Hakikat Model Numbered Head Together (NHT)

3. Hakikat Model Numbered Head Together (NHT)

a. Pengertian Model Pembelajaran

Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang mempunyai kemiripan makna, yaitu pendekatan pembelajaran, metode pembelajaran, strategi pembelajaran, teknik pembelajaran, dan model pembelajaran.

Model pembelajaran merupakan salah satu bagian dari keseluruhan sistem belajar yang tidak dapat dipisahkan dari sistem lainnya. Menurut Joyce dalam Trianto (2007:2) model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas/ pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya: buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain.

Winataputra (dalam Sugiyanto, 2008:7) mengungkapkan bahwa model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan suatu pengalaman belajar untuk mencapai Winataputra (dalam Sugiyanto, 2008:7) mengungkapkan bahwa model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan suatu pengalaman belajar untuk mencapai

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan yang sistematis yang dapat digunakan sebagai pedoman pembelajaran dengan mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu.

b. Ciri-ciri Model Pembelajaran

Istilah model pembelajaran memiliki makna yang lebih luas dari pada strategi, metode, atau prosedur. Kardi dan Nur (dalam Jayantio, 2009:10) menyatakan bahwa model-model pembelajaran mempunyai ciri-ciri khusus, antara lain: (1) rasional teoretik logis yang disusun oleh para pengembangnya; (2) landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar dalam mencapai tujuan pembelajaran; (3) tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat diterapkan dengan sukses; (4) lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Ciri-ciri tersebut dapat membedakan model pembelajaran dengan istilah-istilah lain yang hampir sama, yaitu metode pembelajaran, strategi pembelajaran, pendekatan pembelajaran, dan masih masih banyak yang lainnya.

c. Pengertian Model Numbered Head Together

Model numbered head together merupakan salah satu dari pembelajaran kooperatif. Kusumojanto dan Herawati (2009:93) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif atau cooperative learning membuat siswa yang bekerja dalam kelompok belajar lebih dibandingkan dengan siswa yang kelasnya dikelola secara tradisional.

Hal ini terjadi karena salah satu ciri pembelajaran kooperatif adalah setiap anak dihargai kemampuannya. Pembelajaran kooperatif juga merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan belajar. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni memperlajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah.

Lie (2004:30) mengemukakan bahwa ciri atau unsur model pembelajaran kooperatif terdiri dari lima, yaitu: (1) saling ketergantungan, (2) tanggung jawab perseorangan, (3) tatap muka, (4) komunikasi antaranggota, dan (5) evaluasi proses kelompok. Selain itu, menurut Lie (2002:59), model pembelajaran numbered head together memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat dan mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama.

Selain ciri-ciri di atas, Solihatin dan Raharjo (2008:9) mengemukakan bahwa model pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri: (1) untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif, (2) kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah, (3) jika dalam kelas terdapat siswa yang terdiri dari beberapa ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar dalam tiap kelompok terdiri dari ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda pula, dan (4) penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok dari pada perorangan.

Pembelajaran ini dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan yaitu: (1) hasil belajar akademik, (2) penerimaan tentang keragaman dan (3) pengembangan keterampilan. Pembelajaran NHT mengutamakan kerja kelompok dari pada individual, sehingga siswa bekerja dalam suasana gotong-royong dan mempunyai Pembelajaran ini dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan yaitu: (1) hasil belajar akademik, (2) penerimaan tentang keragaman dan (3) pengembangan keterampilan. Pembelajaran NHT mengutamakan kerja kelompok dari pada individual, sehingga siswa bekerja dalam suasana gotong-royong dan mempunyai

Model Pembelajaran numbered head together merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagan dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut, Herdian (dalam Sahrudin, 2011:432)

Tipe pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh beberapa ahli, antara lain Slavin (1985), Lazarowitz (1988) atau Sharan (1990) (dalam Widdiharto, 2004:16), salah satunya adalah pembelajaran model NHT yang dikembangkan oleh Kagan (1993). Pada umumnya, NHT digunakan untuk melibatkan siswa dalam penguatan pemahaman pembelajaran atau mengecek pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran. Model NHT merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri atas empat tahap yang digunakan untukmerivew fakta-fakta dan informasi dasar yang berfungsi untuk mengatur interaksi siswa.

Model pembelajaran numbered head together dapat disimpulkan sebagai suatu cara penyajian pelajaran dengan melakukan percobaan, mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu permasalahan yang dipelajari. Dengan model numbered head together siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang suatu objek dan keadaan suatu proses pembelajaran mata pelajaran tertentu.

d. Kelebihan dan Kekurangan Model Numbered Head Together (NHT)

Hill (1993) (dalam Triyana, 2008) menjelaskan bahwa model NHT memiliki kelebihan, antara lain: (1) meningkatkan motivasi belajar siswa, (2) dapat Hill (1993) (dalam Triyana, 2008) menjelaskan bahwa model NHT memiliki kelebihan, antara lain: (1) meningkatkan motivasi belajar siswa, (2) dapat

Kekurangan model pembelajaran NHT di antaranya, yaitu: (1) perlu persiapan yang matang, (2) pembelajaran membutuhkan waktu yang lama, (3) pengolahan kelas susah dikondisikan, (4) membutuhkan biaya yang cukup besar.

Menurut Lundgren (dalam Ibrahim, 2007), kelebihan pada model NHT, antara lain : (1) rasa harga diri menjadi lebih tinggi, (2) memperbaiki kehadiran, (3) penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar, (4) perilaku mengganggu menjadi lebih kecil, (5) konflik antara pribadi berkurang, (6) pemahaman menjadi lebih mendalam, (7) meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi, (8) hasil belajar lebih tinggi. Banyaknya kelebihan yang dimiliki model NHT dapat penulis simpulkan garis besar kelebihan model NHT, yaitu: (1) semua siswa menjadi siap untuk mengikuti pembelajaran, (2) dapat melakukan diskusi dengan sungguh- sungguh, (3) siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai. Selain kelebihan model NHT juga memiliki beberapa kelemahan seperti yang telah dipaparkan di atas, dapat penulis simpulkan, antara lain: (1) kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru, (2) tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru dalam satu kali waktu pertemuan pembelajaran, (3) kendala teknis, misalnya masalah tempat duduk kadang sulit atau kurang mendukung diatur kegiatan kelompok.

Selanjutnya, siswa yang hasil belajarnya rendah, menurut Lundgren (dalam Mustafa, Yusnani, dan Bararuddin, 2011), NHT mampu meningkatkan kepercayaan Selanjutnya, siswa yang hasil belajarnya rendah, menurut Lundgren (dalam Mustafa, Yusnani, dan Bararuddin, 2011), NHT mampu meningkatkan kepercayaan

e. Pengelolaan Kelas dengan Model Numbered Head Together

Menurut Suyatno (dalam Sahrudin, 2011:432), langkah-langkah pembelajaran Numbered Head Together, yaitu : (1) mengarahkan; (2) membuat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor tertentu; (3) memberikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok sama tapi, tiap siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang sama) kemudian bekerja kelompok; (4) mempresentasikan hasil kerja kelompok dengan nomor siswa yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi kelas; (5) mengadakan kuis individual dan membuat skor perkembangan tiap siswa; dan (6) mengumumkan hasil kuis dan memberikan reward.

Menurut Arends (dalam Wiyanti, 2008: 12), langkah-langkah yang dapat dilakukan guru dalam pelaksanaan pembelajaran Numbered Head Together adalah sebagai berikut:

1) Penomoran (Numbering) Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok dengan 3 sampai 5 anggota dan memberi mereka nomor sehingga masing-masing siswa dalam kelompok memiliki nomor yang berbeda 1 sampai 5.

2) Memberi Pertanyaan (Questioning) Guru mengajukan pertanyaan pada siswa. Pertanyaan ini dapat bervariasi dalam bentuk pertanyaan yang spesifik ataupun dalam bentuk pernyataan.

3) Berpikir Bersama (Heads Together) Siswa berpikir bersama-sama dalam kelompok untuk menemukan jawabannya dan memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut.

4) Menjawab Pertanyaan (Answering) Guru menyebutkan nomor tertentu dan siswa dari setiap kelompok yang memiliki nomor tersebut mengangkat tangannya dan memberikan jawaban pada seluruh anggota kelas.

Pembelajaran dengan model numbered head together dapat memotivasi siswa agar lebih aktif dan berusaha untuk memahami materi yang di berikan oleh guru. Hal ini dapat dilakukan dengan cara guru memberikan pertanyaan pada siswa secara acak. Hal tersebut mengharuskan setiap siswa paham dengan materi yang sudah diajarkan.

Harapannya dengan model pembelajaran NHT dapat tercipta suasana koordinasi agar siswa saling mendengarkan, saling berbagi, dan saling memberi dan menerima, sehingga melatih mereka untuk mempertanggungjawabkan hasil belajarnya. Secara tidak langsung model ini melatih siswa untuk saling berbagi informasi, mendengarkan dengan cermat dengan penuh perhitungan, sehingga siswa lebih produktif dalam pembelajaran.