Analisis Hipotesis
B. Analisis Hipotesis
Setiap daerah pastilah memiliki kondisi yang berbeda jika dibandingkan dengan kondisi daerah lain. Oleh karana itu terjadi pula perbedaan kebijakan yang diterapkan oleh pelaksana pembangunan daerah Setiap daerah pastilah memiliki kondisi yang berbeda jika dibandingkan dengan kondisi daerah lain. Oleh karana itu terjadi pula perbedaan kebijakan yang diterapkan oleh pelaksana pembangunan daerah
Di sinilah pentingnya posisi pemerintah daerah selaku pengambil kebijakan di daerah. Pemerintah harus mengetahui secara pasti situasi dan kondisi daerahnya dalam melaksanakan pembangunan supaya terjadi keselarasan dalam pembangunan. Tidak ada tumpang tindih dana saling merugikan antara pemerintah dengan masyarakatnya.
Pada bab ini akan dilakukan perhitungan dalam penentuan potensi ekonomi daerah, khususnya Kabupaten Wonosobo. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tipologi Klasen, Analisis Location Quotient (LQ), dan Analisis Shift Share. Adapun data yang digunakan adalah data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Wonosobo, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Laju Pertumbuhan PDRB Propinsi Jawa Tengah. Kesemua data di atas dikumpulkan dari tahun 1996 sampai tahun 2006.
Dalam kaitan inilah terungkap secara nyata betapa penting dan perlunya suatu penelitian mengenai potensi-potensi ekonomi unggulan yang dimiliki suatu daerah. Dari penelitian ini hasilnya akan dibutuhkan dan berguna dalam proses perencanaan pembangunan ekonomi daerah.
1. Tipologi Klasen (Klassen Typologi)
Tipologi Klasen dapat digunakan untuk mengetahui gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi daerah. Menurut
Tipologi Klasen, masing-masing ekonomi di daerah dapat diklasifikasikan sebagai sektor prima, berkembang, potensial dan terbelakang. Analisis ini mendasarkan pengelompokkan suatu sektor dengan melihat pertumbuhan dan kontribusi sektor tertentu terhadap total PDRB suatu daerah. (Widodo Tri, 2006: 120)
Kriteria yang digunakan dalam Tipologi Klassen menurut Aswandi dan Kuncoro adalah:
a. Daerah cepat maju dan cepat tumbuh (hight growth and high income ), yaitu daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita yang lebuh tinggi dibandingkan rata-rata wilayah referensi.
b. Daerah maju tetapi tertekan (high income but low growth), yaitu daerah yang memiliki pendapatan perkapita lebih tinggi, tetapi tingkat pertumbuhan ekonominya lebih rendah disbanding rata-rata daerah atau wilayah referensi.
c. Daerah berkembang cepat (high growth and low income), yaitu daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan tinggi, tetapi pendapatan perkapita lebih rendah disbanding rata-rata daerah atau wilayah referensi.
d. Daerah relatif tertinggal (low growth and low income), yaitu daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita yang lebih rendah dibandingkan rata-rata daerah atau wilayah referensi.
per kapita
Laju pertumbuhan
ri > r
Cepat maju dan cepat Berkembang tumbuh.
cepat
ri < r
Maju tetapi tertekan
Relatif tertinggal
Keterangan: ri
: Laju pertumbuhan ekonomi wilayah studi.
r : Laju pertumbuhan ekonomi wilayah referensi. yi
: Pendapatan perkapita wilayah studi.
: pendapatan perkapita wilayah referensi
Tabel IV.11 Hasil Perhitungan Tipologi Klassen
KabupatenWonosobo
Propinsi Jawa Tengah Tahun
Kabupaten Wonosobo
Yi (Rp)
ri (%)
Y (Rp)
ri (%) Kategori
0,51 berkembang cepat 1997
3,03 relatif tertinggal 1998
-11,74 berkembang cepat 1999
3,49 relatif tertinggal 2000
3,93 berkembang cepat 2001
3,33 relatif tertinggal 2002
3,56 relatif tertinggal 2003
4,98 relatif tertinggal 2004
5,13 relatif tertinggal 2005
5,35 relatif tertinggal 2006
5,33 relatif tertinggal Sumber: BPS Kab. Wonosobo Dalam Angka diolah, lihat lampiran
Dalam Tabel IV.11 di atas diketahui bahwa Kabupaten Wonosobo mengalami perubahan menurut Tipologi Klassen. Pada tahun 1996 Dalam Tabel IV.11 di atas diketahui bahwa Kabupaten Wonosobo mengalami perubahan menurut Tipologi Klassen. Pada tahun 1996
Pada tahun 1998 berubah klasifikasinya menjadi daerah berkembang cepat yang pada tahun 1997 merupakan daerah relatif tertinggal. Kemudian pada tahun 1999 berubah lagi menjadi daerah relatif tertinggal dan pada tahun 2000 kembali menjadi klasifikasi berkembang cepat.
Sedangkan pada tahun 2000-2006 Kabupaten Wonosobo merupakan daerah dengan klasifikasi daerah relatif tertinggal mengingat laju pertumbuhan PDRB dan pendapatan per kapita lebih kecil dari Propinsi Jawa Tengah.
2. Analisis Location Quotient (LQ)
Setiap daerah pasti mempunyai tujuan untuk terus meningkatkan pertumbuhan dan perekonomian daerahnya Salah satu usaha yang dilakukan adalah dengan mempunyai kegiatan produksi yang hasilnya telah dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan sisanya dapat diekspor ke negara lain. Mengenai kegiatan produksi tersebut Setiap daerah pasti mempunyai tujuan untuk terus meningkatkan pertumbuhan dan perekonomian daerahnya Salah satu usaha yang dilakukan adalah dengan mempunyai kegiatan produksi yang hasilnya telah dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan sisanya dapat diekspor ke negara lain. Mengenai kegiatan produksi tersebut
Untuk menjelaskan perbedaan di atas dapat digunakan Teori Basis Ekonomi. Dengan teori tersebut, dapat dilakukan mengenai sektor- sektor yang mempunyai kelebihan produksi sehingga mampu mengekspor ke daerah lain dalam kerangka perekonomian daerah.
Sektor yang mengekspor ke daerah lain disebut sektor basis. Sedangkan sektor yang tidak mampu menekspor ke luar negeri disebut sektor non basis. Sektor basis mempunyai pengaruh terhadap perkembangan sektor non basis.
Alat pengukuran yang digunakan untuk mengidentifikasi sektor basis dan non basis adalah metode Locationt Quotient (LQ) dari Bendavid-Val dalam Lincolin Arsyad adalah sebagai berikut:
LQ
Keterangan: v i : Pendapatan dari industri di suatu daerah. v t : Pendapatan total daerah tersebut. Vi : Pendapatan dari industri sejenis secara regional/ nasional. Vt : Pendapatan regional/ nasional.
Sementara itu menururt Isaard, Locationt Qoutient (LQ) dapat dirumuskan: (Isaard, 1971: 24)
LQ = Si/S Ni/N
Keterangan : Si = Pendapatan dari suatu kegiatan di daerah tertentu. S = Pendapatan total suatu daerah. Ni = Pendapatan dari suatu kegiatan, sejenis secara nasional. N = Pendapatan total nasional.
Menurut Bendavid (1991) terdapat tiga kategori hasil analisis LQ pada suatu daerah :
1. Jika LQ > 1, maka daerah tersebut lebih berspesialisasi (berpotensi) atas produk sektor tertentu, dibandingkan dengan wilayah referensi.
2. Jika LQ < 1, maka daerah tersebut kurang berspesialisasi (berpotensi) atas produk sektor tertentu dibandingkan dengan wilayah referensi.
3. Jika LQ = 1, maka daerah tersebut mempunyai spesialisasi (berpotensi) yang sama atas produk tertentu dibandingkan dengan wilayah referensi.
Pada penelitian ini, analisis LQ digunakan untuk mengetahui dari sembilan sektor yang ada, manakah sektor basis dan non basis Kabupaten Wonosobo.
Berdasarkan perhitungan LQ selama periode waktu 1996-2006 (Tabel IV.9) di Kabupaten Wonosobo dengan menggunakan data PDRB Kabupaten Wonosobo dan PDRB Propinsi Jawa Tengah, dapat diketahui sektor-sektor yang termasuk sektor basis dan non basis. Hal ini berarti penentuan suatu sektor itu basis atau non basis didasarkan atas nilai bruto sektoral atas aktivitas produksinya. Berikut hasil perhitungan LQ dari tahun 1996-2006.
Tabel IV.12.a Hasil Perhitungan Locational Quotient Kabupaten
Wonosobo Menurut Lapangan Usaha/Sektor Tahun 1996-2006 Menggunakan Data PDRB
Lapangan Usaha
2,453 2,446 2,358 2. Pertambangan & Penggalian
0,644 0,656 0,677 3. Industri Pengolahan
0,234 0,234 0,278 4. Listrik, Gas, & Air Bersih
1,197 1,197 1,329 5. Bangunan / Konstruksi
1,361 1,361 1,114 6. Perdagangan, Hotel, & Restoran
0,745 0,745 0,77 7. Angkutan dan Komunikasi
1,274 1,274 1,298 8. Bank, Lembaga Keuangan, Persewaan
0,951 0,951 1,113 & Jasa Perusahaan 9. Jasa – Jasa
Lapangan Usaha
2,344 2,384 2,4 2. Pertambangan & Penggalian
0,705 0,649 1,233 3. Industri Pengolahan
0,345 0,346 9,396 4. Listrik, Gas, & Air Bersih
0,876 0,841 1,052 5. Bangunan / Konstruksi
0,726 0,719 1,193 6. Perdagangan, Hotel, & Restoran
0,554 0,555 0,61 7. Angkutan dan Komunikasi
1,205 1,184 1,256 8. Bank, Lembaga Keuangan, Persewaan
1,736 1,729 1,256 & Jasa Perusahaan 9. Jasa – Jasa
1,065 1,038 0,754 Sumber: BPS Kab. Wonosobo Dalam Angka diolah, lihat lampiran
Berdasarkan Tabel IV.12.a di atas dapat diketahui bahwa selama kurun waktu 1996-2006 ada kecenderungan terjadi fluktuasi dalam sektor-sektor tersebut. Sektor-sektor tersebut tetap menjadi sektor basis ataupun masih menjadi sektor non basis. Sebagai contoh, sektor pertanian pada tahun 1996 nilai LQ adalah 1,797 dan cenderung menjadi sektor basis sampai pada tahun 2006 dan mengalami kenaikan menjadi 2,384. Demikian juga dengan sektor-sektor yang lain, walaupun ada perubahan nilai LQ nya, peranannnya tetap menjadi sektor basis ataupun sektor non basis.
Dari perhitungan tersebut maka dapat dilihat per tahun sektor- sektor yang mengalami perubahan basis atau non basisnya.
Tabel IV.12.b Hasil Perhitungan Locational Quotient Kabupaten Wonosobo Menurut Lapangan Usaha/Sektor Tahun 1996-2006 Menggunakan Data PDRB
Lapangan Usaha
1. Pertanian B B B B B B 2. Pertambangan & Penggalian
NB NB NB 3. Industri Pengolahan
NB NB NB 4. Listrik, Gas, & Air Bersih
B NB
NB
B B B B B 5. Bangunan / Konstruksi
NB
B B B B B B 6. Perdagangan, Hotel, & Restoran
NB NB NB 7. Angkutan dan Komunikasi
B B B B B B 8. Bank, Lembaga Keuangan, Persewaan
B B NB NB NB & Jasa Perusahaan 9. Jasa - Jasa
Lapangan Usaha
1. Pertanian B B B B B B 2. Pertambangan & Penggalian
NB NB B 3. Industri Pengolahan
NB
B NB
NB NB B 4. Listrik, Gas, & Air Bersih
NB NB B 5. Bangunan / Konstruksi
B NB
NB
NB NB B 6. Perdagangan, Hotel, & Restoran
B NB
NB
NB NB NB 7. Angkutan dan Komunikasi
B B B B B B 8. Bank, Lembaga Keuangan, Persewaan
B B B B B B & Jasa Perusahaan 9. Jasa - Jasa
B B B B NB Keterangan: B= Basis; NB= Non Basis Sumber: BPS Kab. Wonosobo Dalam Angka diolah, lihat lampiran
NB
Pada sektor pertanian dari tahun 1996 sampai 2006 cenderung stabil, yaitu menjadi sektor basis. Untuk sektor pertambangan dan penggalian dari tahun 1996 sampai 2002 menjadi sektor non basis sedangkan pada tahun 2003 berubah menjadi sektor basis, pada tahun 2004 sampai 2006 kembali sektor non basis, pada rata-rata menjadi sektor basis. Kemudian di sektor industri pengolaha dapat dilihat perubahannya dari tahun 1996 yang semula basis menjadi non basis di Pada sektor pertanian dari tahun 1996 sampai 2006 cenderung stabil, yaitu menjadi sektor basis. Untuk sektor pertambangan dan penggalian dari tahun 1996 sampai 2002 menjadi sektor non basis sedangkan pada tahun 2003 berubah menjadi sektor basis, pada tahun 2004 sampai 2006 kembali sektor non basis, pada rata-rata menjadi sektor basis. Kemudian di sektor industri pengolaha dapat dilihat perubahannya dari tahun 1996 yang semula basis menjadi non basis di
Selanjutnya pada sektor bangunan/konstruksi dari tahun 1996 sampai 2002 menjadi sektor basis tetapi pada tahun 2003 sampai 2006 berubah menjadi non basis. Sektor perdagangan, hotel dan restoran dari tahun 1996 sampai 2006 tetap menjadi sektor non basis. Sektor angkutan dan komunikasi tetap stabil menjadi sektor basis dari tahun 1996-2006. Untuk sektor bank, lembaga keuangan, persewaan menjadi sektor non basis di tahun 2006 kemudian berubah menjadi basis tahun 1997 sampai 1998, tahun 1999 sampai 2001 menjadi sektor non basis tetapi pada tahun 2002 sampai 2006 kembali menjadi sektor basis. Kemudian pada sektor terakhir yaitu sektor jasa dari tahun 1996 sampai 2002 adalah sektor non basis, berubah di tahun 2003 sampai 2006 menjadi sektor basis.
Sementara itu, dalam periode waktu 1996-2006 tersebut jika dilihat secara rata-rata maka dapat diidentifikasikan sektor-sektor yang merupakan sektor basis, yaitu:
1. Sektor Pertanian (2,4)
2. Sektor Pertambangan dan Penggalian (1,233)
3. Sektor Industri Pengolahan (9,396)
4. Sektor Listrik, gas dan Air Bersih (1,052)
5. Sektor Bangunan/ Konstruksi (1,193)
6. Sektor Angkutan dan Komunikasi (1,256)
7. Sektor Bank, Lembaga Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan (1,256)
Tujuh sektor inilah yang merupakan sektor yang dikatakan memiliki keunggulan sehingga mampu memenuhi kebutuhan di Kabupaten Wonosobo bahkan mampu mengekspornya ke luar Kabupaten Wonosobo.
Sedangkan sektor-sektor yang termasuk non basis adalah:
1. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (0,610)
2. Sektor Jasa-Jasa (0,754) Berdasarkan Tabel IV.11 juga dapat diketahui secara rata-rata nilai LQ yang terbesar adalah Sektor Industri Pengolahan (9,369); sektor terbesar ke dua adalah Sektor Pertanian (2,4); sedangkan yang berada di urutan ke tiga adalah sektor Angkutan dan Komunikasi; dan Sektor Bank, Lembaga Keuangan dan Persewaan yang mempunyai nilai rata- rata sama yaitu (1,256). Hal ini menunjukkan bahwa pada kurun waktu tersebut Sektor Industri Pengolahan merupakan sektor yang sangat menunjang pembangunan ekonomi di Kabupaten Wonosobo, walaupun Sektor Pertanian; Sektor Angkutan dan Komunikasi; serta Sektor Bank, Lembaga Keuangan dan Persewaan tidak dapat dikesampingkan.
3. Analisis Shift Share (SSA)
Alat analisis lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Shift Share/ Shift Share Analysis (SSA). Dengan alat ini maka pergeseran struktur perekonomian suatu daerah dapat diuji. Metode ini menganalisis pergeseran struktur perekonomian daerah perencanaan dalam hubungannya dengan perekonomian yang lebih tinggi tingkatannya serta mampu mengetahui sektor-sektor apa saja yang termasuk dalam sektor unggulan.
Kriteria yang digunakan dalam analisis ini adalah kriteria pertumbuhan yaitu melihat dai suatu kegiatan (terutama melihat perbedaan pertumbuhan) baik dalam skala lebih luas maupun skala yang lebih kecil. Kriteria ini diperoleh dengan membandingkan kinerja sektor-sektor di suatu wilayah relatif terhadap kinerja perekonomian yang lebih tinggi akan diperoleh pengaruh wilayah perencanaan kabupaten dengan wilayah propinsi atau wilayah propinsi dengan suatu wilayah negara (nasional). Sedangkan secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut (Lincolin Arsyad, 1999: 140):
V* = (V1/V) + (Vi1/V1/V) + (Yi1/Yi – Vi1/V1) Keterangan: V* =
Perubahan pendapatan wilayah perencanaan. V1 =
Pendapatan total wilayah referensi pada tahun akhir.
V = Pendapatan total wilayah referensi pada tahun dasar.
Vi1 = Pendapatan sektor i wilayah referensi pada tahun akhir. Vi =
Pendapatan sektor i wilayah referensi pada tahun akhir. Yi1=
Pendapatan sektor i wilayah perencanaan studi pada tahun
akhir
Yi = Pendapatan sektor i wilayah perencanaan studi pada tahun
dasar.
Ruas pertama dari rumus di atas menyatakan kompponen pertumbuhan wilayah pengamatan (kabupaten), ruas kedua menyatakan komponen pertumbuhan daya saing Kabupaten Wonosobo. Indikatornya:
1. Apabila komponen pertumbuhan proporsional suatu sektor > 0, maka sektor yang bersangkutan mengalami pertumbuhan yang cepat dan memberikan pengaruh yang positif kepada perekonomian daerah, begitu pula sebaliknya.
2. Apabila komponen daya saing suatu sektor < 0, maka keunggulan komparatif dari sektor tersebut meningkat dalam perekonomian yang lebih luas, begitu pula sebaliknya. Berikut perhitungan SSA menggunakan data PDRB.
Tabel IV. 13 Perhitungan Shift Share Analisis (SSA) Kabupaten
Wonosobo Menurut Lapangan Usaha/sektor Tahun 1996-1997 Menggunakan Data PDRB
Lapangan Usaha
Pertumbuhan
Pertumbuhan
Pertumbuhan Perubahan
Nasional
Proporsional
Daya Saing Pendapatan
V1/V
(Vi1/Vi)-(V1/V)
(Yi1/Yi)-(Vi1/Vi) V*
0,22 0,99 2. Pertambangan & Penggalian
-0,134 0,978 3. Industri Pengolahan
-1027,64 1,076 4. Listrik, Gas, & Air Bersih
0 1,033 5. Bangunan / Konstruksi
-1,33 0,935 6. Perdagangan, Hotel, & Restoran
0,027 0,991 7. Angkutan dan Komunikasi
-0,064 0,971 8. Bank, Lembaga Keuangan, Persewaan
-0,146 0,933 & Jasa Perusahaan 9. Jasa - Jasa
Sumber: BPS Kab. Wonosobo Dalam Angka diolah, lihat lampiran Dari Tabel 1V.13 di atas terlihat bahwa terjadi perubahan pendapatan yang positif untuk sektor usaha di Kabupaten Wonosobo
kecuali sektor jasa, walaupun besarnya bervariasi dari tiap sektor. Jika diurutkan perubahan yang terbesar yaitu pada Sektor Industri Pengolahan (1,076). Berikutnya adalah Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih (1,033); Sektor Perdagangan, hotel dan restoran (0,991); Sektor Pertanian (0,99); Sektor Peratambangan dan Penggalian (0,978); Sektor
Bangunan/Konstruksi (0,935). Selanjutnya Sektor Bank, Lembaga Keuangan, aPersewaan dan Jasa Perusahaan (0,933) dan yang paling rendah adalah Sektor Jasa-jasa (-0,484).
Sektor-sektor usaha yang komponen pertumbuhan proporsionalnya mempunyai nilai positif hanyalah sektor industri pengolahan (1027,205).
Hal ini menunjukkan bahwa sektor-sektor usaha tersebut pertumbuhannya lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan sektor-sektor usaha sejenis di Propinsi Jawa Tengah dan memberikan pengaruh positif terhadap perekonomian wilayahnya. Sedangkan sektor-sektor usaha yang lainnya mempunyai pertumbuhan yang lebih lambat. Hal ini ditunjukkan oleh nilai negatif pada komponen pertumbuhan proporsional. Hal ini berarti bahwa sektor-sektor usaha tersebut lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan sektor usaha sejenis di Propinsi Jawa Tengah.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat diketahui bahwa struktur perekonomian Kabupaten Wonosobo pada tahun 1996-1997 didukung oleh sektor primer dan tersier, tetapi disisni sektor tersier yang lebih berperan dibandingkan dengan sektor primer.
Tabel IV. 14 Perhitungan Shift Share Analisis (SSA) Kabupaten
Wonosobo Menurut Lapangan Usaha/sektor Tahun 1997-1998 Menggunakan Data PDRB
Lapangan Usaha
Pertumbuhan
Pertumbuhan
Pertumbuhan Perubahan
Nasional
Proporsional
Daya Saing Pendapatan
V1/V
(Vi1/Vi)-(V1/V)
(Yi1/Yi)-(Vi1/Vi) V*
0,023 0,989 2. Pertambangan & Penggalian
0,016 0,99 3. Industri Pengolahan
-1027,536 1,18 4. Listrik, Gas, & Air Bersih
0 1,065 5. Bangunan / Konstruksi
-0,138 0,93 6. Perdagangan, Hotel, & Restoran
0,058 0,968 7. Angkutan dan Komunikasi
-0,032 -0,084 8. Bank, Lembaga Keuangan, Persewaan
0,226 0,884 & Jasa Perusahaan 9. Jasa - Jasa
Sumber: BPS Kab. Wonosobo Dalam Angka diolah, lihat lampiran Tabel IV.14 menunjukkan bahwa terjadi perubahan pendapatan
yang positif untuk sektor-sektor di atas kecuali sektor angkutan dan komunikasi. Sektor-sektor tersebut yang mempunyai perubahan pendapatan terbesar adalah Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih (1,065). Selanjutnya Sektor Industri Pengolahan (1,18); Sektor Pertanian (0,098); Sektor Pertambangan dan Penggalian (0,99); Sektor Perdagangan,
Bangunan/Konstruksi (0,93); Kemudian Sektor Bank, Lembaga Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan (0,884); Sektor Jasa-jasa (0,839) dan yang terakhir adalah Sektor Angkutan dan Komunikasi (- 0,084).
Untuk sektor-sektor usaha yang pertumbuhan proporsionalnya mempunyai nilai positif adalah: Sektor Idustri Pengolahan (1027,536); disusul Sektor Pertanian (0,083); Sektor Bangunan/Konstruksi (0,186); Sektor Angkutan dan Komunikasi (0,065); Sektor Pertambangan dan Penggalian (0,046); Sektor perdagangan, Hotel dan Restoran (0,027) dan Sektor Jasa-jasa (0,021).
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa struktur ekonomi Kabupaten Wonosobo tahun1997-1998 bergantung pada sektor primer, sekunder dan tersier. Namun disisni sektor tersier lebih mempunyai peranan dibandingkan sektor primer dan sekunder.
Tabel IV. 15 Perhitungan Shift Share Analisis (SSA) Kabupaten
Wonosobo Menurut Lapangan Usaha/sektor Tahun 1998-1999 Menggunakan Data PDRB
Lapangan Usaha
Pertumbuhan
Pertumbuhan
Pertumbuhan Perubahan
Nasional
Proporsional
Daya Saing Pendapatan
V1/V
(Vi1/Vi)-(V1/V)
(Yi1/Yi)-(Vi1/Vi) V*
-0,184 0,846 2. Pertambangan & Penggalian
-0,148 0,906 3. Industri Pengolahan
-0,056 1,046 4. Listrik, Gas, & Air Bersih
0,062 1,165 5. Bangunan / Konstruksi
-0,506 0,612 6. Perdagangan, Hotel, & Restoran
0,233 1,265 7. Angkutan dan Komunikasi
-0,141 1,961 8. Bank, Lembaga Keuangan, Persewaan
-0,255 0,781 & Jasa Perusahaan 9. Jasa - Jasa
Sumber: BPS Kab. Wonosobo Dalam Angka diolah, lihat lampiran Dari hasil analisis tahun 1998-1999 pada Tabel IV.15 diketahui
terjadi perubahan pendapatan yang positif untuk semua sektor usaha.
Perubahan pendapatan terjadi pada Sektor Angkutan dan Komunikasi (1,961). Kemudian Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (1,265); Sektor Listrik, gas dan Air Bersih (1,365); Sektor Industri Pengolahan (1,046); selanjutnya Sektor Pertambangan dan Penggalian (0,906); Sektor Pertanian (0,846); Sektor Jasa0jasa (0,839); Sektor Bank, Lembaga Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan (0,781) dan yang paling rendah yaitu pada Sektor Bangunan/Konstruksi (0,612).
Sedangkan unruk pertumbuhan proporsional yang mempunyai nilai positif terdapat pada beberapa sektor yaitu: Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih (0,68). Disusul Sektor Industri Pengolahan (0,67); Sektor Bangunan/Konstruksi (0,084); Sektor Angkutan dan Komunikasi (0,067); Sektor Pertambangan dan Penggalian (0,017) dan Sektor Bank, Lembaga Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan (0,002).
Dari pembahasan di atas dapat diketahui bahwa struktur perekonomian di Kabupaten Wonosobo tahun 1998-1999 didominasi oleh sektor sekunder dan tersier saja.
Tabel IV. 16 Perhitungan Shift Share Analisis (SSA) Kabupaten
Wonosobo Menurut Lapangan Usaha/sektor Tahun 1999-2000 Menggunakan Data PDRB
Lapangan Usaha
Pertumbuhan
Pertumbuhan
Pertumbuhan Perubahan
Nasional
Proporsional
Daya Saing Pendapatan
V1/V
(Vi1/Vi)-(V1/V)
(Yi1/Yi)-(Vi1/Vi) V*
0,002 1,034 2. Pertambangan & Penggalian
0,024 1,049 3. Industri Pengolahan
0,099 1,131 4. Listrik, Gas, & Air Bersih
0 1,105 5. Bangunan / Konstruksi
-0,17 0,844 6. Perdagangan, Hotel, & Restoran
0,007 1,074 7. Angkutan dan Komunikasi
0 1,055 8. Bank, Lembaga Keuangan, Persewaan
0,078 1,108 & Jasa Perusahaan 9. Jasa - Jasa
Sumber: BPS Kab. Wonosobo Dalam Angka diolah, lihat lampiran Dari Tabel IV.16 dapat diketahui perubahan pendapatan yang
positif untuk semua sektor usaha. Jika diurutkan menurut perubahan pendapatan terbesar, perubahan itu terjadi pada Sektor Industri Pengolahan (1,131). Kemudian Sektor Bank, Lembaga Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan (1,108); Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih (1,105); Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (1,074); Sektor Jasa-jasa (1,057); selanjutnya Sektor Angkutan dan Koimunikasi (1,055); Sektor Pertambangan dan Penggalian (1,049) dan Sektor Bangunan/Konstruksi (0,844).
Sementara itu sektor-sektor usaha yang mempunyai pertumbuhan proporsional yang positif yaitu: Sektor Listrik, Gas dan air Bersih
(0,057); Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (0,027) dan Sektor Angkutan dan Komunikasi (0,015).
Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa struktur perekonomian Kabupaten Wonosobo tahun 1999-2000 didominasi oleh sektor-sektor primer,sekunder dan tersier tetapi yang lebih mempunyai peran adalah sektor tersier karena hampir semua sektor tersier mempunyai daya saing yang lebih cepat dibanding sektor di tingkat regional.
Tabel IV. 17 Perhitungan Shift Share Analisis (SSA) Kabupaten
Wonosobo Menurut Lapangan Usaha/sektor Tahun 2000-2001 Menggunakan Data PDRB
Lapangan Usaha
Pertumbuhan
Pertumbuhan
Pertumbuhan Perubahan
Nasional
Proporsional
Daya Saing Pendapatan
V1/V
(Vi1/Vi)-(V1/V)
(Yi1/Yi)-(Vi1/Vi) V*
-0,058 0,959 2. Pertambangan & Penggalian
0,009 1,097 3. Industri Pengolahan
0,66 1,098 4. Listrik, Gas, & Air Bersih
0 1,115 5. Bangunan / Konstruksi
-0,123 0,991 6. Perdagangan, Hotel, & Restoran
0,009 1,057 7. Angkutan dan Komunikasi
-1,069 1,081 8. Bank, Lembaga Keuangan, Persewaan
0,068 1,078 & Jasa Perusahaan 9. Jasa - Jasa
Sumber: BPS Kab. Wonosobo Dalam Angka diolah, lihat lampiran
Dari hasil analisis tahun 2000-2001 pada Tabel IV.17, diketahui terjadi perubahan yang positif untuk semua sektor usaha. Dimulai dari sektor yang mengalami perubahan pendapatan paling besar yaitu: Sektor Listrik, Gas dan Air bersih (1,115). Selanjutnya Sektor Industri Pengolahan (1,098); Sektor Pertambangan dan penggalian (1,097);
Sektor Angkutan dan Komunikasi (1,081); Sektor Bank, Lembaga Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan (1,078); Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (1,057). Berikutnya adalah Sektor Jasa-jasa (1,035); Sektor Bangunan/Konstruksi (0,991) dan sektor Pertanian (0,959).
Sedangkan sektor-sektor usaha yang komponen pertumbuhan proporsionalnya mempunyai nilai positif adalah: Sektor Bangunan dan Konstruksi (0,082); Sektor Industri Pengolahan (0,054) dan Sektor Angkutan dan Komunikasi (0,047).
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa struktur perekonomian Kabupaten Wonosobo tahun 2000-2001 didominasi oleh sektor tersier dari pada sektor primer dan sekunder.
Tabel IV. 18 Perhitungan Shift Share Analisis (SSA) Kabupaten
Wonosobo Menurut Lapangan Usaha/sektor Tahun 2001-2002 Menggunakan Data PDRB
Lapangan Usaha
Pertumbuhan
Pertumbuhan
Pertumbuhan Perubahan
Nasional
Proporsional
Daya Saing Pendapatan
V1/V
(Vi1/Vi)-(V1/V)
(Yi1/Yi)-(Vi1/Vi) V*
0,001 1,012 2. Pertambangan & Penggalian
0,009 1,013 3. Industri Pengolahan
-0,004 1,008 4. Listrik, Gas, & Air Bersih
0 1,03 5. Bangunan / Konstruksi
0,08 1,013 6. Perdagangan, Hotel, & Restoran
-0,045 1,043 7. Angkutan dan Komunikasi
0 1,039 8. Bank, Lembaga Keuangan, Persewaan
-0,045 1,017 & Jasa Perusahaan 9. Jasa - Jasa
-0,029 1,015 Sumber: BPS Kab. Wonosobo Dalam Angka diolah, lihat lampiran
Dari Tabel IV.18 di atas menunjukkan bahwa semua sektor usaha mengalami perubahan pendapatan yang positif. Sektor usaha yang
mengalami perubahan pendapatan paling besar adalah Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (1,043). Kemudian Sektor Angkutan dan Komunikasi (1,039); Sektor Bank, Lembaga Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan (1,039); Sektor Jasa-jasa (1,015); Sektor Bangunan/Konstruksi (1,013); Selanjutnya Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih (1,013); Sektor Pertanian (1,012); dan yang paling kecil adalah Sektor Industri pengolahan (1,008).
Sementara itu beberapa sektor usaha yang mempunyai komponen pertumbuhan proporsionalnya positif adalah: Sektor Jasa-jasa (1,015); Sektor Bank, Lembaga Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan (0,017); dan Sektor Angkutan dan Komunikasi (0,003).
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa struktur perekonomian Kabupaten Wonosobo tahun 2001-2002 didominasi oleh sektor primer dan sekunder.
Tabel IV. 19 Perhitungan Shift Share Analisis (SSA) Kabupaten
Wonosobo Menurut Lapangan Usaha/sektor Tahun 2002-2003 Menggunakan Data PDRB
Lapangan Usaha
Pertumbuhan
Pertumbuhan
Pertumbuhan Perubahan
Nasional
Proporsional
Daya Saing Pendapatan
V1/V
(Vi1/Vi)-(V1/V)
(Yi1/Yi)-(Vi1/Vi) V*
-0,294 2,832 2. Pertambangan & Penggalian
1,695 1,895 3. Industri Pengolahan
0,584 3,767 4. Listrik, Gas, & Air Bersih
-1 1,234 5. Bangunan / Konstruksi
-1,88 2,493 6. Perdagangan, Hotel, & Restoran
-0,8 1,709 7. Angkutan dan Komunikasi
-0,224 2,349 8. Bank, Lembaga Keuangan, Persewaan
1,297 3,995 & Jasa Perusahaan 9. Jasa - Jasa
1,204 4,213 Sumber: BPS Kab. Wonosobo Dalam Angka diolah, lihat lampiran
Berdasarkan Tabel IV.19 dapat dilihat perubahan pendapatan untuk semua sektor usaha mempunyai perubahan yang positif. Perbahan yang terbesar terjadi pada Sektor Jasa-jasa (4,213). Berikutnya adalah sektor Bank, Lembaga Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan (3,995); urutan selanjutnya adalah Sektor Industri Pengolahan (3,767); Sektor Pertanian (2,832); Sektor Bangunan/Konstruksi (2,493); Sektor Angkutan dan Komunikasi (2,349); Sektor Pertambangan dan Penggalian (1,895); Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (1,709) dan sektor yang paling terkecil adalah Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih (1,234).
Untuk sektor usaha yang pertumbuhan proporsionalnya mempunyai nilai positif adalah: Sektor Bangunan/Konstruksi (1,454); Sektor Industri Pengolahan (0,263); Sektor Pertanian (0,206).
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa struktur perekonomian Kabupaten Wonosobo tahun 2002-2003 bergantung pada sektor tersier dari pada sektor primer dan sekunder. Disini sektor tersier mempunyai daya saing yang lebih cepat dibanding sektor di tingkat regional.
Tabel IV. 20 Perhitungan Shift Share Analisis (SSA) Kabupaten
Wonosobo Menurut Lapangan Usaha/sektor Tahun 2003-2004 Menggunakan Data PDRB
Lapangan Usaha
Pertumbuhan
Pertumbuhan
Pertumbuhan Perubahan
Nasional
Proporsional
Daya Saing Pendapatan
V1/V
(Vi1/Vi)-(V1/V)
(Yi1/Yi)-(Vi1/Vi) V*
-0,026 1,027 2. Pertambangan & Penggalian
-9,852 1,035 3. Industri Pengolahan
-0,051 1,012 4. Listrik, Gas, & Air Bersih
0 1,013 5. Bangunan / Konstruksi
-0,045 1,032 6. Perdagangan, Hotel, & Restoran
-0,004 1,02 7. Angkutan dan Komunikasi
-0,017 1,028 8. Bank, Lembaga Keuangan, Persewaan
-0,017 1,02 & Jasa Perusahaan 9. Jasa - Jasa
-0,039 1,016 Sumber: BPS Kab. Wonosobo Dalam Angka diolah, lihat lampiran
Dari hasil analisis tahun 2003-2004 pada Tabel IV.20 terlihat bahwa terjadi perubahan pendapatan yang positif untuk semua sektor. Sektor-sektor tersebut apabila diurutkan dari perubahan yang paling besar adalah: Sektor Pertambangan dan Penggalian (1,035). Berikutnya
Sektor Bangunan/Konstruksi (1,032); Sektor Angkutan dan Komunikasi (1,028); Sektor Pertanian (1,027); Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (1,02); Urutan selanjutnya adalah Sektor Bank, Lembaga Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan (1,02); Sektor Jasa-jasa (1,016); Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih (1,013); dan yang terendah adalah Sektor Industri Pengolahan (0,012).
Sedangkan untuk sektor usaha yang mempunyai komponen pertumbuhan yang positif adalah: Sektor Pertambangan dan Penggalian (9,226); Sektor Bangunan/Konstruksi (0,07); Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih (0,025); dan Sektor Industri Pengolahan (0,003).
Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa struktur perekonomian Kabupaten Wonosobo tahun 2003-2004 didominasi oleh sektor sekunder, dari pada sektor primer dan tersier. Sektor sekunder tersebut hanya Sektor Listrik, Gas dan Air minum saja.
Tabel IV. 21 Perhitungan Shift Share Analisis (SSA) Kabupaten
Wonosobo Menurut Lapangan Usaha/sektor Tahun 2004-2005 Menggunakan Data PDRB
Lapangan Usaha
Pertumbuhan
Pertumbuhan
Pertumbuhan Perubahan
Nasional
Proporsional
Daya Saing Pendapatan
V1/V
(Vi1/Vi)-(V1/V)
(Yi1/Yi)-(Vi1/Vi) V*
-0,012 1,034 2. Pertambangan & Penggalian
-0,049 1,043 3. Industri Pengolahan
-0,029 1,018 4. Listrik, Gas, & Air Bersih
0 1,038 5. Bangunan / Konstruksi
-0,034 1,033 6. Perdagangan, Hotel, & Restoran
-0,024 1,036 7. Angkutan dan Komunikasi
-0,049 1,023 8. Bank, Lembaga Keuangan, Persewaan
-0,015 1,034 & Jasa Perusahaan 9. Jasa - Jasa
-0,015 1,032 Sumber: BPS Kab. Wonosobo Dalam Angka diolah, lihat lampiran
Dari Tabel IV.21 dapat dilihat bahwa perubahan pendapatan yang terjadi pada semua sektor adalah positif. Apabila diurutkan dari sektor yang mempunyai perubahan pendapatn paling besar adalah; Sektor Pertambangan dan Penggalian (1,043). Selanjutnya Sektor Listri, Gas dan Air Bersih (1,038); Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (1,036); Sektor Bank, Lembaga Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan (1,034); Sektor Pertanian (1,034); Sektor Bangunan/Konstruksi (1,033). Berikutnya Sektor Jasa-jasa (1,032); Sektor Angkutan dan Komunikasi (1,023); dan yang terakhir Sektor Industri Pengolahan (1,018).
Sementara itu sektor usaha yang pertumbuhan proposionanya memiliki nilai positif yaitu; Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih (0,054); Sektor Pertambangan dan Penggalian (0,039); Sektor Angkutan dan
Komunikasi (1,032); Sektor Bangunan/Konstruksi (0,015); Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (0,006).
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa struktur perekonomian Kabupaten Wonosobo tahun 2004-2005 didominasi oleh sektor sekunder, yaitu hanya Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih.
Tabel IV. 22 Perhitungan Shift Share Analisis (SSA) Kabupaten
Wonosobo Menurut Lapangan Usaha/sektor Tahun 2005-2006 Menggunakan Data PDRB
Lapangan Usaha
Pertumbuhan
Pertumbuhan
Pertumbuhan Perubahan
Nasional
Proporsional
Daya Saing Pendapatan
V1/V
(Vi1/Vi)-(V1/V)
(Yi1/Yi)-(Vi1/Vi) V*
-0,002 1,033 2. Pertambangan & Penggalian
-0,112 1,041 3. Industri Pengolahan
-0,017 1,027 4. Listrik, Gas, & Air Bersih
0 1,003 5. Bangunan / Konstruksi
-0,03 1,03 6. Perdagangan, Hotel, & Restoran
-0,018 1,04 7. Angkutan dan Komunikasi
-0,038 1,027 8. Bank, Lembaga Keuangan, Persewaan
0 -0,026 1,026 & Jasa Perusahaan 9. Jasa - Jasa
-0,047 1,031 Sumber: BPS Kab. Wonosobo Dalam Angka diolah, lihat lampiran
Berdasarkan analisis Tabel IV.22 di atas menunjukkan bahwa semua sektor usaha memiliki perubahan pendapatan yang positif. Perubahan pendapatan paling besar terdapat pada sektor Pertambangan dan Penggalian (1,041). Berikutnya adalah Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (1,04). Urutan selanjutnya adalah Sektor Pertanian (1,033); Sektor Jasa-jasa (1,031); Sektor Bangunan/Konstruksi (1,03); Sektor Industri Pengolahan (1,027); Sektor Angkutan dan Komunikasi (1,027);
Sektor Bank, Lembaga Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan (1,026); dan yang terakhir adalah Sektor Liastrik, Gas dan Air Bersih (1,003).
Untuk pertumbuhan proporsional yang mempunyai nilai positif yaitu terdapat pada Sektor Industri Pengolahan (1,101); Sektor Jasa-jasa (0,036); Sektor Angkutan dan Komunikasi (0,013); Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih (0,011); Sektor Bangunan/Konstruksi (0,008); dan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (0,005).
Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa struktur perekonomian Kabupaten Wonosobo tahun 2005-2006 didominasi oleh sektor sekunder daripada sektor primer dan tersier.
Tabel IV. 23 Perhitungan Shift Share Analisis (SSA) Rata-Rata
Kabupaten
Lapangan Usaha/sektor Tahun 1996-2006 Menggunakan Data PDRB
Wonosobo
Menurut
Lapangan Usaha
Pertumbuhan
Pertumbuhan
Pertumbuhan Perubahan
Nasional
Proporsional
Daya Saing Pendapatan
V1/V
(Vi1/Vi)-(V1/V)
(Yi1/Yi)-(Vi1/Vi) V*
-0,052 1,759 2. Pertambangan & Penggalian
-0,789 1,105 3. Industri Pengolahan
-205,458 1,336 4. Listrik, Gas, & Air Bersih
0 1,08 5. Bangunan / Konstruksi
-0,298 1,091 6. Perdagangan, Hotel, & Restoran
-0,066 1,12 7. Angkutan dan Komunikasi
-0,156 1,045 8. Bank, Lembaga Keuangan, Persewaan
-0,116 1,288 & Jasa Perusahaan 9. Jasa - Jasa
-0,059 1,16 Sumber: BPS Kab. Wonosobo Dalam Angka diolah, lihat lampiran
Apabila dilihat secara rata-rata dalam periode waktu 1996-2006 seperti pada Tabel IV.23, dapat dilihat bahwa perubahan pendapatan
rata-rata semua sektor mengalami perubahan yang positif. Perubahan terbesar terdapat pada Sektor Pertanian (1,759). Selanjutnya adalah Sektor Industri Pengolahan (1,336). Kemudian secara berurutan adalah Sektor Bank, Lembaga Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan (1,288); Sektor Angkutan dan Komunikasi (1,045); Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (1,120); Sektor Pertambangan dan Penggalian (1,105); Sektor Bangunan/Konstruksi (1,091); dan yang paling rendah adalah Sektor Listri, Gas dan Air Bersih (1,080).
Sementara itu untuk komponen pertumbuhan yang mempunyai nilai positif adalah: Sektor Industri Pengolahan (205,532); Sektor Pertambangan dan Penggalian (0,632) dan Sektor Bangunan/Konstruksi.
Dari Hasil tersebut dapat diketahui bahwa struktur perekonomian Kabupaten Wonsobo secara rata-rata dalam periode 1996-2006 masih didominasi oleh sektor sekunder, tetapi hanya satu jenis sektor saja yaoitu Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih. Sektor tersebut mempunyai daya saing yang lebih tinggi dibanding dengan sektor-sektor yang lain.
4. Analisis Gabungan LQ-SSA
Analisis gabungan ini digunakan untuk menentukan sektor-sektor yang benar-benar merupakan sektor unggulan di Kbupaten Wonosobo yang dapat dikembangkan lebih lanjut. Sektor-sektor tersebut dinilai Analisis gabungan ini digunakan untuk menentukan sektor-sektor yang benar-benar merupakan sektor unggulan di Kbupaten Wonosobo yang dapat dikembangkan lebih lanjut. Sektor-sektor tersebut dinilai
Prioritas pertama adalah bilamana suatu sektor merupakan sektor basis, mempunyai keunggulan komparatif, dan laju pertumbuhan cepat.
Prioritas kedua adalah bilamana suatu sektor merupakan:
1. Sektor basis dengan mempunyai keunggulan komparatif.
2. Sektor basis dan pertumbuhannya cepat.
3. Sektor basis namun mempunyai keunggulan komparatif dan pertumbuhan cepat.
Prioritas ketiga adalah bilamana suatu sektor hanya mempunyai keunggulan komparatif atau merupakan sektor basis. Prioritas keempat adalah bilamana suatu sektor hanya mempunyai potensi pertumbuhan saja. Prioritas kelima adalah apabila sektor tersebut merupakan sektor basis dan tidak memiliki apa-apa. Prioritas keenam adalah suatu sektor atau sub sektor tidak mempunyai sektor apapun dan bukan sektor basis. Berdasarkan analisis struktur ekonomi melalui analisis LQ dan Shift Share di atas yang kemudian disambungkan maka akan diperoleh hasil sebagai berikut: