ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAPPEDA PROVINSI JAWA BARAT

BAB 3 ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAPPEDA PROVINSI JAWA BARAT

3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Bappeda Provinsi Jawa Barat

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Kepala Bappeda dalam hal ini Kepala Bappeda Provinsi Jawa Barat bertanggungjawab dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi perencanaan. Bappeda Provinsi Jawa Barat merupakan unsur pelaksana Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang mempunyai tugas membantu Gubernur melaksanakan kewenangan di bidang perencanaan, pengendalian dan evaluasi pembangunan daerah sesuai dengan tugas dan fungsinya. Bappeda memiliki tugas dalam penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang perencanaan pembangunan daerah, serta menyelenggarakan tiga fungsi utama, yaitu perumusan kebijakan teknis perencanaan, pengkoordinasian penyusunan perencanaan pembangunan, serta pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang perencanaan pembangunan daerah.

Tantangan 5 (Lima) tahun ke depan, Bappeda Provinsi Jawa Barat diharapkan dapat menghasilkan perencanaan yang berkualitas dan akuntabel,yang memerlukan dukungan dari berbagai unsur pembangunan. Peningkatan kualitas perencanaan tidak terlepas dari kapasitas kelembagaan Bappeda yang meliputi kapasitas SDM, sarana dan prasarana, serta sistem perencanaan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Sistem perencanaan tersebut meliputi :

 Pertama, Peningkatan kapasitas SDM baik melalui pendidikan formal maupun diklat fungsional;  Kedua,Penyediaan hasil-hasil kajian/penelitian yang mendukung penyusunan perumusan kebijakan perencanaan pembangunan daerah;  Ketiga,Koordinasi, integrasi dan sinkronisasi perencanaan pembangunan daerah; dan  Keempat, Pemanfaatan teknologi informasi dalam penyusunan perencanaan, pengolahan

data dan informasi berbasis web untuk pengolahan data perencanaan. Pelaksanaan tugas dan fungsi Bappeda ke depan masih menghadapi beberapa permasalahan

dan tantangan, antara lain :

1. Perencanaan belum sepenuhnya dapat diimplementasikan yang disebabkan oleh: (1) pembangunan yang implementatif; (2) Belum sesuainya Prioritas Pembangunan RKPD Dengan Prioritas Pembangunan RPJMD; (3) Belum sesuainya Prioritas Pembangunan RKPD Dengan Prioritas Pembangunan RPJMD; (4) Penyusunan Prioritas Pembangunan RKPD belum di dukung oleh tersedianya data pembangunan; (5) Hasil Evaluasi Pelaksanaan Prioritas

RKPD Terhadap Prioritas Tahunan RPJMD belum optimal; (6) Target Program Renstra OPD belum sesuai dengan dengan Target Program RPJMD; (6) Hasil Evaluasi Pelaksanaan Renstra OPD Terhadap Target RPJMD belum diacu dalam perencanaan; (7) Target Kegiatan Renja OPD belum sesuai dengan Target Prioritas Pembangunan RKPD; (8) Pendanaan program dan kegiatan Renja OPD belum mendukung Target Prioritas RKPD; (8) Hasil Evaluasi pelaksanaan target kegiatan Renja OPD terhadap Target Prioritas Pembangunan RKPD belum menjadi acuan perencanaan.

2. Perencanaan pembangunan belum dengan fungsi perencanaan pemerintah daerah (kab/kota) dan pemerintah pusat yang diebabkan oleh: (1) Perencanaan pembangunan partisipatif belum optimal; (2) Koordinasi dan komunikasi rencana pembangunan antar daerah belum optimal; (3) Intensitas komunikasi public dalam perencanaan pembangunan belum optimal ; (4) Efektivitas proses usulan pembangunan dari pelaku pembangunan belum optimal; (5) Implementasi rencana pola dan rencana struktur ruang dalam rencana pembangunan belum optimal; (6) Keselarasan rencana tata ruang Kab/Kota terhadap tata ruang Provinsi belum optimal.

3. Perencanaan pembangunan belum konsisten dan transparan yang disebabkan oleh : (1) Peran unit kerja penyedia data di Bappeda belum optimal; (2) Ketersediaan data dan kualitas hasil analisis data pembangunan belum mendukung perencanaan pembangunan; (3) Data dan informasi pembangunan belum tersebar kepada penggunan; (4) Data dan informasi pembangunan belum dapat di akses secara optimal oleh masyarakat; (5) Rencana pembnguan tahunan belum sepenuhnya berdasarkan hasil evaluasi kinerja rencana pembangunan jangka panjang dan menengah; (6) Fungsi pengendalian pelaksanaan pembangunan belum optimal; (7) Pembiayaan program dan kegiatan dalam perencanaan pembangunan belum sesuai dengan dengan penganggaran tahunan; (8) Prinsip pembiayaan pembangunan berbasis money follow program belum optimal.

4. Perencanaan pembangunan belum yang didukung oleh SDM yang handal yang disebabkan oleh: (1) keahlian dan keterempilan SDM perencana OPD/Biro dan Kab/Kota belum memadai; (2) keahlian dan keterampilan bagi SDM perencana Bappeda belum terpenuhi; (3) Belum terpenuhinya PNS yang akan berkarir di jalur perencana; (4) Belum terjadi akselerasi perencana dalam meningkatkan jabatannya.

Identifkasi permasalahan tersebut, diperoleh dari analisis seperti pada Gambar 3.1 dan Tabel 3.1 sebagai berikut :

Gambar 3.1

Pohon Permasalahan Bappeda Provinsi Jawa Barat

Tabel 3.1

Rekapitulasi Analisis Permasalahan Bappeda Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Pohon Masalah

No Misi Bappeda

Akibat

Penyebab

Masalah

Akibat

Utama

Sebab

Penyebab

No Misi Bappeda

Belum sesuainya pembangunan yang

1 Perencanaan Pembiayaan

Prioritas implementatif

pembangunan tidak

tidak efesien

tidak

dalam RKPD

berdasarkan program yang

Pembangunan RKPD jelas Pembiayaan

implementatif

belum sesuai

dengan Prioritas Dengan Prioritas pembangunan tidak

Pembangunan Pembangunan RPJMD berdasarkan program yang

Belum sesuainya jelas

RPJMD

Prioritas Pembangunan RKPD Dengan Prioritas Pembangunan RPJMD

Penyusunan Prioritas Pembangunan RKPD belum di dukung oleh tersedianya data pembangunan

Hasil Evaluasi Pelaksanaan Prioritas RKPD Terhadap Prioritas Tahunan RPJMD belum optimal

Perencanaan

Target Program belum mengacu

Renstra OPD belum

kepada

sesuai dengan dengan Target Program

Target Program Renstra OPD dan

RPJMD Target RPJMD

Hasil Evaluasi berorientasi terhadap hasil

Pembangunan tidak

Pembangunan

tidak efektif

Pelaksanaan Renstra OPD Terhadap Target RPJMD belum diacu dalam perencanaan

Target Kegiatan Target Kegiatan Renja Renja OPD belum

OPD belum sesuai sesuai dengan

dengan Target Target Prioritas

Prioritas Pembangunan

Pembangunan RKPD

pada RKPD

Pendanaan program dan kegiatan Renja OPD belum mendukung Target Prioritas RKPD

Hasil Evaluasi pelaksanaan target kegiatan Renja OPD terhadap Target Prioritas Pembangunan RKPD belum menjadi acuan perencanaan

No Misi Bappeda

2 Perencanaan Pembangunan antara

Perencanaan pembangunan yang

pembangunan selaras dengan

pusat dan daerah

pembangunan partisipatif belum fungsi perencanaan

dilaksanakan secara

pembangunan

provinsi

daerah belum optimal pemerintah daerah

parsial

daerah tidak

(kab/kota) dan

pemerintah

pemerintah pusat

daerah (kab/kota) dan pemerintah

Koordinasi dan

pusat belum

komunikasi rencana

selaras

pembangunan antar daerah belum optimal

Intensitas komunikasi public dalam perencanaan pembangunan belum optimal

Efektivitas proses dengan rencana tata ruang

Pembangunan tidak sesuai

Kebijakan

pembangunan

usulan pembangunan

tidak

dari pelaku

berdasarkan

pembangunan belum

rencana

optimal

penataan ruang

Implementasi rencana pembangunan

Kebijakan

pola dan rencana belum konsisten

struktur ruang dalam dengan rencana

rencana

penata ruang

pembangunan belum optimal

Keselarasan rencana tata ruang Kab/Kota terhadap tata ruang Provinsi belum optimal

Kualitas layanan Peran unit kerja pembangunan yang

3 Perencanaan Perencanaan

Rendahnya

Perencanaan

penyedia data di konsisten dan

pembangunan belum

pembangunan Bappeda belum transparan

sesuai dengan kebutuhan

konsisten dan

belum meningkat optimal

pembangunan

transparan

Ketersediaan data dan kualitas hasil analisis data pembangunan belum mendukung perencanaan pembangunan Data dan informasi pembangunan belum tersebar kepada pengguna

Data dan informasi pembangunan belum dapat di akses secara optimal oleh masyarakat

No Misi Bappeda

Pembangunan belum

Rencana pembnguan sesuai dengan target yang

Pelaksanaan

Pelaksanaan

pembangunan tahunan belum ditetapkan

pembangunan

tidak konsisten

berdasarkan hasil

rencana

pembangunan evaluasi kinerja belum konsisten

rencana pembangunan jangka panjang dan menengah Fungsi pengendalian pelaksanaan pembangunan belum optimal

Perencanaan

Pembiayaan program

program dan

dan kegiatan dalam kegiatan belum

perencanaan sepenuhnya di

pembangunan belum akomodasi oleh

sesuai dengan dengan

anggaran

penganggaran tahunan Prinsip pembiayaan pembangunan berbasis money follow program belum optimal

keahlian dan pembangunan yang

4 Perencanaan Perencanaan belum

keterempilan SDM didukung oleh SDM

berdasarkan kaidah ilmiah

aparatur belum perencana OPD/Biro yang handal

kurang

yang belum

memadai

didukung oleh

terpenuhi

dan Kab/Kota belum

SDM yang

memadai

handal

keahlian dan keterampilan bagi SDM perencana Bappeda belum terpenuhi

Belum

Belum terpenuhinya

terpenuhinya

PNS yang akan

proporsi SDM

berkarir di jalur

perencana

perencana

terhadap kebutuhan ideal

Belum terjadi akselerasi perencana dalam meningkatkan jabatnnya

Untuk menjawab permasalahan tersebut di atas guna mewujudkan pembangunan yang sesuai dengan sasaran misi RPJMD, Bappeda Provinsi Jawa Barat diharapkan responsif, kreatif dan inovatif agar mampu mengatasi dan tantangan untuk mewujudkan perencanaan yang berkualitas dan akuntabel. Sehingga diperlukan keterlibatan pelaku pembangunan secara partisipatif melalui peningkatan kualitas perencanaan teknokratik, peningkatan kapasitas SDM perencanaan, pemantapan kelembagaan perencanaan di tingkat basis, serta koordinasi dan komunikasi antar pemangku kepentingan. Beberapa kondisi yang perlu diperhatikan antara lain sebagai berikut :

1. Perencanaan pembangunan dalam kerangka regulasi dan investasi, fokus kepada hasil, yaitu: kesejahteraan masyarakat, pelayanan publik, dan daya saing daerah.

2. Program disusun berdasarkan kontribusinya terhadap daya ungkit untuk mencapai hasil (Program follow Result)

3. Percepatan capaian target pembangunan melalui Rencana Aksi Multi Pihak Implementasi Pekerjaan (RAM-IP) yang dituangkan pada SK. Gubernur Nomor 500 Tahun 2014

4. Penerapan anggaran berbasis kinerja. Hasil yang dicapai dari penggunaansumberdaya (money follow program)

5. Tanggung jawab pada level program dan kegiatan, pemberlakuan Perjanjian Kinerja (PK) di seluruh level birokrasi dengan reward and punishment yang jelas

6. Evaluasi terintegrasi antara perencanaan, penganggaran,dan evaluasi.

3.2. Telaahan Visi, Misi dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2013- 2018 berada pada tahapan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Jawa

Barat, yaitu “Memantapkan Pembangunan Secara Menyeluruh”. Hal tersebut dalam rangka mencapai visi pemerintah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018, yaitu:

"Jawa Barat Maju dan Sejahtera untuk Semua"

Dalam mencapai visi tersebut, terdapat 5 (lima) misi yang harus dilaksanakan dengan tujuan, dan sasaran, sebagaimana diuraikan pada Tabel 3.2 berikut:

Tabel 3.2

Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Misi Jawa Barat 2013-2018

Visi : “Jawa Barat Maju dan Sejahtera untuk Semua” Misi

Tujuan

Sasaran

Misi Pertama, Membangun sumber daya

1. Meningkatnya aksesibilitas dan kualitas Membangun

manusia Jawa Barat yang pendidikan yang unggul, terjangkau dan merata; Masyarakat

2. Meningkatnya kualitas layanan kesehatan bagi Yang

menguasai

IPTEK,

seluruh masyarakat, serta perluasan akses Berkualitas dan kompetitif, dengan tetap

senantiasa

berkarya,

pelayanan yang terjangkau dan merata; Berdaya Saing

mempertahankan identitas

3. Meningkatnya daya saing sumber daya manusia dan ciri khas masyarakat

dan kelembagaan serta berbudaya IPTEK yang santun dan berbudaya.

4. Meningkatnya kualitas ketahanan keluarga

Misi

Kedua, Mewujudkan pertumbuhan 1. Jawa Barat sebagai Daerah Pertanian Berbasis

Visi : “Jawa Barat Maju dan Sejahtera untuk Semua” Misi

Tujuan

Sasaran

Membangun ekonomi yang berkualitas

Agrikultur

Perkonomian dan mengurangi disparitas 2. Meningkatnya daya saing usaha pertanian yang Kokoh dan ekonomi antar wilayah

3. Meningkatnya kualitas iklim usaha dan investasi Berkeadilan

4. Meningkatnya

jumlah dan kualitas

wirausahawan

5. Meningkatnya

pembangunan ekonomi

perdesaan dan regional

Misi

1. Meningkatnya kualitas dan akuntabilitas layanan Meningkatkan

Ketiga, 1. Meningkatkan kualitas

Pemerintahan serta mewujudkan perluasan Kinerja

partisipasi publik.

akuntabel dalam rangka

Pemerintahan,

2. Meningkatnya kualitas tata kelola Pemerintahan

peningkatkan kualitas

Profesionalisme

berbasis IPTEK.

pelayanan publik serta

Aparatur, dan

3. Meningkatnya profesionalisme dan kualitas Perluasan

pembangunan

partisipatif.

kesejahteraan aparatur.

stabilitas tibumtranmas, Publik.

kesadaran politik dan hukum.

modern.

3. Terwujudnya profesionalisme

pemerintahan

yang

didukung oleh aparatur yang kompeten.

4. Meningkatkan stabilitas di daerah.

Misi Keempat,

1. Meningkatnya daya dukung dan daya tampung Mewujudkan

1. Meningkatkan

kelestarian lingkungan lingkungan serta kualitas penanganan bencana. Jawa Barat yang

hidup dan keberlanjutan

2. Meningkatnya kualitas pemenuhan infrastruktur pembangunan. Nyaman

dan

dasar masyarakat

Pembangunan

2. Meningkatkan

percepatan pembangunan ketersediaan Infrastruktur

3. Meningkatnya

infrastruktur strategis

infrastruktur

untuk

Strategis yang peningkatan Berkelanjutan.

produktivitas ekonomi, dan pelayanan dasar.

Misi Kelima,

1. Mewujudkan

1. Pencegahan dan Penanganan Penyandang

kesejahteraan

para

Visi : “Jawa Barat Maju dan Sejahtera untuk Semua” Misi

Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). Kehidupan

2. Meningkatnya peran pemuda, organisasi

(PMKS).

Sosial, Seni dan kemasyarakatan dan prestasi olahraga serta Budaya, Peran

penanganan komunitas tertentu. Pemuda

2. Mewujudkan pemuda

masyarakat dalam

berdaya saing serta

Olah Raga serta pembangunan olah raga, seni, budaya dan

meningkatnya prestasi

4. Meningkatnya kualitas kehidupan masyarakat

3. Melestarikan seni dan

dalam Bingkai dan kerukunan antar umat beragama.

budaya

berbasis

Kearifan Lokal.

mengembangkan pariwisata yang berdaya saing;

4. Mewujudkan pemenuhan kebutuhan dasar dan hak dasar manusia.

Untuk mewujudkan tujuan dan sasaran setiap misi dilaksanakan melalui 10 (sepuluh) skenario pembangunan Common Goals berbasis tematik sektoral. Adapun operasionalisasi Common Goals dilaksanakan berdasarkan 5 (lima) strategi yaitu: Pertama, pelibatan komunitas berbasis masyarakat dengan prinsip penguatan aktor lokal (strengthening local actor); Kedua, integrasi seluruh potensi nyata pembangunan dan daya saing di seluruh kabupaten/kota; Ketiga, penerapan manajemen pemerintahan model hibrida sebagai penghela percepatan pembangunan, yaitu mengkombinasi manajemen berbasisdaerah otonom Kabupaten/Kota dengan manajemen kewilayahan; Keempat, penguatan komitmen pelaksanaan pembangunan lintas sektor dan lintas pemerintahan; serta Kelima, peningkatan peran multi pihak dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan mutu serta akuntabilitas pembangunan. Penjabaran tematik sektoral untuk 10 (sepuluh) Common Goals adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan aksesibilitas dan mutu pendidikan

a. Jabar bebas putus jenjang sekolah

b. Peningkatan pelayanan pendidikan non formal plus kewirausahaan dengan sasaran usia 15 tahun ke atas b. Peningkatan pelayanan pendidikan non formal plus kewirausahaan dengan sasaran usia 15 tahun ke atas

d. Peningkatan relevansi dan kualitas pendidikan tinggi

e. Peningkatan fasilitas pendidikan dan kompetensi tenaga pendidik

2. Meningkatkan aksesibilitas dan kualitas layanan kesehatan;

a. Peningkatan pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas, puskesmas PONED dan pemenuhan sumber daya kesehatan

b. Pemenuhan pelayanan kesehatan dasar ibu dan anak

c. Peningkatan Layanan Rumah sakit Rujukan dan Rumah sakit Jiwa

d. Pemberantasan penyakit menular dan penyakit tidak menular serta peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat

3. Mengembangkan infrastruktur wilayah, energi dan air baku

a. Penanganan kemacetan lalu lintas di Metropolitan Bodebek-Karpur dan Bandung Raya

b. Infrastruktur Strategis di Koridor Bandung-Cirebon, Cianjur-Sukabumi-Bogor, Jakarta- Cirebon, Bandung-Tasikmalaya serta Jabar Selatan

c. Infrastruktur jalan dan perhubungan

d. Infrastruktur sumber daya air dan irigasi strategis;

e. Kawasan industry terpadu, infrastruktur permukiman dan perumahan;

f. Jabar mandiri energi perdesaan untuk listrik dan bahan bakar kebutuhan domestic; dan

g. Pemenuhan kecukupan air baku dan pengembangan infrastruktur air bersih perkotaan dan perdesaan di Jawa Barat

4. Meningkatkan ekonomi non pertanian

a. Peningkatan budaya masyarakat bekerja, perluasan lapangan kerja dan kesempatan berusaha UMKM

b. Perkuatan peran BUMD dalam pembangunan dan mewujudkan Jawa Barat sebagai tujuan investasi

c. Pengembangan skema pembiayaan alternative

d. Pengembangan industri manufaktur

e. Pengembangan industri kreatif dan wirausahawan muda kreatif

5. Meningkatkan ekonomi pertanian;

a. Jabar sebagai sentra produksi benih/bibit nasional

b. Pengembangan agribisnis, forrest business, marine business, dan agroindustry b. Pengembangan agribisnis, forrest business, marine business, dan agroindustry

d. Jawa Barat bebas rawan pangan

e. Meningkatnya dukungan infrastruktur (jalan, jembatan dan irigasi) disentra produksi pangan

6. Meningkatkan pengelolaan lingkungan hidup dan kebencanaan

a. Konservasi dan rehabilitasi kawasan lindung 45%

b. Pengendalian pencemaran limbah industry, limbah domestic dan pengelolaan sampah regional

c. Penanganan bencana longsor dan banjir

7. Meningkatkan pengelolaan seni, budaya dan wisata serta kepemudaan

a. Pengembangan fasilitas olahraga dan kepemudaan

b. Pelestarian seni budaya tradisonal dan benda cagar budaya di Jawa Barat

c. Gelar karya dan kreativitas seni budaya di Jawa Barat

d. Pengembangan destinasi wisata

8. Meningkatkan ketahanan keluarga dan kependudukan

a. Peningkatan ketahanan keluarga dan program keluarga berencana

b. Peningkatan pemberdayaan perempuan dan ekonomi keluarga

c. Peningkatan pengelolaan kependudukan

9. Menanggulangi kemiskinan, penyandang masalah kesejahteraan sosial dan keamanan

a. Pengurangan kemiskinan

b. Peningkatan rehabilitasi sosial, pemberdayaan sosial, jaminan sosial dan perlindungan sosial terhadap PMKS;

c. Peningkatan ketentraman dan keamanan masyarakat

10. Meningkatkan kinerja aparatur serta tata kelola pemerintahan dan pembangunan berbasis IPTEK.

a. Modernisasi Pemerintahan dan profesionalisme aparatur

b. Peningkatan kualitas komunikasi organisasi dan komunikasi publik

c. Penataan sistem hukum dan penegakan hukum

d. Kerjasama program pembangunan dan pendanaan multipihak

e. Peningkatan kualitas perencanaan, pengendalian dan akuntabilitas pembangunan serta pengelolaan aset dan keuangan; e. Peningkatan kualitas perencanaan, pengendalian dan akuntabilitas pembangunan serta pengelolaan aset dan keuangan;

3.3. Telaahan Renstra Bappenas dan Renstra Bappeda Provinsi Jawa Barat

Tugas Pokok dan Fungsi Kementerian PPN/Bappenas adalah melakukan penyusunan perencanaan pembangunan, yang tertuang pada Rencana Strategis (Renstra) Kementerian PPN/Bappenas Tahun2010-2014 dengan berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014. Renstra Kementerian PPN/Bappenas ditetapkan dengan Peraturan Menteri PPN/Kepala Bappenas Nomor 1Tahun 2010 tentangKementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Tahun 2010-2014.

Visi Kementerian PPN/Bappenas “Mewujudkan Kementerian PPN/Bappenas Yang Handal, Kredibel, Dan Proaktif Untuk Me ndukung Pencapaian Tujuan Berbangsa dan Bernegara”. Guna

mewujudkan visi tersebut, ditempuh melalui 3 (tiga) misi sesuai dengan peran-peran Kementerian PPN/Bappenas. Misi tersebut adalah:

1. Menyusun rencana pembangunan nasional yang berkualitas dalam rangka:

a. Mengintegrasikan, memadukan (sinkronisasi), dan mensinergikan baik antardaerah, anta ruang, antar waktu, dan antar fungsi pemerintah, maupun antara pusat dengan daerah;

b. Mewujudkan keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan;

c. Mengoptimalkan partisipasi masyarakat;

d. Menggunakan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan dan berkelanjutan.

2. Melakukan pemantauan dan evaluasi kinerja pelaksanaan rencana pembangunan nasional, kajian dan evaluasi kebijakan yang berkualitas terhadap permasalahan pembangunan, sebagai masukan bagi proses perencanaan berikutnya dan atau untuk perumusan kebijakan pembangunan di berbagai bidang.

3. Melakukan koordinasi yang efektif dalam pelaksanaan tugas-tugas Kementerian PPN/Bappenas.

Berdasarkan analisis terhadap Renstra Kementerian PPN/Bappenas Tahun 2010-2014 dan Renstra Bappeda Provinsi Jawa Barat Tahun 2008-2013, maka dapat ditelaah sebagai berikut:

a) Kontribusi capaian sasaran pelaksanaan Renstra Bappeda Provinsi Jawa Barat terhadap pencapaian Renstra Kementerian PPN/Bappenas Tahun 2010-2014.

Dalam mendukung pencapaian Renstra Kementerian PPN/Bappenas Tahun 2010-2014, Renstra Bappeda Provinsi Jawa Barat Tahun 2008-2013 memiliki kontribusi yang cukup besar. Hal ini dapat dilihat pada visi pelaksanaan Renstra Bappeda Provinsi Jawa Barat Tahun 2008-2013, yaitu meningkatnya perencanaan yang berkualitas dan akuntabel dalam Dalam mendukung pencapaian Renstra Kementerian PPN/Bappenas Tahun 2010-2014, Renstra Bappeda Provinsi Jawa Barat Tahun 2008-2013 memiliki kontribusi yang cukup besar. Hal ini dapat dilihat pada visi pelaksanaan Renstra Bappeda Provinsi Jawa Barat Tahun 2008-2013, yaitu meningkatnya perencanaan yang berkualitas dan akuntabel dalam

b) Posisi tingkat capaian kinerja Renstra Bappeda Provinsi Jawa Barat terhadap sasaran Renstra Kementerian PPN/Bappenas Tahun 2010-2014.

Berdasarkan Visi dan Misi Bappeda Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018, maka posisi capaian kinerja Renstra Bappeda Provinsi Jawa Barat sangat mendukung terhadap sasaran Renstra Kementerian PPN/Bappenas Tahun2010-2014. Hal ini disebabkan oleh indikator- indikator sasaran Misi Bappeda Provinsi Jawa Barat merupakan kondisi yang tersirat dalam indikator sasaran Renstra Kementerian PPN/Bappenas Tahun 2010-2014.

c) Keselarasan antara Renstra Bappenas dan Bappeda

Keselarasan antara Renstra Bappenas dan Bappeda diantaranya terlihat dalam tujuan penyusunan rencana pembangunan nasional dan Jawa Barat, yaitu mengintegrasikan, memadukan (sinkronisasi), dan mensinergikan baik antar daerah, antar ruang, antar waktu, dan antar fungsi pemerintah, maupun antara pusat dengan daerah; mewujudkan keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan; dan mengoptimalkan partisipasi masyarakat. Penyusunan RPJMD Provinsi Jawa Barat, mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah (RKP), demikian pula Renstra Bappeda Provinsi Jawa Barat menyelaraskan dengan Renstra Kementerian PPN/Bappenas Tahun 2010-2014, serta revisi Renstra Bappeda menyelaraskan kepada Renstra Kementerian PPN/Bappenas Tahun 2015-2019. Keselarasan tersebut khususnya terhadap perwujudan Misi kesatu Renstra Bappenas yaitu Menyusun Rencana Pembangunan Nasional Yang Berkualitas ke dalam Visi Bappeda Provinsi Jawa Barat.

3.4. Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis

Bappeda Provinsi Jawa Barat menyelenggarakan perumusan koordinasi penyusunan dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM), Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), dan rencana pembangunan tahunan daerah. RTRW merupakan matra spasial dari RPJP, dan disusun dengan memperhatikan aspek daya dukung dan daya tampung lingkungan, yang mencakup perencanaan ruang darat, laut, udara, dan dalam bumi. Peraturan Daerah Nomor 22 Tahun 2010 tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2009-2029 memuat pengaturan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang, yang menghasilkan rencana struktur ruang, rencana pola ruang, dan rencana kawasan strategis provinsi dalam jangka waktu 20 tahun. Perwujudan indikasi program pemanfataan ruang terdiri dari program Bappeda Provinsi Jawa Barat menyelenggarakan perumusan koordinasi penyusunan dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM), Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), dan rencana pembangunan tahunan daerah. RTRW merupakan matra spasial dari RPJP, dan disusun dengan memperhatikan aspek daya dukung dan daya tampung lingkungan, yang mencakup perencanaan ruang darat, laut, udara, dan dalam bumi. Peraturan Daerah Nomor 22 Tahun 2010 tentang RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2009-2029 memuat pengaturan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang, yang menghasilkan rencana struktur ruang, rencana pola ruang, dan rencana kawasan strategis provinsi dalam jangka waktu 20 tahun. Perwujudan indikasi program pemanfataan ruang terdiri dari program

Keselarasan tugas dan fungsi Bappeda dalam menyelenggarakan kebijakan teknis penataan ruang akan dilakukan melalui perumusan perencanaan dan pelaksanaan koordinasi kewilayahan dan sektoral yang memperhatikan kebijakan dan rencana tata ruang, termasuk aspek daya dukung lingkungannya. Koordinasi khususnya dalam mensosialisasikan dan memberi pemahaman tentang penerapan 4 (empat) sasaran penataan ruang terkait ruang kawasan lindung dan ruang ketahanan pangan, ruang investasi dan dukungan infrastruktur strategis, ruang kawasan perkotaan dan perdesaan, serta pelaksanaan prinsip mitigasi bencana, dalam mencapai tujuan penataan ruang Jawa Barat yaitu mewujudkan tata ruang wilayah yang efisien, berkelanjutan dan berdayasaing menuju Provinsi Jawa Barat Termaju di Indonesia. Penyelenggaraan koordinasi mencakup proses pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang dengan seluruh pemangku kepentingan terkait penataan ruang. Tugas Bappeda dalam menjaga keselarasan perencanaan menjadi kunci utama sinergitas perencanaan penataan ruang yang mengakomodir kepentingan pusat, provinsi dan kabupaten/kota.

Kajian lingkungan hidup strategis RTRW Provinsi Jawa Barat diinternalisasikan dalam kebijakan kawasan lindung 45% dari luas Jawa Barat. Selain itu, beberapa program provinsi dan rencana aksi daerah yang harus ditindaklanjuti dalam memenuhi komitmen Provinsi untuk mendukung komitmen Pemerintah dalam memperoleh pengakuan global menjadi tugas tambahan Bappeda terkait aspek lingkungan hidup. Tugas dan fungsi Bappeda dalam koordinasi pelaksanaan bidang penataan ruang untuk memastikan, mengendalikan, dan mengevaluasi perwujudan RTRW, mengantisipasi dan menangani permasalahan lingkungan hidup, sebagai bentuk eksistensi Bappeda dalam pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan.

Tantangan penataan ruang akibat peningkatan jumlah penduduk di perkotaan menuntut penyediaan dan pelayanan sarana dan prasarana yang memadai, serta infrastruktur strategis antar pusat kegiatan untuk mendukung kemudahan aktivitas ekonomi dan mempercepat pemerataan hasil pembangunan. Tugas Bappeda dalam perencanaan dan pelaksanaan program pengembangan pada Pusat Kegiatan Nasional (PKN), PKN-provinsi (PKNp), dan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) perlu diwujudkan sesuai sarana prasarana minimal yang harus tersedia. Cakupan pelayanan pusat kegiatan yang berupa kawasan perkotaan, akan terus berkembang, termasuk fenomena metropolitan dan pembentukan pusat-pusat pertumbuhan baru yang didorong perkembangannya. Pembangunan di kawasan metropolitan dan pusat pertumbuhan perlu dikelola agar sesuai dengan fungsi yang direncanakan. Dinamika perubahan kebijakan internal dan eksternal, termasuk perkembangan kawasan perkotaan, menjadi perhatian Bappeda dalam peninjauan kembali RTRWP pada periode 5 (lima) tahun ke depan.

3.5. Penentuan Isu-isu Strategis

Berdasarkan permasalahan dan tantangan 5 (lima) tahun ke depan, isu tugas dan fungsi Bappeda, maka dirumuskan isu-isu strategis yang perlu ditangani dan kemudian akan menjadi tugas Bappeda Provinsi Jawa Barat dalam menyelenggarakan kebijakan teknis bidang perencanaan pembangunan, menyelenggarakan koordinasi, pembinaan, pengendalian, fasilitasi dan pelaksanaan urusan pemerintahan daerah di bidang perencanaanpembangunan, yaitu:

1. Perencanaan pembangunan belum jelas dan terukur

2. Hasil pengendalian dan evaluasi tidak digunakan sebagai dasar perencanaan

3. Konsistensi dan transparansi perencanaan pembangunan wilayah antar sektor dan tingkat pemerintahan

4. Konsistensi perencanaan dan pelaksanaan pembangunan

5. Kompetensi SDM perencana yang proporsional sesuai kebutuhan ideal.

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM MEWUJUDKAN MALANG KOTA LAYAK ANAK (MAKOLA) MELALUI PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN

73 431 39

KEBIJAKAN BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN DAERAH (BAPEDALDA) KOTA JAMBI DALAM UPAYA PENERTIBAN PEMBUANGAN LIMBAH PABRIK KARET

110 657 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

PERBEDAAN MOTIVASI BERPRESTASI ANTARA MAHASISWA SUKU JAWA DAN SUKU MADURA

6 144 7

ANALISIS PROSES PENYUSUNAN PLAN OF ACTION (POA) PADA TINGKAT PUSKESMAS DI KABUPATEN JEMBER TAHUN 2007

6 120 23

ERBANDINGAN PREDIKSI LEEWAY SPACE DENGAN MENGGUNAKAN TABEL MOYERS DAN TABEL SITEPU PADA PASIEN USIA 8-10 TAHUN YANG DIRAWAT DI KLINIK ORTODONSIA RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT UNIVERSITAS JEMBER

2 124 18