Cara Mengadakan Kontrak Perjanjian Asuransi Hak dan Kewajiban Penanggung dan Tertanggung

Produk asuransi jiwa dalam praktik dijumpai sebagai berikut : a. Prodak Asuransi Jiwa 1 Asuransi Jiwa Murini Whole Life Insurance 2 Asuransi Jiwa Berjangka Panjang 3 Asuransi Jiwa Jangka Pendek Term Insurance b. Prodak Asuransi Jiwa dalam Program Asuransi Sosial 1 Program Dana Pensiun da Tabungan Hari Tua bagi Pegawai Negeri dan ABRI yang diselenggarakan oleh PT TASPEN dan PT ASABRI. 2 Asuransi Wajib Sosial yang diatur dalam UU NO. 33 Tahun 1964PP No 17 Tahun 1965 tentang Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang dan UU No 34 Tahun 1964PP No 18 1965 Dana Kecelakaan Lalu Lintas. 3 JAMSOSTEK Perbedaan antara Pertanggungan Kerugian dan Pertanggungan Jumlah Jiwa adalah : No Masalah Pertanggungan Kerugian Pertangungan JiwaJumlah 1 Para Pihak Penanggung dan Tertanggung Penutup Asuransi pembayar polis, Penanggung dan pemikat 2 Obyeknya Barang Jiwa 3 Kepentinga n Kewajiban Bernilai Uang Hubungan kekeluargaan tidak bernilai uang 4 Evenemen Peristiwa tertentu yang mengakibatkan kerugian Hilangnya nyawa

2.7 Cara Mengadakan Kontrak Perjanjian Asuransi

 Syarat sahnya kontrak perjanjian asuransi Menurut ketentuan KUH Perdata bahwa perjanjiankontrak harus memenuhi syarat sahnya perjanjian yaitu arus memenuhi syarat yang tertuang dalam pasal 1320 KUH Perdata yaitu : 1. Adanya kesepakatan kehendak antara pihak penanggung dengan tertanggung 2. Adanya kecakapan dari kedua belah pihak baik penanggung maupun tertanggung. 3. Adanya objek asuransi disebut kepentingan. Kepentingan adalah kekayaan atau bagian dari kekayaan yang apabila terjadi musibah akan menimbulkan kerugian. Kepentingan tersebut harus memenuhi beberapa syarat antara lain : Kepentingan materiil materiil belang a Asuransi Kerugian  Dapat dinilai dengan uang  Dapat diancam bahaya  Tidak dikecualikan UU Kepentingan : idiil idil belang b Asuransi Jumlah Tidak dapat dinilai dengan uang. 4. Adanya causa yang halan dalam perjanjian asuransi disebut bahaya, misalnya : kebanjiran, kehilangan, kerusakan. Selain keempat syarat tersebut diatas, khusus untuk perjanjian asuransi perlu dilengkapi dengan persyaratan tambahan yang tertuang dalam pasal 251 KUH Dagang disebut mededelingspicht yaitu memberikan keterangan yang sebenar-benarnya tentang keadaan objek yang diasuransikan dari pihak tertanggung. Bentuk perjanjian asuransi : 1 Formal, dibuat secara tertulis yaitu dalam bentuk akta, walaupun akta di bawah tangan yang hanya dibuat oleh kedua belah pihak saja yaitu pihak penanggung dan pihak tertanggung disebut polis. 2 Konsensual artinya perjanjian sudah dinyatakan sah sejak ada kesepakatan antara pihak penanggung dan tertanggung, bahkan sebelum hak dan kewajiban timbul sejak ada kesepakatan, walau polis dalam belum ditandatangani.

2.8 Polis Asuransi 1. Fungsi Polis

Menurut ketentuan Pasal 225 KUHD perjanjian asuransi harus dibuat secara tertulis dalam bentuk akta yang disebut polis yang memuat kesepakatan, syarat-syarat khusus dan janji-janji khusus yang menjadi dasar pemenuhan hak dan kewajiban para pihak penanggung dan tertanggung dalam mencapai tujuan asuransi. Dengan demikian, polis merupakan alat bukti tertulis tentang telah terjadinya perjanjian asuransi antara tertanggung dan penanggung. Akan tetapi pada Pasal 257 dan Pasal 258 KUH Dagang yang dapat disimpulkan bahwa polis dalam perjanjian asuransi tidak merupakan syarat multak tetapi hanya merupakan alat bukti. Polis sebagai suatu akta yang formalitasnya diatur di dalam undang- undang, mempunyai arti yang sangat penting pada perjanjian asuransi, baik pada tahap awal, selama perjanjian berlaku dan dalam masa pelaksanaan perjanjian. Jadi polis tetap mempunyai arti yang sangat penting di dalam perjanjian asuransi, meskipun bukan merupakan syarat bagi sahnya perjanjian, karena polis merupakan satu-satunya alat bukti bagi tertanggung terhadap penanggung. Undang-undang menentukan bahwa polis dibuat dan ditandatangani oleh penanggung sebagaimana diatur pada pasal 256 ayat 3 ; “Polis tersebut harus ditandatangani oleh tiap-tiap penanggung”. Meskipun kemudian sesuai dengan asas kebebasan berkontrak yang disimpulkan dari pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata diperkenankan saja apabila para pihak memperjanjikan bahwa perjanjian asueansi baru berlangsung setelah polis selesai atau setelah diserahkan kepada tertanggung. Dalam hal yang demikian berarti polis dijadikan sebagai syarat mutlak pada perjanjian asuransi yang bersangkutan. Mengingat fungsinya sebagai alat bukti tertulis maka para pihak khususnya tertanggung wajib memerhatikan kejelasan isi polis dimana sebaiknya tidak mengandung kata-kata atau kalimat yang memungkinkan perbedaan interpretasi sehingga dapat menimbulkan perselisihan dispute. Upaya pembuktian bahwa telah ditutupnya suatu perjanjian asuransipertanggungan dalam hal belum dikeluarkannya polis oleh pihak penanggung, satu-satunya dasar ialah pasal 258 ayat 1 dan 2. Pasal 258 : “Untuk membuktikan hal ditutupnya perjanjian tersebut, diperlukan pembuktian dengan tulisan; namun demikian bolehlah lain-lain alat pembuktian dipergunakan juga manakala sudah ada suatu permulaan pembuktian dengan tulisan. Namun demikian bolehlah ketetapan-ketetapan dan syarat-syarat khusus, apabila tentang itu timbul suatu perselisihan, dalam jangka waktu antara penutupan perjanjian dan penyerahan polisnya, dibuktikan dengan segala alat bukti; tetapi dengan pengertian bahwa segala hal yang dalam beberapa macam pertanggungan oleh ketentuan-ketentuan undang-undang, atas ancaman-ancaman batal, diharuskan dibuktikan dengan tulisan”. Dalam periode setelah penyerahan polis, alat bukti yang sangat penting ialah tulisan atau surat serta permulaan pembuktian dengan surat. Dalam arti luas hal ini yang dimaksud tentu saja polis dengan seluruh persyaratannya. Hal ini berlaku mengenai diadakannya perjanjian pertanggungan maupun tentang janji-janji khusus. Keduanya hanya dapat dibuktikan dengan alat bukti tertulis perhatikan pasal 258 KUH Dagang. Polis yang dikeluarkan dan ditandatangani oleh penanggung sebenarnya hanyalah mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna untuk kepentingan tertanggung atau orang-orang yang memperoleh hak daripadanya dan hanya mempunyai kekuatan terhadap penanggungan yang bersangkutan saja. Artinya penanggung dengan siapa tertanggung mengadakan perjanjian asuransipertanggungan.

2. Isi Polis

Menurut ketentuan Pasal 256 KUHD, setiap polis kecuali mengenai asuransi jiwa harus memuat syarat-syarat khusus berikut ini : a. Hari dan tanggal pembuatan perjanjian asuransi b. Nama tertanggung, untuk diri sendiri atau pihak ketiga c. Uraian yang jelas mengenai benda yang diasuransikan. d. Jumlah yang diasuransikan nilai pertanggungan e. Bahaya-bahayaevenemen yang ditanggung oleh penanggung f. Saat bahaya mulai berjalan dan berakhir yang menjadi tanggungan penanggung. g. Premi asuransi. h. Umumnya semua keadaan yang perlu diketahui oleh penanggung dan segala janji-janji khusus yang diadakan antara para pihak, antara lain mencantumkan BANKER’S CLAUSE, jika terjadi peristiwa evenemen yang menimbulkan kerugian penanggung dapat berhadapan dengan siapa pemilik atau pemegang hak. Beberapa dasar hukum yang menjadi dasar dalam isi polis, diantaranya :  Asuransi ganti rugi : Pasal 564 KUH Dagang  Asuransi Jiwa : Pasal 304 KUH Dagang  Asuransi kebakaran : Pasal 287 KUH Dagang  Asuransi Hasil Pertanian : Pasal 299 KUH Dagang  Asuransi Laut : Pasal 592 KUH Dagang  Asuransi Pertanggungan : Pasal 686 KUH Dagang Untuk jenis asuransi tertentu, misalnya asuransi kebakaran Pasal 287 KUHD menentukan bahwa dalam polisnya harus pula menyebutkan : a. Letak barang tetap serta batas-batasnya. b. Pemakaiannya c. Sifat dan pemakaian gedung-gedung yang berbatasan, sepanjang berpengaruh terhadap objek pertanggungan. d. Harga barang-barang yang dipertanggungkan. e. Letak dan pembatasan gedung-gedung dan tempat-tempat dimana barang- barang bergerak yang dipertanggungkan itu berada. Untuk mengetahui perlindungan yang diberikan oleh suatu polis asuransi, perlu diperhatikan tujuh aspek penutupannya, yaitu : a. Bencana yang ditutup b. Yang ditutup c. Kerugian yang ditutup d. Orang-orang yang ditutup e. Lokasi-lokasi yang ditutup f. Jangka waktu yang ditutup g. Bahaya-bahaya yang dikecualikan. Pada dasarnya setiap polis terdiri dari 4 empat bagian, yaitu : 1. Deklarasi Deklarasi merupakan suatu pernyataan yang dibuat oleh calon tertanggung, yang pada dasarnya memberikan keterangan mengenai beberapa hal baik mengenai jati dirinya maupun yang mengenai obyekbarang yang dipertanggungkan atau mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan penutupan perjanjian asuransi pertanggungan. 2. Klausula pertanggungan Klausula pertanggungan merupakan bagian yang utama dari suatu polis. Pada bagian klausula ini dengan jelas dianut ketentuan mengenai risiko apa saja dari polis yang bersangkutan, yang ditanggung oleh penanggung, syarat-syarat yang diminta dan ruang lingkup tanggung jawab penanggung. Perjanjian asuransi memuat janji-janji khusus dirumuskan secara tegas dalam polis. Jenis atau kesepakatan itu disebut klausula asuransi yang maksudnya untuk menentukan batas-batas hak dan kewajiban para pihak, tanggung jawab penanggung dalam pembaayaran ganti kerugian apabila terjadi peristiwa yang menimbulkan kerugian. Jenis-jenis asuransi tersebut ditentukan oleh sifat obyek asuransi itu, bahaya yang mengamcam dalam setiap asuransi. Klausula-klausula yang dimaksud antara lain : a. Klausula Premier Risque Klusula ini menyatakan bahwa apabila pada asuransi di bawah nilai benda terjadi kerugian, penanggung akan membayar ganti kerugian seluruhnya sampai maksimum jumlah yang diasuransikan Pasal 253 ayat 3 KUHD. Klausula ini bisa digunakan pada asuransi pembongkaran dan pencurian, asuransi tanggung jawab. b. Klausula All Risk Klausula ini menentukan bahwa penanggung segala risiko atau benda yang diasuransikan. Ini berarti penanggung akan mengganti semua kerugian yang timbul akibat peristiwa apa pun, kecuali kerugian yang timbul karena kesalahan tertanggung sendiri Pasal 276 KUHD. 1 Klausula Total Loss Only TLO Klausula ini menentukan bahwa penanggung bahwa menanggung kerugian yang merupakan kerugian keseluruhantotal atas benda yang diasuransikan. 2 Klausula Sudah Diketahui All Seen Klausula yang digunakan pada asuransi kebakaran. Klausula ini menentukan bahwa penanggung sudah mengetahui keadaan. 3 Klausula Renunsiasi Renunciation Menurut Klausula penanggung tidak akan menggugat tertanggung dengan alasan Pasal 251 KUHD, kecuali jika hakim menetapkan bahwa pasal tersebut harus diberlakukan secara jujur atau itikad baik dan sesuai dengan kebiasaan. Berarti apabila timbul kerugian akibat evenemen tertanggung tidak memberitahukan keadaan benda obyek asuransi kepada penanggung, maka penanggung tidak akan mengajukan Pasal 251 KUHD dan penanggung akan membayar klaim ganti kerugian kepada tertanggung. 4 Klausula Free Particular Average FPA Bahwa penanggung dibebaskan dari kewajiban membayar ganti kerugian yang timbul akibat peristiwa khusus di laut Particular Average seperti ditentukan pada Pasal 709 KUHD dengan kata lain penanggung menolak kerugian yang diklaim oleh tertanggung yang sebenarnya timbul dari akibat peristiwa khusus yang sudah dibebaskan klausula FPA. 5 Klausula Riot, Strike Civil Commetion RSCC Riot kerusuhan adalah tindakan suatu kelompok orang, minimal sebanyak 12 orang, yang dalam melaksanakan suatu tujuan bersama menimbulkan suasana gangguan ketertiban umum dengan kegaduhan dan menggunakan kekerasan serta pengrusakan harta benda orang lain, yang belum dianggap sebagai huru-hara. Strik pemogokan adalah tindakan pengrusakan yang disengaja oleh sekelompok pekerja, minimal 12 orang pekerja atau separuh dari jumlah pekerja dalam hal jumlah selutruh pekerja kurang dari 24 orang, yang menolak bekerja sebagaimana biasanya dalam usaha untuk memaksa majikan memenuhi tuntutan dari pekerja atau dalam melakukan protes terhadap peraturan atau persyaratan kerja yang diberlakukan oleh majikan. Civil Commotion huru-hara adalah keadaan di suatu kota di mana sejumlah besar massa secara bersama-sama atau dalam kelompok- kelompok kecil menimbulkan suasana gang uan ketertiban dan keamanan masyarakat dengan kegaduhan menggunakan kekerasan serta rentetan pengrusakan sejumlah besar harta benda, sedimikian rupa sehingga timbul ketakutan umum, yang ditandai dengan berhentinya lebih dari separuh kegiatan normal pusat perdaganganpertokoan atau perkantoran atau sekolah atau transportasi umum di kota tersebut selama 24 jam secar terus menerus yang dimulai sebelum, sedang atau setelah kejadian tersebut. 6 Banker’s Clause Banker’s Clause atau Klausula Bank adalah suatu klausula yang tercantum dalam Polis yang hanya dicantumkan atas permintaan pihak Bank di mana dalam polis secara tegas dinyatakan bahwa Pihak Bank adalah sebagai penerima ganti rugi atas peristiwa yang terjadi atas obyek pertanggungan sebagaimana disebutkan dalam perjanjian asuransi polis. Klausula ini muncul sebagai akibat adanya hubungan utang piutang antara Debitur dan Kreditur di mana obyek pertanggungan adalah menjadi jaminan Bank, sehingga klausula bukan merupakan standar yang pada umumnya tercantum dalam Polis. 3. Pengecualian-pengecualian Dalam setiap polis dengan kondisi apapun juga selalu terdapat bagian yang mengandung pasal-pasal mengenai pengecualian. Dengan tegas polis ini menentukan terhadap hal-hal apa saja terdapat pengecualian, apakah bencana atau bahayanya, ataukah mengenai bendanya atau mengenai kerugian tertentu yang dikecualikan dari perjanjian pertanggungan yang dimaksud. 4. Kondisi-kondisi. Pada bagian polis ini dijelaskan tentang apa yang menjadi hak dan kewajiban para pihak baik penanggung atau tertanggung. Kondisi-kondisi termaksud, biasanya mengenai :  Pembayaran premi  Pertanggungan-pertanggungan lain  Perubahan risiko  Kewajiban tertanggung bila terjadi peristiwa  Laporan kerugian  Ganti rugi  Kerugian atas barang  Ganti rugi pertanggungan rangkap  Pertanggungan di bawah harga  Laporan waktu  Taksiran harga dalam kerugian  Biaya yang diganti  Pembayaran ganti rugi  Sisa barang  Sisa jumlah pertanggungan  Subrogasi  Gugurnya hak ganti rugi  Penghentian pertanggungan  Pengembalian premi  Perselisihan  Penutup

2.9 Hak dan Kewajiban Penanggung dan Tertanggung

a Hak Penanggung  Menerima premi  Menerima mededelingsplicht yaitu keterangan tentang keadaan benda yang sebenarnya dari benda yang diasuransikan dari tertanggung.  Hak-hak lain sebagai lawan dari kewajiban Penanggung b Kewajiban Penanggung  Memberikan polis  Memberikan ganti rugi terjadi peristiwa yang tidak boleh bertentangan dengan asas indemtriteit untuk asuransi ganti rugi.  Memberikan pembayaran sejumlah uang berdasarkan kata sepakat untuk asuransi sejumlah uang  Mengembalikan premi restorno mengembalikan sebagian atau seluruh premi berhubungan sebagianseluruh resiko tak jadi dipertanggungkan. Syarat premi restorno : a Itikad baik b Peristiwa belum terjadi c Perjanjian seluruh sebagian tak sah. c Kewajiban Tertanggung  Membayar premi  Memberikan mededelingsplidat  Mencegah agar kerugian dapat diatasi. d Hak Tertanggung  Menerima polis  Mendapat ganti kerugian jika terjadi peristiwa yang belum tentu terjadi  Hak-hak lain sebagai lawan dari kewajiban tertanggung.

2.10 Batal Sanksi Asuransi