18
d. Tarif Pajak Reklame 25
e. Tarif Pajak Penerangan Jalan 10
f. Tarif Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan 25
g. Tarif Pajak Parkir 30
h. Tarif Pajak Air Tanah 20
i. Tarif Pajak Sarang Burung Walet 10
j. Tarif Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan 0,3
k. Tarif Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan 5
2.1.3 Retribusi Daerah
Siahaan 2005, ”Retribusi Daerah adalah Pembayaran wajib dari penduduk kepada negara karena adanya jasa tertentu yang diberikan oleh negara bagi
penduduknya secara perorangan”. Undang-Undang No. 28 Tahun 2009, Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut
Retribusi, adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan danatau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk
kepentingan orang pribadi atau Badan. Jenis-jenis retribusi daerah dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009
adalah:
19
a. Retribusi Jasa Umum
Retribusi jasa umum adalah retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikanoleh pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan pemanfaatan umum
serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Jenis Retribusi Jasa Umum adalah retribusi pelayanan kesehatan, retribusi
pelayanan persampahankebersihan, retribusi penggantian biaya cetak kartu tanda penduduk dan akta catatan sipil, retribusi pelayanan pemakaman dan pengabuan
mayat, retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum, retribusi pelayanan pasar, retribusi pengujian kendaraan bermotor, retribusi pemeriksaan alat pemadam
kebakaran, retribusi penggantian biaya cetak peta, retribusi penyediaan danatau penyedotan kakus, retribusi pengolahan limbah cair, retribusi pelayanan teratera
ulang, retribusi pelayanan pendidikan dan retribusi pengendalian menara telekomunikasi.
b. Retribusi Jasa Usaha
Retribusi Jasa Usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial, karena pada dasarnya jasa tersebut dapat
disediakan oleh swasta,meliputi pelayanan dengan menggunakanmemanfaatkan kekayaan daerah yang belum dimanfaatkan secara optimal.
Jenis Retribusi Jasa Usaha adalah retribusi pemakaian kekayaan daerah, retribusi pasar grosir danatau pertokoan, retribusi tempat pelelangan, retribusi terminal,
retribusi tempat khusus parkir, retribusi tempat penginapanpesanggrahanvilla, retribusi rumah potong hewan, retribusi pelayanan kepelabuhanan, retribusi tempat
20
rekreasi dan olahraga, retribusi penyeberangan di air dan retribusi penjualan produksi usaha daerah.
c. Retribusi Perizinan Tertentu
Retribusi Perizinan Tertentu adalah retribusi atas kegiatan tertentu pemerintah daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang
dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian,dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana,
sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.
Jenis Retribusi Perizinan Tertentu adalah retribusi izin mendirikan bangunan, retribusi izin tempat penjualan minuman beralkohol, retribusi izin gangguan, retribusi
izin trayek dan retribusi izin usaha perikanan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, subjek retribusi daerah dan
wajib retribusi daerah adalah: a.
Subjek Retribusi Jasa Umum adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakanmenikmati pelayanan jasa umum yang bersangkutan. Wajib Retribusi
Jasa Umum adalah orang pribadi atau Badan yang menurut ketentuan peraturan perundangundangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi,
termasuk pemungut atau pemotong Retribusi Jasa Umum. b.
Subjek Retribusi Jasa Usaha adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakanmenikmati pelayanan jasa usaha yang bersangkutan. Wajib Retribusi
Jasa Usaha adalah orang pribadi atau Badan yang menurut ketentuan peraturan
21
perundangundangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi Jasa Usaha.
c. Subjek Retribusi Perizinan Tertentu adalah orang pribadi atau Badan yang
memperoleh izin tertentu dari Pemerintah Daerah. Wajib Retribusi Perizinan Tertentu adalah orang pribadi atau Badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-
undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi Perizinan Tertentu.
Ada tiga objek retribusi daerah menurut Undang-Undang No. 28 Tahun
2009,yaitu:
1. Objek Retribusi Jasa Umum adalah pelayanan yang disediakan atau
diberikan Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau Badan.
2. Objek Retribusi Jasa Usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh
Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial yang meliputi: a.
pelayanan dengan menggunakanmemanfaatkan kekayaan Daerah yang belum dimanfaatkan secara optimal; danatau
b. pelayanan oleh Pemerintah Daerah sepanjang belum disediakan secara
memadai oleh pihak swasta. 3.
Objek Retribusi Perizinan Tertentu adalah pelayanan perizinan tertentu oleh Pemerintah Daerah kepada orang pribadi atau Badan yang
dimaksudkan untuk pengaturan dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau
fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.
Besarnya Retribusi yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
menggunakan jasa atau perizinan tertentu dihitung berdasarkan perkalian antara tarif retribusi dengan tingkat penggunaan jasa.
Siahaan 2005, “tingkat penggunaan jasa dapat dinyatakan sebagai kuantitas penggunaan jasa sebagai dasar alokasi beban biaya yang dipikul daerah untuk
22
penyelenggaraan jasa yang bersangkutan,misalna berapa kali masuk tempat rekreasi, berapa kaliberapa jam parkir kendaraan, dan sebagainya.
Siahaan 2005,”Tarif retribusi adalah nilai rupiah atau persentase tertentu yang diterapkan untuk menghitung besarnya retribusi daerah yang terutang”.
Sesuai dengan Undang-Undang No. 28 Tahun 2009, Prinsip dan Sasaran Penetapan Tarif Retribusi ditentukan sebagai berikut:
a. Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi Jasa Umum ditetapkan
dengan memperhatikan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan masyarakat, aspek keadilan, dan efektivitas pengendalian atas
pelayanan tersebut.
b. Prinsip dan sasaran dalam penetapan besarnya tarif Retribusi Jasa Usaha
didasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak. c.
Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi Perizinan Tertentu didasarkan pada tujuan untuk menutup sebagian atau seluruh biaya
penyelenggaraan pemberian izin yang bersangkutan.
2.1.4 Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Umun DAU dialokasikan berdasarkan persentase tertentu dari
pendapatan dalam negeri neto yang ditetapkan dalam APBN. Menurut Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2005 Tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat
dan Daerah, Dana Alokasi Umum merupakan salah satu komponen di dalam Dana Perimbangan di APBN yang pengalokasiannya didasarkan atas formula dengan
konsep kesenjangan fiskal
fiscal gap
. DAU suatu daerah ditentukan atas besar kecilnya celah fiskal suatu darah, yang merupakan selisih anatara kebutuhan daerah
fiscal need
dan potensi daerah
fiscal capacity
.
23
DAU merupakan transfer yang bersifat umum
block grant
yang diberikan kepada semua kabupaten dan kota untuk mengisi kesenjangan antara kapasitas dan
kebutuhan fiskalnya dan didistribusikan dengan formula berdasarkan prinsip-pinsip tertentu yang secara umum mengindikasikan bahwa daerah miskin dan terbelakang
harus menerima lebih banyak dari pada daerah kaya. Dana Alokasi Umum bersifat unconditional atau tidak memiliki syarat dalam penggunaannya sehingga bisa
dialokasikan sesuai dengan kebutuhan daerah. DAU untuk suatu daerah ditetapkan berdasarkan kriteria tertentu yang
menekankan pada aspek pemerataan dan keadilan yang selaras dengan penyelenggaraan urusan pemerintahan yang formula dan perhitungan DAU-nya
ditetapkan sesuai Undang-Undang pasal 161. Alokasi DAU bagi daerah yang potensi fiskalnya besar tetapi kebutuhan fiskal kecil akan memperoleh alokasi DAU
relatif kecil. Sebaliknya, daerah yang potensi fiskalnya kecil, namun kebutuhan fiskal besar akan memperoleh alokasi DAU relatif besar. Secara impilisit, prinsip tersebut
menegaskan fungsi DAU sebagai faktor pemerataan kapasitas fiskal.
2.1.5 Dana Alokasi Khusus