sebaiknya tidak mengandung kata-kata atau kalimat yang memungkinkan perbedaan interpretasi sehingga dapat menimbulkan perselisihan dispute.
Upaya pembuktian bahwa telah ditutupnya suatu perjanjian asuransipertanggungan dalam hal belum dikeluarkannya polis oleh pihak
penanggung, satu-satunya dasar ialah pasal 258 ayat 1 dan 2. Pasal 258 : “Untuk membuktikan hal ditutupnya perjanjian tersebut, diperlukan
pembuktian dengan tulisan; namun demikian bolehlah lain-lain alat pembuktian dipergunakan juga manakala sudah ada suatu permulaan
pembuktian dengan tulisan. Namun demikian bolehlah ketetapan-ketetapan dan syarat-syarat khusus, apabila tentang itu timbul suatu perselisihan,
dalam jangka waktu antara penutupan perjanjian dan penyerahan polisnya, dibuktikan dengan segala alat bukti; tetapi dengan pengertian bahwa segala
hal yang dalam beberapa macam pertanggungan oleh ketentuan-ketentuan undang-undang, atas ancaman-ancaman batal, diharuskan dibuktikan dengan
tulisan”. Dalam periode setelah penyerahan polis, alat bukti yang sangat penting ialah
tulisan atau surat serta permulaan pembuktian dengan surat. Dalam arti luas hal ini yang dimaksud tentu saja polis dengan seluruh persyaratannya. Hal ini
berlaku mengenai diadakannya perjanjian pertanggungan maupun tentang janji-janji khusus. Keduanya hanya dapat dibuktikan dengan alat bukti tertulis
perhatikan pasal 258 KUH Dagang. Polis yang dikeluarkan dan ditandatangani oleh penanggung sebenarnya
hanyalah mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna untuk kepentingan tertanggung atau orang-orang yang memperoleh hak daripadanya dan hanya
mempunyai kekuatan terhadap penanggungan yang bersangkutan saja. Artinya penanggung dengan siapa tertanggung mengadakan perjanjian
asuransipertanggungan.
2. Isi Polis
Menurut ketentuan Pasal 256 KUHD, setiap polis kecuali mengenai asuransi jiwa harus memuat syarat-syarat khusus berikut ini :
a. Hari dan tanggal pembuatan perjanjian asuransi
b. Nama tertanggung, untuk diri sendiri atau pihak ketiga c. Uraian yang jelas mengenai benda yang diasuransikan.
d. Jumlah yang diasuransikan nilai pertanggungan e. Bahaya-bahayaevenemen yang ditanggung oleh penanggung
f. Saat bahaya mulai berjalan dan berakhir yang menjadi tanggungan penanggung.
g. Premi asuransi. h. Umumnya semua keadaan yang perlu diketahui oleh penanggung dan
segala janji-janji khusus yang diadakan antara para pihak, antara lain mencantumkan BANKER’S CLAUSE, jika terjadi peristiwa evenemen
yang menimbulkan kerugian penanggung dapat berhadapan dengan siapa pemilik atau pemegang hak.
Beberapa dasar hukum yang menjadi dasar dalam isi polis, diantaranya :
Asuransi ganti rugi : Pasal 564 KUH Dagang
Asuransi Jiwa
: Pasal 304 KUH Dagang
Asuransi kebakaran : Pasal 287 KUH Dagang
Asuransi Hasil Pertanian
: Pasal 299 KUH Dagang
Asuransi Laut : Pasal 592 KUH Dagang
Asuransi Pertanggungan
: Pasal 686 KUH Dagang Untuk jenis asuransi tertentu, misalnya asuransi kebakaran Pasal 287
KUHD menentukan bahwa dalam polisnya harus pula menyebutkan : a. Letak barang tetap serta batas-batasnya.
b. Pemakaiannya c. Sifat dan pemakaian gedung-gedung yang berbatasan, sepanjang
berpengaruh terhadap objek pertanggungan. d. Harga barang-barang yang dipertanggungkan.
e. Letak dan pembatasan gedung-gedung dan tempat-tempat dimana barang- barang bergerak yang dipertanggungkan itu berada.
Untuk mengetahui perlindungan yang diberikan oleh suatu polis asuransi, perlu diperhatikan tujuh aspek penutupannya, yaitu :
a. Bencana yang ditutup b. Yang ditutup
c. Kerugian yang ditutup d. Orang-orang yang ditutup
e. Lokasi-lokasi yang ditutup f. Jangka waktu yang ditutup
g. Bahaya-bahaya yang dikecualikan.
Pada dasarnya setiap polis terdiri dari 4 empat bagian, yaitu : 1. Deklarasi
Deklarasi merupakan suatu pernyataan yang dibuat oleh calon tertanggung, yang pada dasarnya memberikan keterangan mengenai beberapa hal baik
mengenai jati dirinya maupun yang mengenai obyekbarang yang dipertanggungkan atau mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan
penutupan perjanjian asuransi pertanggungan. 2. Klausula pertanggungan
Klausula pertanggungan merupakan bagian yang utama dari suatu polis. Pada bagian klausula ini dengan jelas dianut ketentuan mengenai risiko apa saja
dari polis yang bersangkutan, yang ditanggung oleh penanggung, syarat-syarat yang diminta dan ruang lingkup tanggung jawab penanggung.
Perjanjian asuransi memuat janji-janji khusus dirumuskan secara tegas dalam polis. Jenis atau kesepakatan itu disebut klausula asuransi yang maksudnya
untuk menentukan batas-batas hak dan kewajiban para pihak, tanggung jawab penanggung dalam pembaayaran ganti kerugian apabila terjadi peristiwa yang
menimbulkan kerugian. Jenis-jenis asuransi tersebut ditentukan oleh sifat obyek asuransi itu, bahaya yang mengamcam dalam setiap asuransi. Klausula-klausula
yang dimaksud antara lain : a. Klausula Premier Risque
Klusula ini menyatakan bahwa apabila pada asuransi di bawah nilai benda terjadi kerugian, penanggung akan membayar ganti kerugian seluruhnya
sampai maksimum jumlah yang diasuransikan Pasal 253 ayat 3 KUHD.
Klausula ini bisa digunakan pada asuransi pembongkaran dan pencurian, asuransi tanggung jawab.
b. Klausula All Risk Klausula ini menentukan bahwa penanggung segala risiko atau benda yang
diasuransikan. Ini berarti penanggung akan mengganti semua kerugian yang timbul akibat peristiwa apa pun, kecuali kerugian yang timbul karena
kesalahan tertanggung sendiri Pasal 276 KUHD. 1 Klausula Total Loss Only TLO
Klausula ini menentukan bahwa penanggung bahwa menanggung kerugian yang merupakan kerugian keseluruhantotal atas benda yang
diasuransikan. 2 Klausula Sudah Diketahui All Seen
Klausula yang digunakan pada asuransi kebakaran. Klausula ini menentukan bahwa penanggung sudah mengetahui keadaan.
3 Klausula Renunsiasi Renunciation Menurut Klausula penanggung tidak akan menggugat tertanggung dengan
alasan Pasal 251 KUHD, kecuali jika hakim menetapkan bahwa pasal tersebut harus diberlakukan secara jujur atau itikad baik dan sesuai dengan
kebiasaan. Berarti apabila timbul kerugian akibat evenemen tertanggung tidak memberitahukan keadaan benda obyek asuransi kepada penanggung,
maka penanggung tidak akan mengajukan Pasal 251 KUHD dan penanggung akan membayar klaim ganti kerugian kepada tertanggung.
4 Klausula Free Particular Average FPA
Bahwa penanggung dibebaskan dari kewajiban membayar ganti kerugian yang timbul akibat peristiwa khusus di laut Particular Average seperti
ditentukan pada Pasal 709 KUHD dengan kata lain penanggung menolak kerugian yang diklaim oleh tertanggung yang sebenarnya timbul dari
akibat peristiwa khusus yang sudah dibebaskan klausula FPA. 5 Klausula Riot, Strike Civil Commetion RSCC
Riot kerusuhan adalah tindakan suatu kelompok orang, minimal sebanyak 12 orang, yang dalam melaksanakan suatu tujuan bersama
menimbulkan suasana gangguan ketertiban umum dengan kegaduhan dan menggunakan kekerasan serta pengrusakan harta benda orang lain, yang
belum dianggap sebagai huru-hara. Strik pemogokan adalah tindakan pengrusakan yang disengaja oleh
sekelompok pekerja, minimal 12 orang pekerja atau separuh dari jumlah pekerja dalam hal jumlah selutruh pekerja kurang dari 24 orang, yang
menolak bekerja sebagaimana biasanya dalam usaha untuk memaksa majikan memenuhi tuntutan dari pekerja atau dalam melakukan protes
terhadap peraturan atau persyaratan kerja yang diberlakukan oleh majikan. Civil Commotion huru-hara adalah keadaan di suatu kota di mana
sejumlah besar massa secara bersama-sama atau dalam kelompok- kelompok kecil menimbulkan suasana gang uan ketertiban dan keamanan
masyarakat dengan kegaduhan menggunakan kekerasan serta rentetan pengrusakan sejumlah besar harta benda, sedimikian rupa sehingga timbul
ketakutan umum, yang ditandai dengan berhentinya lebih dari separuh kegiatan normal pusat perdaganganpertokoan atau perkantoran atau
sekolah atau transportasi umum di kota tersebut selama 24 jam secar terus menerus yang dimulai sebelum, sedang atau setelah kejadian tersebut.
6 Banker’s Clause Banker’s Clause atau Klausula Bank adalah suatu klausula yang tercantum
dalam Polis yang hanya dicantumkan atas permintaan pihak Bank di mana dalam polis secara tegas dinyatakan bahwa Pihak Bank adalah sebagai
penerima ganti rugi atas peristiwa yang terjadi atas obyek pertanggungan sebagaimana disebutkan dalam perjanjian asuransi polis. Klausula ini
muncul sebagai akibat adanya hubungan utang piutang antara Debitur dan Kreditur di mana obyek pertanggungan adalah menjadi jaminan Bank,
sehingga klausula bukan merupakan standar yang pada umumnya tercantum dalam Polis.
3. Pengecualian-pengecualian Dalam setiap polis dengan kondisi apapun juga selalu terdapat bagian yang
mengandung pasal-pasal mengenai pengecualian. Dengan tegas polis ini
menentukan terhadap hal-hal apa saja terdapat pengecualian, apakah bencana atau bahayanya, ataukah mengenai bendanya atau mengenai kerugian tertentu
yang dikecualikan dari perjanjian pertanggungan yang dimaksud. 4. Kondisi-kondisi.
Pada bagian polis ini dijelaskan tentang apa yang menjadi hak dan kewajiban para pihak baik penanggung atau tertanggung. Kondisi-kondisi termaksud,
biasanya mengenai :
Pembayaran premi
Pertanggungan-pertanggungan lain
Perubahan risiko
Kewajiban tertanggung bila terjadi peristiwa
Laporan kerugian
Ganti rugi
Kerugian atas barang
Ganti rugi pertanggungan rangkap
Pertanggungan di bawah harga
Laporan waktu
Taksiran harga dalam kerugian
Biaya yang diganti
Pembayaran ganti rugi
Sisa barang
Sisa jumlah pertanggungan
Subrogasi
Gugurnya hak ganti rugi
Penghentian pertanggungan
Pengembalian premi
Perselisihan
Penutup
2.9 Hak dan Kewajiban Penanggung dan Tertanggung