7
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Di era globalisasi seperti sekarang ini mutlak menuntut seseorang untuk membekali diri dengan ilmu pengetahuan agar dapat bersaing dan mempertahankan
diri dari semakin kerasnya kehidupan dunia dan dari berbagai tantangan yang mau tidak mau harus dihadapi. Melalui pendidikanlah seseorang dapat memperoleh ilmu
pengetahuan yang mereka butuhkan baik melalui pendidikan formal maupun non formal.
Pendidikan bagi umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus di penuhi sepanjang hayat. Pendidikan merupakan hal terpenting bagi setiap umat
manusia. Setiap orang wajib memiliki pendidikan. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan cita-cita untuk
maju, sejahtera, dan bahagia. Pendidikan merupakan hal terpenting dan merupakan suatu kebutuhan hidup sehingga manusia dapat beradaptasi dengan sesama, baik itu
dengan lingkungan sekitar maupun lingkungan luas pada saat perkembangan pada saat sekarang ini.
Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa ke
Tuhan Yang Maha Esa, serta berbudi luhur, memiliki pengetahuan, keterampilan, dan rasa tanggungjawab. Pendidikan menjadi salah satu kebutuhan pokok manusia
yang harus dipenuhi, yang mempunyai tujuan tinggi dari sekedar untuk tetap hidup, sehingga manusia menjadi lebih terhormat dan mempunyai kedudukan yang lebih
Universitas Sumatera Utara
8 tinggi daripada yang tidak berkependidikan. Pendidikan bertujuan untuk terus
menerus mengadakan perubahan dan pembaharuan. Bagi bangsa yang ingin maju pendidikan merupakan suatu kebutuhan. Sama
dengan kebutuhan perumahan, sandang, dan pangan. Bahkan ada bangsa atau yang terkecil adalah keluarga, pendidikan merupakan kebutuhan utama. Artinya mereka
mau mengurangi kualitas perumahan, pakaian bahkan makanan dalam melaksanakan pendidikan anak-anaknya. Begitu juga sebuah Negara hendaknya lebih
memperhatikan kebutuhan akan pendidikan. Keluarga merupakan masyarakat terkecil yang meliputi orangtua dan orang
yang tinggal serumah merupakan pusat pendidikan pertama dan utama. Orangtua merupakan inti dalam keluarga adalah tanggung jawab utama pendidikan anaknya.
Untuk meningkatkan pendidikan seorang anak maka salah satu faktor yang mendukung pendidikan anak tersebut adalah orang tuanya sendiri. Orang tua
merupakan orang yang pertama sekali di jumpai oleh seorang anak ketika anak tersebut pertama sekali hadir di dunia ini. Orang tua merupakan faktor pertama
dalam perkembangan anak. Orang tua tidak hanya membantu seorang anak, hanya dalam masalah biaya saja dalam pendidikannya tetapi juga dalam hal motivasi,
dukungan dan kontrol. Ini semua merupakan hal yang sangat penting dalam pendidikan anak. Orang tua memiliki peranan penting dalam pengembangan kualitas
pendidikan dan tenaga kerja yang sesuai dengan tuntutan kesempatan yang ada. Orang tua merupakan salah satu penunjang yang penting dalam pendidikan
informal anak. Anak-anak mengalami pendidikan informal dalam keluarga dengan
Universitas Sumatera Utara
9 pembentukan kebiasaan sesuai dengan nilai-nilai yang dianut oleh orang tua.
Pendidikan informal yang baik akan sangat menunjang pendidikan informalnya. Masalah kondisi sosial ekonomi dan harapan masa depan anak dari orangtua
pada akhirnya akan menimbulkan masalah bagi orangtua untuk menentukan alternatif pilihan terhadap kelanjutan sekolah anak–anaknya. Kedua masalah
tersebut diatas merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi motivasi anak untuk melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi.
Pandangan sudah sekaligus merupakan penilaian. Orientasi nilai yang ada pada masyarakat akan berbeda-beda. Umpamanya apakah orang tua memperhatikan
anak-anak dan mendidik mereka agar bersikap bebas dalam mengambil tindakan- tindakan dan inisiatif, atau anak dilihat sebagai harapan masa depan keluarga. Khal
berpendapat bahwa ada orang tua yang menginginkan anak-anak mereka berusaha mencari taraf hidup yang lebih baik, dan ada yang puas dengan cara hidup mereka
yang sekarang Robinson, 1986. Memberikan motivasi kepada anak agar dia mau mempelajari pola-pola
tingkah laku yang diajarkan kepadanya merupakan hal yang penting. Motivasi mana yang lebih dominan yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya dalam setiap
masyarakat berbeda-beda. Dalam pemberian motivasi ini dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan orang tua dimasa lampau serta latar belakang kebudayaan.
Dalam masyarakat Batak Toba mengenal tiga nilai yaitu hamoraon, hasangapon, hagabeon kekayaan, kehormatan dan kebahagiaan. Ketiga hal ini
merupakan tujuan hidup dalam masyarakat Batak Toba. Kekayaan hamoraon adalah segala sesuatu yang dimiliki oleh seseorang, berupa kekayaan terhadap harga
Universitas Sumatera Utara
10 diri, kekayaan memiliki anak dan kekayaan memiliki harta. Tanpa anak akan merasa
tidak kaya walaupun banyak harta seperti diungkapkan bahwa: Anakkon Hi Do Hamoraon Di Ahu anakku adalah harta yang paling berharga bagi saya adalah
ungkapan suku bangsa Batak Toba untuk menyatakan bahwa anak adalah harta tertinggi baginya. Pada masyarakat suku Batak Toba harta benda tidak selalu
menjadi tolak ukur kesuksesan seseorang, tetapi kejayaan, pendidikan yang tinggi dan kemakmuran anak-anak mereka yang menjadi tolak ukur kesuksesan mereka.
Anak, bagi orang Batak, merupakan harta yang paling berharga, kehormatan, sekaligus kekayaan bagi orangtuanya. Orang tua menginginkan anak yang lahir itu
rajin bekerja dan bijaksana, menjadi panutan atau teladan bagi masyarakat. Itulah sebabnya orang tua menyekolahkan anaknya setinggi-tingginya. Segala upaya dapat
dilakukan untuk dapat membiayai pendidikan anak. Mereka akan bekerja siang dan malam demi untuk anak-anaknya, untuk itu
segala pikiran, tenaga serta harga diri senantiasa dikorbankan demi anak-anaknya. Keluarga yang mempunyai anak berhasil dalam sekolah dan pekerjaan keberhasilan
orang tua yang telah bersusah payah membesarkannya, mereka merupakan kebanggaan orang tua sekaligus harta yang dibanggakan oleh orang tua.
Kebahagiaan hagabeon itu adalah kebahagiaan dalam keturunan yang biasanya di ucapkan pada saat upacara pernikahan ungkapan yang mengharapkan
agar kelak pengantin baru dikaruniai putra 17 dan putri 16.yang artinya keturunan memberikan harapan hidup, karena keturunan itu memberikan suatu kebahagiaan
yang tak ternilai bagi orang tua, keluarga dan kerabat.
Universitas Sumatera Utara
11 Kehormatan hasangapon adalah suatu kedudukan seseorang yang dimiliki
di dalam lingkungan masyarakat, yang biasanya status perolehan melalui proses belajar. Apabila sudah mamora, gabe dan di hargai dalam masyarakat maka
diartikan ia telah memiliki hasangapon. Anak adalah sumber kehormatan hasangapon dalam keluarga. Semakin tinggi tingkat pendidikan anak-anak suatu
keluarga, semakin dianggap terpandang hasangapon keluarga tersebut dalam masyarakatnya. Anak-anak yang berhasil menyelesaikan pendidikan tinggi
merupakan harta yang tak ternilai harganya bagi orang tua dan membuat keluarga itu terpandang hasangapon.
Menurut Irianto1995 dalam perkembangannya yang sekarang bahwa orang Batak Toba memandang bahwa jalan tercapainya nilai hamoraon, hagabeon, dan
hasangapon adalah melalui pendidikan. Oleh karena itu orang Batak Toba sangat menganggap penting nilai pendidikan bagi anak. Berdasarkan hasil penelitian
Irmawati 2008 keberhasilan di bidang pendidikan adalah bila seseorang dapat menyelesaikan pendidikan hingga tingkat pendidikan tinggi dan berhasil meraih
gelar sarjana. Meskipun orang Batak mayoritas bermata pencaharian pertanian dengan kehidupan yang sederhana tetapi untuk masalah pendidikan anak orang tua
menunjukkan aspirasi yang tinggi. Orang tua tidak memperdulikan penampilan ia bekerja diladang mulai dari pagi sampai petang
Berdasarkan penelitian yang di lakukan oleh Irmawati yang memperlihatkan bahwa suku Batak meletakkan pendidikan sebagai hal mutlak dan utama dalam
kehidupan mereka sesuai dengan nilai-nilai yang mereka kandung. Konsep ini merupakan wujud dari kebudayaan sebagai ide dan gagasan yang terus terwarisi dan
Universitas Sumatera Utara
12 mendarah daging bagi masyarakat. Bekerja sebagai petani mempunyai tujuan yang
luhur dalam hidupnya untuk memperoleh kekayaan, kehormatan dan kebahagiaan. Aritonang 2008 mengatakan bahwa baik yang tinggal di kota maupun di
kampung-kampung, orang Batak akan mengerahkan kemampuan finansialnya untuk pendidikan anak-anaknya. Orang Batak juga berusaha menjaga keseimbangan antara
pendidikan di sekolah dan pendidikan dalam keluarga. Melalui pendidikan keluarga itulah nilai-nilai kerja keras, pantang menyerah, dan keuletan ditanamkan.
Namun hal ini tidak selamanya menjadi sesuatu hal yang mutlak terjadi. Seperti suatu realita yang ada di desa Parbaba yang mana sebuah keluarga yang
memiliki tingkat ekonomi yang memadai tidak mendukung pendidikan anak tersebut. Dimana seorang anak yang memiliki keinginan tinggi untuk melanjutkan
pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi mengalami kendala dari kedua orang tuanya.
Desa pada umunya merupakan daerah pertanian. Masyarakat di desa pada umumnya bergantung kepada sektor pertanian. Sistem pertanian masyarakat desa
dominan sangat vital artinya bagi kehidupan mereka. Sistem pertanian bagi mereka merupakan cara bagaimana mereka dapat hidup. Sistem pertanian adalah identik
dengan sistem perekonomian mereka. Desa Parbaba merupakan desa yang mayoritas mata pencaharian
penduduknya adalah bertani. Mereka lebih di kenal dengan bercocok tanam denagn tanaman bawang. Menanam bawang sudah merupakan tanaman yang sudah lama di
kerjakan oleh para penduduk di desa ini dan sudah mendarah daging.
Universitas Sumatera Utara
13 Hingga akhir tahun 2002 di Pangururan, sebagai kecamatan terbesar di
Kabupaten Samosir pendapatan asli daerah lebih kurang dari sepuluh juta ribu rupiah. Di tambah lagi akhir-akhir ini kehidupan petani di kecamatan ini termasuk
desa Parbaba sebagai daerah petani bawang, mengalami gagal panen bawang merah. Di tahun 2002 gagal panen sudah mulai terjadi didaerah ini. Cuaca yang tidak
menentu yang terjadi secara terus menerus menerjang daerah ini membuat tanaman bawang para petani hancur. Tanaman bawang yang mereka tanam sudah tidak lagi
sebagus dulu. Semenjak gagal panen terjadi di desa ini para petani mencoba untuk
menanam tanaman tomat, cabai, jagung, dan ubi. Namun tidak semua petani berhasil karena modal yang terbatas, pengetahuan mengenai tanaman hortikultura yang
kurang dan mahalnya harga obat-obatan. Mereka beranggapan bahwa bertani bawang lebih mudah dan tidak terlalu sulit. Semenjak gagal panen terjadi lahan-
lahan yang dulunya diolah sekarang berubah menjadi lahan kosong. Menurut orang tua yang tinggal di desa Parbaba mengatakan bahwa pada
tahun kira-kira 1980 an jumlah anak yang melanjutkan pendidikan khususnya orang tua yang bekerja sebagai petani tidaklah begitu banyak kira-kira hanya 2-5 orang
saja dan selebihnya langsung merantau. Pada tahun 1990 anak yang melanjutkan pendidikan sampai ke jenjang yang lebih tinggi kurang lebih 4-8 orang dan pada
tahun 2001 kurang lebih 8-10 orang, pada tahun 2002 sampai sekarang tingkat anak yang melanjutkan pendidikan sampai ke jenjang yang lebih tinggi terus meningkat
baik yang kuliah di perguruan tinggi negeri maupun di perguruan tinggi swasta dan
Universitas Sumatera Utara
14 tidak ada perbedaan antara orang tua yang bekerja sebagai pegawai dengan orang tua
yang bekerja sebagai petani untuk pendidikan anak kurang lebih 30 an. Dari hal diatas dapat di lihat bahwa kondisi ekonomi yang semakin menurun
tidak menjadi penghalang bagi orang tua untuk tidak menyekolahkan anak sampai ke jenjang yang lebih tinggi. Keadaan ekonomi orang tua baik yang memiliki
keadaan ekonomi rendah, sedang, tinggi tidak memiliki suatu pengaruh yang mutlak untuk menyekolahkan anak sampai ke jenjang yang lebih tinggi. Hal ini dapat dilihat
dari orang tua yang masih dapat dikatakan lebih baik keadaan ekonominya justru tidak mengiginkan anaknya untuk melanjutkan pendidikan sampai ke jenjang yang
lebih tinggi. Bagi orang tua yang hanya menyekolahkan anaknya sampai jenjang SMA
saja pada umumnya anaknya pergi merantau keluar daerah. Kebanyakan mereka bekerja sebagai pedagang, sebagai petani di daerah perkebunan. Ada juga orang tua
yang memberikan hak sepenuhnya kepada keluarganya yang sudah terlebih dahulu merantau. Selain merantau ada juga yang tinggal di kampung halaman dan mereka
bekerja membantu pekerjaan orang tuanya dan juga sebagai buruh tani disamping mengolah lahan sendiri.
Gagal panen yang terjadi di desa ini tidak hanya terjadi dalam satu kali panen tetapi terjadi beruntun, kira-kira sudah ada lebih kurang dari enam tahun gagal
panen melanda desa ini. Meskipun hal itu terjadi, tidak mengurungkan niat para orang tua disini untuk menyekolahkan anaknya sampai ke jenjang yang lebih tinggi.
Dengan keadaan gagal panen tetapi masih ada keluarga yang menyekolahkan anaknya sampai ke jenjang yang lebih tinggi. Dan sudah ada yang menjadi seorang
Universitas Sumatera Utara
15 sarjana. Namun tidak semua keluarga yang melakukan hal tersebut, seperti keluarga
yang diatas.
1.2 Perumusan Masalah