2.3 Asas Kontrak Asuransi
Setiap perjanjian, termasuk perjanjian asuransi harus memenuhi syarat- syarat umum sebagai berikut :
1. Sepakat mereka yang mengikatkan diri. 2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan
3. Suatu hal tertentu 4. Suatu sebab yang halal.
Syarat khusus bagi perjanjian asuransi harus memenuhi ketentuan- ketentuan dalam buku I Bab IX KUH Dagang, ialah :
a. Asas indemnitas principle oleh indemnity b. Asas kepentingan principle of insurable interest.
c. Asas kejujuran yang sempurna Ada beberapa prinsip-prinsip pokok asuransi yang sangat penting yang
harus dipenuhi baik oleh tertanggung maupun penanggung agar kontrakperjanjian asuransi berlaku tidak batal. Adapun prinsip-prinsip pokok asuransi tersebut
sebagai berikut : a Utmost good faith
Utmost good faith bisa diberikan arti bahwa para pihak memiliki iktikad baik untuk saling menguntungkan dan saling melindungi secara jujur. Utmost
good faith adalah suatu tindakan untuk mengungkapkan secara akurat dan lengkap, semua fakta yang material material fact mengenai sesuatu yang akan
diasuransikan baik diminta maupun tidak. Artinya adalah : si penanggung harus dengan jujur menerangkan dengan jelas segala sesuatu tentang luasnya
syaratkondisi dari asuransi dan si tertanggung juga harus memberikan keterangan yang jelas dan benar atas objek atau kepentingan yang dipertanggungkan.
KUH Perdata khusus untuk perjanjian asuransi, masih dibutuhkan penekanan atas iktikad baik sebagaimana diminta oleh Pasal 251 KUH Dagang.
Pasal 251 : “Setiap keterangan yang keliru atau tidak benar, ataupun setiap tidak memberitahukan hal-hal yang diketahui oleh si tertanggung, betapapun iktikad
baik ada apanya, yang demikian sifatnya sehingga seandainya si penanggung telah mengetahui keadaan yang sebenarnya, perjanjian itu tidak akan ditutup
atau tidak ditutup dengan syarat-syarat yang sama, mengakibatkan batalnya pertanggungan”.
Iktikad baik yang sempurna dapat diartikan bahwa masing-masing pihak dalam suatu perjanjian yang akan disepakati, menurut hukum mempunyai
kewajiban untuk memberikan keterangan atau informasi yang selengkap- lengkapnya, yang akan dapat mempengaruhi keputusan pihak yang lain untuk
memasuki perjanjian atau tidak, baik ketenangan yang demikian itu diminta atau tidak.
Sedangkan pasal 251 KUH Dagang secara sepihak hanya memberi kewajiban untuk memberikan keterangan dan informasi yang benar kepada pihak
kedua yaitu tertanggung atau pengambil asuransi saja. Sedangkan pihak penanggung sebaliknya mendapat perlindungan terhadap pelanggaran asas iktikad
baik yang sempurna dari tertanggung. b Insurable interest
Insurable interest, yaitu para pihak memiliki kepentingan, baik kepentingannya sendiri maupun kepentingan keluarganya atau kepentingan lain.
Insurable interest hak untuk mengasuransikan, yang timbul dari suatu hubungan keuangan, antara tertanggung dengan yang diasuransikan dan diakui secara
hukum. Insurable interest kepentingan yang dapat diasuransikan, yaitu setiap
pihak yang bermaksud mengadakan perjanjian asuransi harus mempunyai kepentingan yang dapat diasuransikan, artinya tertanggung harus mempunyai
keterlibatan sedemikian rupa, dengan akibat dari suatu peristiwa yang belum pasti terjadi dan yang bersangkutan menderita kerugian akibat dari peristiwa itu.
Pasal 250 Kitab Undang-undang Hukum Dagang dinyatakan bahwa kepentingan yang diasuransikan tersebut harus ada pada saat ditutupnya perjanjian
asuransi. Syarat tersebut tidak dipenuhi maka penanggung akan bebas dari kewajibannya untuk membayar kerugian. Pasal 268 Kitab Undang-undang
Hukum Dagang mensyaratkan kepentingan yang dapat diasuransikan itu harus dapat dinilai dengan sejumlah uang.
c Indemnity Indemnity adalah suatu mekanisme dimana penanggung menyediakan
kompensasi finansial dalam upayanya menempatkan tertanggung dalam posisi keuangan yang ia miliki sesaat sebelum terjadinya kerugian KUHD Pasal 252,
253 dan dipertegas dalam Pasal 278. Satu asas utama dalam perjanjian asuransi karena merupakan asas yang
mendasari mekanisme kerja dan memberi arah tujuan dari perjanjian asuransi itu sendiri khusus untuk asuransi kerugian. Pengertian kerugian itu tidak boleh
menyebabkan posisi keuangan pihak tertanggung menjadi lebih diuntungkan dari posisi keuangan pihak tertanggung menjadi lebih diuntungkan dari posisi sebelum
menderita kerugian. Asas indemnitas ini adalah landasan dasar sebagai mana dimaksud diatas
pada hakikatnya mengandung dua aspek, yaitu : a. Aspek pertama ialah berhubungan dengan tujuan dari perjanjian harus
ditujukan kepada ganti kerugian, yang tidak boleh diarahkan bawah pihak tertanggung karena pembayaran ganti rugi jelas akan menduduki posisi yang
lebih menguntungkan. b. Aspek kedua ialah berhubungan dengan pelaksanaan perjanjian asuransi
sebagai keseluruhan yang sah. Untuk keseluruhan atau sebagian tidak boleh bertentangan dengan aspek pertama.
Yang ingin dicapai oleh asas indemnitas adalah keseimbangan antara risiko yang dialihkan kepada penanggung dengan kerugian yang diderita oleh
tertanggung sebagai akibat dari terjadinya peristiwa yang secara wajar tidak diharapkan terjadinya.
d Asas kepentingan yang dapat diasuransikan Kepentingan yang dapat diasuransikan merupakan asas utama kedua
dalam perjanjian asuransi pertanggungan. Setiap pihak yang bermaksud mengadakan perjanjian asuransi, harus mempunyai kepentingan yang dapat
diasuransikan, maksudnya ialah bahwa pihak tertanggung mempunyai keterlibatan sedemikian rupa dengan akibat dari suatu peristiwa yang belum pasti terjadinya
dan yang bersangkutan menjadi menderita kerugian.
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, mengenai kepentingan, mengaturnya dalam dua pasal yaitu pasal 250 dan pasal 268.
Pasal 250 : “ Apabila seorang yang telah mengadakan suatu pertanggungan untuk diri sendiri, atau apabila seorang yang untuknya telah
diadakan suatu pertanggungan, pada saat diadakannya pertanggungan itu tidak mempunyai suatu kepentingan terhadap barang yang dipertanggungkan itu, maka
si penanggung tidaklah diwajibkan memberikan ganti rugi”. Pasal 250 KUH dagang mengatur bahwa kepentingan itu harus ada pada saat perjanjian asuransi
ditutup. Pasal 268 : “Suatu pertanggungan dapat mengenai segala kepentingan
yang dapat dinilaikan dengan uang, dapat diancam oleh sesuatu bahaya, dan tidak dikecualikan oleh undang-undang”.
e Subrogation Subrogation adalah suatu pengalihan hak tuntut dari tertanggung kepada
penanggung setelah klaim dibayar. Di dalam KUH Dagang, asas ini secara tegas diatur di dalam Pasal 284 : “Seorang penanggung yang telah membayar kerugian
sesuatu barang yang dipertanggungkan, menggantikan si tertanggung dalam segala hak yang diperolehnya terhadap orang-orang ketiga berhubung dengan
menerbitkan kerugian tersebut; dan si tertanggung itu adalah bertanggung jawab untuk setiap perbuatan yang dapat merugikan hak si penanggung terhadap
orang-orang ketiga itu.” Subrogasi hanya dapat ditegakkan apabila memenuhi dua syarat berikut :
1. Apabila tertanggung di samping mempunyai hak terhadap penanggung masih mempunyai hak-hak terhadap pihak ketiga.
2. Hak tersebut timbul, karena terjadinya suatu kerugian. Hak subrogasi timbul dengan sendirinya ipso facto sehingga tidak perlu ditentukan dalam polis
sebagai klausula subrogasi. f Contibution adalah hak penanggung untuk mengajak penanggung lainnya
yang sama-sama menanggung, tetapi tidak harus sama kewajibannya terhadap tertanggung untuk ikut memberikan indemnity.
g Proximate cause adalah suatu penyebab aktif, efisien yang menimbulkan rantain kejadian yang menimbulkan suatu akibat tanpa adanya intervensi suatu
yang mulai dan secara aktif dari sumber yang baru dan independen.
2.4 Resiko Dalam Asuransi