Siklus Kedua
2. Siklus Kedua
a. Perencanaan Tindakan
Tahap Perencanaan ini dilaksanakan pada Rabu, 23 Mei 2012 di ruang perpustakaan SMP 8 Surakarta. Peneliti mengemukakan pada guru analisis hasil observasi terhadap proses pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus
I. Peneliti menyampaikan kelemahan dan kelebihan selama berlangsungnya proses pembelajaran siklus I. Beberapa kekurangan pada siklus I, telah diungkapkan pada uraian siklus I. Peneliti mengemukakan perencanaan untuk mengatasi berbagai kekurangan pada siklus I yaitu sebagai berikut: 1) Guru meningkatkan antusias siswa untuk mengikuti pembelajaran berbicara dengan menjadikan situasi belajar menyenangkan dengan memberikan video selingan dan akrab dengan siswa; 2) Guru lebih komunikatif lagi agar terjadi timbal balik antara guru dengan siswa sehingga siswa dapat lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran berbicara; 3) Guru memberikan motivasi pada siswa yang kurang aktif dalam diskusi; 4) Siswa perlu diberi contoh nyata seseorang I. Peneliti menyampaikan kelemahan dan kelebihan selama berlangsungnya proses pembelajaran siklus I. Beberapa kekurangan pada siklus I, telah diungkapkan pada uraian siklus I. Peneliti mengemukakan perencanaan untuk mengatasi berbagai kekurangan pada siklus I yaitu sebagai berikut: 1) Guru meningkatkan antusias siswa untuk mengikuti pembelajaran berbicara dengan menjadikan situasi belajar menyenangkan dengan memberikan video selingan dan akrab dengan siswa; 2) Guru lebih komunikatif lagi agar terjadi timbal balik antara guru dengan siswa sehingga siswa dapat lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran berbicara; 3) Guru memberikan motivasi pada siswa yang kurang aktif dalam diskusi; 4) Siswa perlu diberi contoh nyata seseorang
Adapun usaha peneliti dan guru untuk memperbaiki proses pembelajaran pada siklus I. Guru dan peneliti merencanakan urutan tindakan yang akan diterapkan dalam siklus II, yaitu sebagai berikut: 1) Guru berdiskusi dengan peneliti untuk menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) menceritakan tokoh idola untuk dua kali tatap muka (2 x 2 x 40 menit). Adapun skenario pembelajaran menggunakan model numbered head together yaitu sebagai berikut: a) Guru memberi salam, mengondisikan kelas, dan mengecek presensi siswa; b) Guru bersama-sama dengan siswa menyanyikan lagu “Apuse”; c) Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai; d) Siswa menerima apersepsi dari guru tentang materi menceritakan tokoh idola pada pertemuan sebelumnya serta guru berusaha menggali kembali pengetahuan siswa mengenai pengalaman orang lain menceritakan toko idola(misal, guru menayangkan video rekaman contoh orang yang menceritakan tokoh idolanya); e) Guru bertanya jawab dengan siswa seputar tokoh idola; f) Guru mengulas kembali materi cara bercerita yang baik, hal-hal yang perlu diperhatikan ketika bercerita, hal-hal yang dinilai saat bercerita yang telah dijelaskan pada pada pertemuan sebelumnya; g) Guru meminta siswa untuk membentuk kelompok diskusi, sama dengan kelompok pada pertemuan sebelumnya; h) Guru meminta siswa membaca dan memahami teks biografi yang mereka
bawa dari rumah; i) Siswa diminta mendiskusikan dengan teman kelompoknya tentang isi teks biografi yang yang mereka persiapkan; j) Guru memerintahkan pada setiap kelompok untuk menceritakan tokoh diolanya dalam bentuk narasi yang dikerjakan pada lembar kerja siswa. k) Semua anggota mendiskusikan hal tersebut, dan memastikan semua teman satu kelompoknya dapat menceritakan tokoh idola yang dipilih kelompoknya; l) Guru memerintahkan setiap siswa harus maju dan menceritakan di muka kelas; m) Siswa diminta mengumpulkan tulisan narasi teks biografi tokoh idolanya; n) Guru menunjuk secara acak kelompok untuk maju; dan o) Guru melakukan refleksi dan menutup pelajaran.
Guru dan peneliti menentukan jadwal pelaksanaan tindakan siklus II yaitu pada Kamis, 24 Mei 2012. Siklus II akan dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Alasan dilaksanakan dua kali pertemuan karena guru harus memahamkan siswa terkait materi yang telah disampaikan pada siklus I, selain itu siswa juga menggunakan teks biografi yang berbeda dari pertemuan sebelumnya.
b. Pelaksanaan Tindakan
Tahap pelaksanaan tindakan yang berupa pembelajaran menceritakan tokoh idola dengan model numbered head together dilakukan dalam dua kali pertemuan. Sebagaimana yang telah direncanakan sebelumnya, tindakan siklus II dilaksanakan pada hari Kamis, 24 Mei 2012 dan Selasa 29 Mei 2012 di ruang kelas VII A SMP Negeri 8 Surakarta.
Dalam pelaksanaan tindakan II ini, guru bertindak sebagai penyampai materi dalam pembelajaran menceritakan tokoh idola di dalam kelas, sedangkan peneliti melakukan observasi terhadap proses pembelajaran.
Dalam hal ini, peneliti bertindak sebagai pengamat yang berada di belakang ruangk kelas untuk mengamati jalannya pembelajaran.
Pelaksanaan tindakan Siklus II pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Kamis, 24 Mei 2012 selama dua jam pelajaran pada pukul 10.00-11.15 WIB. Pada siklus II ini guru akan lebih mematangkan pemahaman siswa tentang materi menceritakan tokoh idola yang telah disampaikan pada siklus
I. Tindakan yang dilaksanakan pada siklus II ini adalah sebagai berikut.
1) Pertemuan Pertama
Tindakan yang dilaksanakan pada siklus II pertemuan pertama ini yaitu guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam pada siswa, mengondisikan kelas, dan mengecek presensi. Siswa masih belum terkondisikan karena masih terdapat beberapa siswa yang masih sibuk dengan urusannya masing-masing. Setelah guru berusaha mengondisikan, dan mengecek presensi siswa, mereka terlihat lebih tenang. Setelah siswa mulai tenang guru menjelaskan tujuan pembelajaran berupa indikator yang harus dicapai siswa setelah melakukan kegiatan pembelajaran menceritakan tokoh idola.
Guru memberikan apersepsi kepada siswa. Pemberian apersepsi ini dilakukan guru dengan menayangkan sebuah video animasi (siswa diperintakan untuk memberikan komentar mengenai isi video tersebut). Ada beberapa siswa yang memberikan komentar mengenai video yang telah ditayangkan. Dengan video tersebut siswa terlihat lebih antusias. Tayangan video dilakukan agar siswa memfokuskan diri untuk menerima pelajaran.
Saat suasana sudah mulai kondusif guru mulai mencoba mengulas kembali penjelasan materi menceritakan tokoh idola. Untuk meningkatkan kembali proses pembelajaran, guru menjelaskan sekilas hal-hal yang perlu diperbaiki siswa pada pertemuan sebelumnya.
Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa guru memberikan contoh video berkaitan dengan materi menceritakan tokoh idola. Hal ini dilakukan agar siswa memiliki gambaran/ contoh nyata berkaitan dengan cara menceritakan tokoh idola. Video yang ditampilkan memiliki durasi yang cukup pendek, namun karena keterbatasan waktu, tidak sepenuhnya ditayangkan.
Kegiatan diskusi dilakukan siswa agar mempermudah interaksi dengan teman satu kelas sehingga guru membagi siswa menjadi enam kelompok, tiap kelompok terdiri dari lima sampai enam orang. Selain itu, setiap siswa mendapatkan nomor kepala yang berbeda. Pada pertemuan ini setiap kelompok mempersiapkan biografi tokoh idola mereka (masing- masing kelompok 1 tokoh idola). Ketika diskusi selesai masing-masing kelompok mendapatkan pertanyaan.
Setiap kelompok mendapatkan tiga pertanyaan dari guru untuk dijawab disetiap kelompoknya, peserta didik berdiskusi untuk menjawab pertanyaan tersebut dan memastikan masing-masing anggota kelompok mengetahui jawabannya. Guru berkeliling dan memantau diskusi. Kegiatan diskusi dapat dilihat pada Gambar 7 berikut ini.
Gambar 7. Siswa berdiskusi dan guru berkeliling memantau serta membimbing diskusi jika siswa mengalami kesulitan.
Siswa dengan nomor tertentu disetiap kelompok ditunjuk oleh guru untuk menyebutkan identitas tokoh/ menyebutkan keunggulan tokoh/ menceritakan alasan mengidolakan tokoh. Agar proses pembelajaran lebih hidup maka siswa diperkenankan melengakapi atau menambahkan jawaban dari kelompoknya apabila yang ditunjuk guru untuk menjawab belum lengkap menjawabnya.
Setelah pembelajaran selesai guru melakukan refleksi dan menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Ketika ada siswa yang ingin bertanya guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas.
2) Pertemuan Kedua
Pembelajaran dilanjutkan pada pertemuan kedua. Tindakan siklus II pertemuan kedua tersebut dilaksanakan pada Selasa, 29 Mei 2012 jam kelima dan keenam, yaitu pukul 10.00-11.15. Adapun urutan pelaksanaan tindakan Pembelajaran dilanjutkan pada pertemuan kedua. Tindakan siklus II pertemuan kedua tersebut dilaksanakan pada Selasa, 29 Mei 2012 jam kelima dan keenam, yaitu pukul 10.00-11.15. Adapun urutan pelaksanaan tindakan
b) Guru melakukan apersepsi, yaitu siswa diminta untuk berdiri dan menyanyikan lagu “Apuse”. Setelah itu, guru menampilkan sebuah video “berkaitan dengan pembentukan karakter siswa”. Guru bertanya jawab
dengan siswa berkaitan video yang telah ditayangkan.
c) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran berupa indikator yang harus dicapai siswa setelah melakukan kegiatan pembelajaran menceritakan tokoh idola.
d) Guru mengulang sekilas materi yang telah disampaikan pada pertemuan
sebelumnya dengan melakukan ceramah dan tanya jawab.
e) Siswa diminta untuk mempersiapkan diri membentuk kelompok dan melanjutkan diskusi dengan model numbered head together. Pada pertemuan kedua ini, semua siswa mendapatkan rubrik penilaian untuk menilai temannya ketika praktik berbicara.
f) Guru meminta siswa untuk mempersiapkan teks biografinya masing- masing seperti pada pertemuan sebelumnya.
g) Guru memberikan soal pada masing-masing kelompok untuk didiskusikan dan dijawab.
h) Guru menunjuk salah satu kelompok untuk maju di muka kelas dan setiap siswa menceritakan tokoh idola kelompok mereka secara bergantian. Selama aktivitas bercerita tersebut, salah satu kelompok menilai praktik berbicara kelompok yang maju, guru memberikan bimbingan kepada para siswa yang merasa kesulitan menilai. Dalam pelaksanaan aktivitas menceritakan tokoh idola ini pada umumnya siswa sudah lebih mampu mengembangkan teks biografi dalam sebuah h) Guru menunjuk salah satu kelompok untuk maju di muka kelas dan setiap siswa menceritakan tokoh idola kelompok mereka secara bergantian. Selama aktivitas bercerita tersebut, salah satu kelompok menilai praktik berbicara kelompok yang maju, guru memberikan bimbingan kepada para siswa yang merasa kesulitan menilai. Dalam pelaksanaan aktivitas menceritakan tokoh idola ini pada umumnya siswa sudah lebih mampu mengembangkan teks biografi dalam sebuah
i) Hasil diskusi tersebut, akan diperoleh ringkasan cerita teks biografi yang disusun siswa berdasarkan pada kelengkapan identitas tokoh. Pada saat siswa membuat ringkasan, guru memberi bimbingan dan pengarahan kepada siswa. Pada siklus II ini, cara penilaian berubah. Mulanya ketika temannya sedang praktik bercerita siswa yang lain ribut tidak memperhatikan. Guru menjelaskan cara mengisi rubrik penilaian. Pada siklus II ini, siswa lebih antusias memperhatikan temannya praktik berbicara. Siswa yang lain juga diberi kesempatan untuk bertanya pada siswa yang maju berkaitan dengan tokoh idola yang sedang diceritakan.
c. Observasi dan Interpretasi
Observasi ini dilaksanakan pada Kamis, 24 Mei 2012 pukul 10.00-
11.15 WIB dan Selasa, 29 Mei 2012 pukul 10.00-11.15 di ruang kelas VII A SMP Negeri 8 Surakarta. Pengamatan difokuskan pada berlangsungnya proses pembelajaran berdiskusi serta aktivitas siswa dan guru selama pembelajaran berlangsung. Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai partisipasi pasif yang berada di belakang agar dapat mengamati proses pembelajaran.
Berdasarkan pengamatan peneliti, secara garis besar diperoleh gambaran tentang proses belajar mengajar pada siklus II. Sebelum mengajar, guru mempersiapkan rencana pembelajaran yang akan dijadikan pedoman dalam mengajar. Hal ini dilakukan agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar. Pelaksanaan tindakan siklus II berlangsung selama 2 kali pertemuan, diikuti oleh siswa kelas VII A SMP Negeri 8 Surakarta yang berjumlah 32 siswa.
Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran menceritakan tokoh idola dengan baik, yaitu guru mengajar dengan arah dan tujuan yang jelas. Pada awal pembelajaran, guru mengemukakan dengan jelas tentang materi menceritakan tokoh idola, pengertian tokoh idola dan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menceritakan tokoh idola. Guru tidak hanya ceramah saja, tetapi juga dengan metode tanya jawab. Pembelajaran berlangsung dua arah antara guru dan siswa.
Setelah memberi penjelasan, guru membagi kelompok sesuai dengan kelompok pada pertemuan sebelumnya. Satu kelompok terdiri atas 5 siswa sampai 6 siswa, di kelas tersebut terdapat 6 kelompok. Guru meminta siswa bekerja berkelompok dengan menggunakan model numbered head together. Guru menjelaskan bahwa dalam kelompok setiap anak memiliki kewajiban menjawab pertanyaan dari guru.
Guru sudah memantau diskusi siswa dengan baik. Guru sering berkeliling dari kelompok ke kelompok. Ketika memantau, guru juga memperhatikan pekerjaan siswa. Ketika ada kelompok yang pekerjaannya kurang benar, guru membimbing kelompok tersebut langsung sehingga dapat langsung diberbaiki.
Setelah diskusi kelompok selesai setiap siswa mempersiapkan diri untuk mejawab pertanyaan dari guru berdasar pada hasil diskusi kelompoknya. Dalam berdiskusi siswa sudah mulai aktif dan bekerja sama dengan baik. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan semangat belajar siswa. Ketika tahap refleksi, siswa mulai aktif memberikan komentar tentang pembelajaran menceritakan toko idola.
1) Kelemahan atau kekurangan selama pelaksanaan tindakan siklus II ini dapat dilihat dari beberapa aspek berikut.
a) Kelemahan yang ditemukan dari siswa, yaitu sebagai berikut.
(1) Siswa masih belum semuanya aktif dalam kegiatan apersepsi. Hanya sebagian siswa yang berani bertanya atau menjawab pertanyaan guru.
(2) Siswa masih belum bisa mengoptimalkan waktu dengan baik. Ketika waktu yang diberikan guru sudah habis, siswa masih ada yang belum selesai dalam mengerjakan tugas yang diberikan.
(3) Masih ada beberapa siswa yang belum melaksanakan dengan baik
perannya sebagai anggota kelompok. (4) Masih ada beberapa sisawa yang mengalami kesulitan dalam menceritakan tokoh idola, terbukti saat praktik berbicara banyak siswa yang kurang percaya diri dan masih bertanya-tanya teman satu kelompok. Selain itu mereka masih melakukan kesalahan pada saat menceritakan alasan mengidolakan tokoh. Bahasa yang mereka gunakan saat menceritakan alasan sama dengan ketika mereka menceritakan keunggulan tokoh. Dilihat dari segi hasil baru 11 siswa dari 32 siswa yang hadir atau sekitar 34,4% yang sudah memenuhi kriteria dalam menceritakan tokoh idola.
b) Kelemahan yang ditemukan dari guru, yaitu sebagai berikut. (1) Guru kurang memancing keaktifan siswa ketika apersepsi
berlangsung. (2) Guru langsung menunjuk salah satu siswa yang harus menjawab
pertanyaan saat apersepsi berlangsung.
c) Kelemahan pembelajaran menceritakan tokoh idola dengan model
numbered head together yaitu sebagai berikut. (1) Membutuhkan waktu yang cukup lama dalam menerapkan model
numbered head together.
2) Peningkatan kualitas hasil (unjuk kerja) dan proses pembelajaran
menceritakan tokoh idola tampak dari indikator berikut ini.
a) Keaktifan siswa selama apersepsi Berdasarkan pengamatan peneliti dengan menggunakan pedoman observasi diketahui bahwa ketika apersepsi ada 25 atau sekitar (78%) siswa dari 32 siswa yang hadir aktif merespon pertanyaan guru, sedangkan siswa yang lainnya menunjukkan sikap kurang aktif dan tidak mau bertanya atau menjawab pertanyaan guru sebanyak 7 siswa atau sekitar (22%).
b) Keaktifan siswa dalam memperhatikan penjelasan guru
Saat guru menjelaskan materi ada 30 (93,7%) siswa yang memperhatikan dan ada 2 (6,3%) siswa yang masih kurang perhatian terhadap pelajaran. Siswa tersebut masih sibuk melakukan aktifitas pribadi, melamun, bercanda dengan teman, dan menopang dagu.
c) Keberanian siswa dalam mengungkapkan pendapat Dalam proses pembelajaran, berdasarkan hasil pengamatan peneliti dengan menggunakan pedoman observasi diketahui ada 26 (81,3%) siswa yang berani mengungkapkan pendapatnya sedangkan siswa yang belum mengungkapkan pendapatnya ada 6 siswa atau sekitar (18,7%). Siswa lebih suka mendengarkan temannya berbicara dari pada harus berbicara untuk mengungkapkan pendapat meraka.
d) Keaktifan siswa dalam diskusi Dalam proses berdiskusi ada 25 (78,1%) siswa yang aktif sedangkan
siswa yang tidak aktif biasanya melakukan aktifitas lain, misal melamun, bermain sendiri, dan diam.
e) Ketuntasan hasil belajar praktik berbicara Berdasarkan KKM yang telah dditentukan oleh SMP Negeri 8 Surakarta, yakni batas minimal ketuntasan 75. Pada siklus II ini ada 4 (12,5%) siswa belum mencapai ketuntasan hasil belajar praktik berbicara. Hal ini terlihat dari hasil unjuk kerja siswa berupa praktik berbicara dan dihitung dari jumlah siswa yang memperoleh nilai 75 ke atas, yaitu sebanyak 28 siswa atau sebesar (87,5%) dari keseluruhan siswa yang berjumlah 32 siswa. Masih banyaknya siswa yang belum mencapai nilai ketuntasan hasil belajar ini karena banyak siswa yang masih belum lancar dalam bercerita, penggunaan kosa kata yang masih sama/ kurang bervariasi, dan intonasi yang monoton. Dengan demikian, hasil penelitian keterampilan berbicara siswa
berdasarkan pengamatan dan pengisian lembar observasi menunjukkan bahwa ada peningkatan dari pratindakan. Terbukti ada 28 (87,5%) siswa yang mendapat nilai lebih dari 75, dan masih ada 4 (12,5%) siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM. Adapun perolehan nilai siklus II keterampilan berbicara adalah 1 (3,4%) siswa memperoleh nilai 55, 2 (6,7%) siswa mendapat nilai 65, 1 (3,4%) siswa mendapat nilai 70, 19 (65,5%) siswa mendapat nilai 75, 8 (27,6%) siswa mendapat nilai 80, 1 (3,4%) siswa mendapat nilai 90. Peningkatan nilai berbicara tersebut tampak jelas pada grafik dan tabel perbandingan nilai pembelajaran bercerita di bawah ini.
Pratindakan Siklus I Siklus II
Gambar 9. Grafik Perbandingan Nilai Pembelajaran Berbicara Siswa Berdasarkan grafik tersebut dapat dilihat nilai berbicara siswa. Pada
kegiatan siklus II tampak bahwa tidak ada siswa yang mendapat nilai di bawah 50 meskipun masih ada 4 siswa yang masih mendapatkan nilai di bawah KKM (75). Berdasarkan grafik tersebut tampak bahwa nilai siswa pada siklus II lebih baik daripada nilai siswa pada pratindakan dan siklus I. Perbandingan nilai tersebut dapt dilihat pada Tabel 4 berikut ini.
Tabel 4. Perbandingan Nilai Pembelajaran Berbicara pada Siklus II No Nilai
Jumlah Siswa
Keterangan
Pratindakan
Siklus I
Siklus II
1 45-54
5 0 0 Tidak Tuntas
2 55-64
16 0 1 Tidak Tuntas
3 65-74
10 27 3 Tidak Tuntas
0 0 1 Tuntas Perbandingan yang digambarkan pada tabel tersebut menunjukkan
bahwa terjadi peningkatan jumlah siswa yang “tuntas” dari 5 siswa menjadi
28. Dengan demikian, jelas bahwa nilai siswa pada siklus II lebih baik daripada nilai siswa pada siklus I. Setelah pembelajaran menceritakan tokoh idola pada siklus II selesai, peneliti meminta siswa untuk diwawancarai pascatindakan siklus II dan jurnal refleksi siswa. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengetahui perasaan siswa selama proses pembelajaran menceritakan tokoh idola dengan menerapkan model numbered head together. Dari hasil wawancara diperoleh hasil bahwa 4 dari 4 siswa yang diwawancarai menyatakan senang praktik berbicara dengan model numbered head together daripada dengan model yang biasa guru gunakan sebelumnya. Selain itu, ke empat siswa tersebut mengaku lebih mudah memahami materi menceritakan tokoh idola dengan model numbered head together daripada dengan model yang biasa guru terapkan dalam pembelajaran berbicara, mereka merasa lebih nyaman dan tidak terlalu serius.
d. Analisis dan Refleksi
Berkaitan dengan hasil observasi di atas, analisis dan refleksi yang dilakukan peneliti dan guru diperoleh fakta-fakta dalam proses pembelajaran. Keaktifan siswa dari seluruh aktivitas pembelajaran menceritakan tokoh idola mengalami peningkatan, yaitu sebanyak 26 (81,2) siswa sudah menunjukkan sikap aktif dari 32 siswa yang hadir pada siklus II. Para siswa mulai tampak aktif dalam memberikan respon terhadap apersepsi yang diberikan guru, sudah berani bertanya/ menjawab pertanyaan guru, memperhatikan penjelasan guru, aktif dalam diskusi, siswa mampu menceritakan tokoh idolanya dengan kelengakapan identitas dan alasan mengapa mengidolakan tokoh tersebut.
Adanya peningkatan siswa dalam menceritakan tokoh idola., hal ini terlihat dari menceritakan tokoh idola berdasarkan teks biografi yang mereka Adanya peningkatan siswa dalam menceritakan tokoh idola., hal ini terlihat dari menceritakan tokoh idola berdasarkan teks biografi yang mereka
Siswa yang telah berhasil mencapai batas minimal ketuntasan hasil belajar atau memperoleh nilai 75 ke atas mengalami peningkatan. Peningkatan yang terjadi pada siklus II ini cukup signifikan, yakni dari 16% menjadi 87,5%. Artinya, jumlah siswa yang mencapai batas minimal ketuntasan hasil belajar dalam siklus ini bertambah 23 siswa, dari 5 siswa yang telah berhasil mencapai batas minimal ketuntasan hasil belajar pada pertemuan sebelum siklus II. Identifikasi ketercapaian nilai ini tampak dari berkurangnya kesalahan struktur kalimat pada praktik berbicara siswa. Para siswa telah mampu mengungkapkan isi/ substansi teks biografi yang sesuai dengan kelengkapan identitas tokoh dan tidak menggunakan kosa kata yang diulang-ulang. Selain itu, siswa lebih percaya diri dalam menceritakan tokoh idola. Walaupun masih ada siswa yang belum percaya diri.
Keterampilan guru dalam mengelola kelas sudah baik. Guru telah mampu menerapkan metode ceramah yang divariasikan dengan selingan humor/ putaran video yang lucu sekaligus dengan tanya jawab dan menerapkan model pembelajaran yang berbeda dari yang diterapkan sebelumnya, sehingga siswa tidak merasa jenuh dan memacu mereka aktif dalam proses pembelajaran. Pada siklus II ini perhatian guru telah menyeluruh ke semua siswa. Guru mencoba mengaktifkan siswa yang berada di bangku paling belakang dengan berjalan keliling secara rotary ke seluruh kelas dan berusaha mendekati siswa yang duduk dibagian belakang.
Berdasarkan hasil analisis dan refleksi di atas, tindakan pada siklus II dikatakan berhasil. Peningkatan terjadi pada beberapa indikator dibandingkan siklus sebelumnya. Para siswa telah berhasil mencapai nilai batas minimal ketuntasan belajar, walau ada empat siswa yang belum mencapai batas ketuntasan. Mengingat capaian pada siklus II ini telah sesuai dengan indikator yang dirumuskan, maka penelitian pun diakhiri. Adapun hasil pelaksanaan tindakan pada siklus I hingga II di atas dapat dibuat rekapitulasi seperti pada Tabel 5 berikut ini.
Tabel 5. Rekapitulasi Ketercapaian Indikator Penelitian Siklus I dan II No
Indikator
Persentasi yang Dicapai
Siklus I Siklus II
1 Keaktifan siswa selama apersepsi 20% 78%
2 Keaktifan siswa dalam memperhatikan penjelasan materi guru
37% 93,7%
3 Keberanian siswa dalam mengungkapkan pendapat (berbicara)
50% 81,3%
4 Keaktifan siswa dalam diskusi 46% 78,1%
5 Ketuntasan hasil belajar menceritakan tokoh idola 16% 87,5%
Berdasarkan data rekapitulasi di atas, dapat dinyatakan bahwa perbandingan persentase yang dicapai pada siklus I dan II menunjukkan adanya peningkatan pada kelima indikator yang ditetapkan. Peningkatan yang signifikan terjadi pada indikator 5, yaitu kemampuan berbicara siswa sebesar 71,5%. Secara keseluruhan ada peningkatan persentase yang dicapai pada semua indikator dari satu siklus ke siklus berikutnya.
Banyak siswa yang belum mencapai batas minimal ketuntasan hasil belajar berbicara pada siklus I disebabkan masih banyak kesalahan yang terdapat pada praktik berbicara siswa. Kesalahan tersebut meliputi: (1) menceritakan tokoh idola masih sesuai dengan teks biografi tanpa pengembangan bahas; (2) kosa kata yang digunakan masih terbatas; (3) berbicaranya masih belum lancar (masih sering menengok ke teman dan meliat catatan); (4) pelafalannya masih kurang jelas dan intonasi masih monoyon. Selain itu, penyebab banyaknya siswa yang belum berhasil mencapai batas minimal ketuntasan hasil belajar pada siklus I ini disebabkan teks biografi disiapkan oleh guru sehingga tidak semua siswa mengidolakan tokoh tersebut. Hal tersebut berakibat siswa kurang antusias atau termotivasi untuk menceritakan tokoh idola yang telah didapatkan.
Berbeda halnya dengan kondisi yang terjadi pada siklus II yang menunjukkan bahwa sebagian besar siswa sudah mampu mencapai batas minimal ketuntasan hasil belajar berbicara dari 32 siswa, ada 4 siswa yang belum mencapai batas minimal ketuntasan hasil belajar berbicara. Perlu diketahui bahwa hasil praktik berbicarayang diperoleh kedua siswa tersebut dari siklus ke siklus pun mengalami peningkatan walau belum mencapai nilai
75 ke atas.