Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Di Indonesia

permasalahan struktural dalam perekonomian dan tingginya resiko serta ketidakpastian hukum di dalam negeri. Di sektor riil, kondisi tersebut telah membatasi kegiatan produksi dan investasi. Perkembangan nilai tukar rupiah mengalami depresiasi yang tinggi sekitar 17,7 dari tahun 2000 yaitu dari rata – rata Rp 8.438 per dolar menjadi Rp 10.255 per dolar. Melemahnya nilai tukar rupiah di tahun 2001 ini memberikan tekanan terhadap tingginya inflasi di tahun tersebut. Berdasarkan kondisi ekonomi yang terus – menerus menurun, maka pemeintah berusaha memulihkan kembali kondisi ekonomi tahap demi tahap. Keberhasilan pemerintah mulai membuahkan hasil. Pada tahun 2007, perekonomian Indonesia memperlihatkan kinerja yang memuaskan meskipun mendapat berbagai tekanan eksternal. Hal ini tergambar dari pertumbuhan ekonomi yang dicapai yakni berada diatas 6. Selain itu, neraca pembayaran surplus, cadangan devisa menguat, nilai tukar menguat, pertumbuhan kredit melampaui target dan laju inflasi terkendali. Sementara itu, di tengah perekonomian global yang bergejolak pada tahun 2008 dimana terjadi tekanan harga komoditas internasional bersamaan resiko anjloknya pertumbuhan ekonomi dunia, ekonomi Indonesia mampu tumbuh sebesar 6,1.

4.2 Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Di Indonesia

Data tentang ketenagakerjaan di Indonesia dapat diperoleh dari Survei Angkatan Kerja Nasional Sakernas yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik BPS. Sakernas pertama kali dilakukan pada tahun 1976 dengan cakupan wilayah yang sangat terbatas. Namun, sejak tahun 1986 dilakukan secara periodik dan mencakup seluruh wilayah Republik Indonesia. Selama periode 1986 – 1993, Universitas Sumatera Utara Sakernas dilakukan setiap tiga bulan dengan jumlah sampel masing – masing sekitar 20.500 rumah tangga. Minimnya jumlah sampel rumah tangga Sakernas ini menyebabkan estimasi hanya bisa dilakukan untuk tingkat nasional. Selama periode 1994 – 2001, Sakernas dilakukan hanya satu kali setahun yaitu pada bulan Agustus dengan alasan terbatasnya anggaran jumlah sampel Sakernas selama kurun waktu tersebut terus berkurang sehingga statistik ketenagakerjaan yang dihasilkan hanya di tingkat nasional. Sejak tahun 2005, Sakernas dilakukan dua kali setahun yaitu pada bulan Pebruari dan Agustus. Jumlah sampel tahun 2005 dan 2006 masing – masing sekitar 68.000 rumah tangga. Dengan bertambahnya jumlah sampel ini maka data dapat disajikan sampai ke tingkat provinsi. Sedangkan pada tahun 2007 dan 2008, jumlah sampel Sakernas diperbesar lagi menjadi 286.000 rumah tangga sehingga dapat disajikan sampai ke tingkat kabupaten kota BPS. Indonesia termasuk salah satu negara yang mampu mengendalikan jumlah penduduk, namun saat ini masih menghadapi masalah kependuduka n yang sulit diselesaikan terutama dalam penyerapan tenaga kerja. Permasalahan dalam penyerapan tenaga kerja mencapai titik kritis saat terjadi gelombang krisis ekonomi. Seiring dengan laju pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi, jumlah dan persentase penduduk usia kerja PUK di Indonesia dari tahun ke tahun selalu bertambah. Penduduk usia kerja yang aktif secara ekonomi angkatan kerja juga mengalami kenaikan tiap tahunnya bahkan mulai tahun 2005 angkatan kerja berjumlah lebih dari 100 juta jiwa. Universitas Sumatera Utara

4.2.1 Gambaran Umum Kondisi Tenaga Kerja Di Indonesia

Selama kurun waktu penelitian yakni selama periode 1980-2008, rata – rata persentase jumlah tenaga kerja yang bekerja terhadap angkatan kerja Indonesia dapat ditunjukkan dari diagram di bawah ini: Gambar 4.2.1 Diagram Persentase Penyerapan Tenaga Kerja Tahun 1980-2008 Berdasarkan diagram di atas dapat dilihat bahwa jumlah orang yang bekerja terhadap angkatan kerja selama kurun waktu 1980-2008 menunjukkan peningkatan yang signifikan. Persentase tingkat pengangguran terbuka juga dapat ditekan sekitar 3-4 per tahunnya. Walaupun demikian, kenyataannya di lapangan jumlah orang yang menganggur di Indonesia bertambah setiap tahun. Misalnya, pada tahun 2005 tersedia 167,7 ribu lowongan kerja, namun hanya 141,3 ribu lowongan terpenuhi penempatannya padahal pada tersebut terdapat 382,7 ribu pencari kerja. Kejadian yang sama juga terjadi di tahun 2006 dan 2008. Meskipun angka lowongan kerja masih jauh lebih rendah dari angka pencari kerja, namun pada kenyataannya tidak semua lowongan kerja terpenuhi tempatnya. Pada tahun 2006, tersedia 201,42 ribu lowongan kerja dan 696,6 ribu pencari kerja yang terdaftar. Walaupun demikian hanya 346,74 ribu tenaga kerja yang ditempatkan. Sementara itu, di tahun 2008 tersedia 2,36 juta lowongan kerja dan 2,97 juta Universitas Sumatera Utara pencari kerja yang terdaftar diantaranya 1,35 juta berjenis kelamin pria dan 1,62 juta wanita. Pada kenyataannya adalah sebanyak 2 juta tenaga kerja yang ditempatkan, 930 ribu pria dan 1,07 juta wanita. Data tersebut menunjukkan bahwa sering terjadi mismatch di pasar kerja sehingga untuk mengatasi tingkat pengangguran yang berlebihan di Indonesia, pemerintah mengambil kebijakan terhadap kondisi penawaran tenaga kerja yang berlebihan seperti melakukan “pengiriman” tenaga kerja Indonesia ke negara lain seperti Malaysia dan Arab Saudi. Dengan tidak tersedianya kesempatan kerja yang mampu mengimbangi pertumbuhan angkatan kerja tersebut, jumlah tenaga kerja yang bekerja dan pengangguran mengalami peningkatan yang mencolok yakni dari tahun 1996 hingga tahun 1999 dimana jumlah yang bekerja tercatat meningkat dari 85,7 juta jiwa menjadi 88,8 juta. Sedangkan yang menganggur meningkat dari 4,4 juta menjadi 6,0 juta jiwa atau sekitar 5,3 per tahunnya. Peningkatan angka pengangguran tersebut disebabkan oleh terjadinya krisis ekonomi tahun 1997- 1998 yang mengakibatkan banyak pekerja yang di-PHK dari perusahaan – perusahaan yang lemah bahkan dari perusahaan yang tidak dapat beroperasi lagi. Kondisi ketenagakerjaan akibat dari krisis lambat laun dapat dikendalikan, namun pada tahun 2000 terjadi penurunan angka pengangguran yakni sebesar 6,1 dari 6,4 di tahun 1999 yaitu 5,8 juta jiwa. Penurunan angka ini tidak berkelanjutan di tahun berikutnya, akan tetapi sebaliknya peningkatan yang berlebihan terjadi di tahun – tahun berikutnya. Meskipun persentase angkatan kerja tiap tahunnya meningkat, namun tingkat kesempatan kerja tidak sejalan Universitas Sumatera Utara dengan peningkatan yang terjadi. Dengan kata lain, jumlah orang yang menganggur semakin meningkat. Gambar berikut ini merupakan grafik peningkatan jumlah pengangguran terbuka yang terjadi Indonesia selama periode 1996-2008 dimana tingkat pengangguran semakin parah setelah krisis ekonomi walaupun keadaan ekonomi semakin membaik. Sumber:Hasil Olahan dari BPS Gambar 4.2.1.1 Persentase Tingkat Pengangguran Terbuka Setelah Krisis Ekonomi Tahun 19971998 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kondisi ketenagakerjaan setelah krisispun tidak menunjukkan kestabilan padahal keadaan ekonomi Indonesia sudah membaik. Meskipun jumlah angkatan kerja setelah krisis semakin meningkat bahkan mencapai lebih dari 100 juta jiwa, tingkat pengangguran juga meningkat. Pada tahun 2002 kuantitas angkatan kerja sebesar 100,78 juta jiwa dengan persentase penyerapan tenaga kerja sebesar 90,94 dan tahun 2003 jumlah tenaga kerja yang bekerja sebesar 90,78 juta jiwa dengan tingkat pengangguran sebesar 9,5. Angka pengangguran semakin meningkat di tahun 2004 sampai dengan tahun 2005 sebesar 9,86 hingga 11,2 atau sekitar 11,9 Universitas Sumatera Utara juta jiwa. Angka ini merupakan angka pengangguran tertinggi setelah krisis ekonomi. Ini disebabkan pertumbuhan tenaga kerja tidak diimbangi dengan pertumbuhan lapangan kerja sehingga mengakibatkan tingkat kesempatan kerja cenderung menurun. Kemudian di tahun 2006-2008 tingkat penyerapan tenaga kerja mulai meningkat yaitu sebesar 89,72 menjadi 91,61 atau sekitar 102,55 juta jiwa.

4.2.2 Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor – Sektor Ekonomi

Secara terperinci gambaran perkembangan penyerapan tenaga kerja Indonesia dapat diketahui menurut lapangan pekerjaan utama dalam perekonomian. Dari grafik berikut dapat dilihat sektor – sektor apa saja yang menyerap tenaga kerja yang paling banyak dan seberapa besar pertumbuhan masing – masing sektor. Sumber: Sakernas, BPS Tabel 4.2.2.1 Jumlah Orang Yang Bekerja di Sektor-Sektor Ekonomi Berdasarkan pada data dalam tabel, terlihat bahwa sektor pertanian merupakan lapangan usaha yang mampu menyerap tenaga kerja paling besar Universitas Sumatera Utara dibandingkan dengan sektor ekonomi lainnya. Dalam periode tahun 2000-2008, rata – rata penduduk yang terserap di sektor pertanian adalah sebanyak 43,45 persen atau sekitar 40,97 juta orang. Meskipun sektor pertanian tetap dominan dalam hal jumlah unit usaha, namun kesejahteraannya kurang diperhatikan. Sektor penyerap tenaga kerja kedua adalah sektor perdagangan dan penggalian yakni rata – rata sebesar 18,68 juta pekerja atau sekitar 19,81 persen. Dengan demikian, sektor perdagangan ini mempunyai kontribusi terpenting kedua setelah sektor pertanian dan cenderung meningkat secara moderat. Hal ini dikarenakan setiap orang bebas keluar masuk pasar. Selain itu, untuk memasuki dunia dagang tidak memerlukan pendidikan dan keahlian yang tinggi. Sektor ketiga yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah sektor industri pengolahan yang mencapai rata – rata sebesar 12,53 persen atau sebanyak 11,81 juta orang per tahun. Sektor ini mempunyai kontribusi yang cenderung meningkat dan perubahannya juga relatif meningkat. Kesempatan kerja yang terendah berada pada sektor lainnya sektor pertambangan dan sektor listrik, gas dan air bersih yang rata – rata mampu menyerap 1,12 persen atau sekitar 1,05 juta orang pekerja. Dengan kata lain, sektor pertambangan dan sektor listrik, gas dan air mempunyai peranan yang paling kecil dan cenderung tidak berubah. Dalam periode ini, penyerapan tenaga kerja mengalami kenaikan rata – rata sebesar 0,6-1 setiap tahunnya. Namun pada tahun 2003 sempat mengalami penurunan sebesar 0,2. Perkembangan pada tahun terakhir ini menyebabkan meningkatnya pengangguran terbuka sekitar 9,06 persen atau sekitar 9,4 juta orang. Universitas Sumatera Utara

4.3 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia