Batal Sanksi Asuransi TINJAUAN TEORI

a Hak Penanggung  Menerima premi  Menerima mededelingsplicht yaitu keterangan tentang keadaan benda yang sebenarnya dari benda yang diasuransikan dari tertanggung.  Hak-hak lain sebagai lawan dari kewajiban Penanggung b Kewajiban Penanggung  Memberikan polis  Memberikan ganti rugi terjadi peristiwa yang tidak boleh bertentangan dengan asas indemtriteit untuk asuransi ganti rugi.  Memberikan pembayaran sejumlah uang berdasarkan kata sepakat untuk asuransi sejumlah uang  Mengembalikan premi restorno mengembalikan sebagian atau seluruh premi berhubungan sebagianseluruh resiko tak jadi dipertanggungkan. Syarat premi restorno : a Itikad baik b Peristiwa belum terjadi c Perjanjian seluruh sebagian tak sah. c Kewajiban Tertanggung  Membayar premi  Memberikan mededelingsplidat  Mencegah agar kerugian dapat diatasi. d Hak Tertanggung  Menerima polis  Mendapat ganti kerugian jika terjadi peristiwa yang belum tentu terjadi  Hak-hak lain sebagai lawan dari kewajiban tertanggung.

2.10 Batal Sanksi Asuransi

Suatu pertanggungan hakikatnya adalah suatu perjanjian maka ia dapat pula diancam dengan risiko batal atau dapat dibatalkan apabila tidak memenuhi syarat sahnya perjanjian sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1320 PUH Perdata. Selain itu KUHD mengatur tentang ancaman batal apabila dalam perjanjian asuransi apabila : 1. Memuat keterangan yang keliru atau tidak benar atau bila tertanggung tidak memberitahukan hal-hal yang diketahuinya sehingga apabila hal itu disampaikan kepada pebanggung akan berakibat tidak ditutupnya perjanjian asuransi tersebut Pasal 251 KUHD 2. Memuat suatu kerugianyang sudah ada sebelum perjanjian asuransi ditandatangani Pasal 269 KUHD; memuat ketentuan bahwa tertanggung dengan pemberitahuan melalui pengadilan membebaskan si penanggung dari segala kewajibannya yang akan datang Pasal 272 KUHD 3. Terdapat suatu penipuan atau kecurangan si tertanggung Pasal 282 KUHD 4. Apabila obyek pertanggungan menurut peraturan perundang-undangan tidak boleh diperdagangkan dan atas sebuah kapal baik kapal Indonesia atau akal asing yang digunakan untuk mengangkut obyek pertanggungan menurut peraturan perundang-undangan tidak boeh diperdagangkan Pasal 599 KUHD. Di dalam praktik dijumpai banyak sekali perusahaan yang bergerak di bidang perasuransian. Ini menunjukkan bisnis asuransi merupakan bisnis yang menguntungkan. Akan tetapi, bisnis asuransi dapat juga merugikan masyarakat apabila perusahaan asuransi dikelola secara tidak profesional. Untuk itulah pemerintah telah menentukan sanksi bagi perusahaan asuransi yang melakukan pelanggaran. 1. Sanksi Administratif Setiap perusahaan perasuransian yang tidak memenuhi ketentuan dalam Peraturan Pemerintah No, 73 tahun 1992 tertanggal 30 Oktober 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian PP No 731992 serta peraturan pelaksanaannya yang berkenaan dengan : a. Perizinan usaha b. Kesehatan keuangan c. Penyelenggaraan usaha d. Penyampaian laporan e. Pengumuman neraca dan perhitungan laba rugi atau tentang pemeriksaan langsung. Dikenakan sanksi peringatan, sanksi pembatasan kegiatanusaha dan sanksi pencabutan izin usaha Pasal 37 PP No 731992 Tanpa mengurangi ketentuan Pasal 37, maka terdapat : 1 Perusahaan Asuransi atau Perusahaan Reasurransi yang tidak menyampaikan laporan keuangan tahunan dan laporan operasional tahunan dan atau tidak mengumumkan neraca dsan perhuitungan laba rugi, sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan, dikenakan denda administratif Rp. 1.000.000,- satu juta rupiah untuk setiap hari keterlambatan. 2 Perusahaan Pialang Asuransi atau Perusahaan Pialang Reasuransi yang tidak menyampaikan laporan operasional tahunan sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan dikenakan denda administratif Rp. 5.00.000,- lima ratsu ribu rupiah untuk setiuap hari keterlambatan Pasal 38 PP No 731992. 2. Sanksi Pidana Sanksi pidana dikenakan pada kejahatan perasuransian yang diatur dalam Pasal 21 UU Asuransi, berikut ini; a. Terhadap pelaku utama Orang yang menjalankan atau menyuruh menjalankan usaha perasuransian tanpa izi usaha, menggelapkan premi asuransi, menggelapkan dengan cara mengalihkan, menjaminkan, dan atau menggunakan tanpa hak kekayaan Perasuransi Asuransi Kerugian atau Perusahaan Asuransi Jiwa atau Perusahaan Reasuransi, diancam dengan pidana penjara paling lama 15 lima belas tahun dan denda paling banyak Rp 2.500.000.000,- dua milyar lima ratus juta rupiah. b. Terhadap pelaku pembantu Orang yang menerima, menadah, membeli, atau mengagunkan atau menjual kembali kekayaan perusahaan hasil penggelapan dengan cara tersebut yang diketahuinya atau patutu diketahuinya bahwa barang-barang tersebut adalah kekayaan Perusahaan Asuransi Kerugian atau Perusahaan Asuransi Jiwa atau Perusahaan Reasuransi, diancam dengan pidana penjara paling lama 5 tahun dan denda paling banyak Rp 500.000.000,- lima ratus juta rupiah. c. Terhadap pemalsu dokumen Orang yang secara sendiri-sendiri atau bersama-sama melakukan pemalsuan atas dokumen Perusahaan Asuransi Kerugian atau Perusahaan Asuransi Jiwa atau Perusahaan Reasuransi diancam dengan pidana penjara paling lama 5 tahun dan denda paling banyak Rp 250.000.000,- dua ratus lima puluh juta rupiah. Hal-hal lain yang perlu dikatahui dalam Asuransi : a. Tarif Asuransi Suatu harga satuan dari suatu kontrak Asuransi tertentu, untuk obyek penanggungan tertentu, terhadap risiko tertentu, dan digunakan untuk masa depan tertentu pula. Alat untuk mengukur risiko yang realistis eality of risk, yang berkisar dan tertanggung kepada mutunya, makin besar kemungkinan rugi, makin besar pula tarifnya. b. Obyek Pertanggungan Yaitu semua obyek properti dan manusia yang dapat dipertanggungkan aturannya karena kemungkinan akan mengalami suatu risiko yang dapat menimbulkan kerugian ditinjau dari segi keuangan. contoh :  Rumah tinggal, gedung, pabrik, tempat usaha,dan lain-lain.  Mobil, kapal, pesawat, dan lain-lain.  Jiwa manusia, keehatan, dan lain-lain;  Proyek pembangunan dan pemasangan mesian.  Pengangkutan barang dan lain-lain. c. SPPA Surat Permintaan Penutupan Asuransi SPPA adalah formulir isian yang harus di isi oleh calon tertanggung dalam rangka Penutupan Asuransi yang akan digunakan oleh penanggung untuk mengevaluasi tingkat risiko dari obyek pertanggungan tersebut. Adapun data yang di isi dalam SPPA adalah seputar obyek pertanggungan, kondisi sekitar onyek pertanggungan, data tertanggung, data tertanggung, perincian obyek tertanggung, tingkat bahaya, dan lain-lain. 2.11 Tinjauan tentang Tanggung Jawab Hukum Perusahaan Asuransi 2.11.1 Tanggung Jawab Hukum