Analisis Perkembangan Perumahan Formal di Wilayah Peri- Urban

5.2 Analisis Perkembangan Perumahan Formal di Wilayah Peri- Urban

5.2.1 Analisis Perkembangan Perumahan Formal di Kecamatan Grogol

Perkembangan perumahan formal di Kecamatan Grogol dari tahun 1999- 2009 sudah dilengkapi dengan pembangunan sarana prasarana, seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Seperti petunjuk perencanaan kawasan perumahan kota tahun 1987 dimana suatu lingkungan perumahan harus dilengkapi sarana prasarana, meliputi sarana pendidikan, kesehatan, perniagaan dan industri, pemerintah dan pelayanan umum, kebudayaan dan rekreasi, peribadatan, olahraga dan taman, sedangkan untuk prasarana antara lain prasarana air bersih, listrik, pembuangan air hujan dan air hujan, jalan lingkungan dan pembuangan sampah.

dengan adanya pembangunan dan penyediaan sarana pendidikan, kesehatan, perniagaan, rekreasi, peribadatan, olahraga dan taman-taman. Untuk sarana-sarana lainnya disediakan oleh pemerintah seperti puskesmas, sekolah-sekolah negeri dan kantor-kantor pemerintahan. Begitu juga dengan jaringan jalan, sampah, air bersih, listrik dan drainase.

Kelengkapan sarana prasarana harus dipenuhi oleh pengembang supaya pembangunan perumahan dapat berjalan seimbang (Sastra dan Marlina, 2005). Sarana prasarana juga menjadi salah satu faktor pertimbangan masyarakat dalam memilih lokasi perumahan. Kelengkapan dan kondisi sarana prasarana yang baik akan menjadi nilai plus bagi suatu lingkungan perumahan.

Pemilihan lokasi perumahan tidak hanya dipandang dari segi kelengkapan sarana prasarana tetapi juga dipengaruhi oleh lokasi perumahan tersebut dengan pusat aktivitas sehari-hari masyarakat, harga perumahan, desain rumah, luas rumah, ketenangan dan kenyamanan, kemudahan transportasi, dan lain-lain. Pada pemilihan lokasi perumahan di Kecamatan Grogol terpilih beberapa faktor-faktor yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya. Untuk analisis pemilihan lokasi dalam hubungannya dengan lokasi bekerja masyarakat yang tinggal di perumahan digunakan analisis kuantitatif.

Secara perhitungan kuantitatif dengan program SPSS, dari perhitungan model summary didapatkan adanya keterkaitan antara semua variabel independent dan variabel dependent dengan koefisien korelasi sebesar 1.000. Besar koefisien korelasi berkisar antara 0 sampai 1. Jika nilainya mendekati 1, maka hubungannya semakin erat. Jika nilainya mendekati 0, maka hubungan semakin lemah. Koefisien korelasi pada perhitungan ini sebesar 1, menunjukkan adanya korelasi yang erat antara pemilihan lokasi peerumahan dengan lokasi bekerja masyarakat yang tinggal di perumahan tersebut.

Secara lebih detail korelasi antara variabel dijelaskan pada tabel correlation di lampiran 3. Tabel tersebut menjelaskan bahwa ada korelasi antara lokasi bekerja dengan harga terjangkau sebesar 0.922, lokasi bekerja dengan lokasi rumah yang strategis sebesar 0.931, lokasi bekerja dengan desain rumah Secara lebih detail korelasi antara variabel dijelaskan pada tabel correlation di lampiran 3. Tabel tersebut menjelaskan bahwa ada korelasi antara lokasi bekerja dengan harga terjangkau sebesar 0.922, lokasi bekerja dengan lokasi rumah yang strategis sebesar 0.931, lokasi bekerja dengan desain rumah

Bila dilihat dari tabel 4.5 tentang faktor pemilihan lokasi perumahan formal di Kecamatan Grogol oleh masyarakat, hasilnya sedikit berbeda dengan hasil perhitungan kuantitatif dengan menggunakan analisis SPSS. Dari tabel menunjukkan bahwa faktor yang paling banyak dipilih adalah lokasi strategis tetapi dari analisis kuantitatif variabel independent yang paling erat kaitannya dengan variabel dependent adalah kelengkapan fasilitas perumahan. Hasil pada tabel, tidak dikaitkan dengan lokasi bekerja masyarakat. Akan tetapi pada perhitungan kuantitatif, ada keterkaitan antara lokasi bekerja dengan faktor-faktor pemilihan lokasi perumahan formal.

Pemilihan lokasi perumahan formal di Kecamatan Grogol membuktikan kebenaran teori dari Cahyana, Sudaryono (2002) dan teori dari Astudio (2006) mengenai faktor-faktor yang dijadikan pedoman masyarakat untuk memilih lokasi tempat tinggal seperti lokasi yang strategis dekat dengan tempat bekerja maupun beraktivitas sehari-hari, harga rumah yang terjangkau, kelengkapan fasilitas perumahan yang sudah disediakan oleh pengembang, desain rumah yang bagus dan rumah yang ditawarkan memenuhi standart kebutuhan luas rumah untuk setiap keluarga.

Untuk analisis pembangunan perumahan formal di Kecamatan Grogol dilakukan dengan membandingkan jumlah luasan rumah yang telah dibangun dengan standart luas rumah per unit, yang hasilnya dibandingkan lagi dengan Untuk analisis pembangunan perumahan formal di Kecamatan Grogol dilakukan dengan membandingkan jumlah luasan rumah yang telah dibangun dengan standart luas rumah per unit, yang hasilnya dibandingkan lagi dengan

Tahun Pembangunan

Luas Perumahan (Ha)

Jumlah Rumah (unit)

Jumlah Penduduk Terlayani (jiwa)

Sumber : Analisis Penulis Dari hasil perhitungan di atas, pembangunan perumahan formal yang telah

dibangun dari tahun 1999-2009 di Kecamatan Grogol mampu melayani sebanyak 8.594 penduduk. Dimana penduduk tersebut adalah penduduk yang mayoritas bekerja di Kota Surakarta seperti hasil wawancara yang telah disampaikan pada bab sebelumnya. Keadaan demikian membuktikan kebenaran teori yang disampaikan oleh Dickinson dalam Yunus, 2005 yang menyatakan bahwa peruntukan permukiman di wilayah peri-urban dibangun bukan untuk petani melainkan untuk masyarakat yang bekerja di kota.

Kebenaran tersebut juga didukung dengan adanya hasil wawancara yang telah dilakukan penulis dimana memang sebanyak 100 responden dari 100 responden yang menjadi sampel menyatakan bahwa perumahan yang dibangun di Kecamatan Grogol memiliki lokasi yang strategis. Strategis yang dimaksudkan adalah dekat dengan tempat mereka bekerja, dekat dengan sarana-sarana yang dibutuhkan sehari-hari seperti sekolah, rumah sakit, tempat berbelanja, bahkan rekreasi.

dengan melihat jumlah unit rumah yang dibangun setiap tahunnya dan luas pembangunan lokasi perumahan setiap tahunnya. Untuk perumahan formal di Kecamatan Grogol dilihat dari pertumbuhan luas pembangunan perumahan setiap tahunnya seperti pada grafik di bawah ini :

Gambar 5.1 Grafik Pertumbuhan Pembangunan Perumahan Formal Kecamatan Grogol

Sumber : Analisis Penulis Dari grafik di atas terlihat bahwa di setiap tahun terdapat pembangunan

perumahan formal di Kecamatan Grogol. Pembangunan dimulai pada tahun 2002 dikarenakan pada tahun 1999-2001 perkembangan property di Kecamatan Grogol masih belum stabil sebagai akibat adanya krisis ekonomi tahun 1998. Pembangunan paling banyak terjadi pada tahun 2007, dilihat dari titik tertinggi pada grafik di atas dan yang paling sedikit adalah pada tahun 2006. Untuk persebaran dan pola pertumbuhan perumahan formal di Kecamatan Grogol bisa dilihat pada peta pertumbuhan perumahan formal di Kecamatan Grogol tahun 1999-2009.

Pada peta persebaran perumahan terlihat bahwa persebaran perumahan mendekati jalan utama dan berada tidak jauh dari Kota Surakarta. Pola pembangunan tersebut dimaksudkan agar mempermudah akses transportasi masyarakat yang tinggal di perumahan tersebut untuk bepergian (bekerja, sekolah, belanja, berobat, dll). Peta Pertumbuhan Perumahan Formal Kecamatan Grogol tahun 1999-2009

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 TAHUN

Pertumbuhan Pembangunan Perumahan Formal

Kecamatan Grogol

Luas Perumaha

Gondangrejo

Perkembangan perumahan formal di Kecamatan Gondangrejo dapat dilihat dari data yang telah disajikan dalam bab sebelumnya. Pembangunan perumahan formal yang dibangun di Kecamatan Gondangrejo cenderung diperuntukkan bagi masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah. Hal ini dibuktikan dengan type rumah yang dibangun antara 21-60, sedangkan di Kecamatan Grogol sampai type 150. Pembangunan perumahan pun dilengkapi dengan pembangunan sarana prasarana seperti syarat pembangunan perumahan di dalam Petunjuk Perencanaan Kawasan Perumahan Kota tahun 1987 oleh DPU. Pembangunan sarana prasarana perumahan formal di Kecamatan Gondangrejo sudah dibangun dengan kelengkapan sarana prasarana dari pengembang, tetapi tidak selengkap di Kecamatan Grogol. Untuk sarana kesehatan, hanya ada puskesmas dari pemerintah bukan Rumah Sakit yang memang sudah direncanakan pengembang untuk dibangun di lokasi perumahan tersebut. Begitu pula dengan sarana rekreasi, berbeda dengan Kecamatan Grogol dimana pihak pengembang sudah menyediakan water park Pandawa.

Kelengkapan sarana prasarana menjadi salah satu alasan masyarakat dalam memilih lokasi tempat tinggal. Bila perumahan tidak dilengkapi dengan sarana prasarana atau pun jauh dari pusat aktivitas dimana terdapat sarana-sarana yang dibutuhkan maka perumahan tersebut tidak akan berkembang dengan pesat. Dari hasil wawancara terkait pemilihan lokasi perumahan juga mendukung pernyataan di atas. Beberapa faktor pemilihan lokasi yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya menjadi dasar masyarakat untuk memilih sebuah lokasi hunian.

Secara perhitungan kuantitatif dengan program SPSS, dari perhitungan model summary didapatkan adanya keterkaitan antara semua variabel independent dan variabel dependent dengan koefisien korelasi sebesar 1.000. Besar koefisien korelasi berkisar antara 0 sampai 1. Jika nilainya mendekati 1, maka hubungannya semakin erat. Jika nilainya mendekati 0, maka hubungan semakin lemah. Koefisien korelasi pada perhitungan ini sebesar 1, menunjukkan adanya korelasi

yang tinggal di perumahan tersebut. Secara lebih detail korelasi antara variabel dijelaskan pada tabel correlation di lampiran 5. Tabel tersebut menjelaskan bahwa ada korelasi antara lokasi bekerja dengan harga terjangkau sebesar 0.964, lokasi bekerja dengan lokasi rumah yang strategis sebesar 0.956, lokasi bekerja dengan desain rumah yang bagus sebesar 0.816, lokasi bekerja dengan luas rumah yang mencukupi sebesar 0.466, lokasi bekerja dengan fasilitas perumahan yang lengkap sebesar 0.737, lokasi bekerja dengan jauh dari keramaian kota sebesar 0.546, lokasi bekerja dengan transportasi mudah sebesar 0.808, lokasi bekerja dengan bebas polusi sebesar 0.216. Nilai-nilai hubungan tersebut memiliki arti bahwa variabel dependent yakni lokasi bekerja sangat erat hubungannya dengan semua variabel independent karena nilai hubungan mendekati 1. Variabel yang paling erat hubungannya dengan lokasi bekerja menurut urutanya adalah harga rumah yang terjangkau, lokasi perumahan yang strategis, desain rumah bagus, transportasi mudah, fasilitas perumahan lengkap, jauh dari keramaian kota, luas rumah mencukupi kebutuhan dan bebas polusi.

Bila dilihat dari tabel 4.7 tentang faktor pemilihan lokasi perumahan formal di Kecamatan Gondangrejo oleh masyarakat, hasilnya tidak berbeda dengan hasil perhitungan kuantitatif dengan menggunakan analisis SPSS. Dari tabel menunjukkan bahwa faktor yang paling banyak dipilih adalah harga yang terjangkau dan dari analisis kuantitatif variabel independent yang paling erat kaitannya dengan variabel dependent juga harga yang terjangkau. Hasil pada tabel yang tidak dikaitkan dengan lokasi bekerja masyarakat tetap sama dengan perhitungan kuantitatif, ada keterkaitan antara lokasi bekerja dengan faktor-faktor pemilihan lokasi perumahan formal.

Dari perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa perumahan yang dibangun di Kecamatan Gondangrejo adalah perumahan yang dihuni oleh penduduk yang bekerja di Solo atau yang berasal dari wilayah luar Kota Solo yang memang bekerja di Kota Solo. Aktivitas sehari-hari masyarakat yang tinggal di perumahan tersebut memang di Solo seperti hasil wawancara penulis. Dengan demikian Dari perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa perumahan yang dibangun di Kecamatan Gondangrejo adalah perumahan yang dihuni oleh penduduk yang bekerja di Solo atau yang berasal dari wilayah luar Kota Solo yang memang bekerja di Kota Solo. Aktivitas sehari-hari masyarakat yang tinggal di perumahan tersebut memang di Solo seperti hasil wawancara penulis. Dengan demikian

Pemilihan lokasi perumahan formal di Kecamatan Gondangrejo juga membuktikan kebenaran atau kesesuaian fakta dengan teori Cahyana dan Sudaryono mengenai faktor-faktor pemilihan lokasi seperti lokasi yang aksesibel (mudah dijangkau, dekat dengan tempat bekerja), rumah yang dipilih sesuai dengan kebutuhan luas rumah untuk jumlah keluarga masing-masing, ketersediaan fasilitas perumahan. Pemilihan lokasi tersebut juga membuktikan teori Astudio (2006) dimana pemilihan lokasi perumahan ditentukan antara lain adalah terkait harga yang terjangkau semua kalangan masyarakat, lokasi yang strategis dekat dengan pusat kota, desain rumah yang bagus dan kelengkapan fasilitas yang ditawarkan oleh pengembang.

Untuk analisis pelayanan perumahan formal di Kecamatan Gondangrejo dihitung dengan membandingkan jumlah rumah (unit) yang sudah dibangun setiap tahunnya dengan standart penghuni setiap rumah (5 orang), dimana hasilnya menunjukkan seberapa banyak jumlah penduduk yang dapat ditampung di perumahan formal yang dibangun di Kecamatan Gondangrejo selama tahun 1999- 2009. Perhitungan tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 5.5. Analisis Pelayanan Pembangunan Perumahan Formal Kecamatan

Gondangrejo Tahun 1999-2009

Tahun Pembangunan

Jumlah Rumah (Unit)

Jumlah Penduduk Terlayani (jiwa)

Sumber : Analisis Penulis Sumber : Analisis Penulis

Gambar 5.2 Grafik Pertumbuhan Pembangunan Perumahan Formal Kecamatan Gondangrejo

Sumber : Analisis Penulis Dari grafik di atas terlihat bahwa pembangunan dimulai pada tahun 2001

dikarenakan pada tahun 1999-2000 perkembangan property di Kecamatan Gondangrejo masih belum stabil sebagai akibat adanya krisis ekonomi tahun 1998. Pembangunan paling banyak terjadi pada tahun 2008, dilihat dari titik tertinggi pada grafik di atas dan yang paling sedikit adalah pada tahun 2006. Untuk persebaran dan pola pertumbuhan perumahan formal di Kecamatan Grogol bisa dilihat pada peta pertumbuhan perumahan formal di Kecamatan Grogol tahun 1999-2009.

Pada peta persebaran perumahan terlihat bahwa persebaran perumahan mendekati jalan utama dan berada tidak jauh dari Kota Surakarta. Pola pembangunan tersebut dimaksudkan agar mempermudah akses transportasi masyarakat yang tinggal di perumahan tersebut untuk bepergian (bekerja, sekolah, belanja, berobat, dll).

Pertumbuhan PembangunanPerumahan Kecamatan Gondangrejo Tahun 2001-2009

Jumlah Rumah (Unit)

Urban sebagai Upaya Pemenuhan Kebutuhan Rumah Kota di Surakarta

Analisis perkembangan perumahan formal di wilayah peri-urban sebagai upaya pemenuhan kebutuhan perumahan Kota Surakarta digunakan untuk menganalisis semua hasil penelitian yang sudah terkumpul dan mengkaji lebih dalam hubungan antar variabel-variabel penelitian. Kedua variabel penelitian yaitu perkembangan Kota Surakarta dan perkembangan perumahan formal di wilayah peri-urban dibahas lebih mendalam mengenai keterkaitan keduanya beserta dengan indikator-indikator yang ada di setiap variabel. Analisis perkembangan perumahan formal di wilayah peri-urban diambilkan dari gabungan analisis perkembangan perumahan formal di Kecamatan Grogol dan Gondangrejo. Analisis hubungan dari kedua variabel dilihat dari faktor pemilihan lokasi perumahan yang dapat mengindikasikan apakah perumahan yang ada di wilayah peri-urban digunakan untuk memenuhi kebutuhan perumahan kota di Surakarta.

Untuk analisis perbandingan antara perkembangan Kota Surakarta dilihat dari pertumbuhan penduduk dengan perkembangan perumahan formal di wilayah peri-urban dapat dilihat pada grafik di bawah ini :

ML AH ML