Gambaran Umum

A. Gambaran Umum

1. Gambaran Umum Kabupaten Klaten

a. Letak Geografis Letak Kabupaten Klaten cukup strategis karena berbatasan langsung dengan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), yang dikenal sebagai salah satu Daerah Tujuan Wisata. Kabupaten Klaten terletak antara 7 0 32`19” Lintang Selatan sampai 7 0 48`33” Lintang Selatan dan antara 110 0 26`14”

Bujur Timur sampai 110 0 47`51” Bujur Timur.

b. Luas Wilayah Secara administratif Kabupaten Klaten dibagi menjadi 26 kecamatan, 391 desa dan 10 kelurahan dengan luas wilayah keseluruhan seluas 65.556

ha (655,56 km 2 ) atau seluas 2,014% dari luas Propinsi Jawa Tengah, yang luasnya seluas 3.254.412 ha.

c. Batas Wilayah

1) Sebelah Utara

: Kabupaten Boyolali

2) Sebelah Timur

: Kabupaten Sukoharjo

3) Sebelah Selatan

: Kabupaten Gunung Kidul (DIY)

4) Sebelah Barat

: Kabupaten Sleman (DIY)

Jumlah penduduk di Kabupaten Klaten pada akhir tahun 2009 tercatat sebanyak 1.303.910 jiwa, dengan rincian laki-laki sebanyak 637.939 jiwa dan perempuan sebanyak 665.971 jiwa. Rasio jenis kelamin sebesar 95,79. Untuk penduduk usia produktif (usia 15-64 tahun) sebesar 987.676 jiwa, sekitar 75,74 % dari total penduduk Klaten. Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

Kabupaten Klaten Tahun 2009

Umur

Laki-laki Perempuan

Jumlah Penduduk

Gender Ratio (%)

Sumber : BPS Kabupaten Klaten

1) Pendidikan Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Klaten serta Departemen Agama Kabupaten Klaten pada tahun 2009 jumlah gedung sekolah baik negeri maupun swasta dapat dilihat dari tabel dibawah ini.

Tabel 4.2 Gedung Sekolah Negeri dan Swasta Menurut Tingkat Pendidikan Kabupaten Klaten Tahun 2009

MA Negeri Swasta

Negeri Swasta

Negeri Swasta Negeri

Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Klaten

Departemen Agama Kabupaten Klaten

2) Kesehatan Fasilitas kesehatan yang ada di Kabupaten Klaten tahun 2009 terdiri dari 8 Rumah Sakit, 19 Rumah Bersalin, 29 Balai Pengobatan,

34 Puskesmas, 86 Puskesmas Pembantu, 14 Puskesmas yang ada fasilitas rawat inap dan 17 apotek. Sementara itu tenaga kesehatan yang tersedia meliputi 114 Dokter Umum, 49 Dokter Gigi, 59 Dokter Spesialis dan 439 Bidan.

f. Peternakan Jenis ternak yang benyak diusahakan di Kabupaten Klaten berdasarkan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan adalah sapi 86.656 f. Peternakan Jenis ternak yang benyak diusahakan di Kabupaten Klaten berdasarkan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan adalah sapi 86.656

2. Gambaran Umum Kecamatan Kalikotes Kecamatan Kalikotes merupakan salah satu kecamatan dari 26 Kecamatan di Kabupaten Klaten.

a. Luas Wilayah : 1300 ha. Luas Wilayah Kecamatan Kalikotes adalah 1300 Ha. Yang meliputi

7 Desa yang meliputi Desa Jimbung 399.70 Ha, Desa Ngemplak 190.60 Ha, Desa Kalikotes 156.90 Ha, Desa Krajan 106.00 Ha, Desa Tambong Wetan 132.90 Ha, Desa Gemblegan 172.20 Ha dan Desa Jogosetran 141.70 Ha. Luas Wilayah Kecamatan Kalikotes tersebut terdiri atas 763.00 Ha lahan sawah dan 537.00 Ha lahan bukan sawah

b. Batas Wilayah

1) Sebelah Utara

: Kecamatan Klaten Utara

2) Sebelah Timur

: Kecamatan Trucuk

3) Sebelah Selatan : Kecamatan Wedi dan Kecamatan Bayat

4) Sebelah Barat Kecamatan Klaten Selatan dan Klaten Tengah

c. Suhu Udara Maksimum : 32 0 C Minimum : 22 0 C

d. Jarak Pusat Pemerintahan Kecamatan dengan :

1) Desa yang terjauh : ± 4 Km

2) Pusat Kedudukan Wilayah Kerja Pemb. Bupati : ± 5Km

3) Ibukota Kabupaten : ± 6 Km

4) Pusat kedudukan Kotip : ± 5 Km

5) Pusat Wilayah Kerja Pembantu Gubernur : ± 40 Km

6) Ibukota Provinsi : ± 120 Km

e. Kependudukan Jumlah penduduk di Kecamatan Kalikotes berdasarkan registrasi tahun 2009 sebanyak 37.597 jiwa, yang terdiri dari laki-laki 18.481 jiwa dan perempuan sebanyak 19.116 jiwa. Dibanding tahun 2008, maka terdapat pertambahan penduduk sebanyak 208 jiwa atau mengalami pertumbuhan sebesar 0,55%. Jumlah penduduk terbanyak adalah di Desa Jimbung, sebanyak 12.933 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk yang paling sedikit adalah di Desa Krajan, sebanyak 2.920 jiwa. Tabel 4.3 Penduduk Kecamatan Kalikotes Menurut Desa dan Jenis

Kelamin

Desa Laki-laki Perempuan Jumlah Gender Ratio (%)

96.77 Tambong Wetan

Sumber : BPS Kabupaten Klaten Sumber : BPS Kabupaten Klaten

Jenis Kelamin

Umur Laki-laki Perempuan Jumlah Gender Ratio (%)

Sumber : BPS Kabupaten Klaten

1) Pendidikan Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Klaten pada tahun 2009, jumlah TK sebanyak 18 gedung, SDN sebanyak 21 gedung, MI sebanyak 3 gedung dan SLTPN sebanyak 1 gedung.

2) Kesehatan Fasilitas kesehatan yang ada di Kecamatan Kalikotes menurut data BPS tahun 2009 terdiri dari 1 Puskesmas, 2 Puskesmas pembantu, 4 PKD Rumah Bersalin dan 71 Posyandu. Dengan tenaga kesehatan yang tersedia yaitu 1 Dokter Umum, 1 Dokter Gigi, 8 Perawat dan 4 Bidan.

g. Peternakan Jenis ternak yang benyak diusahakan di Kecamatan Kalikotes berdasarkan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan adalah sapi 971 ekor, kerbau 34 ekor, kuda 16 ekor, kambing 2.428 ekor, ayam buras 48.944 ekor, ayam ras 28.000 ekor, itik 7.959 ekor, itik manila 2.674 ekor dan angsa 129 ekor.

3. Gambaran Umum Desa Jimbung (Lokasi Penelitian) Desa Jimbung merupakan salah satu Desa dari 7 Desa yang ada di Kecamatan Kalikotes, Kabupaten Klaten. Desa Jimbung terdiri dari 106 RT dan 27 RW. Jumlah penduduk sebanyak 12.933 jiwa dengan rumah tangga sebanyak 4. 208. Rata-rata anggota rumah tangga sebanyak 3,07 jiwa.

Luas wilayah Desa Jimbung adalah 399.70 Ha, luas wilayah Desa Jimbung tersebut meliputi 212,48 Ha sawah dan ladang, 10,78 Ha Bangunan umum, 5.41 Ha Empang, 145.45 Ha Pemukiman, 6.60 Ha Pemakaman dan 19.05 Ha lain-lain.

2) Batas Wilayah :

a) Sebelah Utara

: Desa Ngalas, Jomboran, Glodogan dan

Ngemplak

b) Sebelah Timur : Desa Krakitan

c) Sebelah Selatan : Desa Kadibolo, Sembung dan Sukorejo

d) Sebelah Barat

: Desa Kajoran

b. Kondisi Geografis

1) Ketinggian tanah dari permukaan laut : 151 M.

2) Topografi (dataran rendah, tinggi, pantai) : Dataran Rendah.

3) Suhu udara rata-rata : 32 0 c.

c. Jarak dari pusat pemerintahan desa/kelurahan :

1) Jarak dari pusat pemerintahan Kecamatan : 3 Km

2) Jarak dari ibukota Kabupaten/Kota

: 5 Km.

3) Jarak dari ibukota Provinsi : 135 Km.

4) Jarak dari ibukota Negara : 530 Km.

d. Kependudukan Jumlah penduduk pada tahun 2009 tercatat sebanyak 12.933 jiwa, dengan jumlah Rumah Tangga sebanyak 4208. Penduduk Desa Jimbung d. Kependudukan Jumlah penduduk pada tahun 2009 tercatat sebanyak 12.933 jiwa, dengan jumlah Rumah Tangga sebanyak 4208. Penduduk Desa Jimbung

Kelamin

Umur Laki - laki Perempuan Jumlah Gender Ratio (%)

Sumber : BPS Kabupaten Klaten

e. Sosial Berdasarkan data tahun 2009, Desa Jimbung terdapat TK sebanyak 6 gedung, SD sebanyak 6 gedung dan MI sebanyak 1 gedung. Selain itu terdapat juga 1 buah gedung Puskesmas, 1 buah Rumah Bersalin dan 16 Posyandu.

Kehidupan beragama di Desa Jimbung didominasi oleh agama Islam. Tercatat pada tahun 2009 penduduk yang beragama Islam sebanyak 12.772 penduduk, Katholik sebanyak 73 penduduk, Kristen sebanyak 85

1. Karakteristik Responden Dari data yang ada, usia responden pada umumnya termasuk dalam usia tenaga kerja produktif. Jumlah peternak yang dijadikan sampel adalah sebanyak 40 orang. Tabel 4.6 Jumlah Peternak Jalak Suren Di Desa Jimbung Menurut Usia

Sumber : Data Primer 2011, diolah Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa usia peternak Jalak Suren yang paling banyak berusia 41 - 50 tahun yaitu sebanyak 18 orang atau sebanyak 45 % dari keseluruhan responden. Usia 51 -60 tahun sebanyak

9 orang atau sebanyak 22,5 %. Usia 31 – 40 tahun sebanyak 8 orang atau sebanyak 20% dan yang paling sedikit adalah yang berusia 20 -30 tahun yaitu sebanyak 5 orang atau sebanyak 12,5%. Pendidikan mempunyai pengaruh penting bagi para peternak dalam adaptasi mengelola usaha ternak. Semakin tinggi tingkat pendidikan para peternak diharapkan pola pikir semakin rasional. Tingkat pendidikan formal dari peternak Jalak Suren di Desa Jimbung dapat dilihat dari tabel berikut ini :

Pendidikan

No Tingkat Pendidikan

4 Perguruan Tingi

Sumber : Data Primer 2011, diolah Dari tabel 4.7. dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan peternak yang lulus SLTA sampai Perguruan Tinggi berjumlah 19 peternak respoden atau sebesar 47,5 %. Tingkat pendidikan respoden di Desa Jimbung paling banyak adalah SLTA sebanyak 16 peternak respoden atau sebesar 40%, jenjang pendidikan SD sebanyak 12 peternak respoden atau sebesar 30%, SLTP sebanyak 9 peternak respoden atau sebesar 22,5%, sedangkan yang paling sedikit adalah Perguruan Tinggi sebanyak 3 peternak respoden atau sebesar 7,5%.

Berdasarkan hasil survei data, banyaknya jumlah ternak yang dipelihara oleh responden berbeda-beda jumlahnya, untuk mengetahuinya dapat dilihat dari tabel 4.8 sebagai berikut : Tabel 4.8 Jumlah Peternak Jalak Suren Di Desa Jimbung Menurut

Banyaknya Ternak

Ternak per pasang

Jumlah Responden

Sumber : Data Primer 2011, diolah Sumber : Data Primer 2011, diolah

Harga indukan Jalak Suren juga ikut mempengaruhi dalam usaha peternakan, karena semakin indukan itu mahal berarti indukan tersebut mempunyai kualitas yang lebih dibandingkan dengan indukan yang harganya lebih murah. Peternak di Desa Jimbung berbeda-beda dalam membeli indukan Jalak Suren. Data hasil survei dari responden peternak Jalak Suren dapat dilihat dari tabel 4.9 dibawah ini. Tabel 4.9 Jumlah Peternak Jalak Suren Di Desa Jimbung Menurut Harga

Indukan

Harga Indukan per pasang

Jumlah Responden

Jumlah Indukan

per pasang

Total

Rp. 1.400.000,00

4 67 Rp. 93,800,000,00 Rp. 1.500.000,00

Rp. 358,500,000.00 Rp. 1.600.000,00

Sumber : Data Primer 2011, diolah Menurut tabel diatas, terlihat responden yang paling banyak menggunakan indukan yang berharga Rp. 1.600.000,00 sebanyak 23 responden, dengan jumlah yang dipelihara sebanyak 371 pasang Jalak Suren. Indukan yang berharga Rp. 1.500.000,00 sebanyak 13 responden dengan jumlah yang dipelihara sebanyak 239 pasang Jalak Suren. Indukan yang Sumber : Data Primer 2011, diolah Menurut tabel diatas, terlihat responden yang paling banyak menggunakan indukan yang berharga Rp. 1.600.000,00 sebanyak 23 responden, dengan jumlah yang dipelihara sebanyak 371 pasang Jalak Suren. Indukan yang berharga Rp. 1.500.000,00 sebanyak 13 responden dengan jumlah yang dipelihara sebanyak 239 pasang Jalak Suren. Indukan yang

4.10 berikut : Tabel 4.10 Jumlah Peternak Jalak Suren Di Desa Jimbung Menurut Biaya

Kandang

Harga per satuan

Jumlah Responden

Jumlah per

Rp. 91.500.000,00 Rp. 275.000,00

Rp. 39.875.000,00 Rp. 300.000,00

Sumber : Data Primer 2011, diolah Data tersebut menunjukkan bahwa kandang yang dibuat dengan biaya Rp. 250.000,00 paling banyak dipakai oleh responden yaitu sebanyak 22 peternak. Sedangkan yang dibuat dengan biaya Rp. 275.000,00 dan Rp. 300.000,00 dipakai oleh responden sebanyak 18 peternak.

Menurut data yang diperoleh waktu mengadakan penelitian, peternak responden berbeda-beda dalam menjual hasil ternaknya kepada pembeli (bakul). Hasil yang dijual tersebut berbeda-beda menurut umur anakan atau piyek, sehingga harganya pun juga berbeda. Untuk mengetehuinya dapat dilihat di tabel 4.11 sebagai berikut :

Menurut Umur Anakan

Anakan (Piyek)

Harga

Hasil Ternak

Total

Ekor Pasang

Umur 1 hari

Rp 150,000.00 4368

Rp. 655.200.000,00 Umur 15 hari Rp 400,000.00

Rp. 633.600.000,00 Umur 30 hari Rp 500,000.00

Rp. 636.000.000,00

Total Rp. 1.924.800.000,00

Sumber : Data Primer 2011, diolah Data tersebut menunjukkan bahwa hasil penjualan dalam jangka waktu

1 tahun, terbanyak adalah piyek yang berumur 1 hari atau istilahnya pecah telur sebanyak 4368 ekor dengan hasil penjualan sebesar Rp 655.200.000,00. Piyek yang berumur 30 hari sebanyak 1272 pasang piyek dengan hasil penjualan sebesar Rp 636.000.000,00 dan yang paling sedikit adalah piyek yang berumur 15 hari yaitu sebanyak 1584 pasang piyek dengan hasil penjualan sebesar Rp 633.600.000,00.

2. Analisis Data Empiris Dalam penelitian ini, peternak responden dibagi menjadi 3 macam menurut jumlah ternak yang dipelihara, yaitu sebagai berikut :

a. Peternak Jalak Suren dengan skala kecil (Peternak A)

b. Peternak Jalak Suren dengan skala menengah (Peternak B)

c. Peternak Jalak Suren dengan skala besar (Peternak C) Untuk dapat beroperasi sesuai dengan rencana usahanya, diperlukan

untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut :

Biaya investasi yang diperlukan untuk Peternak A adalah sebesar Rp. 335.530.000,00 yaitu untuk Indukan Jalak Suren sebesar Rp. 281.600.000,00 untuk kandang sebesar Rp. 48.400.000,00 dan untuk peralatan sebesar Rp. 5.530.000,00. Biaya investasi yang diperlukan untuk Peternak B adalah sebesar Rp. 377.230.000,00 yaitu untuk Indukan Jalak

Suren sebesar Rp. 309.000.000,00 untuk kandang sebesar Rp. 61.800.000,00 dan untuk peralatan sebesar Rp. 6.430.000,00, sedangkan biaya investasi yang diperlukan untuk Peternak C adalah sebesar Rp. 495.850.000,00 yaitu untuk Indukan Jalak Suren sebesar Rp. 413.000.000,00 untuk kandang sebesar Rp. 73.750.000,00 dan untuk peralatan sebesar Rp. 9.100.000,00. Untuk lebih jelas dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 4.12 Peternak Berdasarkan Skala Ternak yang dipelihara

Jenis

Peternak A

Peternak B

Peternak C Indukan

Rp. 281.600.000

Rp. 309.000.000

Rp. 413.000.000 Kandang Rp. 48.400.000

Rp. 61.800.000

Rp. 73.750.000 Peralatan Rp. 5.530.000

Rp. 6.430.000

Rp. 9.100.000

Total Rp. 335.530.000

Rp 377.230.000

Rp. 495.850.000

Sumber : Data Primer 2011, diolah

b) Sumber Dana Sumber dana untuk investasi peternakan direncanakan murni diperoleh dari modal pribadi pemilik peternak Jalak Suren, tidak tergantung pada pinjaman bank.

Dalam melakukan analisa keuangan proyek ini telah diasumsikan hal- hal sebagai berikut :

1) Tingkat Bunga Proyek ini tidak menggunakan pinjaman dari bank maka tidak ada beban bunga pinjaman. Tingkat bunga yang digunakan diasumsikan sama dengan tingkat bunga yang dikenakan pada suku bunga bank yaitu sebesar 30 % per tahun. Tingkat bunga tersebut merupakan opportuny of cost capital (OCC), yaitu keuntungan jika modal diinvestasikan pada kemungkinan yang terbaik.

2) Kapasitas Peternakan Jalak Suren Sepasang Indukan Jalak Suren mampu bertelur sebanyak 1-3 butir setiap bulan. Dari hasil analisis data primer dapat diketahui bahwa Jalak Suren yang diternak rata-rata bisa menghasilkan 21 ekor anakan (piyek) per bulannya.

3) Harga Indukan Jalak Suren Harga sepasang Indukan Jalak Suren yang digunakan dalam analisis finansial ini didasarkan pada harga hasil analisis data primer yaitu harga pembelian per pasang. Peternak A menggunakan Indukan dengan harga sebesar Rp 1.600.000,00, untuk Peternak B menggunakan Indukan dengan harga sebesar Rp. 1.500.000,00. Sedangkan untuk Peternak C menggunakan Indukan dengan harga sebesar Rp 1.400.000,00.

Harga anakan (piyek) Jalak Suren yang digunakan dalam analisis finansial ini didasarkan pada harga hasil analisis data primer. Harga piyek umur 1 hari sebesar Rp. 150.000,00/ ekor. Harga piyek umur 15 hari sebesar Rp. 400.000,00/ pasang. Harga piyek umur 30 hari sebesar Rp 500.000,00/ pasang.

Peternak A menjual hasil ternaknya sampai berumur 30 hari atau harganya 500.000,00/ pasang. Peternak B menjual hasil ternaknya sampai berumur 15 hari atau harganya Rp. 400.000,00/ pasang, sedangkan Peternak C langsung menjual hasil ternaknya waktu menetas atau umur 1 hari dengan harga Rp. 150.000,00/ekor.

d) Pendapatan Peternakan Jalak Suren

1) Penjualan Anakan (Piyek) Penjualan piyek dari hasil peternakan Jalak Suren merupakan pendapatan peternak Jalak Suren yang ada di Desa Jimbung. Pendapatan ini didapat dari perkalian jumlah anakan (piyek) yang dihasilkan selama satu tahun dari seluruh indukan Jalak Suren dikalikan dengan harga jualnya. Diperkirakan nilai penjualan anakan (piyek) akan mengalami penurunan sebesar 5% setiap 1 tahun.

2) Penjualan Ternak Afkir Pendapatan ini merupakan hasil penjualan dari ternak yang sudah tidak produktif lagi untuk dipelihara.yaitu sesudah Jalak Suren berumur

± 5 tahun. Nilai penjualan ternak afkir adalah Rp. 600.000,00 per pasang.

e) Biaya-biaya yang Diperlukan

1) Biaya Pakan Biaya pakan ini meliputi biaya untuk pembelian pakan yang berupa voor (BR-1), jangkrik dan cacing. Biaya pembelian pakan ini dihitung dengan mengalikan jumlah ternak keseluruhan dengan kebutuhan tiap pasang Jalak Suren per tahun dan biaya tersebut akan mengalami kenaikan sebesar 5% setiap tahun.

Peternak A dalam jangka waktu 1 tahun menghabiskan pakan seharga Rp. 95.040.000,00. Peternak B menghabiskan pakan seharga Rp. 111.240.000,00. Sedangkan Peternak C menghabiskan pakan seharga Rp. 159.300.000,00.

2) Biaya Energi Biaya ini adalah biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan energi peternakan yaitu biaya listrik. Biaya listrik digunakan untuk kelangsungan peternakan Jalak Suren. Listrik digunakan sebagai lampu penerangan peternakan Jalak Suren. Peternak A menghabiskan sekitar Rp. 176.000,00/bulan atau

Rp. 2.112.000,00/tahun. Peternak B menghabiskan sekitar Rp. 206.000,00/bulan atau Rp. 2.472.000,00/tahun dan peternak C menghabiskan

sekitar

Rp.

295.000,00/bulan atau 295.000,00/bulan atau

3) Biaya Ternak Pengganti Biaya ternak pengganti adalah biaya yang diperlukan untuk penggantian ternak yang sudah tidak produktif lagi atau afkir sesudah Jalak Suren berumur ± 5 tahun, sehingga diperlukan pengganti. Dalam Peternakan ini diasumsikan setelah jangka waktu 5 tahun Peternak membeli Indukan Jalak Suren lagi.

4) Biaya Pajak Biaya pajak adalah biaya yang dikeluarkan untuk membayar pajak penghasilan perusahaan dengan dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam UU Perpajakan, dengan ketentuan tariff Pajak Penghasilan sebagai berikut :

a) 5% x keuntungan sampai dengan Rp. 50.000.000,00

b) 15% x keuntungan antara Rp. 50.000.000,00 sampai dengan keuntungan Rp 100.000.000,00

c) 30% x keuntungan diatas Rp. 100.000.000,00

f. Depresiasi (Penyusutan)

a) Kandang Besarnya investasi awal bangunan kandang Peternak A adalah sebesar Rp. 48.400.000,00. Investasi bangunan kandang Peternak B adalah sebesar Rp. 61.800.000,00, sedangkan untuk investasi peternak

C sebesar Rp. 73.750.000,00. Diperkirakan bangunan kandang C sebesar Rp. 73.750.000,00. Diperkirakan bangunan kandang

b) Peralatan Besarnya investasi awal untuk peralatan adalah sebagai berikut : Peternak A adalah Rp. 5.530.000,00 dengan nilai sisa sebesar 20 % atau Rp. 1.106.000,00 dan mempunyai umur ekonomis 10 tahun. Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus. Besarnya penyusutan peternak A adalah Rp. 442.400,00/tahun. Peralatan Peternak B adalah Rp. 6.430.000,00 dengan nilai sisa sebesar

20 % atau Rp. 1.286.000,00. Besarnya penyusutan peternak B setiap tahun adalah Rp. 514.400,00/ tahun dan untuk peternak C adalah Rp. 9.100.000,00 dengan nilai sisa sebesar 20% atau Rp. 1.820.000,00. Besarnya penyusutan peternak C adalah Rp. 728.000,00/ tahun.

Secara ringkas dapat digambarkan perhitungan total anggaran proyek yang diperlukan untuk peternakan Jalak Suren, yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.13 Total Anggaran Proyek 40 Peternakan Responden Jalak Suren

Di Desa Jimbung

Total A. INVESTASI

1. Indukan Jalak Suren a) Harga Rp. 1.400.000,00

Pasang

67 Rp 93,800,000.00 b) Harga Rp. 1.500.000,00

Pasang

Rp 358,500,000.00 c) Harga Rp. 1.600.000,00

Pasang

Rp 593,600,000.00 2. Bangunan Kandang a) Biaya Rp. 250.000,00

Unit

Rp 91,500,000.00 b) Biaya Rp. 275.000,00

Unit

Rp 39,875,000.00 c) Biaya Rp. 300.000,00

Unit

Rp 49,800,000.00 3. Peralatan

Rp 1,248,135,000.00 B. BIAYA TETAP

1. Biaya Energi a) Listrik

Rp 8.124.000.00 C. BIAYA OPERASIONAL

Rp 365,580,000.00 D. PENDAPATAN

1. Penjualan anakan (Piyek) a) Umur 1 hari (Rp. 150.000)

Ekor

Rp 655,200,000.00 b) Umur 15 hari (Rp. 400.000) Pasang

Rp 633,600,000.00 c) Umur 30 hari (Rp. 500.000) Pasang

Sumber : Data Primer 2011, diolah

Peternak C dapat diketahui dengan melihat tabel masing-masing : 4.14 untuk Peternak A, 4.15 untuk Peternak B dan 4.16 untuk Peternak C. Tabel 4.14 Total Anggaran Peternakan A Dalam Berternak Jalak Suren Di Desa

Harga/satuan Total A. INVESTASI

1.Indukan Jalak Suren

Rp.

1.600.000 281.600.000 2. Bangunan Kandang

335.530.000 B. BIAYA TETAP

1. Biaya Energi a) Listrik

2.112.000 C. BIAYA OPERASIONAL

95.040.000 D. PENDAPATAN

1.Penjualan anakan

Sumber : Data Primer 2011, diolah

Harga/satuan Total A. INVESTASI

1.Indukan Jalak Suren

Rp.

1.500.000 309.000.000 2. Bangunan Kandang

377.230.000 B. BIAYA TETAP

1. Biaya Energi a) Listrik

2.472.000 C. BIAYA OPERASIONAL

111.240.000 D. PENDAPATAN

1.Penjualan anakan

Sumber : Data Primer 2011, diolah Tabel 4.16 Total Anggaran Peternakan C Dalam Berternak Jalak Suren Di Desa

Harga/satuan Total A. INVESTASI

1.Indukan Jalak Suren

Rp.

1.400.000 413.000.000 2. Bangunan Kandang

495.850.000 B. BIAYA TETAP

1. Biaya Energi a) Listrik

3540000 C. BIAYA OPERASIONAL

Total 159.300.000 D. PENDAPATAN

1.Penjualan anakan

Ekor

Total

Beberapa macam analisis pokok dalam proyeksi keuangan dapat dijadikan alat menilai kelayakan suatu investasi proyek yang akan dilaksanakan. Hasil analisis terhadap perhitungan keuangan proyek peternakan menunjukkan sebagai berikut :

1) Net Present Value Berdasarkan asumsi-asumsi yang dipakai dalam analisis ini, maka proyek menghasilkan Net Present Value (NPV) positif, hal ini berarti proyek layak untuk dilaksanakan. Perincian lengkap perhitungan NPV ini dapat dilihat dalam cash flow pada bagian lampiran. Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :

a) Bila NPV > 0, maka suatu proyek dinyatakan bermanfaat (feasible).

b) Bila NPV < 0, maka suatu proyek tidak dapat menghasilkan sebanyak biaya yang telah dikeluarkan.

Dalam cash flow tersebut, dapat diketahui bahwa jumlah total PV (Present Value) dari net cash flow dengan discount factor 30% untuk peternak A adalah Rp. 602.039.558,00. Jadi besarnya NPV dapat dihitung dengan cara (-335.530.000) + 602.039.558 = 266.509.558. Nilai NPV Peternak A adalah 266.509.558 sehingga proyek peternakan Jalak Suren dinyatakan layak untuk diteruskan. Total PV untuk Peternak B adalah Rp. 552.371.937,00. Besarnya NPV dapat dihitung dengan cara (-377.230.000) + 552.371.937 = 175.141.937. Nilai NPV Peternak B adalah 175.141.937 sehingga proyek peternakan Jalak Dalam cash flow tersebut, dapat diketahui bahwa jumlah total PV (Present Value) dari net cash flow dengan discount factor 30% untuk peternak A adalah Rp. 602.039.558,00. Jadi besarnya NPV dapat dihitung dengan cara (-335.530.000) + 602.039.558 = 266.509.558. Nilai NPV Peternak A adalah 266.509.558 sehingga proyek peternakan Jalak Suren dinyatakan layak untuk diteruskan. Total PV untuk Peternak B adalah Rp. 552.371.937,00. Besarnya NPV dapat dihitung dengan cara (-377.230.000) + 552.371.937 = 175.141.937. Nilai NPV Peternak B adalah 175.141.937 sehingga proyek peternakan Jalak

2) Internal Rate of Return (IRR) Internal Rate of Return (IRR) merupakan tingkat bunga yang menjadikan jumlah nilai sekarang dari proses yang akan diterima di masa mendatang (present value of future proceeds) sama dengan jumlah nilai sekarang pengeluaran modal ( present value of capital outlay) . Kriteria pengambilan keputusan dalam IRR adalah apabila nilai IRR > tingkat bunga umum, maka proyek dianggap feasible. Sedangkan apabila nilai IRR < tingkat bunga umum maka proyek dinyatakan tidak menguntungkan atau tidak feasible.

Dengan demikian IRR dapat dianggap baik apabila lebih besar dari tingkat bunga yang digunakan dalam investasi proyek peternakan Jalak Suren yaitu sebesar 30%.

Besarnya IRR untuk Peternak A adalah sebesar 56,6%. Dengan perhitungan sebagai berikut :

IRR = 39 + (

168314294 -158758143

x (40-39)

= 56,6% Jumlah Rp. 168.314.294 merupakan nilai NPV dengan discount = 56,6% Jumlah Rp. 168.314.294 merupakan nilai NPV dengan discount

IRR = 39 + (

88318510 - 79735219

x (40-39)

= 49,3% Jumlah Rp. 88.318.510 merupakan nilai NPV dengan discount

factor 39%, sedangkan Rp. 79.735.219 merupakan nilai NPV dengan discount factor 40%. Dengan pendekatan tersebut maka rencana investasi diasumsikan layak untuk dilanjutkan.

Besarnya IRR untuk Peternak C adalah sebesar 34,1%. Dengan perhitungan sebagai berikut :

IRR = 39 + (

44347556 - 44347556

x (40-39)

= 34,1% Jumlah Rp. -44.347.556 merupakan nilai NPV dengan discount factor 394%, sedangkan Rp. -53.364.905 merupakan nilai NPV dengan discount factor 40%. Dengan pendekatan tersebut maka rencana

investasi diasumsikan layak untuk dilanjutkan.

3) Analisis Benefit Cost Ratio Adalah cara yang paling praktis untuk menentukan daya tarik suatu proyek dimana investasi dilakukan sekarang dan return 3) Analisis Benefit Cost Ratio Adalah cara yang paling praktis untuk menentukan daya tarik suatu proyek dimana investasi dilakukan sekarang dan return

a) Bila B/C Ratio > 1, Proyek dinyatakan layak (feasible)

b) Bila B/C Ratio < 1, Proyek dinyatakan tidak layak

B/C Ratio (Peternak A) =

B/C Ratio (Peternak B) =

B/C Ratio (Peternak C) =

Dari perhitungan diatas didapat nilai B/C Ratio Peternak A sebesar 1,79, B/C Ratio Peternak B sebesar 1,46 dan B/C Ratio Peternak C sebesar 1,10 sehingga proyek peternakan Jalak Suren dinyatakan layak untuk dikerjakan.

4) Pay Back Periode Pay Back Periode digunakan untuk mengetahui berapa lama waktu untuk mengembalikan modal yang ditanam kedalam investasi, untuk itu dihitung dengan cara sebagai berikut : Investasi awal Peternak A

: Rp. 335.530.000,00

Rp. 78.174.680,00, sedangkan aliran kas tahun operasi ke-2 adalah Rp. 238.446.920,00. Ini berarti bahwa waktu yang diperlukan untuk memperoleh dana sebesar Rp. 78.174.680,00 adalah dalam tahun operasi ke-2, yaitu sebagai berikut :

bulan x bulan 9 3 12 3

238.446.92 0,00 Rp.

78.174.680 ,00 Rp.

Besarnya Pay Back Periode adalah 1 tahun 3,9 bulan. Jadi waktu yang diperlukan untuk mengembalikan modal investasi Peternak A adalah 1 tahun 3,9 bulan.

Investasi awal Peternak B : Rp. 377.230.000,00 Net Cash Flow tahun ke-1

: Rp. 244.910.420,00 Rp. 132.318.580,00 Aliran kas yang belum lunas setelah akhir tahun ke-1 adalah Rp. 132.318.580,00, sedangkan aliran kas tahun operasi ke-2 adalah Rp. 225.493.820,00. Berarti bahwa waktu yang diperlukan untuk memperoleh dana sebesar Rp. 132.318.580,00 adalah dalam tahun operasi ke-2, yaitu sebagai berikut :

bulan x bulan 7 12

225.493.82 0,00 Rp.

132.318.58 0,00 Rp.

Besarnya Pay Back Periode adalah 1 tahun 7 bulan. Jadi waktu yang diperlukan untuk mengembalikan modal investasi Peternak B adalah 1 tahun 7 bulan.

Net Cash Flow tahun ke-1 : Rp. 221.437.775,00 Net Cash Flow tahun ke-2

: Rp. 212.786.615,00 Rp. 61.625.610,00 Aliran kas yang belum lunas setelah akhir tahun ke-2 adalah Rp. 61.625.610,00, sedangkan aliran kas tahun operasi ke-3 adalah Rp. 204.219.270,00. Berarti bahwa waktu yang diperlukan untuk memperoleh dana sebesar Rp. 61.625.610,00 adalah dalam tahun operasi ke-3, yaitu sebagai berikut :

bulan x bulan 6 3 12 3

204.219.27 0,00 Rp.

61.625.610 ,00 Rp.

Besarnya Pay Back Periode adalah 2 tahun 3,6 bulan. Waktu yang diperlukan untuk mengembalikan modal investasi Peternak C adalah 2 tahun 3,6 bulan.

5) Analisis Sensitifitas Hasil analisis sensitifitas Peternakan Jalak Suren dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.17 Hasil Analisis Sensitifitas Peternak A Dalam Beternak

Jalak Suren di Desa Jimbung

1 tahun 3,9 bulan Benefit Turun 20%

1 tahun 9,4 bulan Benefit Turun 30%

2 tahun 1,9 bulan Cost Naik 60%

1 tahun 7,3 bulan Cost Naik 80%

1 tahun 8,8 bulan Sumber : Data Primer 2011, diolah

Jalak Suren di Desa Jimbung

1,46 1 tahun 7 bulan Benefit Turun 15%

1,10 1 tahun 11,8 bulan Benefit Turun 20%

0,99 2 tahun 2,2 bulan Cost Naik 65%

1,08 1 tahun 6,5 bulan Cost Naik 75%

0,95 1 tahun 7,5 bulan Sumber : Data Primer 2011, diolah

Tabel 4.19 Hasil Analisis Sensitifitas Peternak C Dalam Beternak

Jalak Suren di Desa Jimbung

1,10 2 tahun 3,6 bulan Benefit Turun 3%

1,03 2 tahun 5 bulan Benefit Turun 10%

0,88 2 tahun 8,7 bulan Cost Naik 5%

1,04 1 tahun 4,4 bulan Cost Naik 10%

0,98 2 tahun 5,3 bulan Sumber : Data Primer 2011, diolah

Berdasarkan analisis sensitifitas seperti pada tabel 4.17 diatas terlihat bahwa peternakan Jalak Suren oleh Peternak A sensitif terhadap perubahan pendapatan dan biaya. Pada saat pendapatan turun 20% peternakan masih layak untuk dilaksanakan, akan tetapi bila pendapatan turun 30% feasibilitas peternakan tersebut sudah tidak dapat dipertanggungjawabkan lagi karena nilai NPV, IRR dan B/C Ratio peternakan menunjukkan tidak layak untuk dilaksanakan, apabila terjadi kenaikan biaya sebesar 60% feasibilitas peternakan masih bisa dipertanggungjawabkan sehingga peternakan masih layak untuk dilaksanakan. Akan tetapi pada kenaikan biaya sebesar 80% feasibilitas peternakan sudah tidak bisa dipertanggungjawabkan dan peternakan tersebut tidak layak untuk dilaksanakan.

Tabel 4.18 menunjukkan peternakan Jalak Suren oleh Peternak B Tabel 4.18 menunjukkan peternakan Jalak Suren oleh Peternak B

sebesar 75% feasibilitas peternakan sudah tidak bisa dipertanggungjawabkan dan peternakan tersebut tidak layak untuk dilaksanakan.

Tabel 4.19 menunjukkan usaha peternakan Jalak Suren oleh Peternak C, hasil peternakan tersebut menunjukkan pada saat pendapatan turun 3% peternakan masih layak untuk dilaksanakan, akan tetapi bila pendapatan turun 10% feasibilitas peternakan tersebut sudah tidak dapat dipertanggungjawabkan lagi karena nilai NPV, IRR dan B/C Ratio peternakan menunjukkan tidak layak untuk dilaksanakan, apabila terjadi kenaikan biaya sebesar 5% feasibilitas peternakan masih bisa dipertanggungjawabkan, akan tetapi pada kenaikan biaya sebesar 10% feasibilitas peternakan sudah tidak bisa dipertanggungjawabkan dan peternakan tersebut tidak layak untuk dilaksanakan atau diusahakan.