh desainer sendiri dan siapapun yang bekerja dalam bidang ini yang tidak terlalu peduli dengan pentingnya proses/langkah – langkah mendesain dan me-layout dengan benar, sehingga desain yang dihasilkan tidak maksimal (Surianto Rustan, 2009).

a. Prinsip – Prinsip Layout Prinsip layout antara lain urutan, penekanan, keseimbangan, kesatuan, dan konsistensi. Urutan menunjuk pada aliran membaca. Penekanan menunjuk pada objek-objek penting dalam urutan pembacaan.

Keseimbangan menunjuk pada pembagian berat ruang, termasuk ruang isi dan kosong (ruang sela). Kesatuan menunjuk pada usaha menciptakan kesatuan objek, termasuk ruang secara keseluruhan. Konsistensi menunjuk pada kontrol estetik tampilan keseluruhan. Konsistensi kian terasa pada penerbitan berkala. Konsistensi selain sebagai kontrol estetik terutama berguna bagi koordinasi keseluruhan material yang dilayout.

Disamping lima prinsip di atas, terdapat dua prinsip lagi yang penting terutama untuk layout penerbitan berkala. Dua prinsip tersebut yaitu konstanta dan variabel. “Konstanta adalah elemen-elemen yang konstan, elemen yang selalu dipertahankan… sedangkan variabel adalah elemen- elemen yang berubah.” (Koskow, Merupa Buku, pp. 171-172).

Konstanta dan variabel memperjelas prinsip konsistensi. Penerapan konstanta dan variabel yang konsisten bisa dipahami sebagai gaya selingkung sebuah penerbitan. Dalam pemahaman yang demikian gaya selingkung tidak sebatas tata bahasa, namun juga tata visual.

b. Tipografi Tipografi merupakan unsur penting dalam layout. Tipografi sebaiknya tidak dipahami sebatas memilih jenis huruf. Tipografi adalah soal mengorganisasikan huruf. Pengorganisasian tersebut tak sebatas memilih jenis huruf yang cocok untuk headline, subheadline, body text, caption , dan lain-lain. Pengorganisasian di sini meliputi pengaturan jarak antar baris, antar huruf, antar kata, spasi, termasuk memastikan bentuk/anatomi huruf yang sebaiknya memiliki perbedaan dengan angka (misalkan huruf i kapital sebaiknya tidak sama dengan angka 1). Pemilihan b. Tipografi Tipografi merupakan unsur penting dalam layout. Tipografi sebaiknya tidak dipahami sebatas memilih jenis huruf. Tipografi adalah soal mengorganisasikan huruf. Pengorganisasian tersebut tak sebatas memilih jenis huruf yang cocok untuk headline, subheadline, body text, caption , dan lain-lain. Pengorganisasian di sini meliputi pengaturan jarak antar baris, antar huruf, antar kata, spasi, termasuk memastikan bentuk/anatomi huruf yang sebaiknya memiliki perbedaan dengan angka (misalkan huruf i kapital sebaiknya tidak sama dengan angka 1). Pemilihan

c. Elemen Teks pada Layout Dalam buku Surianto Rustan, Layout Dasar dan Penerapannya, elemen teks pada layout terdiri dari :

1) Judul Suatu artikel biasanya diawali oleh beberapa kata singkat yang disebut judul. Judul diberi ukuran besr untuk menarik perhatian pembaca dan membedakannya dari elemen layout lainnya.

2) Deck Deck adalah gambaran singkat tentang topik yang dibicarakan di bodytext . Letaknya bervariasi, tetapi biasanya antara judul dan bodytext . Fungsi deck yaitu sebagai pengantar sebelum orang membaca bodytext.

3) Byline Berisi nama penulis, kadang disertai dengan jabatan atau keterangan singkat lainnya. Byline letaknya sebelum bodytext, ada juga yang meletakkannya di akhir naskah.

4) Bodytext Bodytext adalah isi bacaan yang ada pada topik bacaan utama maupun pada suplemen/artikel tambahan pada box atau sidebar.

5) Subjudul Subjudul berfungsi sebagai judul segmen-segmen tersebut. (Segmen yang dimaksud disini bukan paragraf melainkan satu topik/pokok pikiran yang sama. Satu segmen bisa saja terdiri dari beberapa paragraf).

6) Pull Quotes Pada suatu karya publikasi dapat berarti satu atau lebih kalimat singkat yang mengandung informasi penting yang ingin ditekankan.

Pull Quotes dibuka dan ditutp dengan tanda petik (“) dan ada juga

yang diberi box.

7) Caption Caption adalah keterangan singkat yang menyertai elemen visual dan inzet.

8) Callouts Callouts biasanya memiliki garis-garis yang menghubungkannya dengan bagian-bagian dari elemen visualnya. Ballon adalah salah satu bentuk callouts.

9) Kickers Kickers adalah satu atau beberapa kata pendek yang terletak diatas judul, fungsinya untuk memudahkan pembaca menemukan topik 9) Kickers Kickers adalah satu atau beberapa kata pendek yang terletak diatas judul, fungsinya untuk memudahkan pembaca menemukan topik

10) Initial Caps

Initial Caps adalah huruf awal yang berukuran besar dari kata pertama pada paragraf. Berfungsi sebagai penyeimbang komposisi suatu layout.

11) Indent

Indent adalah baris pertama paragraf menjorok masuk ke dalam.

12) Lead Line

Lead Line adalah beberapa kata pertama atau seluruh kata di baris paling awal pada tiap paragraf, yang dibedakan atribut hurufnya.

13) Spasi

Berfungsi untuk membedakan paragraf yang satu dengan yang lainnya, antar paragraf diberi spasi.

14) Header dan Footer

Header adalah area diantara sisi atas kertas dan margin atas. Footer adalah area diantara sisi bawah kertas dan margin bawah.

15) Running Head

Running Head yaitu judul buku, bab/topik yang sedang dibaca, nama pengarang dan informasi lainnya yang berulang-ulang ada pada tiap halaman dan posisinya tidak berubah.

16) Catatan Kaki

Catatan kaki berisi detail informasi dari sebagian tulisan tertentu di dalam naskah. Informasi tersebut bisa berupa : referensi atau bahan acuan tulisan tersebut. Catatan kaki letaknya di footer.

17) Nomor Halaman

Nomor halaman ini untuk memudahkan pembaca mengingat lokasi artikel. Lebih baik lagi bila disertai dengan daftar isi/index di halaman depan.

18) Jumps

Berfungsi untuk mengingatkan pembaca akan naskah yang bersambung. Jumps biasanya berbunyi: “bersambung ke halaman 8”, sedangkan sambungannya berbunyi: “sambungan dari halaman 1”.

Sambungan ini disebut dengan Continuation Lines.

19) Signature

Umum dijumpai di flier, brosur, poster dan lain-lain. Berisi alamat, nomor telepon atau orang yang bisa dihubungi atau informasi tambahan lainnya.

20) Nameplate

Nama surat kabar, majalah, tabloid atau newsletter. Biasa dibuat dalam ukuran yang besar diletakkan pada bagian atas halaman depan.

21) Masthead

Kebanyakan masthead ditempatkan pada halaman kedua, ketiga atau lebih, dan letaknya biasanya berdekatan dengan kata pengantar dari redaksi.

d. Penerapan Layout pada Buku

Buku berisi lembaran halaman yang cukup banyak, sehingga lebih tebal daripada booklet. Berbeda dengan booklet yang bisa dijilid hanya dengan steples atau bisa juga tidak dijilid karena hanya terdiri dari beberapa lembar, pada buku penjilidan yang baik merupakan keharusan agar lembar-lembar kertasnya tidak tercerai-berai.

Pemanfaatan buku sebagai media informasi sudah sangat umum. Sehingga ada begitu banyak jenis-jenis buku. Karena memiliki halaman-halaman seperti pada booklet, praktis prinsip-prinsip layout yang berlaku pada bokklet juga diterapkan dalam buku. Sebagai tambahan, karena halaman buku lebih banyak daripada booklet, maka perlu ekstra kerja dalam mendesain buku untuk menjamin penyampaiannya informasi yang berhasil. Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain: desain cover, desain navigasi, kejelasan informasi, kenyamanan membaca, pembedan yang jelas antar bagian/bab, dan lain- lain.

Sistem navigasi dalam sebuah buku amatlah penting untuk memberi informaasi kepada pembaca dimana dia berada maupun untuk mencari topik tertentu di dalam buku. Daftar isi, nomor halaman, running text merupakan beberapa sistem navigasi yang terdapat di dalam buku. Tiap halaman ditandai dengan nomor dan running text, sedangkan daftar isi menjadi semacam peta perjalanan.

Pada umumnya buku dibagi menjadi tiga bagian yang masing- masing terbagi lagi berdasarkan fungsinya masing-masing:

1) Bagian Depan : 1) Bagian Depan :

b) Judul bagian dalam.

c) Informasi penerbitan dan perijinan.

d) Dedication, pesan atau ucapan terimakasih yang ditujukan oleh pengarang untuk orang/pihak lain.

e) Kata pengantar dari pengarang.

f) Kata sambutan dari pihak lain, misalnya editor atau pihak ahli.

g) Daftar isi.

2) Bagian Isi : Isi buku yang terdiri dari bab-bab dan sub-bab, dan tiap bab membicarakan topik yang berbeda.

3) Bagian Belakang :

a) Daftar pustaka

b) Daftar istilah

c) Daftar gambar

d) Cover belakang biasa berisi gambaran singkat mengenai isi buku tersebut, testimonial, harga, nama atau logo penerbit, elemen visual atau teks lainnya (Surianto Rustan, 2009)

Contoh Urutan Halaman Buku

C. Tinjauan Makanan Tradisional

1. Definisi Makanan Tradisional

Makanan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan (seperti penganan, lauk-pauk, kue). Makanan merupakan segala bahan yang kita makan atau masuk ke dalam tubuh yang membentuk atau mengganti jaringan tubuh, memberikan tenaga, atau mengatur semua proses dalam tubuh.

Makanan adalah hasil dari proses pengolahan suatu bahan pangan yang dapat diperoleh dari hasil pertanian, perkebunan, perikanan dan adanya teknologi (Moertjipto, 1993). Makanan dalam ilmu kesehatan adalah setiap substrat yang dapat dipergunakan untuk proses di dalam tubuh. Terutama untuk membangun dan memperoleh tenaga bagi kesehatan sel tubuh (Irianto, 2004).

Sedangkan tradisional yaitu sikap dan cara berpikir serta bertindak yang selalu berpegang teguh pada norma dan adat kebiasaan yang ada secara turun-temurun, menurut tradisi (adat).

Maka dapat disimpulkan makanan tradisional adalah makanan yang bahannya berasal dari lingkungan kita sendiri. Memiliki dua fungsi, yaitu sebagai ketahanan pangan dan sebagai budaya. Untuk masalah kuliner, memang cenderung terkait dengan manufaktur, yaitu terkait dengan bagaimana menghasilkan bentuk yang sama, dalam jumlah banyak dan secara cepat. Di luar manufaktur, ada banyak mulut yang harus menikmati hasil-hasil kuliner. Ilmu pangan dalam bidang kuliner memang belum banyak. Makanan tradisional adalah kajian dari kulinologi sehingga sekarang berkembang apa yang disebut dengan kuliner. Kajian ini meliputi masalah cita rasa, aroma, tekstur, dan seni memasak (Murdijati Gardjito, 2010).

Secara harfiah, pengertian makanan tradisional adalah makanan, minuman, dan bahan campuran yang digunakan secara tradisional dan telah lama berkembang secara spesifik di daerah. Biasanya makanan tradisional diolah dari resep yang sudah dikenal masyarakat lokal dengan bahan-bahan yang juga diperoleh dari sumber lokal. Serta memiliki citarasa yang relatif sesuai dengan selera masyarakat setempat (Harjoko Sangganagara, 2010).

Makanan tradisional adalah makanan dan minuman yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat tertentu, dengan citarasa khas yang diterima oleh masyarakat tersebut. Bagi masyarakat Indonesia umumnya amat diyakini khasiat, aneka pangan tradisional, seperti tempe, tahu, bawang putih, madu, temulawak, gado-gado, kacang hijau, ikan laut, ikan darat dll. Karena disamping khasiat, makanan tradisional Indonesia juga mengandung segi positif yang lain seperti: bahan-bahan yang alami, bergizi tinggi, sehat dan Makanan tradisional adalah makanan dan minuman yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat tertentu, dengan citarasa khas yang diterima oleh masyarakat tersebut. Bagi masyarakat Indonesia umumnya amat diyakini khasiat, aneka pangan tradisional, seperti tempe, tahu, bawang putih, madu, temulawak, gado-gado, kacang hijau, ikan laut, ikan darat dll. Karena disamping khasiat, makanan tradisional Indonesia juga mengandung segi positif yang lain seperti: bahan-bahan yang alami, bergizi tinggi, sehat dan

Makanan tradisional Indonesia adalah segala jenis makanan olahan asli Indonesia, khas daerah setempat, mulai dari makanan lengkap, selingan dan minuman, yang cukup kandungan gizi, serta biasa dikonsumsi oleh masyarakat daerah tersebut dengan beragam dan bervariasinya bahan dasar, maka dapat dihasilkan bermacam-macam jenis makanan tradisional yang sedemikian rupa sehingga menjadi makanan yang lezat dan gizi seimbang. Demikian juga cara pengolahannya dilakukan dengan beragam dan bervariasi seperti : dengan membakar/memanggang, pengasapan, pemepesan, pengukusan, menggoreng dan menumis.