Hambatan yang di Hadapi Ketika Penerapan Strategi Pembelajaran Budi Pekerti.

2. Hambatan yang di Hadapi Ketika Penerapan Strategi Pembelajaran Budi Pekerti.

Penererapan strategi pembelajaran budi pekrti di Pondok Pesantren Al- Muayyad terdapat dua faktor yang mempengaruhi pembentukan budi pekerti santri yaitu faktor yang timbul dari diri santri serta faktor eksternal yang timbul dari faktor luar santri biasanya pengaruh lingkungan serta pendidikan.

a. Hambatan dari Santri Al-Muayyad

Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari diri santri. Faktor ini mampu muncul karena santri tidak bisa menahan nafsu untuk mengatur perbuatannya. Setiap santri memiliki keinginan atau hawa nafsu sesuai dengan Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari diri santri. Faktor ini mampu muncul karena santri tidak bisa menahan nafsu untuk mengatur perbuatannya. Setiap santri memiliki keinginan atau hawa nafsu sesuai dengan

santri yang sudah lama merasa besar dan boleh berbuat seenaknya untuk kesenangan dirinya bahkan perbuatan- perbuatan melanggar peraturan

Menurut UM seorang pengurus Pondok Putri Muayyad yang sedang kuliah kebidanan di PKAU Muhammadiah ini, santri yang sudah lama berada di pondok biasanya merasa sudah besar dan berhak melakukan apa saja sesuai dengan keinginan hatinya. Bahkan perbuatannya mampu menggangu kegiatan santri lain sebab selain ia membuat onar, santri yang sudah lama mengajak santri baru untuk berbuat seperti mereka. Sedangkan menurut penuturan YS, santri yang berani melanggar peraturan pondok yaitu santri yang baru masuk pondok serta belum begitu memahami tanggungjawabnya sebagai seorang santri. Sedangkan santri lama, sudah mengerti tanggung jawab serta kewajibannya mondok sehingga

tahun mondok sering keluar pondok dan membolos mengaji karena saya merasa belum memahami kewajiban saya sebagai santri, tetapi lama-kelamaan saya merasa kalau di pondok hanya main saja mungkin saya tidak akan mendapat apa-

Terkadang santri merasa bosan di pondok, untuk menghilangkan rasa bosan santri biasanya melakukan pelanggaran peraturan pondok seperti mencuri waktu untuk keluar dari pondok tanpa ijin, membawa hp ke dalam pondok, pergi melihat konser di Sliwedari bahkan ada santri putra yang berkencan di luar pondok dengan santri putri. Kenakalan santri yang paling sering ditemukan adalah membawa hp ke dalam pondok. Sebenarnya pengurus pondok sudah sering memperingatkan santri untuk tidak membawa hp dan menghukum santri supaya jera yaitu dengan menggepuk dengan palu, tetapi tetap ada yang melanggar praturan tersebut. Terkadang orang tua justru mendukung perbuatan santri untuk membawa hp dan menitipkan ke rumah warga sehingga santri menjadi tidak konsentrasi dalam beraktivitas di pondok.

Al-Muayyad dalam membentuk budi pekerti santri. Tidak semua santri akan taat dengan orang tua, tetapi ada beberapa santri yang justru lebih taat dengan nasehat pengasuh pondok Al-Muayyad. Sehingga antara orang tua, pengurus, dan pengasuh harus bekerjasama untuk membentuk budi pekerti santri.

b. Letak Al- Muayyad yang Berada di Tengah Kota

Al- Muayyad terletak di tengah- tengah kota sehingga pondok ini dikelilingi oleh banyak temapat hiburan seperti mal, warnet, bahkan stadion yang sering digunakan untuk pertandingan sepak bola dan konser. Tempat hiburan tersebut sangant menggoda santri untuk keluar pondok tanpa ijin ditambah lagi di pondok tidak ada hiburan seperti radio dan televise. AFF bercerita mengenai lokasi Al-Muayyad yang di kelilingi dengan tempat hiburan. Ia menuturkan santri banyak yang membolos mengaji dan pergi ke mal, stadion bahkan warnet. Padahal pihak pondok sudah menyediakan waktu bagi santri untuk bermain dan pergi ke warnet yaitu pada hari Jumat. Seperti yang dituturkan oleh ZF, ia

jam untuk keluar

pondok dan waktu satu jam untuk pergi ke warnet, tetapi menurut saya waktu

Santri tidak mampu menahan godaan dari lingkungan pondok yang saat ini semakin ramai dengan tempat hiburan. Apalagi sekarang baru di buka Mal Paragon yang sedang promo. UM menjelaskan sekarang ini sudah ada tempat hiburan baru di Solo sehingga mampu menarik minat santri untuk datang. Santri Al-Muayyad sering bermain ketempat hiburan bukan karena rasa bosan saja, tetapi mereka juga dari kalangan menengah ke atas sehingga sudah ada budget

ke atas sehingga tak heran mereka tergoda untuk mendatangi mal. Selain untuk berbelanja, mereka pergi ke mal dengan santri putra maupun putri untuk berkencang sedangkan pihak pondok sangat melarang perbuatan tersebut. Pada akhir bulan November tahun 2011, ada santri putra dan putri ketahuan pergi ke luar pondok untuk berkencang. Kemudian warga sekitar ada yang melaporkan ke atas sehingga tak heran mereka tergoda untuk mendatangi mal. Selain untuk berbelanja, mereka pergi ke mal dengan santri putra maupun putri untuk berkencang sedangkan pihak pondok sangat melarang perbuatan tersebut. Pada akhir bulan November tahun 2011, ada santri putra dan putri ketahuan pergi ke luar pondok untuk berkencang. Kemudian warga sekitar ada yang melaporkan

c. Jumlah Pengurus yang Sedikit

Kendala yang kedua adalah jumlah santri yang mencapai lima ratus sedangkan pengurusnya hanya berjumlah tiga puluh orang. Keadaan ini sangat tidak mendukung penerapan sistem pembelajaran budi pekerti sebab setiap anak belum memiliki kesadaran bahwa kewajiban mereka di pondok adalah mengaji sehingga jumlah pengurus pondok yang sedikit belum bisa mengemban tanggung

santri yang mengelabuhi pengurus. Disamping itu, pengurus memiliki kegiatan di luar pondok ada yang bekerja dan ada yang masih kuliah sehingga konsentrasi pengurus tidak hanya kepada santri saia, tetapi pengurus juga disibukan dengan

puluhan orang sehingga kami kewalahan mengurus santri. Disamping itu, kalau

pengurus yang tidak seimbang serta konsentrasi pengurus yang terbagi- bagi menjadikan hambatan dalam penerapan strategi pembelajaran budi pekerti. Karena satu pengurus membimbing tujuh belas santri maka pengurus tidak mampu menangani permasalahan tiap santri. Jumlah pengurus yang sedikit serta konsentrasi pengurus yang terbelah menjadi hambatan pengurus untuk mengatur santri serta mengarahkan santri supaya santri memiliki budi pekerti luhur.