Bahan Yang Digunakan 1.Bahan baku Mesin dan Peralatan 1 Mesin Produksi

Cutting adalah Cutting adalah bekas-bekas potongan kecil dari lembaran sheet sewaktu pensortiran, ukuran cutting maksimal 15 cm persegi. Bila ditemukan sedikit bahan seperti karat dan jamur pada pembalutan permukaan sheet penyerahan tidak ditolak. Sheet yang mengandung gelembung – gelembung udara dan karet yang lembek mengalami pemanasan tinggi serta cacat warna sheet karena terlalu lama diasap, sheet yang sedikit lengket serta sedikit kurang matang diperkenankan. Kapasitas Olah Pabrik = 16.800 kg keringhari Kebutuhan Air = 20-25 m³ton Kadar Kotor sheet Kebutuhan kayu asap = 3.5 m³ton Kadar Kotor sheet 2.7.2. Bahan Yang Digunakan 2.7.2.1.Bahan baku Bahan baku adalah bahan utama yang digunakan dalam pembuatan produk dan memiliki persentase yang relatif besar dalam produk dibandingkan dengan bahan-bahan lain. Bahan baku pada produk sheet yang digunakan adalah latex murni. Sedangkan bahan baku Crumb Rubber adalah : kompo karet yang sudah berbentuk gumpalan batok kelapa. 2.7.2.2.Bahan Tambahan Bahan tambahan adalah suatu bahan pelengkap yang ditambahkan ke dalam proses pembuatan produk untuk meningkatkan citra atau mutu produk yang dihasilkan dan merupakan bagian dari produk akhir. Bahan tambahan yang Universitas Sumatera Utara digunakan adalah asam formitsemut dengan konsentrasi 3-5, cuka 7.5 kgton, amoniak 6.5 kgton. Sedangkan untuk menghasilkan Crumb Rubber tidak ada bahan yang di tambahkan. 2.7.2.3.Bahan Penolong Bahan penolong adalah bahan yang diperlukan dalam proses produksi untuk menambah mutu produk. Bahan penolong yang dipakai adalah plastik, dan kardus. 2.7.3. Uraian Proses 2.7.3.1.Proses menghasilkan Sheet Block Diagram pabrik Rubber Smoked Sheet Gunung Para kapasitas 16.800 Kg kering per hari dapat dilihat pada Gambar 2.2. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.2. Block Diagram Pembuatan Rubber Smoked Sheet Pabrik Gunung Para PENERIMAAN LATEX BAK PENERIMAAN BAK KOAGULASI PENGGILINGAN SHEET PENIRISAN DI LORI KAMAR ASAP SORTASI PACKING GUDANG PENYIMPANAN Universitas Sumatera Utara

1. Bak Penerimaan

Lateks yang datang dari kebun sebelum dimasukkan dalam main bak terlebih dahulu dilakukan pengukuran volume lateks dalam tangki dengan memakai talang ukuran tangki dan kemudian penuangan lateks ke main bak harus disaring dan ditampung dalam main bak penampungan yang juga berfungsi untuk tempat pengenceran lateks. Penerimaan lateks di pabrik harus ditentukan kadar karet keringnya Dry Rubber Counteen Drc dengan menggunakan alat metrolac. 1. Cara menentukan Drc dengan metrolac Setiap tangki lateks diambil contoh lateks sebanyak 500 cc, kemudian ditambahkan air sebanyak 1000 cc perbandingan 1 : 2, aduk perlahan-lahan sampai campuran lateks dengan air merata, lalu dimasukkan kedalam tabung. Busa lateks yang ada di atas permukaan dihilangkan untuk menghindarkan kesalahan baca pada skala metrolac. Kemudian masukkan metrolac ke dalam tabung yang berisi contoh lateks, penunjukan skala metrolac pada batas permukaan contoh lateks tersebut, maka itulah kadar karet keringnya Drc. 2. Cara lain untuk menentukan Drc Dry Rubber Counteen Untuk mengetahui kadar karet kering selain menggunakan metrolac dapat juga ditentukan dengan cara mencari faktor pengeringannya sebagai berikut : a. Ambil contoh lateks yang datang ke pabrik sebanyak 200 cc b. Tambahkan asam semut ± 2 cc c. Diaduk sampai menggumpal ± 1 jam d. Digiling dengan jumlah penggilingan 8 kali dengan tebal lembaran kira- kira 2.5 mm Universitas Sumatera Utara e. Setelah digiling dikibaskan sampai air tuntas. f. Kemudian lembaran karet basah ditimbang dan dicatat berat basahnya lalu dikeringkan di kamar asap, setelah kering ditimbang lagi dan dicatat keringnya. 3. Pengenceran Lateks Pengenceran lateks bertujuan sebagai berikut : a. Untuk melunakkan bekuan, sehingga tenaga giling tidak terlalu besar. b. Untuk memudahkan penghilangan gelembung udara. c. Untuk memudahkan pencampuran asam semut. Selama pengenceran lateks di main bak harus dilakukan pengadukan dengan suatu alat yang dinamakan agitator agar pencampuran lateks dengan air merata atau homogen.

2. PembekuanKoagulasi

Lateks diencerkan sampai 15 kemudian dialirkan melalui gutther talang dan dimasukkan kedalam bak pembekuan setelah terlebih dahulu melewati saringan. Setelah permukaan lateks mencapai ketinggian tertentu, aliran lateks dihentikan dan pindah ke bak berikutnya. Busa yang terbentuk pada permukaan lateks harus diambil dengan alat serok. Tambahan asam formitsemut 500 cc-600 cc dengan konsentrasi 3 -5 bak pembekuan, waktu pembekuan 6-8 jam. Selama penuangan asam semut harus diikuti dengan pengadukan dari belakang sebanyak 14-16 kali. Sebelum dituangkan asam semut tersebut harus diencerkan terlebih dahulu menjadi Universitas Sumatera Utara konsentrasi 3 -5 dengan cara menambahkan air 9 liter. Busa yang terbentuk setelah pengadukan diambil lagi dengan serok busa dari alumunium. Pemasangan sekat sisir di mulai dari tengah kemudian kedua bagian yang terbentuk dibagi dua lagi dan seterusnya, untuk mengurangi gelembung- gelembung yang melekat pada sekat-sekat maka sekat ini harus dibasahi terlebih dahulu dengan air.

3. Penggilingan

Penggilingan dilakukan dengan gilingan sheet yang konstruksinya terdiri dari 6 buah rol yang disebut “six in one” gilingan rol 1 sampai dengan 5 rolnya licin tidak berbunga sedangkan gilingan rolnya terakhir atau finisher rolnya diberi berbunga grooving. Tujuan diberi bunga adalah agar lebih mudah dalam pengeringan dan tidak lengket bila ditumpuk, masing-masing rol gilingan dilengkapi dengan saluran air, di depan gilingan terakhir dibuat bak air empat persegi, untuk pencucian terakhir lembaran sheet. Adapun tujuan penggilingan yaitu : a. Mengeluarkan kandungan air dari lembaran sheet b. Menghilangkanmembuang lendir yang terdapat di permukaan lembaran c. Menipiskan lembaran sheet setebal 2-4 mm.

4. Penirisan di Lori

Sebelum dimasukan ke dalam kamar pengasapan terlebih dahulu lembaran sheet dikeringkan diudara bebas selama 2 jam dengan tujuan mengurangi kadar air sehingga memepercepat proses pengeringan didalam kamar asam. Universitas Sumatera Utara

5. Pengeringan dan Pengasapan kamar Asap

Tujuan pengeringan adalah untuk menurunkan kadar air sehingga di dapat sheet yang kering, agar kondisi mutu dapat dipertahankan selama penyimpanan dan pengangkutan. Sedangkan fungsi asap adalah untuk memberikan warna coklat terang pada sheet dan untuk mencegah pertumbuhan sporajamur. Cara pengeringan dan pengasapan dilakukan dengan menggantungkan sheet di atas gantar-gantar bambukayu, lori dengan kapasitas lebih kurang 504 lembarlori. Sebelum lori-lori yang berisi sheet dimasukkan ke kamar pengeringan terlebih dahulu dibiarkan atau ditiriskan di luar selama 2 jam atau lebih supaya air yang terdapat di permukaan lembaran sheet jatuh untuk menghindarkan kelembaban yang tinggi di dalam kamar pengeringan, setelah pengasapan selama satu malam lori-lori tersebut di keluarkan dan dilakukan penyambretan, selama pengeringan 4-5 hari. a. Pengaturan suhu di dalam kamar asap a. Hari I suhu 40-45 Ventilasi terbuka penuh b. Hari II suhu 40-55 Ventilasi setengah terbuka c. Hari III suhu 55-60 Ventilasi seperempat terbuka d. Hari IV suhu 60-65 Ventilasi tertutup e. Hari V suhu 65 Ventilasi tertutup b. Spesifikasi kamar asap a. Type : subur kamar Jumlah kamar : 8 kamar Kapasitas kamar : 6 lorikamar Universitas Sumatera Utara b. Type : malaka Jumlah kamar : 6 kamar Kapasitas kamar : 12 lorikamar

6. Sortasi

Tujuan dilakukannya sortasi adalah untuk memisahkan antara RSS I, RSS II, RSS III dan Cutting. Setelah proses pemisahan maka Sheet selanjutnya dipress dengan menggunakan mesin press hidrolik. 1. Panjang : 55 cm – 57 cm 2. Lebar : 50 cm –56 cm 3. Tinggi : 40 cm - 47 cm Setelah pengepresan cantelan gelangan besi jangan dibuka, biarkan sheet berada dalam peti press selama satu malam, keesokan harinya baru dibuka cantelan gelangan besinya.

7. Pengepakan Packing

Pembungkusan dilakukan dengan menusuk-nusuk lembaran pembungkus dengan alat tusuk dari baja yang runcing, sehingga pembungkusan benar-benar melekat. Setelah selesai pembungkusan, ball tersebut di kapur.

8. Gudang Produksi

Setelah proses pembungkusan, sheet disimpan di gudang produksi sebelum dipasarkan. Universitas Sumatera Utara 2.7.4. Mesin dan Peralatan 2.7.4.1 Mesin Produksi Pada PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para mesin-mesin yang digunakan untuk proses pembuatan sheet adalah sebagai berikut: 1. Mesin Sheeter Kapasitas : 500 KgJam, Power : 75 Hp,Tegangan : 220380V, 3 fasa, Frekwensi : 50 hz, Putaran : 1415 Rpm. Jumlah : 5 buah. Fungsi : mengiling koagulum dari bak koagulasi menjadi lembaran Sheet dengan tebal 3 mm. 2. Balling Press Kapasitas: 1000 KgJam, power : 75 Hp, Tegangan : 220380V, 3 fasa, Frekwensi : 50 Hz, Putaran : 1450 Rpm Fungsi : untuk memadatkan lembaran sheet menjadi bentuk bandela seberat 3313 Kg dan ball 113 Kg lose ball. 3. Mesin Agigator Power : Power : 30 Hp, Tegangan : 220380 V, 3 fasa, Frekwensi : 50 hz, Putaran : 930 Rpm Fungsi : untuk menghomogenkan air dengan lateks murni karet alam. Agar proses produksi tidak terganggu, maka perawatan mesin harus dilakukan secara rutin yang ditanggungjawabi oleh Kepala Dinas Teknik. Di Kebun PTP. Nusantara III Kebun Gunung Para perawatan mesin ini terdiri dari perawatan terencana dan perawatan tidak terencana. Universitas Sumatera Utara 1. Perawatan Terencana Perawatan terencana dilakukan setiap hari dengan mengecek mesin-mesin. Selain itu setelah satu minggu digunakan, pada hari Minggu juga dilakukan perawatan dengan memberi minyak dan mengganti bagian-bagian mesin yang telah aus. Perawatan mesin seperti ini biasa pula disebut sebagai pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya gangguan proses produksi. 2. Perawatan Tidak Terencana Perawatan tidak terencana dilakukan jika terjadi gangguan mesin produksi pada saat mesin sedang berproduksi. Hal seperti ini sangat dihindari karena dapat mengganggu jalannya produksi.

2.7.4.2. Peralatan Untuk Pengolahan Sheet

Pada PT. Nusantara III Gunung Para peralatan yang digunakan untuk proses pengolahan sheet adalah sebagai berikut :

1. Bak Penerimaan

Bak penerimaan berfungsi tempat penerimaan latex dari lapangan sekaligus proses pengenceran latex menjadi DRC 13-15 . 2. Bak Koagulasi Bak koagulasi berfungsi sebagai tempat latex yang telah diencerkan untuk pembekuan dengan Formic acid 7.5-9.00 kgton kering dengan kapasitas bak 650 literbak. Panjang : 3 meter Lebar : 0.72 meter Universitas Sumatera Utara Tinggi : 0.39 meter Isi : 650 liter Penyekat : 74 buah Banyak lembaran : 75 lembar Jumlah bak : 80 buah Jarak antara sekat : 10 cm 3. Lori sheet Lori sheet adalah sebagai alat mengangkut lembaran karet yang akan dimasukkan ke kamar asap. Pemeliharaannya tetap dilakukan secara intensif diantaranya rail dan roda – roda lori tetap berfungsi baik dan berikan minyak pelumas secukupnya. Lori sheet berfungsi tempat penjemuran sheet, pengeringan sheet sebelum masuk kamar Asap kapasitas Lori sheet = 456 lembar. a. Tempat kayu kilas terbuat dari kayu Satu baris terbuat dari : 42 batang Satu batang terdiri dari : 3 lembar Banyaknya tingkatannya ada: 4 tingkatan Satu lembar beratnya ada : 4 tingkat Satu lembar beratnya :1,2 kg Berat sheet 1 lori 42 x 3 x 4 x 1.2 = 662.4 kg Banyaknya lembaran sheet 42 x 3 x 4 = 504 lembar b. Tempat kayu kilas terbuat dari besi Satu baris terbuat dari : 46 batang Universitas Sumatera Utara Satu batang terdiri dari : 3 lembar Banyaknya tingkatannya ada: 4 tingkatan Satu lembar beratnya ada : 4 tingkat Satu lembar beratnya :1,2 kg Berat sheet 1 lori 46 x 3 x 4 x 1.2 = 662.4 kg Banyaknya lembaran sheet 46 x 3 x 4 = 552 lembar 4. Kamar Asap Kamar asap berfungsi untuk mengeringkan sekaligus membentuk warna sheet selama 5 hari temperatur 45-65 ºC, kapasitas kamar asap = 3000 kgkamar, dengan tahapan temperatur : Hari Pertama : 40-45 ºC Hari kedua : 45-50 ºC Hari Ketiga : 50-55 ºC Hari Keempat : 55-60 ºC Hari Kelima : 60-65 ºC Kamar asap subur Jumlah kamar : 8 kamar Kapasitas kamar : 6 lorikamar Kamar asap air wood Jumlah kamar : 6 kamar Kapasitas kamar : 12 lorikamar 5. Ruangan Sortasi Universitas Sumatera Utara Ruangan sortasi berfungsi menyortir lembaran sheet untuk memperoleh mutu RSS-I, RSS-II, RSS-III, dan cutting. Dimana RSS-I adalah harus bebas dari segala kotoran dan gelembung-gelembung, karet cukup kering, bebas jamur, dan elastisitas cukup baik tidak melekat. RSS-II adalah harus bebas dari segala kotoran, gelembung-gelembung yang sangat halus serta terpencar-pencar masih dibenarkan, sedangkan syarat lain sama dengan mutu RSS-I. RSS-III adalah dibenarkan sedikit kotoran serta gelembung- gelembung yaitu gelembung-gelembung halus merata dan gelembung besar yang menumpuk terpencar-pencar, bekas-bekas jamur yang telah dibersihkan, serta lembaran yang koyak dapat dibenarkan. Sedangkan cutting adalah bekas-bekas potongan kecil dari lembaran sheet sewaktu pensortiran, ukuran cutting maximal 15 cm persegi. 6. Packing Packing lose ball berat 113 kgball dan untuk bentuk pallet 1200 kg pallet. 7. Gudang Produksi Untuk menyimpan produksi siap ekspor. Sarana pendukung pada Kebun PT. Nusantara III Kebun Gunung Para antara lain : a. Listrik Energi listrik diperoleh dari PLN dan jika listrik padam digunakan genset untuk menggerakkan mesin-mesin. Universitas Sumatera Utara b. Air Air yang digunakan oleh Kebun PTP. Nusantara III Kebun Gunung Para berasal dari sumur bor.

2.7.4.3. Utilitas

Utilitas yang dipakai pada PTP- NusantaraIII Kebun Gunung Para adalah : 1. Mesin Genset Mesin Genset berfungsi sebagi alat pembangkit listrik apabila terjadi pemadaman listrik oleh PLN. Mesin genset yang dimiliki PT. Perkebunan Nusantara III kebun Gunung Para 2 unit Spesifikasi mesin Genset Merk : Kipor, Frekwensi : 50 Hz, Putaran : 5000 Rpm 2. Tangki Air Tangki Air berfungsi menampung air hujan Tinggi : 12 m, Kapasitas 6000 liter, Diameter 8 m.

2.7.4.4. Program Safety and and Fire Protection

Bila terjadi kebakaran atau bencana alam petugas kamar mesin dan petugas keamanan atau hansip segera membuyikan lonceng sesegera mungkin. 1. Tanda Bahaya a. pemukulan lonceng dipukul satu – satu kali dengan nada cepat minimum 2 menit. Universitas Sumatera Utara b. Sirine; dibunyikan dengan nada bergelombang selam diperlukan minimum 1 menit.; 2.Tanda berkumpul a. Pemukulan lonceng ; dipukul dua – dua kali dengan nada biasa minimum 2 menit. b. Dibunyikan dengan nada terputus selama diperlukan minimum 1 menit 3. Tanda aman a. Pemukulan lonceng; dipukul tiga - tiga kali dengan nada biasa minimum 2 menit. b. Dibunyikan dengan nada panjang selama 3 kali. Tujuan dari mengenal semua tanda yang telah ditentukan bertujuan untuk menjamin pengamanan atau penanggulan keadaan darurat dengan lancar, terkoordinir dan terlaksana dengan baik dan setiap regu tanggap darurat mengetahui tugas dan tanggung jawabnya. Ruang lingkup Prosedur ini menjelaskan tentang penangananpenanggulangan yang terjadi di afdeling I – IV kebun gunung para. Keadaan darurat adalah : 1. Kebakaran atau peledakan 2. Bencana alam 3. Kerusuhan massal. Bahan – bahan yang berbahaya: Universitas Sumatera Utara 1. Sulfur Acid H2SO4 Bahaya ledakan timbul akibat kelebihan pengeluaran gas hidrogen pada tanki yang mengandung H2SO4 pada saat pengelasan. 2. Terpentin Bahaya kebakaran timbul akibat tumpahan yang terjadi saat pelarutan pemanasan infra merah. 3. Sodium Hydroksida Natrium Hydroksida Bahaya ledakan timbul akibat adanya gas hidrogen yang dihasilkan dari reaksi soda dengan logam – logam magnesium, aluminium, dan krom.

2.7.4.5. Waste Treatment

Bentuk-bentuk limbah terdiri dari: 1. Limbah padat 2. Limbah cair Limbah padat berupa : sisa-sisa proses dari pengolahan sheet berupa lateks yang menggumpal pada rubber trap perangkap getah khusus untuk sheet yang terdiri dari 6 bak dan 12 bak khusus untuk crumb rubber. Seluruh aliran keluar dari rubber trap dialirkan menjadi 1 aliran yang diteruskan menuju kolam-kolam pengolahan limbah, di dalam saluran yang berbentuk parit, parit tersebut di beri saringan untuk menangkap potongan kecil dari pengolahan karet. Selanjutnya dapat di proses untuk pabrik yang lain dengan standar mutu di bawah pabrik karet PTPN 3 Gunung Para. Universitas Sumatera Utara Kolam limbah terdiri dari 3 kolam dengan 3 tahap penetralan yaitu: 1. Kolam Innet Kolam ini berukuran 100 x 30 x 5 m, berfungsi sebagai pengolahan limbah tahap awal dengan penggunaan tanaman seperti enceng gondok untuk mengendalikan kadar. Pada saluran dipasang pipa dengan diameter 30 Cm. 2. Kolam Aerobic Kolam ini berukuran 60 x 35 x 5 m, berfungsi sebagai pengolahan limbah tahap selanjutnya dengan penggunaan air rotor terdiri dari 2 unit dengan prinsip kerja penggunaan baling-baling untuk menghasilkan gelembung udara yang sangat dibutuhkan mikroorganisme bakteri berkembang dan bakteri. 3. Kolam Outlet Kolam ini berukuran 100 x 30 x 5 m, berfungsi sebagai pengolahan limbah tahap akhir dengan penggunaan tanaman seperti enceng gondok untuk menngendalikan kadar. Pada saluran dipasang pipa dengan diameter 30 Cm. Setelah melalui 3 kolam, limbah yang telah dinetralkan dan telah memenuhi syarat dari KEP MENLH 5X1995 dapat dibuang ke lingkungan masyarakat dalam hal ini digunakan sungai sebagai pembuangan akhir. Universitas Sumatera Utara

BAB III LANDASAN TEORI

3.1. Umur Ekonomis Peralatan

Salah satu kemampuan perusahaan untuk memenuhi target dalam mengolah produk sangat erat kaitannya dengan perkembangan usia pakai mesin dan kemajuan dari ilmu pengetahuan dan teknologi. Banyak sudah kita lihat perusahaan industri didalam melaksanakan programnya selalu saja di jumpai berbagai persoalan, tentu semua persoalan itu harus bisa dipecahkan dengan bijaksana. Maka untuk dapat memecahkan masalah itu dibutuhkan seorang pimpinan yang bijaksana pula dalam mengambil keputusan bagi perusahaan. Satu dari berbagai persoalan itu di antaranya adalah dalam hal penggunaan mesin, apakah mesin yang lama akan tetap digunakan dengan melakukan berbagai perbaikan atau lebih baik menggantikannya dengan mesin yang baru. Agar masalah itu benar-benar dapat diselesaikan dan disimpulkan maka ketelitian mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi suatu masalah sangat penting dalam pengambilan keputusan. Pada umumnya yang dimaksud dengan umur ekonomis mesinperalatan adalah jangka waktu dimana suatu peralatan masih memberikan keuntungan. Kemampuan dari mesin ataupun peralatan yang digunakan akan menurun secara perlahan-lahan tetapi pasti. Kenyataanya umur ekonomis suatu mesin akan tergantung pada beberapa faktor antara lain rencana teknis mesin dibuat, frekwensi penggunaan maupun pemeliharaan mesin. Universitas Sumatera Utara