Seringkali hal ini dapat dilakukan dengan menilai keberadaan faktor risiko yang diketahui. Selanjutnya, pencegahan dan pengobatan harus fokus pada
minimalisasi faktor resiko ICU delirium.
Tujuan penanganan ICU delirium adalah untuk meningkatkan status kognitif pasien dan mengurangi risiko yang merugikan seperti aspirasi, imobilitas
berkepanjangan, meningkatnya waktu perawatan akut, institusionalisasi, dan kematian.
Menurut Pandharipande et al. 2006 Pencegahan dan pengobatan ICU delirium dapat dilakukan dengan 2 cara nonfarmakologi dan farmakologi.
1.5.1. Nonfarmakologi
Pencegahan primer lebih disukai, namun, beberapa derajat igauan yang tak terelakkan di ICU. Walaupun tidak ada data tentang pencegahan primer
nonfarmakologi di ruang ICU. Pencegahan nonfarmakologi ICU delirium berfokus pada meminimalkan faktor-faktor risiko. Strategi intervensi yang
dilakukan meliputi: 1 Reorientasi ulang pasien, 2 Tentukan kegiatan untuk merangsang kognitif pasien, 3 Tidur istirahat sebagai bagian dari prosedur
nonfarmakologi, 4 Melakukan kegiatan mobilisasi dini, dengan mengajarkan pasien melakukan latihan dengan berbagai gerakan, 5 Mencabut kateter tepat
pada waktunya untuk mengatasi hambatan fisik pasien, 6 Penggunaan kacamata dan lensa pembesar, 7 Penggunaan alat bantu pendengaran, 8 Koreksi ada
Universitas Sumatera Utara
tidaknya dehidrasi. Strategi untuk pencegahan dan manajemen ICU delirium di ICU merupakan hal penting bagi penyelidikan masa depan.
1.5.2. Farmakologi
Langkah pertama dalam pengobatan farmakologi ICU delirium adalah menilai penggunaan obat-obatan yang dapat menyebabkan atau memperburuk
ICU delirium Jacobi et al, 2002. Lebih lanjut Jakobi et al mengemukakan bahwa penggunaan obat penenang yang tidak tepat atau analgesik dapat memperburuk
gejala ICU delirium. Sebagai contoh penggunaan benzodiazepine dan narkotika yang sering digunakan diruangan ICU untuk mengobati ICU delirium dapat
memperburuk kognisi dan memperparah ICU delirium.
Lebih jauh lagi Jacobi et al mengatakan bahwa American Psychiatric Association dan Society of Critical Care Medicine merekomendasikan haloperidol
untuk pengobatan ICU delirium, Haloperidol adalah antagonis reseptor dopamin yang bekerja dengan menghambat dopamin neurotransmisi, dengan dihasilkannya
perbaikan yang positif dalam simtomatologi halusinasi, gelisah dan perilaku agresif seringkali menghasilkan efek obat penenang. Haloperidol dan obat yang
sama misalnya droperidol belum diteliti secara ekstensif di ICU, meskipun kedua obat digunakan secara luas. Disamping haloperidol, obat lain antipsikotik
neuroleptic agen misalnya, risperidol, ziprasidone, quetiapine, dan olanzapine terutama dengan afinitas reseptor yang lebih luas digunakan untuk pengobatan
ICU delirium.
Universitas Sumatera Utara
2. Pasien ICU
Pasien yang dirawat di ICU adalah pasien yang sakit gawat bahkan dalam keadaan terminal yang sepenuhnya tergantung pada orang yang merawatnya dan
memerlukan perawatan secara intensif. Pasien ICU yaitu pasien yang kondisinya kritis sehingga memerlukan pengelolaan fungsi sistem organ tubuh secara
terkoordinasi, berkelanjutan, dan memerlukan pemantauan secara terus menerus Hanafie, 2007; Rabb, 1998.
Pasien ICU tidak hanya memerlukan perawatan dari segi fisik tetapi memerlukan perawatan secara holistik. Kondisi pasien yang dirawat di ICU
Hanafie, 2007; Rabb, 1998 yaitu: 1 Pasien sakit berat, pasien tidak stabil yang memerlukan terapi intensif seperti bantuan ventilator, pemberian obat vasoaktif
melalui infus secara terus menerus, seperti pasien dengan gagal napas berat, pasien pasca bedah jantung terbuka, dan syok septic, 2 Pasien yang memerlukan
bantuan pemantauan intensif sehingga komplikasi berat dapat dihindari atau dikurangi seperti pasien pasca bedah besar dan luas, pasien dengan penyakit
jantung, paru, dan ginjal, 3 Pasien yang memerlukan terapi intensif untuk mengatasi komplikasi-komplikasi dari penyakitnya seperti pasien dengan tumor
ganas dengan komplikasi infeksi dan penyakit jantung. Dari pemaparan di atas bahwa pasien yang dirawat di ruang ICU sangat
rentan untuk mengalami ICU delirium selain karena gangguan kesadaran dan kognisi penggunaan obat-obatan dapat memicu untuk terjadinya ICU delirium
Chirurg, 2006. Selanjutnya Chirurg mengatakan bahwa ICU delirium di rumah
Universitas Sumatera Utara