Prosedur Penelitian
H. Prosedur Penelitian
Mekanisme kerja dalam pelaksanaan PTK ini diwujudkan dalam bentuk
siklus (direncanakan dua siklus), yang setiap siklusnya tercakup empat kegiatan, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi dan interpretasi, dan (4) analisis dan refleksi.
1. Rancangan siklus I
a. Tahap perencanaan, mencakup kegiatan:
1) merancang skenario pembelajaran berbicara dengan pembelajaran model numbered head together untuk materi berbicara, yaitu menceritakan tokoh idola.
2) membuat media pembelajaran berupa rekaman video praktik
berbicara, yaitu menceritakan tokoh idola.
3) menyiapkan materi pembelajaran berupa teks biografi sebagai bahan untuk diceritakan yang sesuai dengan siswa.
4) menyusun lembar observasi sebagai pedoman pengamatan terhadap
pelaksanaan pembelajaran model NHT.
b. Tahap pelaksanaan, dilakukan dengan mengadakan pembelajaran yang dalam satu siklus ada dua kali tatap muka, yang masing- masing 2x40 menit, sesuai skenario pembelajaran dan rencana pembelajaran pada siswa. Pada siklus satu ini pembelajaran dilakukan oleh guru kelas, sedangkan kolaborator melakukan observasi terhadap proses pembelajaran. Sebelum memulai menjelaskan materi, (a) Guru bertanya pada siswa berkaitan materi menceritakan tokoh idola dengan tujuan mengetahui sejauh mana kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran, (b)
Guru mulai menjelaskan tentang materi menceritakan tokoh idola dan memberikan contoh cara mengemukakan identitas dan keunggulan tokoh dengan pilihan kata yang sesuai, (c) Guru membagi kelompok menjadi enam. Tiap kelompok terdiri dari enam sampai tujuh orang, pengambilan kelompok dilakukan secara acak, yaitu dengan cara guru mengitung siswa dari satu sampai enam, yang memiliki nomor sama menjadi satu kelompok, (d) Guru membagi nomor pada masing- masing anggota kelompok, (e) Setiap siswa dalam kelompok mendapat nomor yang
berbeda (tahap numbered), (f) Guru membagi soal dengan empat pertanyaan kepada kelompok sebagai pengganti pertanyaan lisan, siswa diberi waktu untuk memikirkan dan berdiskusi bersama dalam kelompok untuk kemudian menjawab pertanyaan tersebut secara individu. (tahap questioning), (g) Guru meminta semua siswa berdiskusi dengan semua anggota kelompoknya dan meminta mengerjakan semua soal serta memastikan masing- masing anggota mengetahui jawabannya. (tahap head together), (h) Guru memanggil salah satu nomor siswa secara acak dan meminta siswa tersebut untuk menjawab. Siswa dituntut untuk menyampaikan hasil diskusi dengan kelompoknya. (tahap answering), (i) Ketika jawaban yang diberikan siswa kurang tepat maka siswa satu kelompoknya dapat melengkapi atau menambah jawaban. Guru memberikan penguatan, komentar, atau tambahan.
c. Tahap observasi, dilakukan dengan mengamati proses (aktivitas guru dan siswa) dan unjuk kerja siswa dengan menggunakan lembar observasi untuk mendapatkan data tentang kekurangan dan kemajuan pada siklus pertama. Selain itu, untuk memperoleh data yang akurat, melakukan wawancara dengan para siswa mengenai poin-poin tertentu yang dirasa perlu ditanyakan pada siswa untuk mendapatkan data yang lebih lengkap. Sebagai observator adalah peneliti dan guru kelas.
d. Tahap analisis dan refleksi, dilakukan dengan cara menganalisis hasil pekerjaan siswa, hasil observasi, serta hasil wawancara. Dengan demikian, analisis dilakukan terhadap proses dan praktik (unjuk kerja) pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh kesimpulan bagian fase mana yang perlu diperbaiki atau disempurnakan dan fase mana yang telah memenuhi target. Tahap ini dilaksanakan peneliti dengan:
1) menghitung rerata persentase siswa yang aktif dan antusias, serta
persentase siswa yang mendapat nilai 75 ke atas
2) mengidentifikasi penyebab siswa kurang aktif dan antusias selama pembelajaran (dilakukan dengan wawancara), serta siswa yang masih mendapatkan nilai di bawah 75 (dilakukan melalui observasi terhadap unjuk kerja siswa)
3) mengidentifikasi solusi/ tindakan lanjut yang perlu dilakukan pada siklus berikutnya untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran berikutnya (dilakukan melalui wawancara dan diskusi antara peneliti dan guru)
2. Rancangan siklus II
Pada siklus kedua dilakukan tahapan-tahapan seperti pada siklus pertama namun mengalami perbaikan- perbaikan dari hasil refleksi.
a. Tahap perencanaan, mencakup kegiatan:
1) Merancang skenario pembelajaran berbicara dengan model numbered head together untuk materi berbicara, yaitu
menceritakan tokoh idola
2) Membuat media pembelajaran berupa rekaman video praktik
berbicara, yaitu menceritakan tokoh idola
3) Menyiapkan materi pembelajaran berkaitan dengan hal-hal yang diperhatikan saat menceritakan tokoh idola, hakikat tokoh idola
4) Menyusun lembar observasi sebagai pedoman pengamatan
terhadap pelaksanaan pembelajaran model NHT.
b. Tahap pelaksanaan, dilakukan tahapan-tahapan seperti siklus pertama tetapi didahului dengan perencanaan ulang berdasarkan hasil yang diperoleh pada siklus pertama sehinggga kelemahan-kelemahan yang b. Tahap pelaksanaan, dilakukan tahapan-tahapan seperti siklus pertama tetapi didahului dengan perencanaan ulang berdasarkan hasil yang diperoleh pada siklus pertama sehinggga kelemahan-kelemahan yang
1) Guru mulai menjelaskan tentang materi menceritakan tokoh idola dan memberikan contoh bercerita/cara mengemukakan identitas dan keunggulan tokoh, serta alasan mengidolakan tokoh dengan pilihan kata yang sesuai (sebelumnya guru meminta setiap kelompok untuk mencari data tokoh idola siswa);
2) Guru mengelompokkan siswa menjadi enam kelompok. Tiap kelompok terdiri dari enam sampai tujuh orang, kelompok sama dengan pertemuan sebelumnya;
3) Setiap siswa dalam kelompok mendapat nomor yang berbeda
(tahap numbered);
4) Suru membagi soal dengan empat pertanyaan kepada kelompok sebagai pengganti pertanyaan lisan, siswa diberi waktu untuk memikirkan dan berdiskusi bersama dalam kelompok untuk kemudian menjawab pertanyaan tersebut secara individu. (tahap questioning );
5) Guru meminta semua siswa berdiskusi dengan semua anggota kelompoknya dan meminta mengerjakan semua soal serta memastikan masing- masing anggota mengetahui jawabannya. (tahap head together);
6) Guru memanggil salah satu nomor siswa secara acak dan meminta siswa tersebut untuk menjawab. Siswa dituntut untuk menyampaikan hasil diskusi dengan kelompoknya. (tahap answering ), ketika jawaban yang diberikan kurang tepat maka siswa dari kelompok lain dapat melengkapi atau menambah jawaban; dan
7) Guru memberikan penguatan, komentar, atau tambahan.
c. Tahap observasi, dilakukan dengan mengamati proses (aktivitas guru dan siswa) dan hasil koreksi dengan menggunakan lembar observasi untuk mendapatkan data tentang kekurangan dan kemajuan pada siklus kedua. Selain itu, untuk memperoleh data yang akurat, melakukan wawancara dengan para siswa mengenai poin-poin tertentu yang dirasa perlu ditanyakan pada siswa untuk mendapatkan data yang lebih lengkap. Sebagai observator adalah peneliti dan guru kelas.
d. Tahap analisis dan refleksi, dilakukan dengan cara menganalisis hasil pekerjaan siswa, hasil observasi, serta hasil wawancara. Dengan demikian, analisis dilakukan terhadap proses dan hasil pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh kesimpulan bagian fase mana yang perlu diperbaiki atau disempurnakan dan fase mana yang telah memenuhi target. Tahap ini dilaksanakan peneliti dengan:
1) menghitung rerata persentase siswa yang aktif dan antusias, serta
persentase siswa yang mendapat nilai 75 ke atas;
2) mengidentifikasi penyebab siswa kurang aktif dan antusias selama pembelajaran (dilakukan dengan wawancara), serta siswa yang masih mendapatkan nilai di bawah 75 (dilakukan melalui observasi terhadap unjuk kerja siswa); dan
3) mengidentifikasi solusi/ tindakan lanjut yang perlu dilakukan pada siklus berikutnya untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran berikutnya (dilakukan melalui wawancara dan diskusi antara peneliti dan guru).