Penentuan Umur Ekonomis Mesin Press Dengan Menggunakan Metode Biaya Tahunan Rata-Rata Pada PT. Bintang Toba Lestari
PENENTUAN UMUR EKONOMIS MESIN PRESS DENGAN
MENGGUNAKAN METODE BIAYA TAHUNAN RATA-RATA
PADA PT. BINTANG TOBA LESTARI
KARYA AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan
OLEH:
KRISTANTA ANDRI DARISTA. G
NIM : 025204053
PROGRAM STUDI TEKNIK MANAJEMEN PABRIK
P R O G R A M D I P L O M A – IV
F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
2008
(2)
PENENTUAN UMUR EKONOMIS MESIN PRESS DENGAN
MENGGUNAKAN METODE BIAYA TAHUNAN RATA-RATA
PADA PT. BINTANG TOBA LESTARI
KARYA AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan
OLEH:
KRISTANTA ANDRI DARISTA. G
NIM : 025204053
Dosen pembimbing I Dosen Pembimbing II
( Ir. Elisabeth Ginting, Msi ) ( Aulia Ishak ST, MT)
PROGRAM STUDI TEKNIK MANAJEMEN PABRIK
P R O G R A M D I P L O M A – IV
F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
2008
(3)
BERITA ACARA
KARYA AKHIR
No. Dok : PM-TS-01-04B Rev : 0
Tgl Efektif : 01 Feb 2007 Halaman : 1 dari 1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS : TEKNIK
PROGRAM : TEKNIK MANAJEMEN PABRIK ( DIPLOMA – IV ) DEPARTEMEN : TEKNIK INDUSTRI
NAMA MAHASISWA : KRISTANTA ANDRI DARISTA. G
NIM : 025204053
JUDUL : Penentuan Umur Ekonomis Mesin Press Dengan Menggunakan Metode Biaya Tahunan Rata-rata Pada PT. Bintang Toba Lestari DOSEN PEMBIMBING : Aulia Ishak ST,MT
NO TANGGAL MATERI
BIMBINGAN
PARAF KETERANGAN
Medan, Juni 2008
PEMBIMBING,
(4)
BERITA ACARA
KARYA AKHIR
No. Dok : PM-TS-01-04B Rev : 0
Tgl Efektif : 01 Feb 2007 Halaman : 1 dari 1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS : TEKNIK
PROGRAM : TEKNIK MANAJEMEN PABRIK ( DIPLOMA – IV ) DEPARTEMEN : TEKNIK INDUSTRI
NAMA MAHASISWA : FAISAL EFFENDI SEMBIRING
NIM : 025204033
JUDUL : Penentuan Umur Ekonomis Mesin Press Dengan Menggunakan Metode Biaya Tahunan Rata-rata Pada PT. Bintang Toba Lestari DOSEN PEMBIMBING : Ir. Elisabeth Ginting, Msi
NO TANGGAL MATERI
BIMBINGAN
PARAF KETERANGAN
Medan, Juli 2008
PEMBIMBING,
(5)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Permasalahan
Perkembangan teknologi yang semakin pesat menyebabkan persaingan
dalam dunia bisnis semakin tajam. Semua pihak berusaha mendapatkan teknologi
yang sesuai dengan biaya terendah.
Salah satu cara untuk mendapatkan biaya terendah adalah dengan
mengendalikan investasi, baik investasi awal maupun investasi lanjutan yang
antara lain berupa pengendalian peralatan.
PT. Bintang Toba Lestari yang bergerak dalam bidang perakitan spring
bed, memiliki peralatan-peralatan yang memerlukan investasi awal dan biaya operasi yang cukup besar. Keuntungan perusahaan sangat besar kaitannya dengan
biaya produksi, hingga peningkatan keuntungan sejalan dengan penurunan ongkos
produksi.
Penurunan ongkos produksi dapat dilaksanakan antara lain dengan cara
menurunkan biaya operasi mesin dan peralatan serendah mungkin. Salah satu
adalah dengan melaksanakan penggantian mesin tepat pada waktunya.
Apabila mesin dan peralatan tidak diganti sesuai dengan waktunya akan
mengakibatkan terganggunya proses produksi dan meningginya biaya produksi.
Secara teknis mungkin peralatan yang ada masih dapat dioperasikan dan
masih mempunyai kemampuan untuk berproduksi, tetapi secara ekonomis
(6)
digunakan dalam proses produksi, tetapi kita harus mengeluarkan biaya perawatan
ekstra akibat dari kerusakan peralatan. Biaya perawatan tersebut berupa
penggantian suku cadang. Kalau dibandingkan dengan penggantian peralatan baru
pihak perusahaan belum tentu mengalami kenaikan biaya produksi. Tetapi hal ini
harus dianalisa lagi dengan perhitungan matematis agar perusahaan bisa menekan
biaya produksi ditinjau dari penggantian peralatannya.
Mesin press yang menjadi pembahasan merupakan mesin yang sangat
mempengaruhi baik atau tidaknya mutu suatu produk, karena mesin press ini
mempunyai fungsi dimana mesin ini mencetak kawat menjadi per sehingga pada
saat pemasangan per didalam produk tidak mengalami kerusakan.
Semua hal diatas merupakan yang harus ditanggulangi dengan cepat.oleh
karena itu perusahaan harus menjaga mesin dan peralatan agar mutu yang
diinginkan pelanggan dapat dipenuhi, perusahaan dapat menanggulangi
permasalahan diatas dengan cara menentukan umur ekonomis mesin press
tersebut.
1.2. Pokok Permasalahan
PT. Bintang Toba Lestari mengalami masalah dalam hal tingginya jumlah
produk yang rusak sehingga diperlukan pengendalian proses dan mutu produk
yang lebih baik. Jumlah produk yang rusak mencapai 18 unit/bulan. Banyaknya
produk yang rusak dipengaruhi oleh kemampuan operasional mesin press. Untuk
mencapai kemampuan operasional mesin tersebut dapat dilakukan dengan
(7)
Untuk melakukan penentuan umur ekonomis mesi press caranya adalah
dengan penilaian kembali biaya-biaya yang telah dan seharusnya dikeluarkan
untuk pengoperasian peralatan yang terdiri dari biaya operasi, depresiasi,
investasi, kenaikan harga, down time. Hasil evaluasi akan menentukan apakah
mesin dan peralatan masih menguntungkan untuk dioperasikan.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah menghitung umur ekonomis mesin
press dengan menggunakan metode biaya tahunan rata-rata.
1.3.2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
1. Menentukan besarnya biaya yang dibutuhkan mesin, seperti biaya suku
cadang, pemakaian bahan bakar dan upah tenaga kerja.
2. Mengetahui besarnya depresiasi terhadap biaya tahunan.
3. Menentukan biaya down time mesin.
4. Penentuan pengembalian modal (CR).
1.4. Pembatasan Masalah
Untuk mendapatkan sasaran pembahasan maka perlu dibuat beberapa
(8)
1. Peralatan/mesin yang akan dibahas dalam studi ini adalah mesin press.
2. Untuk keperluan perhitungan, biaya-biaya dihitung berdasarkan constant
value pada tahun anggaran 2006.
3. Cara pengoperasian dan perawatan suatu mesin dan peralatan yang
diterapkan perusahaan dianggap sesuai dengan perawatan standar dan tidak
menjadi pembahasan dalam tugas akademis ini.
1.5. Asumsi-asumsi yang digunakan
Asumsi-asumsi yang digunakan berdasarkan permasalahan adalah :
1. Cara penggunaan, perawatan maupun cara beroperasi pelaksanaan suatu
mesin dianggap normal sesuai panduan teknis dari mesin tersebut.
2. Mesin yang beroperasi ditangani oleh tenaga operator yang benar-benar
mahir dan pengalaman dalam bidangnya sehingga kerusakan mesin adalah
karena keadaan mesin itu sendiri.
3. Seluruh data yang diperoleh dari perusahaan maupun sumber lainnya
adalah benar dan telah diteliti kewajarannya.
1.6. Metodologi Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dipergunakan adalah gabungan antara
data primer dan data sekunder. Pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan
dan wawancara secara langsung terhadap objek penelitian yang dihubungkan
(9)
Dalam metode analisa digunakan metode deskriptis analitis. Metode ini
menyangkut pengelompokan data secara teratur dan terperinci, sehingga data
memberikan gambaran yang dapat dimengerti, selanjutnya kelompok-kelompok
data ini dianalisa dengan menghubungkan satu sama lain, kemudian ditarik
kesimpulannya. Bidang ilmu yang terutama digunakan dalam studi ini adalah
ekonomi teknik dan statistik.
I.7. Sistematika Penulisan Karya Akhir
Agar lebih mudah untuk dipahami dan ditelusuri maka sistematika
penulisan Karya Akhir ini disusun dalam tujuh bab, yaitu:
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan latar belakang masalah, tujuan dan sasaran
studi, perumusan masalah pemecahaan masalah, pembatasan
masalah, metodologi pengumpulan data dan asumsi yang dipakai
untuk menganalisa data yang ada.
BAB II : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Bab ini berisikan tentang sejarah perusahaan, ruang lingkup bidang
usaha, serta organisasi dan manajemen di PT. Bintang Toba
Lestari.
BAB III : LANDASAN TEORI
Bab ini menjelaskan secara lengkap tentang dasar teori yang
dipakai dalam analisis dan pemecahan masalah yang dirumuskan
(10)
BAB IV : METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini diuraikan tentang tempat dan waktu penelitian, obyek
penelitian, dan tahapan proses penelitian.
BAB V : PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Bab ini berisikan tentang data yang diambil untuk mendukung
pelaksanaan studi/penelitian dan perhitungan terhadap data yang
diambil untuk memperoleh variabel-variabel yang dipakai dalam
menentukan analisa.
BAB VI : ANALISIS PEMECAHAN MASALAH
Bab ini berisikan tentang penganalisaan variabel-variabel yang
diperoleh untuk mendapatkan perhitungan dan kesimpulan yang
tepat terhadap penelitian.
BAB VII : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini memuat butir-butir penting dari hasil penganalisaan dan
memberikan saran atau usulan mengenai berbagai hal
(11)
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1. Gambaran Umum Perusahaan
Sesuai dengan kebutuhan kehidupan manusia sehari-hari, tempat tidur merupakan salah satu kebutuhan primer. Karena semakin berkembangnya zaman dan teknologi, maka kebutuhan primer ini semakin berkembang dalam produknya. Sehingga yang biasanya kita menggunakan tempat tidur dari bahan tilam kapuk dengan rangka tempat tidur dari kayu, kini hal tersebut sudah mulai ditinggalkan oleh kebanyakan masyarakat, dan masyarakat mulai memakai produk yang beda yang kita kenal dengan nama spring bed. Jenis-jenis dari produk ini beragam dan mempunyai kelasnya masing-masing sesuai dengan kualitas, dan mutu produk tersebut.
Adapun sejarah berdirinya pabrik PT. Bintang Toba Lestari ini berawal dari usaha keluarga. PT. Bintang Toba Lestari dibangun dengan modal keluarga yaitu pada tanggal 5 Mei 1996 yang berlokasi di Jl. Pulau Button No. 98/99 Medan.
Seiring dengan bertambahnya kebutuhan pangsa pasar, ide-ide yang muncul dan keinginan untuk lebih mengembangkan usaha ini PT. Bintang Toba Lestari. Didorong semakin berkembangnya pangsa pasar usaha ini, perusahaan mengembangkan beberapa jenis macam produk ke dalam rangkaian produksi spring bed ini. PT. Bintang Toba Lestari merupakan produsen spring bed yang culup dikenal oleh masyarakat di Sumatera khususnya di Sumatera Utara.
(12)
2.1.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha
Ruang lingkup usaha PT. Bintang Toba Lestari sudah meluas sampai keluas kota Medan seiring semakin digemari oleh masyarakat (konsumen). PT. Bintang Toba Lestari memproduksi 2 (dua) jenis produk yaitu spring bed dan
busa. PT. Bintang Toba Lestari ini sudah dipasarkan ke seluruh Sumatera. Lokasi kantor pemasaran produk spring bed dan lokasi sama. PT. Bintang Toba Lestari memproduksi produk-produk spring bed dan busa.
Selain produksi-produksi diatas, PT. Bintang Toba Lestari juga menyediakan dan melayani pesanan tersendiri bagi para konsumen. Apabila
konsumen ingin membeli satu buah spring bed atau membeli banyak
(misalnya grosir) harganya tetap sama. Tidak ada perbedaan harga untuk konsumen yang ingin menjual lagi atau konsumen yang langsung menggunakan spring bed tersebut, hanya saja bagi konsumen yang yang membeli banyak (misalnya grosir) mendapatkan bonus dari pihak industri. Strategi promosi yang dilakukan oleh PT. Bintang Toba Lestari ini adalah mempromosikan lewat pemasangan iklan di koran.
2.1.3. Lokasi Perusahaan
Lokasi dan layout pabrik termasuk hal yang penting yang dapat
mempengaruhi usaha dan tujuan perusahaan. Penentuan lokasi dan layout pabrik yang tepat akan dapat mereduksi biaya distribusi bahan baku maupun produk jadi, sehingga efisiensi dan aktivitas perusahaan dapat tercapai dengan baik. Pabrik perakitan spring bed PT. Bintang Toba Lestari terletak di Jl. Pulau Button
(13)
No. 98/99 Medan Belawan dan dibangun diatas areal tanah seluas 6.200 m2. Dalam areal ini terdapat bangunan seperti head office, pabrik, toilet dan pos satpam.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dari lokasi suatu pabrik adalah sebagai berikut :
− Berada dekat dengan pemukiman tenaga kerja.
− Dekat dengan pasar yang ditinjau.
− Fasilitas dan sarana transportasi yang memadai.
2.1.4. Struktur Organisasi Perusahaan
Perusahaan yang terdiri dari berbagai dari aktivitas yang berbeda-beda yang saling terkait harus dikoordinasikan sedemikian rupa sehingga dapat mencapai sasaran dan tujuan perusahaaan dengan efisien. Adanya berbagai aktivitas ini maka perlu dilakukan pengorganisasian sebagai salah satu fungsi dari manajemen.
Dalam sistem pengorganisasian pada unit yang berbeda-beda diperlukan struktur organisasi yang dapat mempersatukan seluruh sumber daya dengan cara yang teratur. Dengan struktur organisasi tersebut diharapkan setiap personil yang berada didalam organisasi dapat diarahkan sehingga mendorong mereka melaksanakan aktivitas masing-masing dengan baik dan mendorong tercapainya sasaran perusahaan.
PT. Bintang Toba Lestari menggunakan struktur organisasi berbentuk
(14)
perusahaan. Bentuk ini ditunjukan dengan adanya spesialisasi tugas pada setiap unit organisasi sehingga pelimpahan wewenang dari pimpinan dalam bidang pekerjaan tertentu dapat langsung dilimpahkan kepada unit organisasi yang menangani pekerjaan tersebut.
Struktur organisasi dan manajemen adalah alat untuk mempermudah pelaksanaan tugas, pendelegasian wewenang dan tanggung jawab dari atasan ke bawahan, juga berfungsi sebagai pengawasan item terhadap hasil kerja bawahan. Tanpa adanya struktur organisasi yang jelas dan baik, maka tidak akan tercipta suatu kesatuan pelaksanaan tugas yang efisien dan efektif. Semakin jelas dan baik struktur organisasi perusahaan, maka sistem operasional akan dapat terlaksana secara terintegrasi.
Untuk membagi tugas dan tanggung jawab terhadap kegiatan-kegiatan didalam perusahaan, PT. Bintang Toba Lestari membentuk suatu struktur organisasi perusahaan. Sturktur organisasi perusahaan pada PT. Bintang Toba Lestari adalah berbentuk struktur organisasi garis, disini wewenang diturunkan mulai dari manajemen puncak yaitu manager menuju kepala-kepala bagian (Head Section). Sedangkan pertanggung jawaban dimulai dari manajemen tingkat rendah yaitu kepala bagian (Head Section) menuju pimpinan tertinggi perusahaan yaitu manager. Struktur organisasi juga ditentukan dan dipengaruhi oleh badan usaha, jenis usaha, besarnya usaha, dan sistem produksi perusahaan tersebut. Ada beberapa sturktur organisasi yang umum yaitu :
(15)
1. Organisasi Garis (Line Organizations)
Organisasi garis adalah suatu bentuk struktur organisasi dimana kekuasaan dan tanggung jawab diturnkan secara garis dari tingkat pimpinan
atas kepada tingkat bawahannya. Dalam bentuk organisasi seperti ini, tidak seorang bawahan pun yang mempunyai atasan lebih dari satu orang, jadi kesimpang siuran perintah yang diterima oleh bawahan sangat kecil kemungkinannya untuk terjadi. Pada struktur organisasi garis, prinsip Unity of Command atau kesatuan dalam komando akan terpelihara dengan baik. Atasan hanya memerintah bawahan tertentu dan bawahan akan memberikan laporan kepada atasan yang memberi perintah.
Kebaikan dari struktur organisasi ini adalah :
− Organisasi ini sederhana sehingga sesuai dipakai untuk perusahaan
kecil.
− Adanya Unity of Command (kekuasaan komando).
− Setiap pengambilan keputusan dapat dilaksanakan dengan cepat
sebab jumlah orang yang diajak berkonsultasi masih sedikit. Kekurangan dari struktur organisasi ini adalah :
− Seluruh organisasi tergantung pada satu orang, sehingga kalau orang itu tidak mampu, seluruh organisasi akan terancam hancur.
− Adanya kecenderungan seorang pemimpin bertindak otoriter.
(16)
2. Organisasi Fungsional
Dalam struktur organisasi ini, setiap petugas memiliki fungsi yang telah ditentukan oleh pemimpin perusahaan. Jadi tugas dan tanggung jawab dalam organisasi ini dinagi menurut fungsi masing-masing. Pimpinan tiap bidang berhak memerintah kepada senua pelaksana yang menyangkut bidang kerjanya. Petugas-petugas yang setingkat mempunyai wewenang dan tanggung jawab yang sama.
Kebaikan dari struktur organisasi adalah :
− Terdapat spesialisasi pekerjaan, sehingga menjamin keahlian setiap
pejabat pada bagian masing-masing.
− Daya kreasi bawahan dapat lebih berkembang karena bawahan
tersebut memiliki wewenang tertentu untuk mengambil keputusan yang berhubungan dengan pekerjaan menurut fungsi masing - masing.
− Kekuasaan seorang atasan tidak terlalu mutlak, seperti halnya pada
organisasi garis.
− Adanya peraturan - peraturan kerja yang lebih baik. Kekurangan dari struktur organisasi ini adalah :
− Koordinasi sulit diterapkan karena bawahan memiliki beberapa
atasan.
− Proses pengambilan keputusan sering kali terlambat karena
(17)
− Dituntut adanya karyawan yang benar-benar terampil dan menguasai bidangnya, yang kadang-kadang sulit untuk diperoleh.
3. Organisasi Garis dan Staff
Organisasi garis dan staff paling banyak diterapkan karena dianggap paling dapat memenuhi kebutuhan terutama perusahaan-perusahaan besar. Hal ini disebabkan karena penggabungan dari kebaikan organisasi garis dan
fungsional, dimana terdapat fungsi Unity of Command dan spesialisasi
bidang pekerjaan.
Dengan adanya seorang pemimpin yang bertanggung jawab atas suatu aktiva dimana para bawahannya memberikan pertanggung jawaban kepadanya,
maka tercapailah prinsip Unity of Command, selanjutnya spesialisasi tidak
diabaikan, dengan adanya spesialisasi yang terdiri dari beberapa ahli di bidangnya masing-masing.
Dalam pelaksanaan sehari-hari, prinsip-prinsip organisasi seperti pembagian tugas, pendelegasian wewenang, tingkat-tingkat pengawasan, kesatuan perintah, dan koordinasi dapat berjalan dengan baik dan luwes. Tidak sampai terjadi tumpang tindih pekerjaan. Struktur organisasi PT. Bintang Toba Lestari dapat dilihat pada Gambar 2.1.
(18)
2.1.5. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab
Manajemen suatu organisasi dibutuhkan orang-orang yang memegang jabatan tertentu dalam organisasi, dimana masing-masing melaksanakan tugas. Wewenang dan tanggung jawab untuk masing-masing bagian sesuai dengan struktur organisasi perusahaan, yaitu :
1. Factory Manager
Factory Manager adalah merupakan pimpinan puncak dari PT. Bintang Toba Lestari. Tugas dari Factory Manager adalah sebagai berikut :
− Mengkoordinir dan mengawasi pelaksanaan tugas para kepala bagian.
− Mengarahkan dan meneliti kegiatan perusahaan.
− Menyebarkan dan menerapkan kebijakan yang berhubungan dengan
kegiatan produksi serta mengawasi pelaksanaannya.
2. Kepala Produksi
Bertanggung jawab langsung kepada Factory Manager dalam
melaksanakan tugasnya. Kepala Produksi membawahi bagian produksi. Tugas dari Kepala. Produksi adalah sebagai berikut :
− Bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan dalam bagian produksi.
− Merencanakan dan mengatur produksi perusahaan agar sesuai dengan
spesifikasi dan standard mutu yang telah di tentukan.
− Membuat laporan produksi secara periodik mengenai pemakaian bahan
dan jumlah produksi.
− Merencanakan dan meneliti metoda kerja dalam usaha meningkatkan
(19)
− Mengawasi dan mengevaluasi kegiatan produksi untuk mengetahui kekurangan dan penyimpangan, sehingga dapat dilakukan perbaikan.
3. Kepala Accounting
Kepala Accounting bertanggung jawab langsung kepada Factory Manager. Dalam melaksanakan tugasnya Kepala Accounting membawahi staff accounting dan kasir.
Tugas dari Kepala Accounting adalah sebagai berikut :
− Merencanakan dan mengawasi perencanaan dan kegiatan akuntansi
dari keuangan perusahaan.
− Membantu Factory Manager dalam melaksanakan anggaran
perusahaan.
− Memastikan bahwa transaksi keuangan dilakukan dengan benar.
− Memeriksa dan menganalisa data dan laporan aliran dana dan biaya
perusahaan.
− Bertanggung jawab atas dana diokumen-dokumen penting yang
disimpan dalam perusahaan. 4. Kepala Personalia
Kepala Personalia bertanggung jawab langsung kepada Factory Manager. Adapun tugas dari Kepala. Personalia adalah sebagai berikut :
− Merencanakan dan menerapkan sistem penerimaan pegawai yang
dibutuhkan oleh perusahaan.
(20)
− Mengadakan penelitian kepegawaian seperti masalah pengembangan organisasi perusahaan, evaluasi kerja, gaji dan upah karyawan.
− Menetapkan kebijakan-kebijakan dan prosedur mengenai persediaan
dan pemanfaatan fasilitas seperti komunikasi, perumahan dan transportasi perusahaan.
5. Kepala Gudang Barang Jadi
Kepala gudang barang jadi bertanggung jawab penuh kepada manager pembelian. Adapun tugas dari Kepala. Gudang Barang Jadi adalah sebagai
berikut :
− Mengawasi gudang bahan produksi.
− Dapat mengetahui jumlah bahan produksi yang dipergunakan perhari,
perbulan, dan pertahun untuk semua bahan produksi.
6. Kepala Marketing
Kepala Marketing bertanggung jawab kepada Factory Manager. Adapun
tugas dari Kepala Marketing adalah sebagai berikut :
− Merencanakan, mengkoordinir dan mengawasi kegiatan dibidang
pemasaran.
− Merencanakan kegiatan penelitian pasar guna mendapatkan data
tentang tingkat kebutuhan konsumen dan tingkat persaingan, sehingga dapat ditentukan rencana volume penjualan kepada target market.
− Menentukan kebijaksanaan serta strategi pemasaran perusahaan yang
mencakup jenis produk yang akan dipasarkan, harga, pendistribusian dan promosi.
(21)
− Menentukan rencana anggaran biaya pemasaran.
− Mengkoordinir tenaga ahli yang memberikan pelayanan teknis kepada
masyarakat.
7. Foreman Rangka Dipan.
Tugasnya adalah sebagai berikut :
− Mempersiapkan rangka yang sudah dikeringkan untuk
dipersiapkan ke proses produksi dan diberi
− Membuat lubang memasang drat baut sakura.
− Membuat sandaran spring bed.
− Memasang Per yang telah dijadikan satu diatas rangka spring bed
kemudian diikat /ditembak dengan staples CL 73.
− Memasang Cutter Sheet diatas Per kemudian meletakan busa diatas Cutter Sheet.
8. Foreman Matras.
Tugasnya adalah sebagai berikut :
− Menyarungi rangka yang sudah diolah didevisi rangka dengan kain
spring bed kemudian dijahit. 9. Foreman Rakit Per.
Tugasnya adalah sebagai berikut :
− Membuat Per ulir dari besi baja lurus.
(22)
10. Foreman Jahit.
Tugasnya adalah sebagai berikut :
− Memotong kain yang telah diproses dimesin gunting sesuai dengan
jenis dan ukuran spring bed.
− Menjahit kain yang telah dipotong menjadi sarung spring bed. 11. Foreman Quilting.
Tugasnya adalah sebagai berikut :
− Menjahit kain dengan memberi lapisan busa PP nonwaven pada
kain sesuai dengan motif /corak bunga pada spring bed. 12. Foreman Cutting.
Tugasnya adalah sebagai berikut :
− Memotong busa sesuai dengan ukuran spring bed yang akan
diproduksi. 13. Foreman Foaming
Tugasnya adalah sebagai berikut :
− Membalutkan busa pada spring bed yang akan diproduksi sesuai
dengan ukurannya. 14. Foreman Gudang Bahan Baku.
Tugasnya adalah sebagai berikut :
− Mempersiapkan bahan baku spring bed yang akan diproduksi. 15. Staff Pajak.
Tugasnya adalah sebagai berikut :
(23)
− Melaporkan segala pajak yang terjadi diperusahaan kepada pajak pemerintah.
− Membayar segala pajak yang terjadi diperusahaan kepada pajak
pemerintah.
16. Staff Administrasi Gudang Barang jadi. Tugasnya adalah sebagai berikut :
− Mencatat barang jadi yang masuk melalui kontainer atau dari
luar/pusat ke stok.
− Mencatat hasil produksi yang sudah menjadi barang jadi ke stok.
− Mencatat pengeluaran barang ke dalam stok.
17. Staff Central Stock.
Tugasnya adalah sebagai berikut :
− Mencatat semua barang masuk dan keluar didevisi gudang barang
jadi.
− Mencatat semua bahan baku yang masuk dan keluar didevisi
gudang bahan baku. 18. Penagihan
Tugasnya adalah sebagai berikut :
− Membuat daftar tagihan (umur piutang).
− Menagih piutang yang telah jatuh tempo.
(24)
19. Kasir.
Tugasnya adalah sebagai berikut :
− Mencatat penerimaan dan pengeluaran kas.
− Membayar transaksi pengeluaran kas.
− Membuat laporan kas masuk dan keluar.
20. Human Resource
Bertanggung jawab kepada Kepala Personalia. Adapun tugas dari Human
Resource adalah sebagai berikut :
− Menangani masalah-masalah yang behubungan dengan
perburuhan.
− Mengkoordinir kegiatan surat menyurat baik keluar maupun ke
dalam perusahaan. 21. Purchasing
Staff ini bertanggung jawab penuh kepada Kepala Personalia. Adapun tugas dari Purchasing adalah sebagai berikut :
− Melakukan pemilihan dan evaluasi atas supplier.
− Melaporkan setiap kegiatan pembelian kepada Kepala Personalia.
− Mengeluarkan Purchasing Order (PO).
− Pembinaan sumber daya manusia dijajarannya.
22. Foreman Delivery
Tugasnya adalah sebagai berikut :
− Mengatur schedule pengiriman ke konsumen.
(25)
23. Foreman Kasur busa Dan Spring Bed. Tugasnya adalah sebagai berikut :
− Mencatat dan menerima barang yang telah diproduksi baik itu
berupa kasur busa dan spring bed.
− Mengeluarkan barang yang telah diproduksi ke bagian delivery
kemudian dicatat dalam pengeluaran barang. 24. Foreman Panel, Umum dan Office.
Tugasnya adalah sebagai berikut :
− Mencatat dan menerima barang masuk melalui kontainer.
− Mengeluarkan barang (panel, umum dan office) untuk dikirim ke
konsumen melalui bagian delivery lalu mencatat pengeluarannya. 25. Sales
Tugasnya adalah sebagai berikut :
− Menjual produk.
− Membuat nota pesanan.
26. Sales Counter
Tugasnya adalah sebagai berikut :
− Menerima dan mencatat pengeluaran Via telepon.
− Membuat surat jalan barang ke konsumen.
2.1.6. Jumlah Tenaga Kerja dan jam kerja
Tenaga kerja pada PT. Bintang Toba Lestari adalah tenaga kerja tetap yang terdiri dari tenaga kerja langsung dan tenaga kerja yang tidak langsung.
(26)
Tenaga kerja langsung adalah pekerja pada bagian produksi/pengolahan di pabrik, sedangkan tenaga kerja langsung adalah pekerja yang kerjanya tidak berhubungan langsung dengan proses produksi.
Jumlah tenaga kerja yang mencakup pada perusahaan PT. Bintang Toba Lestari adalah sebanyak 71 orang, dengan perincian seperti yang terdapat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Jumlah tenaga kerja
No. Jabatan Jumlah
(Orang)
1 Factory Manager 1
2 Kepala Produksi 1
3 Kepala Accounting 1
4 Kepala Personalia 1
5 Kepala Gudang Bahan Jadi 1
6 Kepala Marketing 1
7 Foreman Rangka/ Dipan 3
8 Foreman Matras 3
9 Foreman Rakti Per 3
10 Foreman potong Jahit 3
11 Foreman Quilting 3
12 Foreman Cutting 3
13 Foreman Foaming 3
14 Foreman Gudang Bahan Jadi 3
15 Staff Pajak 2
16 Staff Admin Gudang Barang Jadi 2
17 Staff Central Stock 2
18 Staff Penagihan 4
19 Staff Kasir 2
20 HRD 5
21 Purchasing 2
22 Foreman Delivery 3
23 Foreman Kasur Busa 5
24 Foreman Panel, Umum dan Office 6
25 Sales 5
26 Sales Counter 3
TOTAL 71 Sumber : Data Personalia Bagian Kepegawaian
(27)
Ketentuan jam kerja di PT. Bintang Toba Lestari hanya mempunyai satu shift dimana waktu kerja pegawai kantoran sama dengan waktu kerja karyawan bagian proses produksi. Pengaturan jam kerja di PT. Bintang Toba Lestari sebagai berikut :
Karyawan bagian kantor dan karyawan bagian produksi. 1. Untuk hari Senin - Kamis.
Pukul 08.00 – 12.00 Wib Kerja aktif. Pukul 12.00 – 13.00 Wib Istirahat. Pukul 13.00 – 16.00 Wib Kerja aktif. 2. Untuk hari Jumat.
Pukul 08.00 – 12.00 Wib Kerja aktif. Pukul 12.00 – 14.00 Wib Istirahat. Pukul 14.00 – 16.00 Wib Kerja aktif. 3. Untuk hari Sabtu.
Pukul 08.00 – 13.00 Wib Kerja aktif.
Hari minggu dan hari besar lainnya merupakan hari libur. Namun pada hari libur terkadang pabrik juga beroperasi untuk tujan tertentu. Pelaksanaan kerja pada hari libur dan diluar ketentuan diatas dikategorikan kedalam jam kerja lembur. Kerja lembur dilakukan bila order dari konsumen cukup besar dan harus di kirim dalam jangka waktu yang relatif singkat.
(28)
2.1.7. Sistem Pengupahan dan Fasilitas Lainnya
Kesejahteraan merupakan salah satu faktor dalam usaha untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Untuk mencapai hal itu pemenuhan kebutuhan hidup merupakan sarana yang paling terpenting. Pemberian upah yang memadai adalah upah yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan. Karena setiap pekerja pada PT. Bintang Toba Lestari adalah merupakn karyawan tetap, maka setiap karyawan menerima gaji pada setiap bulannya yang
dihitung dari awal bulan sampai dengan akhir bulan. Gaji pekerja pada PT. Bintang Toba Lestari berdasarkan pada ketentuan UMR (Upah Minimum
Regional), pada karyawan buruh produksi.
Selain upah resmi diatas, perusahaan juga memberikan upah lainnya yaitu berupa :
1. Upah lembur.
Yaitu upah yang diberikan apabila karyawan melebihi jam kerja yang telah ditetapkan yang pembayarannya bersamaan dengan pembayaran gaji pada tiap bulannya.
2. Tunjangan jabatan.
Yaitu sebagai pelengkap gaji pokok, mengingat adanya
pekerjaan-pekerjaan yang memegang peranan dan tanggung jawab serta tuntunan khusus. Tunjangan jabatan ini bisa diberikan untuk tingkat jabatan manajerial.
(29)
3. Tunjangan hari raya (THR)
Yaitu tunjangan yang diberikan kepada karyawan yang telah bekerja lebih dari 3 bulan, dengan besar tunjangan sebagai berikut :
− Karyawan dengan masa kerja 3-6 bulan memperoleh tunjangan
sebesar ¼ kali gaji pokok sebulan.
− Karyawan dengan masa kerja 6-9 bulan memperoleh tunjangan
½ kali gaji pokok sebulan.
− Karyawan dengan masa kerja 9-12 bulan memperoleh tunjangan
sebesar ¾ kali gaji pokok sebulan.
− Karyawan dengan masa kerja 1-3 tahun memperoleh tunjangan
sebesar 1 kali gaji pokok sebulan.
− Karyawan dengan masa kerja 3-5 tahun memperoleh tunjangan
sebesar 1,5 kali gaji pokok sebulan.
− Karyawan dengan masa kerja 5 tahun memperoleh tunjangan sebesar
2 kali gaji pokok sebulan. 4. Cuti.
Untuk menghilangkan rasa jenuh dan bosan selama bekerja, perusahaan memberikan cuti bagi karyawan. Lama cuti yang diberikan perusahaan adalah 12 hari kerja setiap tahunnya dengan rincian 6 hari cuti massal dan 6 hari cuti individual. Cuti massal adalah dimana pabrik dan kantor ditutup dan seluruh karyawan diliburkan, kecuali satuan pengamanan tidak diliburkan tetapi diberi imbalan sebagai pengganti cuti. Sedangkan cuti
(30)
individual adalah cuti yang diberlakukan kepada masing - masing karyawan.
2.2. Proses Produksi 2.2.1. Bahan Baku
Bahan baku adalah bahan utama yang digunakan dalam pembuatan produk, ikut dalam proses produksi dan memiliki persentase yang besar dibandingkan bahan-bahan lainnya. Jadi, bahan baku ini dapat disebut sebagai bahan utama. Adapun bahan baku yang digunakan adalah sebagai berikut :
− Busa, yaitu merupakan bahan baku utama dalam proses produksi perakitan
spring bed, busa digunakan sebagai alas spring coil. Adapun bahan dasar dalam pembentukan busa ini merupakan dari bahan-bahan kimia. Dimana bahan-bahan dasar kimia tersebut diperoleh dari dalam dan luar negeri. Sehingga persentase dari standard mutu yang ditetapkan dapat dipenuhi dengan baik.
− Per, juga merupakan salah satu dasar dari bahan baku. Sebelum Per ini
dibentuk, Per ini awalnya merupakan berupa gulungan kawat. Bahan baku ini didapat dari dalam negeri berupa gulungan kawat, dimana gulungan kawat ini diolah kembali menjadi spring coil (kawat Per).
2.2.2. Bahan Tambahan
Bahan tambahan adalah bahan yang digunakan dalam proses produksi dan ditambahkan kedalam proses pembuatan produk dalam rangka meningkatkan
(31)
mutu produk yang mana komponennya merupakan bagian dari produk akhir. Bahan tambahan yang digunakan adalah sebagai berikut :
− Kain, yaitu bahan yang digunakan untuk dijahit dengan busa yang menjadi
kain busa, dimana kain busa ini pada proses berikutnya akan dipasang pada rangka kawat Per.
− Cotton Sheet, bahan ini dipasang pada tiap sudut-sudut kawat Per, agar kain busa tidak mudah robek karena bertimpa langsung dengan rangka Per. − Stapless, berfungsi untuk meletakkan klem pada matras dan melekatkan
triplek pada busa dan kain quilting untuk sandaran.
− Kain Divan, bahan ini berfungsi sebagai rangka bawah tempat tidur spring
bed. Yang awalnya bahan ini merupakan kayu yang kemudian dibentuk
menjadi ukuran rangka spring bed.
− Benang, bahan ini juga berguna bagi proses produksi. Dimana benang
berfungsi sebagai bahan dasar untuk menjahit cotton cheep dengan kain.
− Tripleks, digunakan sebagai salah satu bahan tambahan yang berfungsi
sebagai kepala/ sandaran spring bed. Dimana sebelum sandaran tersebut
dipasang pada spring bed, awalnya dibentuk dulu berdasarkan ukuran
sandaran spring bed yang ditentukan.
− Kawat, selain digunakan sebagai bahan baku dalam pembentukan Per,
kawat juga digunakan sebagai pengikat Per yang satu dengan Per yang lainnya.
− Kaki spring bed, ini digunakan sebagai penopang produk, dan sebagai alas dari rangka bawah produk jadi.
(32)
2.2.3. Bahan Penolong
Bahan penolong adalah bahan-bahan yang dibutuhkan guna menyelesaikan suatu produk atau suatu bahan yang ditambahkan pada produk dimana bahan ini bagian dari produk akhir. Bahan penolong yang digunakan adalah :
− Label produksi, biasanya dapat kita lihat pada produk jadi. Label ini dapat dilihat pada produk spring bed itu sendiri yang di tempel pada cotton cheep, dan pada matras bawah.
− Plastik, berfungsi untuk membungkus produk jadi agar tidak terkena noda. Besarnya kebutuhan masing-masing bahan baku, bahan penolong dan bahan tambahan dalam kondisi proses produksi yang berjalan normal disesuaikan dengan jenis dan banyaknya pesanan.
Produksi rata-rata yang dapat dikerjakan oleh PT. Bintang Toba Lestari sangat normal dengan jumlah hari kerja 26 hari/bulan. Dalam hal mutu/kualitas produk, perusahaan sangat mengutamakannya, seperti seluruh jenis bahan baku dan hasil produksi yang sangat dijaga ukuran serta takarannya, dimana setiap
waktu petugas bagian quality control selalu mengadakan pemeriksaan pada
produk.
2.3. Uraian Proses Produksi
Proses produksi adalah metode atau teknik untuk membuat suatu barang atau jasa bertambah nilainya dengan menggunakan sumber tenaga kerja, mesin, bahan baku, bahan tambahan dan dana yang ada.Sedangkan proses adalah suatu cara, metode dan teknik bagaimana mengubah sumber daya (material, tenaga
(33)
kerja, mesin, dana dan metode) yang ada untuk memperoleh hasil. Sedangkan untuk produksi adalah kegiatan untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa. Dari definisi diatas maka dapat dibuat kesimpulan bahwa proses produksi adalah cara, metode, dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan sumber daya material, tenaga kerja, mesin, dana, dan metode yang ada.
Jenis-jenis produksi sangat banyak, tergantung dari metode, dan cara yang digunakan untuk menghasilkan produk. Namun secara garis besar dapat dibedakan atas 2 jenis, yaitu :
1. Proses produksi yang terus menerus (Continue) 2. Proses produksi yang terputus-putus (Intermittent)
Dalam aktivitas produksinya sehari-hari PT. Bintang Toba Lestari
menggunakan jenis proses produksi yang terputus-putus Intermittent. Hal ini
dikarenakan kegiatan produksi dari perusahaan tersebut berlangsung untuk memenuhi permintaan atau pesanan disamping juga sebagai persediaan atau stock.
Untuk memperoleh produk dengan kualitas yang baik, diperlukan pedoman kerja dan tahapan yang harus dilaksanakan oleh semua operator. Secara umum proses pembuatan spring bed dapat diklarifikasikan sebagai berikut :
1. Busa dibuat terlebih dahulu didevisi Foaming kemudian busa yang telah dibuat dipotong sesuai dengan ukuran spring bed.
2. Kain diproses dengan menambahkan busa setebal 1 cm dan ditambah PP. nonwaven kemudian dijahit dimesin quilting.
(34)
3. Selanjutnya kain yang telah diproses dimesin quilting dipotong sesuai dengan ukuran spring bed, dan dijahit dibagian menjahit biasa menjadi sarung sprig bed.
4. Kawat baja yang masih harus dipress menjadi per ulir (bulat) kenudian
dirangkai menjadi satu melalui ram per (rakit Per) dengan meletakan per 5. Proses berikutnya rangka dipersiapkan untuk disolari dan diberi oli.
6. Selanjutnya rangka diberi per yang telah dipress dimesin rakit Per
diatasnya lalu ditembak dengan CL 73 agar menyatu dengan rangka.
7. Rangka yang sudah menyatu dengan per selanjutnya diberi Cotton Sheet
diatas per Coil tersebut lalu diatas Cotton Sheet diberi busa setebal 3 cm.
8. Kemudian rangka tersebut disarungi kain yang telah dipersiapkan dan di
jahit pinggirnya dengan mesin jahit lis pinggir.
9. Spring bed yang telah disarungi dibungkus dengan plastik dan mika dan diberi plat sudut dan kartu garansi.
10. Spring bed yang telah siap diproses lalu ditransfer ke gudang barang jadi.
2.4. Mesin dan Peralatan
PT. Bintang Toba Lestari dalam melaksanakan kegiatan produksinya menggunakan teknologi, yaitu selain menggunakan tenaga mesin juga menggunakan tenaga manusia.
(35)
2.4.1. Mesin Produksi
Beberapa jenis mesin yang digunakan dalam proses produksi dimana prinsip kerja dari setiap mesin masing-masing berbeda dalam sistem kerja dan hasil dari mesin produksi yang digunakan. Adapun mesin dan peralatan yang
digunakan PT. Bintang Tiba Lestari dalam kegiatan produksi pengolahan spring bed-nya adalah sebagai berikut :
1. Mesin Press Kawat Baja
Power = 4 Hp
Tegangan = 220 Volt
Faktor Kerja = cos φ 0,81
Kuat Arus = 6 A
Jumlah Mesin = 4 unit
Fungsi = Mencetak kawat menjadi Per.
Cara kerja = Gumpalan kawat dimasukkan kedalam mesin
press agar menjadi per
Gambar 2.2. Mesin Press 2. Mesin Rakit Per
(36)
Faktor Kerja = cos φ 0,7
Kuat Arus = 7 A
Jumlah Mesin = 4 Unit
Fungsi = Merakit kawat Per
3. Mesin Jahit Biasa
Power = 3 Hp
Tegangan = 220 Volt
Faktor Kerja = cos φ 0,69
Kuat Arus = 6 A
Jumlah Mesin = 10 Unit
Fungsi = Menjahit kain penutup matras
4. MesinJahit Quilting
Power = 6 Hp
Tegangan = 380 Volt
Faktor Kerja = cos φ 0,61
Kuat Arus = 8 A
Jumlah Mesin = 1 Unit
Fungsi = Menjahit kain untuk lapisan busa
5. Mesin Corner Machine
Power = 4 Hp
Tegangan = 380 Volt
Faktor Kerja = cos φ 0,69
Kuat Arus = 6 A
Jumlah Mesin = 4 Unit
Fungsi = Menjahit lis pinggir matras spring bed
6. Mesin Foaming
Power = 6 Hp
(37)
Faktor Kerja = cos φ 0,69
Kuat Arus = 7 A
Jumlah Mesin = 1 Unit
Fungsi = Membuat busa balutan pada spring bed
7. Mesin Potong Busa
Power = 4 Hp
Tegangan = 380 Volt
Faktor Kerja = cos φ 0,69
Kuat Arus = 5 A
Jumlah Mesin = 3 Unit
Fungsi = Memotong busa balutan sesuai dengan spring
bed
2.4.2. Peralatan
Pada umunya di PT. Bintang Toba Lestari semua lintasan produksi
menggunakan alat angkut manual agar dapat membantu kelancaran seluruh
produksi. Disamping itu alat material handling yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Gun Ar Cl 73
Fungsi : Sebagai pengikat kawat Per dengan besi spring coil. 2. Gun Ar 22
Fungsi : Sebagai pengikat besi spring coil dengan kawat Per. 3. Martil
(38)
4. Gergaji kayu
Fungsi : Memotong kayu. 5. Gergaji tripleks
Fungsi : Memotong tripleks.
2.5. Utilitas
Untuk kelancaran kegiatan produksi, diperlukan unit pendukung seperti : 1. Genset
Fungsi : Pembantu power listrik atau pembangkit listrik bagi mesin dan peralatan jika arus listrik PLN terputus.
2. Forklift
Fungsi : Memindahkan bahan-bahan yang mempunyai volume besar dan berat seperti gulungan kawat dan bahan lainnya yang baru tiba atau yang akan dipindahkan dari truk ke gudang bahan baku.
2.6. Safety and Fire Protection
Pada umunya pabrik mempunyai risiko besar dalam kecelakaan kerja, seharusnya pihak perusahaan harus memperhatikan masalah keselamatan pekerjanya. Keselamatan kerja merupakan sarana utama untuk pencegahan kecelakaan kerja, cacat dan kematian yang diakibatkan oleh kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja yang terjadi dapat mengakibatkan hambatan-hambatan yang sekaligus juga merupakan kerugian yang secara tidak langsung dapat merusak
(39)
mesin-mesin dan peralatan kerja, dengan berhentinya proses produksi untuk sesaat maka hal tersebut dapat menyebabkan biaya produksi yang semakin tinggi.
Salah satu usaha yang dapata dilakukan oleh pihak perusahaan untuk memperkecil biaya produksi adalah menggunakan mesin-mesin yang dilengkapi dengan alat pelindung yang aman guna memperkecil kecelakaan kerja yang ditimbulkan dari mesin-mesin dan peralatan tersebut.
Masalah keselamatan kerja sudah harus diperhatikan pada saat perancangan awal pabrik didirikan. Walaupun pabrik sudah beroperasi, perencanaan tetap penting untuk mencapai standard keselamatan yang tinggi. Cara untuk mencegah terjadinya kecelakaan dengan menggunakan peralatan pelindung diri yang tergantung pada jenis pekerjaan di lapangan.
Mengingat kondisi pabrik PT. Bintang Toba Lestari tidak terlalu berisiko kecelakaaan kerjanya pada karyawan, maka sistem keselamatan dan kesejahteraan kerja pada karyawan tidak terlalu menjadi prioritas dalam perakitan spring bed di pabrik. Lain halnya pada divisi pembuatan busa, setiap karyawan harus memakai alat pelindung diri seperti masker. Karena dalam proses pembuatan busa ini, bahan utamanya adalah berupa bahan - bahan kimia.
Agar proses produksi dapat berjalan dengan baik maka pihak perusahaan harus mengutamakan pengamanan pada arus listrik. Maka saklar-saklar harus ditempatkan pada posisi yang mudah dijangkau dan tertutup. Sekring-sekring harus pada panel tertutup, kabel listrik harus terpasang baik agar tidak terjadi korslet.
(40)
II-26
pada tempat tempat tertentu untuk penanganan selanjutnya. Limbah padat yang terdapat pada PT. Bintang Toba Lestari berupa potongan-potongan busa dari bahan baku. Dimana sisa dari busa ini dikumpulkan dan disatukan kembali untuk dijual kepada penampung.
(41)
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1. Pendahuluan
Setiap perusahaan industri didalam melaksanakan programnya selalu saja menemukan berbagai persoalan, tentu semua persoalan itu harus bisa dipecahkan dengan bijaksana. Salah satu dari berbagai persoalan itu diantaranya adalah dalam hal penggunaan mesin, apakah akan tetap di pakai mesin lama dengan melakukan beberapa perbaikan-perbaikan atau lebih baik menggantikannya dengan mesin yang baru. Agar masalah itu benar-benar dapat diselesaikan dan disimpulkan maka ketelitian mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi suatu masalah sangat penting dalam pengambilan keputusan.
3.2. Umur Ekonomis Peralatan
Pada umumnya yang dimaksud dengan umur ekonomis mesin adalah jangka waktu dimana suatu mesin masih memberikan keuntungannya pada saat mesin masih beroperasi. Ada beberapa pengertian lain tentang umur ekonomis mesin dengan ungkapan kata yang berbeda.
Didalam Karya Akhir ini dikutip beberapa pengertian lain dari umur ekonomis peralatan sebagai berikut :
A. “ Taylor G.A. (1975) ”, Mengemukakan bahwa umur ekonomis suatu asset
adalah jangka waktu yang diberi asset tersebut, dimana asset memiliki
(42)
B. “ De Garmo E.P. and Canada I.R. (1979) “, Mengemukakan bahwa umur
ekonomis suatu asset adalah jangka waktu dimana asset dapat dioperasikan dan memberikan keuntungan.
C. “ Thuesen G.J. (1984) “, Mengemukakan bahwa umur ekonomis suatu
asset adalah jangka ekivalensi tahunan rata-rata atau memperbesar
ekivalensi keuntungan bersih tahunan.
D. Ir. Dj. A. Simarmata, bahwa umur ekonomis ialah umur sampai batas mana sistem masih ekonomis untuk dioperasikan.
Dari keempat pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa umur ekonomis suatu mesin/peralatan adalah merupakan jangka waktu pemakaian suatu mesin/peralatan dimana mesin/peralatan tersebut memiliki biaya tahunan rata-rata terkecil dan memberikan keuntungan.
Dalam grafik dibawah ini dapat dilihat umur ekonomis apabila pembahasannya dilakukan dengan menggunakan metode biaya tahunan rata-rata maka secara matematis dirumuskan sebagai berikut :
AC(N – 1) ≥ AC(N) atau
AC(N) > AC(N + 1)
Dimana :
AC : Annual Cost
N : Waktu Peremajaan.
(43)
Gambar 3.1. Hubungan antara biaya tahunan dengan umur
Penentuan waktu umur ekonomis ini terhadap peralatan baru dilakukan dengan cara estimasi. Hasil estimasi tidaklah dipedomani langsung untuk mengambil keputusan umur ekonomis.
3.3. Metode-metode yang digunakan
Sebagai dasar dalam melakukan evakuasi umur ekonomis terhadap mesin adalah dengan mengikuti perkembangan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mesin yang digunakan. Biaya-biaya yang diperhitungkan dalam hal ini antara lain biaya investasi, biaya operasi, perawatan, deprisiasi, pajak, asuransi.
Dalam perhitungan ekonomi teknik, secara teoritis ada beberapa metode yang digunakan sebagai pedoman atau petunjuk dalam mencari umur ekonomis mesin.
Metode-metode yang dapat digunakan adalah : − Metode Present Worth.
− Metode Annual Worth.
(44)
3.3.1. Metode Present Worth
Metode present worth adalah suatu metode yang memproyeksikan seluruh
penerimaan dan pengeluaran tahun n ke tahun 0 (tahun awal). Pilihan terbaik pada metode ini adalah alternatif dengan present worth pengeluaran terkecil.
persamaannya adalah :
n n
PW =
∑
RN(
P / F , i % , X)
−
∑
QN(
P / F , i %, X)
X = 1 X = 1
dimana :
( P / F , i % , X ) = Faktor Present Worth.
R = Penerimaan.
Q = Pengeluaran.
X = Tahun Ke – x.
i = Suku bunga uang.
Alternatif yang diambil adalah nilai PW yang terbesar.
3.3.2. Metode Annual Worth
Metode ini adalah merupakan pengukuran tingkat keuntungan. Penginvestasian kembali peralatan baru dengan membagikan selisih biaya tahunan dengan selisih investasi. Metode ini digunakan bila selisih pada kedua mesin menunjukan cash flow yang sebanding. Dalam hal ini depresiasinya diganti
dengan Capital Recovery.
AW = G − ( O + M + CR )
(45)
dimana :
( A/ P, i, n ) = Capital Recovery Factor.
( O + M + CR ) = Annual Cost.
G = Penerimaan kotor.
CR = Capital Recovery.
O = Ontgkos - ongkos operasi.
P = Investasi awal.
M = Ongkos maintenance dan sejenisnya.
L = Harga akhir mesin.
n = Tahun ke - n.
i = Suku bunga uang.
Pemilihan alternatif dilakukan yaitu dengan memilih biaya tahunan (Annual Cost) yang terkecil.
3.3.3. Metode Minimum Alternatif Rate Of Return (MARR).
Metode Minimum Alternatif Rate Of Return (MARR) digunakan untuk
mencari tingkat suku bunga tahunan yaitu dalam hal ini mencari tingkat suku bunga investasi mesin. Persamaannya adalah :
MARR = ( 1 + Bunga Deposito ) ( 1 + Laju Inflasi ) – 1. dimana :
Bunga Deposito = Bunga uang di bank berupa deposito. Laju Inflasi = Penurunan mata uang yang dikeluarkan oleh BI.
(46)
3.3.4. Pengelompokan Biaya
Untuk mendapatkan saat yang terbaik dalam mengganti peralatan, diharapkan adanya pencatatan biaya yang telah dikeluarkan selama penggunaan peralatan tersebut. Untuk pemecahan masalah tersebut diatas maka biaya-biaya dikelompokan atas :
A. Depresiasi
Depresiasi atau penyusutan adalah berkurangnya nilai suatu mesin
setelah melalui suatu periode. Metode depresiasi yang umum digunakan adalah
sebagai berikut :
a. Metode Garis Lurus (Straight Line Method )
Pada metode ini besarnya depresiasi berbanding langsung dengan umur mesin/ peralatan. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
( P – L )
d
= —————N
dimana :
d = Depresiasi tahunan.
P = Harga awal mesin/ peralatan. L = Harga akhir mesin/ peralatan. N = Umur mesin/ peralatan.
b. Metode Presentase Tetap (Declining Balance Method)
Metode ini sering juga disebut Metheson Formula. Perbandingan nilai
depresiasi setiap tahun tergadap nilai buku pada awal tahun tersebut
(47)
- Besarnya depresiasi untuk tahun pertama adalah :
d1 = P.K
- Besarnya depresiasi untuk tahun ke - x adalah :
dx = (BVx – 1).k
- Harga akhir pada umur n tahun adalah :
Ln = P.(1 – k)n
- Book Value pada tahun ke - x adalah :
BV = P – xd.
c. Metode Jumlah Digit (The Sum of Years Digits Method)
Metode ini biasanya diberi notasi metode SYD. Jumlah angka-angka umur mesin/peralatan tersebut merupakan penyebut
dari faktor depresiasi, sedangkan pembilangnya adalah kebalikan
urutan umurnya. Perhitungan dilkakukan dengan persamaan sebagai berikut :
dN =
1 1 2
n n
N n L
P
dimana :
dN = Depresiasi tahunan.
P = Harga awal mesin/ peralatan. L = Harga akhir mesin/ peralatan. n = Umur mesin/ peralatan. N = Umur pakai tahunan ke - N.
(48)
d. Metode Sinking Fund (The Sinking Fund Method)
Pada metode ini dana yang di depresiasikan pada tahun pertama
lebih kecil dari pada tahun berikutnya. Perhitungan dilakukan dengan persamaan berikut :
D = ( P – L ) ( A/ F, i % , n ) dimana :
D = Depresiasi tahunan.
P = Harga awal mesin.
L = Harga akhir mesin/ peralatan. (A/ F,i %,n) = Sinking Fund Factor.
i = Umur pakai mesin/ peralatan.
B. Biaya Investasi
Biaya investasi adalah biaya pembelian mesin dan biaya pemasangan sampai mesin tersebut dapat beroperasi :
( P – L ) ———— ( i %)
N
Bila P merupakan harga awal dan L merupakan harga akhir, dengan bunga uang yang berlaku i % maka rata - rata investasi adalah ekivalensi dari biaya rata-rata antara biaya depresiasi secara straight line, dengan biaya kenaikan dan harga dan
biaya investasi adalah sama dengan capital recovery.
C. Biaya Perawatan
Biaya perawatan cenderung meningkat sejalan dengan semakin bertambahnya umur mesin/peralatan. Biaya ini meliputi penggantian spare-part
(49)
yang rusak, pemakaian minyak pelumas, biaya tenaga kerja yang merawat mesin/ peralatan.
D. Biaya Bahan Bakar
Pemakaian biaya bahan bakar cenderung meningkat sejalan dengan semakin bertambahnya umur peralatan. Besarnya tergantung pada jenis bahan bakar, jam operasi, besar mesin, karakteristik mesin.
E. Biaya Tenaga Kerja
Biaya tenaga kerja tergantung jumlah tenaga kerja yang melayani mesin. Biaya tenaga kerja ini merata setiap tahun dan tidak mempengaruhi umur ekonomis mesin.
F. Kerugian Akibat Berhentinya Mesin ( Down Time )
Biaya ini tergantung pada besarnya jam perawatan setiap tahunnya yang meningkat dengan bertambahnya umur mesin.
G. Pemakaian Suku Cadang dan Minyak Pelumas
Pemakaian suku cadang dan minyak pelumas cenderung meningkat sejalan dengan semakin bertambahnya umur peralatan dan harga dipasaran. Besarnya tergantung pada jenis suku cadang dan minyak pelumas, jam operasi, karakteristik mesin.
3.3.5. Analisa Korelasi
Analisa korelasi bertujuan untuk mengukur derajat hubungan antara variabel x dan variabel y dari suatu fungsi. Untuk mengukur derajat hubungan tersebut digunakan suatu nilai yang lazim disebut dengan koefisien korelasi yang bervariasi dalam suatu inteval :
(50)
− 1 ≤ r ≤ ± 1 Jika :
- r = − 1 ; Berarti hubungan antara X dan Y sangat kuat dan negatif. - r = 1 ; Berarti hubungan antara X dan Y sangat kuat dan positif. - r = 0 ; Berarti hubungan anatar X dan Y sangat lemah dan tidak ada. Besarnya nilai koefisien koerlasi dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
2 1 1 2 2 2 2 1 1 1 .
n i n i n n i n i n i Yi Yi n Xi Xi n Yi Xi Yi Xi n r Atau :r =
y S yx S 2 2 1 dimana :
r = Koefisien korelasi.
S 2 yx = Standard Error Estimation.
S 2 yx = Simpangan baku.
Xi dan Yi = Variabel - variabel yang diukur tingkat hubungannya.
Sebelum menggunakan variabel bebas X untuk meramalkan variabel tidak bebas Y, maka dibuat suatu hipotesa bahwa variabel X dan Y mempunyai hubungan yang kuat. Koefisien korelasi diberi simbol ρ (rho). Untuk menguji kebenarannya dilakukan dengan cara :
Perumusan hipotesa :
(51)
Hi < 0, X dan Y mempunyai berkorelasi negatif.
Hi > 0, X dan Y mempunyai berkorelasi positif.
Hi ± 0, X dan Y mempunyai berkorelasi positif.
- Tentukan besar taraf nyata ( Significant Level =
α
), kemudian tentukan tα dan tα/2 dari tabel distribusi student.- Hitung nilai observasi dengan rumus :
to =
2
1 2 r n r
Dimana :
To = Nilai observasi. r = Koefisien korelasi. n = Jumlah data.
- Aturan yang digunakan untuk menerima dan menolak Ho, hal ini tergantung dari hal perumusan hipotesa yang digunakan yaitu :
1. Ho : ρ= 0 Hi : ρ < 0
Jika to < - tα , maka Ho ditolak.
to > - tα , maka Ho diterima.
2. Ho : ρ = 0 Hi : ρ > 0
Jika to > tα , maka Ho ditolak.
(52)
3. Ho : ρ = 0 Hi : ρ≠ 0
Jika to > - tα/2 atau to > tα/2 , maka Ho ditolak.
- tα/2 < to < tα/2 , maka Ho diterima.
3.4. Peramalan
Peramalan pada dasarnya merupakan dugaan atau perkiraan mengenai terjadinya suatu kejadian atau peristiwa diwaktu yang akan datang dengan menggunakan teori, rumusan dan analisa-analisa berdasarkan data masa lampau. Jadi bukan sekedar dugaan belaka walaupun masih ada penyimpangan.
Secara garis besar metode peramalan dibedakan atas 2 (dua) kelompok yaitu :
1. Metode Peramalan Kualitatif. 2. Metode Kuantitatif.
Pada peramalan kualitatif tidak dibutuhkan identifikasi yang jelas terhadap pola dasar. Hal ini karena hasil dari peramalan tersebut ditentukan berdasarkan pemikiran yang bersifat intuisi, pendapat dan pengetahuan si peramal serta pengalaman si peramal. Sedangkan peramalan kuantitatif dibutuhkan identifikasi yang jelas tentang tipe dari pola dasar. Hasil prmalan tersebut sangat tergantung pada metode yang dibutuhkan. Peramalan kuantitatif hanya digunakan apabila 3 (tiga) kondisi sebagai berikut :
1. Adanya informasi masa lalu yang dapat digunakan.
(53)
3. Dapat diasumsikan bahwa beberapa aspek dan pola yang akan berkelanjutan pada masa yang akan datang.
Dalam hal ini peramalan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan data mengenai biaya-biaya pengoperasian mesin/ peralatan. Adapun model peramalan yang digunakan adalah model deret berkala, dimana deret berkala tersebut adalah merupakan serangkaian data-data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu untuk menggambarkan suatu kejadian.
Dari model deret berkala dikenal 4 (empat) pola data sebagai berikut : 1. Pola Horizontal.
Data ini terjadi apabila harga data berfluktasi sekitar harga rata - rata, dan dapat digambarkan seperti pada Gambar 3.2.
BI
AYA
WAKTU
Gambar 3.2. Pola Horizontal.
2. Pola Musiman.
Pola data ini terjadi bila sangat dipengaruhi oleh musiman, dan dapat digambarkan seperti pada Gambar 3.3.
(54)
BI
AYA
WAKTU
Gambar 3.3. Pola Musiman.
3. Pola Siklis.
Pola data ini terjadi apabila data mempunyai gerak naik dalam jangka waktu yang lama, dan dapat digambarkan seperti pada Gambar 3.4.
BI
AYA
WAKTU
x x x
x x x
x x
x x
Gambar 3.4. Pola Siklis.
4. Pola Trend.
Pola trend ini terjadi apabila data bergerak menarik atau menurun dalam jangka waktu yang panjang, dan dapat digambarkan seperti pada Gambar 3.5.
(55)
BI AYA WAKTU x x x x xx x x x x x x x x x x x x x x x xx xx x
xx x x x x x x x x x x xx x x x x x x x xx
x x x x x x x x x x x x x
Gambar 3.5. Pola Trend.
Pemilihan teknik peramalan ini didasarkan atas bentuk pola data. Peramalan pada data laporan ini digunakan pola trend. Dimana pola trend ini terdiri dari :
a. Trend Linier.
Bentuk persamaan umum adalah : Yi = a + bXi.
dimana :
Yi = Nilai Peramalan. Xi = Waktu. a dan b = Konstan.
Harga a dan b dapat diperoleh dengan rumus :
n Xi b Yi a
2 1 1 2 1 1 1 .
n i n i n i n i n i Xi Xi n Yi Xi Yi Xi n b(56)
b. Trend Kuadratis.
Bentuk persamaannya adalah : 2
Yi = a + bXi + cXi. dimana :
Yi = Nilai dari ramalan. Xi = Waktu.
a, b dan c = Konstan.
Harga a dan b dapat diperoleh dengan persamaan :
n
∑
Yi = n.a + b
n i n i Xi c Xi 1 2 1X = 1
n
∑
Xi . Yi = a
n i n i n i Xi c Xi b Xi 1 3 1 2 1X = 1
n
∑
Yi2. Yi = a
n i n i n i Xi c Xi b Xi 1 3 1 2 1X = 1
c. Trend Eksponensial.
Bentuk persamaannya adalah : bx
Yi = a ( e ). dimana :
Yi = Nilai dari ramalan. Xi = Waktu.
(57)
a, b dan e = Konstan.
Harga - harga konstanta a dan b adalah diperoleh dengan rumusan sebagai berikut :
2 2 ln ln
X X n Y X Y X n b n t b Y a
ln
ln
Dari ketiga trend peramalan diatas dapat dipilih trend yang lebih sesuai, berdasarkan jumlah SEE (Standard Error Estimation) terkecil dan koefisien
korelasi yang terbesar atau paling dekat dengan ± 1. Standard Error Estimation
(SEE) dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
SEE =
f n Yi Yi
^ 2dimana :
MSEE = Mean Standard Error Estimation.
Yi = Nilai dari persamaan.
Yi^ = Nilai data sebenarnya.
n = banyak data. f = derajat kebebasan.
3.4.1. Pengelompokan Biaya
Untuk biaya-biaya yang berfluktasi setiap tahun, biaya-biaya tersebut dihitung dengan cara sebagai berikut :
(58)
a. Menghitung Capital Recovery (CR)
− Hitung harga akhir mesin tiap tahun (Book Value). − Hitung CR dengan perumusan :
CR = (P – L) (A/ P, i %, n) + Li dimana :
CR = Capital Recovery.
P = Harga awal. L = Harga akhir. i = Suku bunga.
n = Umur pakai mesin/ peralatan. ( A/ P, i %, n ) = Capital Recovery Factor.
b. Menghitung biaya Down Time.
− Hitung down time mesin tiap tahun.
− Hitung rata - ratanya tiap tahun dengan persamaan :
rd =
∑
d / ndimana :
rd = Rata – rata down time mesin setiap tahun.
∑d
= Jumlah down time mesin sampai tahun ke - n. n = Jumlah tahun.− Hitung biaya down time dengan persamaan : Bd = rd / j k X CR X MARR.
(59)
dimana :
Bd = Biaya down time.
rd = Rata - rata down time.
jk = Jam kerja per tahun. CR = Capital Recovery.
MARR = Tingkat bunga yang dipakai.
− Hitung biaya down time mesin untuk masa 10 tahun yang akan datang, dengan peramalan yang dipilih.
c. Menghitung biaya operasi tahunan rata-rata. − Hitung biaya operasi setiap tahun.
− Hitung biaya operasi tahunan yang akan datang (10 tahun yang akan datang). Dengan peramalan yang dipilih.
− Tentukan Present Value dari total biaya tiap tahun ke tahun nol yaitu dengan cara mengalikan biaya dengan faktor present worth
( P/ F, i %, n ).
− Hitung kumulatif biaya Present Value diatas.
− Untuk mendapatkan biaya tahunan rata-rata, kalikan kumulatif biaya tiap tahun dengan faktor Capital Recovery ( A/ P, i %, n )
− Hasil yang diperoleh merupakan ekivalensi dari biaya operasi tahunan rata-rata tiap tahunnya.
d. Menghitung total biaya tahunan rata - rata.
− Jumlahkan semua elemen biaya atas (Capital Revovery), biaya
(60)
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di PT. Bintang Toba Lestari, yang berlokasi di jalan Pulau Button No. 98-99. Penelitian dan pelaksanaan Karya Akhir ini direncanakan selama 1 bulan, yang akan dimulai pada tanggal 1 Mei-1 Juni 2008.
4.2. Rancangan Penelitian
Untuk memecahkan masalah dalam penelitian ini, digunakan pendekatan-pendekatan pemecahan masalah mengunakan metode-metode. Adapun metode penolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini didasarkan pada umur ekonomis mesin yang diperhitungannya dilakukan dengan cara biaya tahunan rata-rata.
4.3. Metode Pengumpulan Data
Serangkaian kegiatan yang akan dilakukan dalam pengumpulan data, antara lain :
a. Pengamatan langsung terhadap objek penelitian.
b. Wawancara dengan berbagai pihak atau departemen di pabrik.
c. Mencatat dan mempelajari data historis yaitu berkas-berkas data yang berkaitan dengan mesin.
(61)
Adapun data yang dikumpulkan meliputi : Sejarah dan gambaran umum perusahaan. Organisasi dan manajemen.
Tenaga kerja, jam kerja dan sistem pengupahan tenaga kerja. Data biaya pemakaian pelumas.
Biaya pekerja per jam kerja (dalam hal ini karyawan maintenance). Data suku cadang dan bahan bakar untuk energi yang dibutuhkan.
4.4. Metode Pengolahan Data
Untuk memecahkan masalah dalam penelitian ini, digunakan pendekatan-pendekatan pemecahan masalah mengunakan metode-metode. Adapun metode pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini didasarkan pada umur ekonomis mesin yang perhitungannya dilakukan dengan cara biaya tahunan rata-rata
1. Menentukan investasi mesin press.
Dalam hal ini harga awal adalah harga mesin pada saat di beli, termasuk ongkos pengamatan, biaya pemasangan sampai mesin dapat beroperasi secara normal. Sedangkan harga akhir mesin adalah harga mesin setelah pendepresiasiannya (depreciable life).
2. Menentukan biaya-biaya pemakaian mesin press. - Data pemakaian suku cadang dan pelumas.
Dari pemakaian sejumlah spare-part dan minyak pelumas ini diperoleh jumlah biaya pemakaian setiap tahun.
(62)
- Data pemakaian bahan bakar.
Pemakaian bahan bakar dalam hal ini adalah solar yang merupakan bahan bakar untuk mesin press.
3. Data waktu.
- Jam operasi mesin adalah jumlah waktu mesin beroperasi selama setahun sedang jam perawatan dan jam perbaikan merupakan jumlah jam dimana mesin tidak bekerja selama setahun
- Jam perawatan merupakan lama mesin tidak beroperasi selama mesin menjalani perbaikan.
4. Data tingkat bunga (MARR) adalah data yang berguna untuk mengetahui tingkat bunga investasi mesin yang berada di pabrik.
5. Pengolahan data, digunakan untuk mencari perhitungan pengembalian modal, perhitungan suku cadang, bahan bakar untuk energi, down time dan upah tenaga kerja.
6. Perhitungan biaya operasi dan down time tahunan rata-rata. Setelah data diatas diolah kemudian dilakukan penganalisaan biaya operasi dan down time
tersebut lalu diramalkan sesuai tahun yang diinginkan.
7. Perhitungan umur ekonomis, dari hasil penganalisaan diatas dapat dicari pada tahun keberapa mesin tersebut ekonomis dan berapa biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan.
Untuk lebih jelasnya mengenai skema prosedur penelitian dapat dilihat pada gambar 4.1.
(63)
4.5. Skema Prosedur Penelitian
Adapun urutan skema prosedur penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.1
Studi Pendahuluan
↓
Studi Literatur
↓
Perumusan Masalah
↓
Penetapan Tujuan Masalah
↓
Teknik Pengumpulan Data
↓
Pengolahan Data
↓
Penentuan Umur Ekonomis
↓
Kesimpulan Dan Saran
(64)
BAB V
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
5.1. Metode Pengumpulan Data.
Untuk memudahkan kelancaran penulisan tugas sarjana, maka diperlukan suatu metode pengumpulan data agar yang diambil dapat sempurna dan tepat pada waktunya serta tidak dapat mengganggu pekerjaan dari perusahaan. Data yang diperoleh dari perusahaan ini dilakukan dengan beberapa cara, antara lain :
1. Melakukan pengamatan secara langsung.
2. Mencatat data dan informasi yang ada di perusahaan.
3. Melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang memberi informasi yang diperlukan.
4. Membaca buku-buku yang dapat membantu pemecahan masalah.
5.2. Pengumpulan Data.
Pengumpulan data berguna dalam mempersiapkan hal-hal uang dibutuhkan sebagai bahan pemecahan masalah.
Jenis-jenis yang berpengaruh terhadap penentuan umur ekonomis suatu mesin atau peralatan adalah biaya-biaya yang sifatnya berubah, misalnya biaya-biaya yang naik sejalan dengan bertambahnya umur pemakaian suatu mesin. Sedangkan biaya yang tidak mempengaruhi umur ekonomis suatu mesin/peralatan adalah biaya-biaya yang sifatnya konstan, misalnya biaya asuransi, upah operator dan sebagainya.
(65)
Adapun data-data yang diperlakukan untuk penentuan umur ekonomis ini adalah :
1. Harga awal dan harga akhir mesin. 2. Data penggantian spare-part. 3. Data pemakaian bahan bakar. 4. Data taksiran umur pakai mesin.
5. Data jam mesin berhenti pada saat jam operator. 6. Data jam mesin dalam perawatan.
7. Data jumlah tenaga kerja perawatan mesin. 8. Data upah tenaga kerja untuk perawatan mesin.
5.2.1. Data Primer
Data ini didapat dengan cara melihat langsung maupun wawancara. Data tersebut terdiri dari :
− Data mengenai bahan-bahan yang digunakan dalam proses produksi, baik itu bahan baku, bahan penolong maupun bahan tambahan.
− Data mengenai proses produksi, mulai dari bahan baku sampai menjadi produk yang siap dipasarkan.
− Data mengenai mesin/peralatan yang digunakan dalam proses produksi.
5.2.2. Data Sekunder
Data sekunder didapat dengan cara mencatat dari arsip yang ada. Data tersebut meliputi :
(66)
a. Spesifikasi Mesin.
Dari beberapa mesin yang digunakan pada P.T. Bintang Toba Lestari didalam menjalankan proses produksinya, dimana yang menjadi objek pengamatan dalam laporan ini adalah mesin Press yang menjadi objek penelitian adalah seperti pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1 Spesifikasi Mesin Press
Spesifikasi Mesin press
Merk TECO
Power 4 HP
Energi 380 Volt/ 209,8 Ampere
Putaran 2975 Rpm
Kapasitas 600-700 Kg/hari
Tahun Pakai 1998
Buatan Malaysia Jumlah 4 (Empat) Unit
Harga Awal 85.200.000
Sumber dari Kantor HRD PT. Bintang Toba Lestari
b. Investasi Mesin.
Dalam hal ini harga awal adalah mesin pada saat dibeli, termasuk ongkos pengamatan, biaya pemasangan sampai mesin dapat beroperasi secara normal.
Sedangkan harga akhir mesin adalah setelah pendepresiasiannya (depreciable life). Adapun harga awal dan harga akhir mesin Press adalah seperti
pada Tabel 5.2 .
Tabel 5.2. Data harga awal dan harga akhir mesin press Spesifikasi Harga Akhir
(Rp)
Harga Awal Mesin Rp.85.200.000 Harga Akhir Mesin Rp.12.000.000 Taksiran Umur Pakai 26 Tahun
(67)
c. Data Pelumas.
Dari pemakaian minyak pelumas diperoleh jumlah biaya pemakaian setiap tahun. Data pemakaian suku cadang dan pelumas mesin press disusun seperti pada Tabel 5.3.
Tabel 5.3. Data harga dan pemakaian pelumas mesin press Tahun Rored HD 90
(Liter)
Harga Perliter (Rp)
Biaya Pertahun (Rp)
1998 96 7700,- 739.200
1999 105 7700,- 808.500
2000 120 8900,- 1.068.000
2001 136 9300,- 1.264.800
2002 152 9300,- 1.413.600
2003 155 9500,- 1.472.500
2004 185 9500,- 1.757.500
2005 220 9500,- 2.090.000
2006 230 9500,- 2.185.000
2007 238 9800,- 2.332.400
Sumber dari Kantor HRD PT. Bintang Toba Lestari
d. Data Penggantian Suku Cadang .
Dari pemakaian sejumlah suku cadang diperoleh jumlah biaya pemakaian setiap tahun. Data pemakaian suku cadang mesin press disusun dalam bentuk seperti pada Tabel 5.4.
Tabel 5.4. Data penggantian suku cadang mesin press
Tahun Jumlah Biaya
(Rp)
1998 556.000,- 1999 680.000,- 2000 790.000,- 2001 1.654.000,- 2002 1.690.000,- 2003 1.750.000,- 2004 1.785.000,- 2005 1.820.000,- 2006 1.889.000,- 2007 1.905.000,-
(68)
e. Data Pemakaian Daya Untuk Energi Listrik.
Generator sebagai sumber energi listrik untuk mesin press, apabila ada gangguan listrik dari PLN. Adapun data pemakaian daya untuk energi listrik mesin press dapat dilihat seperti pada Tabel 5.5.
Tabel 5.5. Biaya pemakaian energi listrik Tahun Harga Listrik/KwH
(Rp)
Jam Operasi Daya Pemakaian 3 ph (Kw)
Biaya Pemakaian
Energi (Rp)
1998 175 7194 9,46 11.909.667,-
1999 180 7185 9,85 12.739.005,-
2000 188 7175 10,00 13.489.000,-
2001 205 7160 10,54 15.470.612,-
2002 238 7155 10,50 17.880.345,-
2003 260 7150 10,52 19.556.680,-
2004 295 7144 10,50 22.128.540,-
2005 320 7135 10,50 23.973.600,-
2006 350 7120 10,54 26.265.680,-
2007 388 7102 10,56 29.098.882,-
Sumber dari Kantor HRD PT. Bintang Toba Lestari
f. Jam Operasi, Jam Perawatan, Jam Perbaikan.
1. Jam Operasi.
Jam operasi mesin adalah jumlah waktu mesin beroperasi selama setahun sedang jam perawatan dan jam perbaikan merupakan jumlah jam dimana mesin tidak bekerja selama setahun dan dapat dilihat pada Tabel 5.6.
(69)
Tabel 5.6. Jam operasi mesin press
Tahun Jam Operasi (Jam)
1998 7194 1999 7185 2000 7175 2001 7160 2002 7155 2003 7150 2004 7144 2005 7135 2006 7120 2007 7102
Sumber dari Kantor HRD PT. Bintang Toba Lestari
2. Jam Perawatan
Data jam mesin dalam perawatan dibedakan atas 2 (dua) bagian yaitu : 1. Preventive Maintenance adalah servis yang dilakukan terhadap mesin
untuk mencegah kerusakan pada saat jam operasi. Servis ini dilakukan diluar jam operasi, tetapi walaupun preventive dilakukan namun kerusakan pada saat jam operasi tetap ada.
2. Service yang diberikan terhadap meisn karena terjadinya kerusakan pada saat jam operasi dimasukan dalam kelompok corrective maintenance. − Corrective Maintenance : 90 jam/ tahun.
− Preventive Maintenance : 60 jam/ tahun.
Maka total perawatan mesin selama satu tahun adalah 150 jam/Tahun
3. Jam Perbaikan
Perbaikan dibedakan dengan perawatan. Jam perbaikan merupakan lama mesin tidak beroperasi selama mesin menjalani perbaikan. Perinciannya seperti pada Tabel 5.7.
(70)
Tabel 5.7. Jam perbaikan mesin press Tahun Jam Perbaikan (Jam)
1998 6 1999 15 2000 25 2001 40 2002 45 2003 50 2004 56 2005 65 2006 80 2007 98
Sumber dari Kantor HRD PT. Bintang Toba Lestari
5.3. Pengolahan Data
5.3.1. Perhitungan Depresiasi Tahunan Mesin
Sebelum depresiasi (Capital Recovery) dihitung perlu ditentukan harga akhir mesin Press untuk setiap tahunnya yang dihitung berdasarkan metode persentase tetap (Declining Balance Method). Metode ini sering juga disebut
Metheson Formula. Perbandingan nilai depresiasi setiap tahun terhadap nilai buku pada awal tahun tersebut adalah konstan sepanjang umurnya.
Rumus yang berlaku : L = P (1 – k)t Dengan nilai k = 2/n = 2/15 = 0,13
Dimana : L = Harga akhir mesin pada tahun ke-n P = Harga awal mesin
K = Konstanta t = Tahun ke-t
(71)
Perhitungan harga akhir mesin press pada tahun pertama, tahun 1998 (t = 1) adalah :
L1 = 85.200.000 (1-0,13)1 = 74.124.000,-
Harga akhir pada tahun kedua, tahun 1999 (t = 2) adalah : L2 = 85.200.000 (1-0,13)2 =
64.336.500,-Harga akhir tahun ke-3 (2000) hingga harga akhir tahun ke-10 (2007) dihitung dengan cara yang sama, hasilnya dapat dilihat pada Tabel 5.8.
Tabel 5.8. Perhitungan harga akhir mesin press
Tahun Harga Akhir
(Rp)
1998 74.124.000,- 1999 64.336.500,- 2000 56.104.455,- 2001 48.810.876,- 2002 42.465.462,- 2003 36.944.950,- 2004 32.142.107,- 2005 27.963.634,- 2006 24.328.361,- 2007 21.165.674,-
Setelah harga present value (P) dan harga akhir (L) tiap tahun mesin press
diperoleh selanjutnya depresiasi tahunan (CR) ditentukan dengan rumus : CR = ( P – L ) ( A/P, i, n ) + Li
Suku bunga yang dipilih disesuaikan dengan suku bunga deposito bank yaitu i = 6 %. Untuk perhitungan dana pengembalian modal pada tahun pertama (1998) adalah :
P = Rp. 85.200.000,- L = Rp. 74.124.000,-
(72)
i = 6 %
( A/P;6%,1) = 1,0600 CR = ( P – L ) ( A/P, i, n ) + Li
= (85.200.000- 74.124.000) (1,0600) + (74.124.000) (0,06) = Rp. 8.550.000,-
Dana pengembalian modal untuk tahun ke-2 (1999) sampai dengan tahun ke-10 (2007) dihitung dengan cara yang sama. Hasil perhitungannya dapat dilihat pada seperti pada Tabel 5.9.
Tabel 5.9. Perhitungan depresiasi tahunan mesin press Tahun (P-L)(A/P, 6%,n)
(Rp)
Li Capital Recovery
(Rp)
1998 11.740.560,- 4.447.440,- 16.188.000,- 1999 11.378.925,- 3.860.190,- 15.239.115,- 2000 10.884.643,- 3.366.267,- 14.250.910,- 2001 10.501.901,- 2.928.652,- 13.430.553,- 2002 10.145.179,- 2.547.927,- 12.693.106,- 2003 9.815.077,- 2.216.697,- 12.031.774,- 2004 9.502.668,- 1.928.526,- 11.431.194,- 2005 9.215.054,- 1.677.818,- 10.892.872- 2006 8.948.130,- 1.459.701,- 10.407.831,- 2007 8.702.264,- 1.269.940,- 9.972.204,-
5.3.2. Perhitungan Biaya Operasi
Biaya operasi mesin press adalah penjumlahan dari biaya energi, biaya suku cadang, dan biaya pelumas. Cara yang sama digunakan untuk tahun
berikutnya. Perhitungan upah tenaga kerja dapat dilihat pada seperti pada Tabel 5.10.
(1)
Tabel 6.8. Perhitungan total biaya tahunan rata-rata mesin press
Tahun Biaya Operasi Tahunan Rata-rata
(Rp)
Biaya Down Time Tahunan Rata-rata (Rp) Capital Recovery (CR) Total Biaya Tahunan Rata-rata (Rp)
1998 13.204.920,- 10.000,- 16.188.000,- 29.402.920 1999 13.700.421 19.100 15.239.115 28.958.636 2000 14.217.780 28.151 14.250.910 28.496.841
2001 15.172.148 40.005 13.430.553 28642706
2002 16.203.226 48.874 12.693.106 28.945.206 2003 17.149.095 57.409 12.031.774 29.238.278
2004 18.158.229 66.116 11.431.194 29655539
2005 19.139.704 75.848 10.892.872 30.108.424 2006 20.115.216 87.815 10.407.831 30.610.862 2007 21.126.088 102.255 9.972.204 31.200.547 2008 21.415.724 106263.6 9573296 31.095.284 2009 21.708.641 110289.1 9214356 31.033.286 2010 21.997.562 114293.5 8888904 31.000.760 2011 22.273.434 118227.1 8590334 30.981.995 2012 22.553.744 122179.5 8321975 30.997.899 2013 22.826.045 126082.2 8076858 31.028.985 2014 23.068.032 129807.8 7845416 31.043.256 2015 23.347.532 133734.2 7647403 31.128.669 2016 23.582.817 137396.9 7455025 31.175.239 2017 23.838.243 141163.8 7286421 31.265.828 2018 24.072.503 144792.2 7127637 31.344.932 2019 24.293.997 148326.8 6980064 31.422.388 2020 24.541.337 152003.7 6853010 31.546.351 2021 24.327.921 152778.6 6731097 31.211.797 2022 24.963.356 158859.3 6614943 31.737.158 2023 25.180.019 162295.5 6513347 31.855.662
(2)
VI-9 Series2 Series1 Series3 Series4 Tahun 25 22 19 16 13 10 7 4 1 70000000 60000000 50000000 40000000 30000000 20000000 10000000 0
total biaya tahunan rata-rata
Gambar 6.1. Grafik biaya tahunan rata-rata
Setelah dilakukan analisis dari mesin press dapat diketahui perkiraan Biaya Operasi dan Biaya Down Time serta Capital Recovery sampai tahun 2023, sehingga perusahaan dapat menentukan biaya tahunan rata-rata mesin press. Perusahaan juga harus memperhatikan perawatan mesin press setiap tahunnya untuk memperoleh poduksi yang maksimal. Dari perhitungan biaya tahunan rata-rata mesin press diperoleh total biaya tahunan rata-rata minimum
pada tahun ke-14 (Tahun 2011) sejak tahun pembelian (tahun 1998) sebesar Rp. 30.981.995,-
(3)
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Setelah perhitungan dan analisis dilakukan terhadap permasalahan, maka dapat diambil suatu kesimpulan sebagai berikut :
1. Untuk perhitungan (Replacement) pada mesin press terdapat pada tahun ke-14 tepatnya pada tahun 2011 sejak tahun pembelian (1998).
2. Total biaya tahunan rata-rata minimum untuk mesin press adalah sebesar Rp. 30.981.9953. Semakin lama umur mesin press maka biaya pemakaian suku cadang, biaya perbaikan dan perawatan akan semakin tinggi sehingga biaya operasinya semakin tinggi pula.
7.2. Saran
Agar hasil penelitian dapat berguna dikemudian hari bagi PT. Bintang Toba Lestari pada umumnya maka diberikan saran-saran sebagai
berikut :
1. Apabila umur ekonomis mesin telah lewat dari waktu perhitungan, disarankan kepada pihak perusahaan mengganti mesin tersebut.
2. Dengan diketahuinya umur ekonomis mesin press, sebaiknya pihak perusahaan memperhitungkan biaya untuk pembelian mesin press yang baru.
(4)
3. Perusahaan harus segera mempertahankan kondisi mesin sebaik mungkin, sehingga dapat mengurangi resiko kerusakan dan akhirnya dapat memperpanjang umur ekonomis mesin tersebut.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Leland T Blank, Anthony J. Tarquin, Engineering Economy, Third Edition McGraw-Inc, New York, 1976
Sutalaksana, I, Z, R, A. Anggawisatra, dan J.H. Tjakraatmaja, Teknik Tata Cara. Edisi Pertama, Departemen Teknik Industri, ITB, Bandung !980
Kottier Philip 1986, Manajemen Pemasaran (Terjemahan), Edisi Kelima, Jakarta : PT Erlangga
Aplle James M. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan, Edisi Ketiga, Penerbit ITB Bandung, 1990
Padan Kurniawan Harun, Prinsip-prisip Ekonomi Teknik, Edisi Pertama Jakarta : Rosda Jaya Putra, !994
Eugene L. Grant. W. Grant Ireson and Richard S. Leavenworth, Dasar-dasar Ekonomi Teknik (Terjemahan) Edisi Ketiga, Jilid Pertama, Jakarta : Rineka Cipta, 1996
Vincent, Gaspersz, Manajemen Produktivitas Total, Strategi Peningkatan Bisnis Global, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1998.
(6)
Gambar 2.1. Struktur Organisasi PT. Bintang Toba Lestari Gambar 2.1. Struktur Organisasi PT. Bintang Toba Lestari