Siklus Pertama

1. Siklus Pertama

a. Perencanaan Tindakan

Tahap perencanaan ini dilaksanakan pada Kamis, 26 April 2012 di ruang tamu SMP Negeri 8 Surakarta. Peneliti dan guru mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan untuk mengatasi permasalahan pembelajaran berbicara dalam penelitian siklus pertama.

Peneliti dan guru merencanakan tindakan yang akan diterapkan dalam siklus I, guru berdiskusi dengan peneliti untuk menyusun silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berbicara untuk dua kali pertemuan (2 x 2 x

40 menit). Selain itu, peneliti dan guru menyusun skenario pembelajaran menggunakan model numbered head together, yaitu sebagai berikut: a) Guru membuka pelajaran dan memberikan apersepsi dengan bertanya jawab tentang tokoh idola dan alasan peserta didik mengidolakannya; b) Guru memberikan penjelasan materi tentang menceritakan tokoh idola; c) Guru 40 menit). Selain itu, peneliti dan guru menyusun skenario pembelajaran menggunakan model numbered head together, yaitu sebagai berikut: a) Guru membuka pelajaran dan memberikan apersepsi dengan bertanya jawab tentang tokoh idola dan alasan peserta didik mengidolakannya; b) Guru memberikan penjelasan materi tentang menceritakan tokoh idola; c) Guru

Siswa diminta membaca dengan memperhatikan secara seksama dan memahami teks biografi yang telah dibagikan; g) Siswa diminta mendiskusikan dengan kelompoknya sesuai dengan teks biografi yang telah didapat. Dikarenakan waktu yang terbatas, diskusi guru dan peneliti belum sampai selesai. Diskusi dilanjutkan pada hari berikutnya.

Diskusi tahap perencanaan untuk siklus I dilanjutkan pada hari Sabtu,

28 April 2012 di ruang tamu SMP Negeri 8 Surakarta. Guru dan peneliti melanjutkan dikusi berkaitan dengan skenario pembelajaran yang akan dilakukan pada siklus I. Hasil diskusinya, yaitu: a) Guru memberikan tugas pada siswa untuk membuat ringkasan teks biografi berdasarkan teks yang telah dibagikan dengan menerapkan model numbered head together; b) Guru meminta siswa (secara acak) untuk menjawab pertanyaan yang dilontarkan guru; c) Guru meminta agar setiap siswa siap untuk menjawab pertanyaan dari guru; d) Setiap siswa diharapkan memahami teks biografi yang telah didapatkan; e) Guru memberikan kesempatan pada siswa yang ingin melengkapi jawaban temannya; f) Siswa mendapatkan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan yang mereka raih; dan g) Siswa bersama dengan guru melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan dan menutup pelajaran.

Setelah selesai menyusun skenario pembelajaran, peneliti berdiskusi dengan guru mengenai aspek berbicara apa saja yang akan dinilai dalam praktik berbicara. Berdasarkan hasil diskusi ini ditetapkan bahwa aspek berbicara yang akan dinilai adalah lafal dan intonasi, kosa kata, kelancaran, Setelah selesai menyusun skenario pembelajaran, peneliti berdiskusi dengan guru mengenai aspek berbicara apa saja yang akan dinilai dalam praktik berbicara. Berdasarkan hasil diskusi ini ditetapkan bahwa aspek berbicara yang akan dinilai adalah lafal dan intonasi, kosa kata, kelancaran,

Pembahasan mengenai aspek berbicara yang akan dinilai telah disepakati oleh guru dan peneliti. Lalu, guru dan peneliti mencoba mempersiapkan teks biografi yang akan dibagikan kepada siswa. Teks biografi yang dipilih harapannya disesuaikan dengan karakter siswa yang masih muda dan menyukai tokoh idola yang masih muda pula. Oleh karena itu, peneliti dan guru memilih artis tokoh idola yang cukup terkenal dan memiliki beberpa prestasi yang bagus. Selain merencanakan terkait dengan proses pembelajaran guru dan peneliti juga harus mempersiapkan instrument yang harus digunkan untuk menilai keterampilan berbicara maupun proses pembelajaran keterampilan berbicara.

Penyusunan instrument dilakukan oleh peneliti dan guru. Instrumen penelitian ini berupa tes dan nontes. Instrumen tes dinilai dari unjuk kerja siswa dalam praktik berbicara, yaitu menceritakan tokoh idola. Untuk instrumen nontes dinilai berdasarkan pedoman observasi yang dilakukan oleh peneliti dengan mengamati keaktifan dan sikap siswa selama proses belajar- mengajar berlangsung. Selain itu, guru dan peneliti menentukan jadwal pelaksanaan tindakan siklus I yaitu pada Selasa, 15 Mei 2012 dan Selasa, 22 Mei 2012. Siklus I akan dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Alasan dilaksanakan dua kali pertemuan karena guru harus menjelaskan materi terlebih dahulu serta memahamkan siswa terkait pelaksanaan kerja kelompok dengan menggunakan model numbered head together.

b. Pelaksanaan Tindakan

Tahap pelaksanaan tindakan yang berupa pembelajaran menceritakan tokoh idola dengan model numbered head tohether dilakukan dalam dua kali pertemuan. Sebagaimana yang telah direncanakan sebelumnya, Tahap pelaksanaan tindakan yang berupa pembelajaran menceritakan tokoh idola dengan model numbered head tohether dilakukan dalam dua kali pertemuan. Sebagaimana yang telah direncanakan sebelumnya,

Dalam pelaksanaan tindakan I ini, guru bertindak sebagai penyampai materi dalam pembelajaran menceritakan tokoh idola di dalam kelas, sedangkan peneliti melakukan observasi terhadap proses pembelajaran. Dalam hal ini, peneliti bertindak sebagai pengamat yang berada di belakang ruang kelas untuk mengamati jalannya pembelajaran.

Pelaksanaan tindakan I pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa, 15 Mei 2012 selama dua jam pelajaran yaitu pukul 10.00-11.15 WIB (jam ke-5 dan 6). Pada siklus I ini materi yang disampaikan guru adalah cara menceritakan tokoh idola dari sebuah teks biografi. Pada pertemuan pertama guru dan siswa bertanya jawab tentang pengertian tokoh, pengertian idola, cara menceritakan tokoh idola, hal- hal yang diperhatikan dalam bercerita, dan praktik bekerja kelompok dengan menggunakan model numbered head together .

1) Pertemuan Pertama

Tindakan siklus I pertemuan pertama dilaksanakan pada Selasa, 15 Mei 2012 selama dua jam pelajaran, yaitu pukul 10.00-11.15. Tindakan yang dilaksanakan pada siklus I pertemuan pertama ini adalah sebagai berikut:

a) Guru membuka pelajaran dengan memberikan salam pada siswa, mengondisikan kelas (bersama-sama siswa menyanyikan lagu nasional

“Apuse”), dan mengecek presensi siswa. Kemudian dilanjutkan dengan pemberian apersepsi. Pemberian apersepsi ini dilakukan guru dengan “Apuse”), dan mengecek presensi siswa. Kemudian dilanjutkan dengan pemberian apersepsi. Pemberian apersepsi ini dilakukan guru dengan

b) Guru memberikan penjelasan materi tentang menceritakan tokoh idola, pengertian tokoh idola, hal-hal penting dalam menceritakan toko idola, praktik bekerja kelompok dengan menggunakan model numbered head together . Sebelum guru menjelaskan materi tersebut, guru bertanya jawab dahulu pada siswa terkait materi yang akan dijelaskan. Ada kalanya para siswa diminta menyebutkan segala sesuatu yang telah mereka ketahui sejauh ini tentang pengertian tokoh idola, tetapi tidak banyak siswa yang menjawab. Saat hal tersebut berlangsung, hanya ada

1 siswa yang berani menjawab dan benar tanpa ditunjuk guru, sedangkan ada 5 siswa yang menjawab karena ditunjuk oleh guru. Setelah selesai menjelaskan materi tentang pengertian tokoh idola, hal- hal yang perlu diperhatikan dalam berbicara/ menceritakan tokoh idola, serta praktik bekerja kelompok dengan menggunakan model numbered head together .

c) Setelah penjelasan materi yang disebutkan di atas selesai (siswa sudah memahami penjelasan guru), kemudian guru membagi siswa menjadi 5 kelompok, setiap kelompoknya terdiri dari 5-6 siswa. Setelah itu, guru meminta siswa untuk memperhatikan teks biografi yang telah dibagikan guru sebelumnya. Selanjutnya, guru memberikan penjelasan mengenai cara menceritakan tokoh idola berdasarkan biografi tokoh yang telah tersedia.

d) Guru memberikan soal pada setiap kelompok, setiap kelompok berdiskusi untuk menjawab pertanyaan tersebut. Kegiatan diskusi dapat dilihat pada Gambar 3 berikut ini.

e) Siswa dengan nomor tertentu ditunjuk guru untuk menceritakan tokoh idola dengan kelengkapan identitas tokoh

f) Siswa yang paling baik menceritakan tokoh idola mendapatkan

penghargaan untuk maju bercerita di muka kelas.

g) Guru bersama dengan siswa melakukan refleksi dan menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.

2) Pertemuan Kedua

Pembelajaran berdiskusi dilanjutkan pada pertemuan kedua. Tindakan siklus I pertemuan kedua tersebut dilaksanakan pada Selasa, 22 Mei 2012 jam kelima dan keenam, yaitu pukul 10.00-11.15. Adapun urutan pelaksanaan tindakan siklus I pada pertemuan kedua ini adalah sebagai berikut.

a) Guru memberi salam, mengondisikan kelas, dan mengecek presensi

Gambar 3. Salah satu kelompok sedang berdiskusi dan bekerja sama menyelesaikan tugasnya.

b) Guru mengulang sekilas materi yang telah disampaikan pada pertemuan sebelumnya dengan melakukan tanya jawab.

c) Siswa diminta untuk mempersiapkan diri membentuk kelompok dan melanjutkan diskusi dengan model numbered head together. Pada pertemuan kedua ini, semua anggota kelompok diminta untuk mempersiapkan kembali jawaban dari soal yang diberikan guru.

d) Setelah semua kelompok siap, guru memberikan soal untuk dijawab oleh masing-masing kelompok berdasarkan teks biografi yang telah didapat pada pertemuan sebelumnya.

e) Guru menayangkan contoh dalam bentuk video berkaitan dengan materi menceritakan tokoh idola.

f) Guru menunjuk salah satu siswa di masing-masing kelompok untuk menceritakan tokoh idola dengan kelengkapan identitas. Selama pelaksanaan aktivitas bercerita tersebut, guru memberikan bimbingan kepada para siswa yang sekiranya masih merasa kesulitan. Dalam pelaksanaan aktivitas menceritakan tokoh idola ini pada umumnya siswa kurang mampu mengembangkan teks biografi dalam sebuah rangkaian cerita secara rinci. Selain itu kosa kata yang digunakan masih terbatas, rasa percaya diri masing kurang, aktivitas siswa dan guru tersebut dapat dilihat pada Gambar 4 dan Gambar 5 berikut ini.

Gambar 4. Siswa masih terlihat belum lancar dalam menceritakan tokoh idola

Gambar 5. Guru memantau diskusi siswa dan memberikan bimbingan kepada siswa yang kesulitan

g) Setelah semua kelompok selesai berdiskusi, kemudian siswa diminta untuk mempersiapkan diri menjawab pertanyaan dari guru. Siswa diminta memperhatikan jawaban yang disampaikan teman mereka. Atas bimbingan guru, siswa diminta menceritakan alasan mengapa mengidolakan tokoh idola dari biografi yang mereka dapatkan.

h) Guru memerintahkan siswa untuk mempersiapkan biografi tokoh idola mereka dan dibawa pada pertemuan berikutnya (masing-masing kelompok 1)

i) Guru bersama-sama siswa melakukan refleksi dan menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.

c. Observasi dan Interpretasi

Observasi ini dilaksanakan pada Selasa, 15 Mei 2012, pukul 10.00-

11.15 WIB dan Selasa, 22 Mei 2012 pukul 10.00-11.15 WIB di ruang kelas VII

A SMP 8 Surakarta. Pengamatan difokuskan pada berlangsungnya proses pembelajaran berdiskusi serta aktivitas siswa dan guru selama pembelajaran berlangsung. Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai partisipan pasif yang berada di belakang agar dapat mengamati proses pembelajaran.

Berdasarkan pengamatan peneliti, secara garis besar diperoleh gambaran tentang proses kegiatan belajar mengajar pada siklus I sebagai berikut:

1) Sebelum mengajar, guru mempersiapkan rencana pembelajaran yang akan dijadikan pedoman dalam mengajar. Guru mempersiapkan laptop, lcd dll; 2) Pelaksanaan tindakan siklus I berlangsung selama 2 kali pertemuan, diikuti oleh siswa kelas VII A SMP Negeri 8 Surakarta yang berjumlah 32.

Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran menceritakan tokoh idola dengan cukup baik, yaitu guru mengajar dengan arah dan tujuan yang jelas. Pada awal pembelajaran, guru mengemukakan dengan jelas tentang materi menceritakan tokoh idola, pengertian tokoh idola dan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menceritakan tokoh idola. Guru tidak hanya ceramah saja, tetapi juga dengan metode tanya jawab. Pembelajaran berlangsung dua arah antara guru dan siswa. Kemudian guru menjelaskan cara main model numbered head together .

Ketika guru menyampaikan materi, beberapa siswa tampak masih kurang berminat, malas, menopangkan dagu di atas meja dan beraktivitas sendiri. Akan tetapi, sebagian besar siswa tampak antusias mengikuti pelajaran. Kurang antusias siswa dapat dilihat pada gambar 6 di bawah ini.

Gambar 6. Siswa tampak kurang bersemangat dan kurang antusias ketika mendengarkan penjelasan guru.

Setelah memberi penjelasan, guru membagi kelompok secara acak. Satu kelompok terdiri dari 5-6 siswa, di kelas tersebut terdapat 6 kelompok. Guru meminta siswa bekerja berkelompok dengan model numbered head together . Guru menjelaskan bahwa dalam kelompok tersebut masing-masing siswa harus memahami hasil diskusi dan mengetahui jawaban soal yang diberikan guru. Setelah diskusi selesai, pada pertemuan berikutnya siswa sudah berkumpul dengan kelompok seperti pada kelompok pertemuan sebelumnya. Selanjutnya siswa membuat rangkuman dari biografi tokoh idola. Dalam merangkum teks biografi siswa bekerja sama dengan kelompoknya, namun setiap siswa harus siap ketika ditunjuk untuk menjawab pertanyaan dari guru.

Dalam tahap refleksi, sebagian siswa (kurang lebih 6 siswa) sudah mau memberikan komentar tentang pembelajaran menceritakan tokoh idola. Adapun kelemahan atau kekurangan selama pelaksanaan tindakan siklus I ini dapat dilihat dari beberapa aspek berikut.

(1) Kelemahan yang ditemukan dari siswa, yaitu sebagai berikut.

(a) Siswa terlihat belum sepenuhnya aktif dalam mengikuti pembelajaran. Sebagian siswa masih melakukan aktivitas pribadi, seperti mengganggu teman, bercanda dengan teman, dan belum berani menjawab pertanyaan dari guru.

(b) Siswa masih ada yang hanya diam saja ketika melakukan kerja

kelompok. (c) Siswa kurang bisa mengoptimalkan waktu dengan baik. Ketika waktu yang diberikan guru sudah habis, siswa sering belum selesai dalam mengerjakan tugas yang diberikan.

(d) Siswa belum melaksanakan peran sebagai anggota kelompok

dengan baik. (e) Pada umumnya siswa masih kesulitan saat menceritakan tokoh idola, terbukti saat bercerita masih banyak siswa yang kurang percaya diri dan masih bertanya-tanya pada teman satu kelompok dan melihat catatan. Selain itu, mereka masih banyak melakukan kesalahan pada saat menceritakan tokoh idola. Kosa kata yang digunakan masih terbatas (sama), berbicara masih belum lancar, lafal kurang jelas dan intonasi masih monoton.

(2) Kelemahan yang ditemukan dari guru, yaitu sebagai berikut.

(a) Guru kurang jelas dalam memberikan perintah sehingga siswa

masih terlihat bingung. (b) Guru kurang memberikan bimbingan secara intens ketika siswa

bekerja dalam kelompok. (c) Guru jarang menegur siswa yang tidak aktif atau tidak fokus ketika

pelajaran berlangsung. (3) Kelemahan pembelajaran menceritakan tokoh idola dengan model numbered head together yaitu sebagai berikut.

(a) Siswa masih merasa model numbered head together itu asing dan baru sehingga belum begitu memahami pelaksanaan model ini. (4) Kelemahan dari aspek teks biografi tokoh idola (b) Siswa merasa bingung dengan teks biografi yang dibagikan karena

tidak semua siswa mengidolakan tokoh tersebut Peningkatan keterampilan berbicara dan proses pembelajaran menceritakan tokoh idola tampak dari indikator berikut ini. (1) Keaktifan siswa selama apersepsi

Berdasarkan pengamatan peneliti dengan menggunakan pedoman observasi diketahui ketika apersepsi ada 6 (20%) siswa yang aktif merespon pertanyaan yang diberikan guru, sedangkan siswa yang lainnya menunjukkan sikap kurang aktif dan tidak mau bertanya yaitu sebanyak 26 siswa (81%)

(2) Siswa dalam memperhatikan penjelasan guru Saat guru menjelaskan materi ada 12 (37%) siswa yang memperhatikan dan ada 20 (62%) siswa yang kurang perhatian terhadap pelajaran. Siswa masih sibuk dengan aktifitas pribadi, melamun, mengantuk, menopang dagu, tidak mendengarkan penjelasan guru, dan bercanda dengan siswa lain. (3) Keberanian siswa dalam mengungkapkan pendapat Dalam proses pembelajaran, berdasarkan hasil pengamatan peneliti dengan menggunakan pedoman observasi diketahui ada 16 (50%) siswa yang berani mengungkapkan pendapatnya sedangkan siswa yang belum mengungkapkan pendapatnya ada 17 atau sekitar (53%). Siswa lebih suka mendengarkan temannya berbicara dari pada harus berbicara untuk mengungkapkan pendapat meraka.

(4) Keaktifan siswa dalam diskusi Saat berdiskusi ada 15 (46%) siswa yang aktif sedangkan siswa lain yang tidak aktif biasanya melakukan aktivitas lain, misal melamun, bermain sendiri, dan hanya diam.

(5) Ketuntasan hasil belajar praktik berbicara Berdasarkan KKM yang telah dditentukan oleh SMP Negeri 8 Surakart, yakni batas minimal ketuntasan 75. Pada siklus I ini ada 27 (84%) siswa belum mencapai ketuntasan hasil belajar praktik berbicara. Hal ini terlihat dari hasil unjuk kerja siswa berupa praktik berbicara dan dihitung dari jumlah siswa yang memperoleh nilai 75 ke atas, yaitu sebanyak 5 siswa atau sebesar (16%) dari keseluruhan siswa yang berjumlah 32 siswa. Masih banyaknya siswa yang belum mencapai nilai ketuntasan hasil belajar ini karena banyak siswa yang masih belum lancar dalam bercerita, penggunaan kosa kata yang masih sama/ kurang bervariasi, dan intonasi yang monoton. Dengan demikian, hasil penelitian keterampilan berbicara siswa berdasarkan pengamatan dan pengisian lembar observasi menunjukkan bahwa ada peningkatan dari pratindakan. Terbukti ada 5 (16 %) siswa yang mendapat nilai lebih dari 75, dan masih ada 27 (84%) siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM. Adapun perolehan nilai siklus I keterampilan berbicara adalah 4 (12,5%) siswa memperoleh nilai 65, 23 (66%) siswa mendapat nilai 70, 5 (16%) siswa mendapat nilai 75. Peningkatan nilai berbicara tersebut tampak jelas pada grafik dan tabel perbandingan nilai pembelajaran bercerita di bawah ini.

Pratindakan Siklus I

Gambar 7. Grafik Perbandingan Nilai Pembelajaran Berbicara Siswa

Berdasarkan grafik tersebut dapat dilihat nilai berbicara siswa. Pada kegiatan pratindakan tampak bahwa masih banyak siswa yang mendapat nilai 50-59 sedangkan pada siklus I lebih banyak siswa yang mendapat nilai 70-79. Selain itu, pada siklus I ini, siswa yang mendapatkan nilai di atas 75 lebih banyak dibandingkan pada pratindakan. Berdasarkan grafik tersebut tampak bahwa nilai siswa pada siklus I lebih baik daripada nilai siswa pada pratindakan. Tabel 3. Perbandingan Nilai Pembelajaran Berbicara pada Siklus I

No

Nilai

Jumlah Siswa

Keterangan

Pratindakan

Siklus I

1 45-54

5 0 Tidak Tuntas

2 55-64

16 0 Tidak Tuntas

3 65-74

10 27 Tidak Tuntas

4 75-84

1 5 Tuntas Perbandingan yang digambarkan pada tabel tersebut menunjukkan

bahwa terjadi peningkatan jumlah siswa yang “tuntas” dari 1 siswa menjadi

5 siswa. Dengan demikian, jelas bahwa nilai siswa pada siklus I lebih baik daripada nilai siswa pada pratindakan. Setelah peneliti melakukan pengamatan awal terhadap pembelajaran bercerita di kelas VII A, peneliti meminta siswa untuk diwawancarai pascatindakan siklus I dan jurnal refleksi siswa. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengetahui perasaan siswa selama proses pembelajaran berbicara dengan menerapkan model numbered head together. Berdasarkan hasil wawancara, diperoleh hasil bahwa 4 siswa dari empat siswa yang diwawancarai menyatakan senang praktik berbicara dengan model numbered head together daripada dengan model yang biasa guru gunakan sebelumnya.

d. Analisis dan Refleksi

Berdasarkan dengan hasil observasi yang menunjukkan bahwa indikator penelitain ini belum tercapai, peneliti dan guru berupaya menggali faktor penyebab fenomena tersebut, kemudian melakukan analisis dan refleksi bersama-sama.

Hampir sebagian siswa belum menunjukkan kesungguhan dan keaktifan di dalam proses pembelajaran. Keaktifan dan aktivitas siswa selama pembelajaran ini meliputi aktif dalam memberikan respon terhadap apersepsi yang diberikan guru, aktif memperhatikan penjelasan guru saat memberikan materi, aktif dalam kegiatan diskus, siswa mampu mengungkapkan alasan mengidolakan tokoh dan siswa mampu menceritakan tokoh idola dengan kelengkapan identitas tokoh. Pada siklus I ini siswa masih belum berperan aktif dalam diskusi kelompok. Sebagian mereka banyak yang bercerita dengan temannya. Secara keseluruhan, kelas tampak ramai, tetapi para siswa sepenuhnya kurang konsentrasi pada pembelajaran. Dari beberapa hal yang telah disebutkan tersebut dapat Hampir sebagian siswa belum menunjukkan kesungguhan dan keaktifan di dalam proses pembelajaran. Keaktifan dan aktivitas siswa selama pembelajaran ini meliputi aktif dalam memberikan respon terhadap apersepsi yang diberikan guru, aktif memperhatikan penjelasan guru saat memberikan materi, aktif dalam kegiatan diskus, siswa mampu mengungkapkan alasan mengidolakan tokoh dan siswa mampu menceritakan tokoh idola dengan kelengkapan identitas tokoh. Pada siklus I ini siswa masih belum berperan aktif dalam diskusi kelompok. Sebagian mereka banyak yang bercerita dengan temannya. Secara keseluruhan, kelas tampak ramai, tetapi para siswa sepenuhnya kurang konsentrasi pada pembelajaran. Dari beberapa hal yang telah disebutkan tersebut dapat

32 siswa, siswa yang aktif baru mencapai 12 (37%) siswa, sedangkan 20 (62%) siswa di antaranya belum menunjukkan keaktifan.

Sebagian siswa masih belum mampu menceritakan tokoh idola dengan baik, hal tersebut terlihat dari kurangnya percaya diri ketika praktik berbicara yaitu menceritakan tokoh idola. Tidak percaya diri timbul disebabkan mereka belum menguasai biografi tokoh idola yang akan diceritakan. Biografi yang telah disiapkan oleh guru mengakibatkan siswa belum siap dikarenakan tidak semua siswa mengidolakan tokoh tersebut. Masih banyak siswa yang bercerita dengan cara menghafal, sehingga terlihat dari kata-kata yang disampaikan hampir sama dengan isi pada teks biografi. Masih belum lancar ketika bercerita, belum jelas ketika melafalkan kata- kata dan intonasi masih datar (kurang bervariasi).

Masih banyaknya siswa yang belum berhasil mencapai batas minimal ketuntasan hasil belajar atau masih mendapatkan nilai di bawah 75. Hal tersebut disebabkan masih banyaknya kesalahan yang terdapat pada praktik berbicara siswa. Kesalahan tersebut meliputi: (1) penguasaaan kosa kata yang masih terbatas; (2) siswa masih belum berani untuk berbicara tanpa ditunjuk oleh guru (masih belum berani mengungkapkan pendapatnya); (3) penyusunan kalimat yang belum baik (tata bahasa), sehingga terkadang masih banyak kata-kata yang diulang-ulang; (4) lafal masih belum jelas sehingga suara kurang jelas didengar teman-temannya dan intonasi yang masih datar membuat cara berbicaranya membosankan; (5) kelancaran berbicara masih belum sempurna. Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan melakukan praktik berbicara ulang di sekolah pada pertemuan siklus

II. Selain itu penyebab banyaknya siswa yang belum berhasil mencapai batas minimal ketuntasan hasil belajar pada siklus I ini disebabkan bentuk II. Selain itu penyebab banyaknya siswa yang belum berhasil mencapai batas minimal ketuntasan hasil belajar pada siklus I ini disebabkan bentuk

Guru belum mampu mengelola kelas dengan baik. Guru belum menciptakan situasi pembelajaran yang mendukung siswa untuk aktif, antusias, konsentrasi, dan termotivasi untuk belajar. Meskipun sesekali guru memberikan kesempatan siswa untuk berpendapat, hal itu tidak dimanfaatkan dengan baik oleh siswa. Hal tersebut menjadi tantangan bagi guru untuk menjadikan siswa aktif dalam kegiatan tanya jawab dan pembelajaran secara keselurhan. Selain itu, guru juga belum menyeluruh kepada seluruh siswa. Karena posisi guru dalam menjelaskan materi lebih sering berada di depan kelas/ di tempat duduk guru, sehingga kurang berinteraksi dengan siswa dan guru pun tidak maksimal dalam memonitor siswa yang duduk di bangku samping dan di bangku paling belakang, walaupun guru juga seselali menegur beberapa siswa yang kurang memperhatikan pelajaran.

Berdasarkan analisis dan refleksi yang telah dilakukan oleh peneliti dan guru, ditemukan beberapa kekurangan sebagaimana yang telah dikemukakan di atas. Berikut ini dikemukakan beberapa hal yang dapat memperbaiki kekurangan tersebut. Perbaikan atas segala kekurangan yang terjadi pada siklus I adalah sebagai berikut.

1) Guru meningkatkan antusias siswa untuk mengikuti pembelajaran berbicara dengan menjadikan situasi belajar menyenangkan dengan memberikan video selingan dan akrab dengan siswa.

2) Guru lebih komunikatif lagi agar terjadi timbal balik antara guru dengan siswa sehingga siswa dapat lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran berbicara.

3) Guru memberikan motivasi pada siswa yang kurang aktif dalam diskusi.

4) Siswa perlu diberi contoh nyata seseorang yang menceritakan tokoh idolanya.

5) Siswa perlu dipahamkan lebih dalam mengenai cara bercerita yang baik.

6) Sebaiknya posisi guru tidak hanya berada di muka kelas saat memberikan materi/ penjelasan pada siswa. Guru juga harus memonitor siswa yang berada di kursi bagian samping, tengah, dan belakang, agar mereka juga ikut aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

7) Di akhir pembelajaran hendaknya guru memberikan refleksi atau penguatan atas materi yang telah disampaikan.