Kondisi Awal

A. Kondisi Awal

Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti melakukan survei awal. Survei awal ini bertujuan untuk mengetahui kondisi awal pembelajaran berbicara, khususnya menceritakan tokoh idola. Selain itu, survei awal ini juga dimanfaatkan untuk mengetahui kemampuan awal menceritakan tokoh idola siswa. Kondisi awal ini menjadi acuan untuk menentukan tindakan apa yang akan dilakukan pada saat pelaksanaan tindakan selanjutnya. Survei ini dilakukan dengan beberapa langkah berikut: (1) observasi lapangan; (2) wawancara dengan guru dan siswa.

Observasi dilakukan untuk mengetahui proses pembelajaran menceritakan tokoh idola. Peneliti bertindak sebagai partisipasi pasif dan duduk di tempat duduk paling belakang. Peneliti melakukan pengamatan terhadap proses belajar mengajar serta aktivitas siswa dan guru. Setelah pembelajaran selesai, peneliti melakukan wawancara terhadap guru bidang studi dan beberapa siswa pada pertemuan berikutnya. Dari wawancara tersebut diketahui bahwa ada permasalahan dalam pembelajaran berbicara khususnya menceritakan tokoh idola di SMP Negeri 8 Surakarta.

Menurut guru, pembelajaran berbicara, khususnya menceritakan tokoh idola belum dapat berjalan lancar. Hal ini disebabkan siswa terkadang sulit diajak aktif, kurang terbiasanya siswa berlatih berbicara di depan publik. Guru masih belum dapat memberikan porsi yang sama pada siswa untuk melakukan praktik berbicara secara berkelanjutan. Hanya siswa- siswa tertentu saja yang aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini menyebabkan para siswa kurang antusias dalam menerima pelajaran. Indikator lain yang menunjukkan keterampilan berbicara masih rendah adalah sebagian besar siswa masih belum berani untuk tampil tanpa ditunjuk guru, kelancaran berbicara masih tersendat, penggunaan bahasanya masih kurang baik dan benar serta jumlah kosa kata yang masih terbatas.

Berdasarkan hasil wawancara denga siswa, dari dua siswa yang diwawancarai, semuanya menyatakan kesulitan dengan pembelajaran bercerita/ menceritakan tokoh idola. Mereka merasa belum percaya diri, sulit mengungkapkan ide yang ada dipikirannya. Kebanyakan dari mereka ketika mengikuti pelajaran tidak akrif. Keaktifan mereka terkadang tidak berkaitan dengan pelajaran.

Berdasarkan observasi pratindakan dan diskusi dengan guru dapan diidentifikasi penyebab timbulnya permasalahan-permasalahan tersebut. Pertama, secara umum siswa masih belum percaya diri ketika berbicara di muka kelas. Kurang terbiasanya siswa berlatih berbicara di muka kelas/ di depan publik menyebabkan mereka kesulitan ketika berbicara di muka umum. Kedua, siswa masih kesulitan dalam merangkai kalimat dan menuangkan ide- idenya saat berbicara. Ketiga, guru belum menggunakan strategi pembelajaran yang tepat dalam menyampaikan materi pelajaran. Keempat, guru kurang memperhatikan semua siswa, namun hanya memperhatikan orang-orang tertentu saja yang terampil berbiacara.

Dengan demikian, hasil kegiatan survei awal yang peneliti lakukan adalah sebagai berikut.

1. Siswa terlihat kurang berminat mengikuti pembelajaran berbicara

Berdasarkan hasil observasi peneliti pada survei awal ini, terungkap bahwa siswa menunjukkan sikap kurang antusias/ kurang peduli/ kurang berminat terhadap pembelajaran bercerita, khususnya menceritakan tokoh idola. Ketika proses pembelajaran berlangsung, banyak siswa yang kurang fokus pada pelajaran dan beberapa tampak malas mengikuti pelajaran menceritakan tokoh idola. Hal ini tampak ketika mengikuti pelajaran mereka lebih sibuk dnegan aktivitas pribadi, misal dalam mengikuti pelajaran mereka asyik ngobrol dengan teman dan tiduran. Proses ini dapat dilihat pada Gambar 2 di bawah ini.

Gambar 2. Siswa Tampak Kurang Berminat dalam Mengikuti Pembelajaran Menceritakan Tokoh Idola

2. Siswa terlihat kurang aktif ketika apersepsi maupun dalam pembelajaran menceritakan tokoh idola Selama proses pembelajaran menceritakan tokoh idola pada survei awal ini tampak bahwa siswa kurang aktif. Pada waktu guru melakukan apersepsi dengan tanya jawab kepada siswa, tidak ada anak yang menjawab kecuali ditunjuk oleh 2. Siswa terlihat kurang aktif ketika apersepsi maupun dalam pembelajaran menceritakan tokoh idola Selama proses pembelajaran menceritakan tokoh idola pada survei awal ini tampak bahwa siswa kurang aktif. Pada waktu guru melakukan apersepsi dengan tanya jawab kepada siswa, tidak ada anak yang menjawab kecuali ditunjuk oleh

3. Guru menggunakan metode konvensional Berdasarkan hasil observasi awal, wawancara dengan siswa dan guru bahasa Indonesia mengenai model pembelajaran berbicara yang sering digunakan, dapat disimpulkan bahwa model yang selama ini digunakan guru adalah model konvensional. Guru lebih sering menerangkan dengan model ceramah walaupun terkadang menggunakan model lain tapi pada pembelajaran selain berbicara. Guru kurang menjalin interaksi dengan siswa, jadi KBM hanya satu arah saja.

Adapun perolehan nilai pratindakan keterampilan berbicara adalah 31 (97%) siswa masih belum tuntas, masih memperoleh nilai kurang dari 75. Ada 10 (31%) siswa mendapatkan nilai 65, 15 (47%) siswa memperoleh nilai 60, 1 (3,1%) siswa mendapat nilai 55,5 (16%) siswa yang mendapat nilai 50 dan 1 (3,1%) siswa mendapat nilai 75. Siswa yang tuntas dalam pembelajaran berbicara pada survei awal ini ada 1 (3,1%) siswa. Dengan demikian, nilai terendah pada pembelajaran berbicara pratindakan ini adalah 50 sebanyak 5 (16%) siswa. Nilai tertinggi pembelajaran berbicara ini adalah 75 yang berhasil diperoleh oleh 1 (3,1%) siswa. Rata-rata nilai berbicara pada pembelajaran pratindakan ini adalah 58, dengan persentase ketuntasan adalah (3,1%). Keterangan mengenai nilai pembelajaran berbicara pada pratindakan ini dapat dilihat pada lampiran .

Setelah melakukan pengamatan kondisi awal, guru dan peneliti melakukan diskusi untuk mencari solusi permasalahan dalam pembelajaran menceritakan tokoh idola. Akhirnya tercapai kesepakatan bahwa peneliti akan melakukan penelitian tindakan kelas bersama guru sebagai kolaborator dengan mengambil judul “Penerapan Model Numbered Head Together untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas VII A SMP Negeri 8 Surakarta”.