Profil Informan Pandangan Petani Yang Mengalami Gagal Panen Di Desa Parbaba Samosir Terhadap Kelanjutan Pendidikan Anak

77 BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Profil Informan

1. Ibu R br Situmorang Ibu R br Situmorang seorang ibu yang sudah beusia 63 tahun. Suami ibu ini sudah meninggal dan sudah ibu ini sudah menjada selama tujuh tahun. Ibu R br Situmorang seorang ibu yang pendidikan terakhirnya adalah tidak tamat kelas tiga SD. Ibu ini memiliki lima orang anak. tiga orang anak laki-laki dan dua orang anak perempuan. Semua anak ibu ini menempuh jenjang perkuliahan. Dua diantaranya tamatan dari USU, satu tamatan dari universitas swasta di kota Medan, satu tamatan dari Universitas di Surabaya, dan satu lagi sedang mengikuti perkuliahan di salah satu Universitas negeri di Surabaya. Lahan yang di miliki dan di kelola ibu ini seluas kira-kira 8 rante yang di perolehnya dari tanah warisan. Dalam sehari itu ibu Tumorang bekerja di ladang pada saat sekarang ini bekerja sendiri dan juga terkadang menggunakan tenaga upahan yang di gaji perhari. Penghasilan perbulannya tidak menentu kira-kira Rp 1.000.000. Ibu R Situmorang menanggung sepenuhnya biaya kebutuhan hidup dan biaya pendidikan anak-anaknya, baik itu selama suaminya masih hidup dan sampai suaminya meninggal. Tapi sekarang sudah agak ringan karena anaknya sudah ada yang lulus kuliah dan menikah meskipun masih ada anaknya yang masih kuliah. Uang bulanan sekolah anaknya perbulannya sebesar Rp.500.000. Universitas Sumatera Utara 78 Ibu R Situmorang menganggap bahwa anak itu merupakan suatu kebanggaan bagi dirinya terlihat jelas dengan semangat ibu ini untuk menyekolahkan anaknya sampai keperguruan tinggi. Dalam kesehariannya ibu ini tidak pernah terlalu mengekang anak-anaknya. Ibu ini memberikan kebebasan untuk bergaul dengan sesama temannya, nasehat-nasehat selalu di berikan oleh ibu ini untuk menjaga agar anaknya tidak salah dalam bergaul. Sedangkan dalam nilai agama beliau memberikan pemahaman tentang agama, dan menganjurkan anggota keluarganya untuk selalu berpegang teguh pada nilai-nilai agama dan patuh pada semua ajaran agamanya. Dalam menyikapi pendidikan anak, ibu ini selalu melakukan pemahaman akan pentingnya pendidikan anak itu, terlihat dari kerja keras dan apa saja akan dilakukan oleh ibu ini untuk pendidikan anaknya, sebagai orang tua ibu ini menunjukkan bahwa ia rela berkorban apa saja demi anak. Dalam pendidikan anak ibu ini tidak pernah membedakan antara anaknya yang perempuan dengan anaknya yang laki-laki. Ibu ini selalu peduli untuk memenuhi kebutuhan hidup dan juga kebutuhan pendidikan anaknya. Bekerja mulai dari pagi sampai sore hanya demi untuk pendidikan anak. Ibu ini juga memiliki ternak dan juga tidak pernah malu untuk meminjam uang baik itu kepada tetangga atau kepada renteiner hanya untuk pendidikan anaknya. 2. Ibu A Sijabat Ibu A Sijabat berumur 43 tahun, seorang ibu rumah tangga. Ibu ini seorang ibu rumah tangga yang memiliki pendidikan terkahir tidak tamat dari SD dan hanya Universitas Sumatera Utara 79 sampai kelas tiga SD. Ibu ini sudah menikah dengan seorang laki-laki yang sering di sebut dengan bapak Andiko Sihaloho dan memiliki anak sebanyak enam orang. Tiga orang perempuan dan tiga orang laki-laki. Satu orang telah kuliah semester tiga di salah satu universitas negeri di Medan. Satu orang sedang duduk di kelas dua SMA, dua orang duduk di kelas satu dan dua SMP, satu orang kelas lima SD, dan satu orang lagi belum sekolah. Luas lahan yang di kelola ibu ini sebesar 15 rante, dan penghasilan perbulannya kurang lebih Rp.2.000.000 perbulannya dan itupun tidak menentu kadang lebih kadang kurang. Lahan yang di kelola oleh keluarga ibu A Sijabat merupakan lahan warisan. Dalam sehari keluarga ibu A Sijabat bekerja di ladang kira-kira delapan jam. Biaya bulanan anaknya perbulan itu kira-kira Rp. 700.000. Ibu A Sijabat dalam kesehariannya selalu memberikan nasehat supaya anaknya rajin bekerja dan belajar. Pendidikan anak itu bagi ibu ini adalah sesuatu yang sangat penting karena melalui pendidikan itu akan dapat merubah hidup dimasa yang akan datang. Dalam pendidikan agama ibu ini selalu menanamkan nilai agama agar anaknya tidak lupa untuk berdoa. Ibu ini rela berkorban untuk pendidikan dan juga biaya kjebutuhna sehari-hari terlihat dari semangat bekerja keluarga ibu ini, dua dari anaknya bertenun dan ibu ini juga bertenun untuk menambah penghasilan keluarga. 3. Bapak M Sihaloho Bapak M Sihaloho berumur 58 tahun dan sudah menikah dengan ibu Saragi. Memiliki enam orang anak, dua anak laki-laki dan empat orang anak perempuan. Universitas Sumatera Utara 80 Pendidikan terakhir beliau adalah tamatan SMP. Dari ke-enam anaknya dua orang telah sarjana, satu orang tamatan dari salah satu perguruan tinggi negeri di Medan, dan satu orang tamatan dari salah satu perguruan tinggi swasta di Medan. dan dua orang sedang menjalani perkuliahan di perguruan tinggi negeri di kota Medan, dua orang lagi duduk di kelas satu dan dua SMP. Luas lahan yang di kelola oleh keluarga bapak M Sihaloho sebesar 10 rante, lahan tersebut merupakan lahan warisan dan juga lahan keluarga. Dalam sebulan itu penghasilan yang di dapat tidak menentu dan tidak bisa di perkirakan. Bapak ini merupakan orang yang sangat bekerja keras terlihat dari jam kerja dalam satu hari dan juga dia bekerja di ladang hanya seorang diri dan menunggu anaknya pulang dari sekolah. Istri bapak ini tidak mampu lagi untuk ikut serta bekerja di ladang dan hanya bekerja di rumah saja. Dalam sehari bapak ini bekerja di ladang dari jam enam pagi sampai jam dua siang dan balik lagi dari jam tiga sampai jam setengah tujuh. Kadang bapak ini siang hari tidak pulang dan langsung membawa bekal makan siang. Penghasilan bapak ini perbulannya tidak menentu, diperkirakan kira-kira Rp. 1.500.000. Perbulannya bapak ini memberikan Rp. 800.000 untuk dua orang anaknya yang sedang kuliah dan itupun kadang kurang dari delapan ratus ribu rupiah. Dalam kesehariannya bapak ini tidak pernah lupa untuk memberikan nasehat-nasehat kepada anak-anaknya untuk selalu rajin bekerja dan belajar. Bapak ini selalu menerapkan disiplin kepada anaknya. Beliau juga memberikan kebebasan kepad anak-anaknya untuk menyalurkan hobi anak-anaknya, misalnya anaknya hobi bola bapak ini tidak pernah melarangnya, dan juga bapak ini mengatakan bahwa anaknya pernah mengikuti perlombaan renang sekabupaten samosir dan Universitas Sumatera Utara 81 mendapatkan juara dua hal itu sangat membanggakan bagi bapak ini. Tetapi bapak ini juga selalu mengawasi anaknya supaya kebebasan yang diberikan kepada anaknya tidak kelewat batas. Sedangkan dalam nilai agama beliau memberikan pemahaman tentang agama, dan menganjurkan anggota keluarganya untuk selalu berpegang teguh pada nilai-nilai agama dan patuh pada semua ajaran agamanya. Beliau akan marah jika anaknya tidak pergi ke gereja. Dalam penilaian untuk pendidikan anak, bapak ini mengaku bahwa penididikan anak itu meruapkan sesuatu yang sangat penting. Dan itu di dukung dengna semangat bapak ini untuk melakukan segala pekerjaan hanya untuk pendidikan anaknya. Bapak ini juga memiliki pekerjaan sampingan seperti ternak babi, ternak ayam, ternak bebek dan juga mencoba untuk menanam tanam cabe meskipun pengetahuan bapak ini kurang untuk tanaman cabe. Semua yang dilakukan itu hanya untuk kebutuhan anaknya. 4. Bapak A Sihaloho Bapak A Sihaloho berumur 56 tahun, pendidikan terakhir tamatan SMP, sudah menikah dengan ibu M Simarmata. Dari perkawinan mereka sudah memiliki enam orang anak. Empat orang laki-laki dan dua orang perempuan. Dua dari bapak sedang mengikuti perkuliahan di salah satu perguruan tinggi negeri dan swasta. Satu orang anaknya menganggur setelah tamat dari SMA karena ingin melamar diangkatan tetapi belum jebol. Satu orang duduk di kelas satu SMA dan satu lagi sedang mengemban sekolah di kelas satu SMP. Luas lahan yang di kelola bapak ini kira-kira 15 rante. Selain bertani bapak ini juga membuka warung kopi sebagai Universitas Sumatera Utara 82 pekerjaan sampingannya. Dalam sehari itu bapak ini dapat dikatakan bekerja di ladang kira-kira 5 jam dalam sehari. Penghasilan perbulan bapak ini diperkirakan Rp. 2.000.000. Dalam sebulan itu pengeluaran yang di berikan bapak ini kepada anaknya yang sedang kuliah sekitar Rp.800.000 dalam sebulan. Bapak A Sihaloho menanggung sepenuhnya kebutuhan hidup dan juga biaya pendidikan anak-anaknya. Dalam menyikapi pendidikan anak, ditunjukkan dengan adanya pemahaman terhadap pentingnya pendidikan sehingga sebagai orangtua beliau rela berkorban apa saja demi anak dan memberikan nasehat yang memotivasi anak belajar dengan rajin. Beliau tidak pernah membeda-bedakan antara anak laki- laki dan perempuan dalam memberi kasih sayang dan pendidikan. 5. Ibu R Sihaloho Ibu R Sihaloho seorang ibu rumah tangga yang sudah berumur 57 tahun. Membentuk rumah tangga dengan bapak Sigalingging. Dari perkawinan mereka sudah di karuniai delapan orang anak. Dua orang anaknya sudah menikah, satu orang menjadi angkatan, dua orang sudah lulus D3, satu orang sedang kuliah di salah satu universitas swasta di Kalimantan, dan satu orang lagi sedang duduk di kelas dua SMP. Luas lahan yang di kelola oleh ibu ini tidak begitu luas tetapi suaminya kadang bekerja sebagai tukang. Lahan yang di kelola merupakan lahan warisan yang dari orang tuanya dan tidak begitu luas. Tetapi dia mengolah lahan orang lain yang juga masih saudaranya dengan tanpa bayaran sewa. Dalam sehari itu keluarga ibu ini bekerja di ladang jika di totalkan dalam satu hari itu sekitar enam jam. Kalau musim tanam dan musim panen akan lebih lama lagi tergantung Universitas Sumatera Utara 83 pekerjaan yang di kerjakan di ladang. Penghasilan perbulannya kira-kira Rp. 1.500.000. Biaya perbulannya yang diberikan ibu ini kepada anaknya yang sedang kuliah Rp. 500.000 perorang, ibu ini juga mendapatkan bantuan dari keluarganya. Anaknya yang kuliah di Kalimantan mendapat bantuan biaya dri abangnya. Dalam partisipasinya terhadap pendidikan anak, ditunjukkkan dengan adanya pemahaman terhadap pentingnya pendidikan sehingga sebagai orangtua beliau rela berkorban apa saja demi kemajuan anak, berusaha memenuhi kebutuhan dan biaya sekolah dari penghasilannya sebagai petani. Ibu ini selalu memberikan nasehat-nasehat kepada anak-anaknya supaya tetap semangat belajar. Sedangkan dalam pendidikan agama ibu ini selalu menerapkan agar selalu berdoa, tetapi terlihat bahwa ibu ini tidak begitu memaksakan supaya anaknya kegerja setiap minggunya. 6. Bapak R Naibaho Bapak R Naibaho merupakan kepala rumah tangga dengan umur 57 tahun. Sudah menikah dengan ibu T Sihaloho. Pendidikan terakhir bapak ini adalah tidak tamat SD. Bapak in memiliki tiga orang anak, satu ornag laki-laki dan dua orang perempuan. Satu orang telah menikah dan tinggal terpisah dengan mereka, dua orang telah bekerja sebagai pedagang di Lampung. Dari ke-tiga anak bapak ini tidak ada seorang pun ynag melanjutkan pendidikannya sampai ke jenjang yang lebih tinggi. Keluarga ibu ini merupakan keluarga yang dapat di dikatakan tidak begitu susah. Ibu ini sudah tinggal di rumahnya sendiri yang tanah di beli sendiri dan rumahnya sudah permanen. Luas lahan yang di kelola oleh bapak ini bekisar 1 ha. Dan dia juga memiliki tanaman lain selain menanam bawang yaitu tanamn kopi. Universitas Sumatera Utara 84 Lahan yang mereka kelola merupakan lahan milik warisan dari keluarga istrinya. Perbulannya ibu ini berpenghasilan kurang lebih Rp. 2.000.000, tetapi ini tidak tentu kadang turun dan kadang lebih. Dalam penilaiannya dengan pendidikan anak, menurut bapak ini anak itu tidak perlu sekolah sampai tinggi-tinggi karena pada akhirnya juga akan mengangur. Menurutnya anak itu sudah cukup sekolah sampai SMA saja. Bapak ini selalu memberikan semangat supaya anaknya bekerja keras terlihat bahwa sepulang anaknya dari sekolah langsung keladang. Tetapi untuk pendidikan anak tidak perlu terlalu tinggi-tinggi. 7. Ibu M Simarmata Ibu ini seorang ibu rumah tangga ynag sudah menjanda selama 5 tahun lebih. Usia ibu ini pada saat sekarang ini 54 tahun. Ibu ini memiliki lima orang anak. Tiga orang laki-laki dan dua orang perempuan. Satu orang sudah menikah dan tamatan bidan dari Sari Mutiara, dua orang telah bekerja di Riau dan Jakarta. Satu orang tinggal di kampung yang kadang bekerja dan kadang tidak. Satu orang lagi bekerja di Medan. Setelah ibu suami ibu ini meninggal semangat kerjanya menurun. Anaknya yang paling kecilpun tidak di perbolehkan untuk melanjutkan pendidikan dengan alasan tidak ada uang, tetapi semangat dan bujukan dari kakaknya sehingga ibu ini mengijinkan anaknya paling kecil bisa kuliah D1. Dari kelima anaknya hanya satu orang yang kuliah dan yang lainnya lagi tidak melanjutkan pendidikannya. Luas lahan yang di kelola ibu ini pada saat sekarang ini semenjak suaminya meninggal kira-kira 5 rante. Universitas Sumatera Utara 85 Penilaian untuk pendidikan anak, ibu ini mengaku bahwa pendidikan itu merupakan sesuatu yang sangat penting. Tetapi untuk menyekolahkan anak sampai keperguruan tinggi ibu ini mengaku bahwa tidak mampu karena semenjak suami ibu ini meninggal semangat kerjanya berkurang. Anaknya yang paling kecil hanya sampai D1 untuk melanjutkan pendidikannya ibu ini merasa enggan. 8. Ibu Sinabutar Ibu Sinabutar merupakan istri dari mantan kepala desa. Ibu ini berumur 54 tahun. Memiliki delapan orang anak. Satu orang telah menikah, satu orang telah bekerja sebagai pedagang di Bandung, satu orang baru lulus SMA, dan dua orang kelas satu SMA, dan kelas dua SMA, satu orang kelas dua SMP, satu orang kelas enam SD dan satu orang kelas empat SD. Luas lahan yang dimiliki ibu ini sekitar 15 rante dan semua lahannya di kerjakan sendiri oleh keluarga. Penghasilan perbulan itu tidak menentu. Lahan merupakan lahan warisan keluarga. Penilaian akan pendidikan anak-anaknya ibu ini mengaku bahwa pendidikan itu merupakan sesuatu yang penting tetapi karena jumlah anak yanga banyak ibu ini merasa bahwa tidak mampu untuk menyekolahkan anaknya. Dia berharap kelak anaknya yang paling besar mampu untuk menyekolahkan adek-adeknya. Selain itu juga ibu ini berharap kelak dia mampu untuk menyekolahkan anaknya sampai keperguruan tinggi karena dia merasa malu karena tidak memiliki anak yang kuliah. Hal itu terlihat bahwa sekarang ini semangat ibu dan suaminya sangat tinggi untuk bekerja selain petani suami ibu ini juga mencoba untuk menjadi seorang nelayan. 9. Bapak Manik Universitas Sumatera Utara 86 Seorang suami yang berumur 52 tahun yang sering disebut bapak jenggot karena memilki janggut yang panjang. Mempunyai seorang istri yang juga bekerja sebagai petani dan juga bertenun. Pendidikan terakhir bapak ini hanya tamatan SMP dan ibu ini tidak tamat SD. Memiliki tujuh orang anak, anak yang paling sulung telah menikah dan dulunya kuliah di POLMED Medan dan sekarang tinggal di Riau bersama suaminya, dua orang kuliah di perguruan sawata di medan dan satu orang sedang duduk di bangku SMA, dua orang duduk di bangku SMP dan satu orang lagi duduk dibangku SD. Luas lahan ibu ini sekitar 1 ha. Lahan yang sedang dia kerjakan sekarang merupakan lahan warisan dari suaminya. Selain tanaman bawang ibu ini juga memiliki tanaman kopi. Pemahaman akan pendidikan anak, menurut bapak ini bahwa pendidikan anak itu merupakan sesuatu yang sangat penting, terlihat dari meskipun di sekitar rumah bapak ini tidak ada yang melanjutkan pendidikan anaknya sampai keperguruan tinggi tetapi bapak ini tetap melanjutkan pendidikan anaknya terlihat sudah ada yang tamat kuliah. Semangat kerja keras bapak ini hanya untuk pendidikan anaknya. Bekerja mulai dari pagi sampai sore, dengan jarak ladang yang jauh dari rumah tidak mengurungkan niat bapak ini untuk tetap semangat. Istrinya juga bekerja tambahan yaitu bertenun ulos. Nasehat-nasehat selalu menjadi santapan bapak ini untuk anak-anaknya agar anaknya rajin belajar. 10. Ibu R Sinurat Ibu R Sinurat berumur 43 tahun. Suaminya bapak S Simanihuruk juga merupakan petani dan juga kadang-kadang bekerja sebagai nelayan. Pendidikan Universitas Sumatera Utara 87 terakhir ibu ini adalah tamatan SMA. Dari hasil pernikahannya ibu ini memiliki enam orang anak. Tiga laki-laki dan tiga perempuan. Satu orang sedang kuliah di perguruan tinggi negeri di Medan, satu orang duduk di bangku kelas dua SMA, satu orang kelas satu SMP, satu orang kelas lima SD, kelas empat SD dan kelas dua SD. Luas lahan yang mereka kelola sekitar 10 rante. Sebagian besar lahan yang mereka kelola merupakan lahan keluarganya dan bukan lahan warisan. Lahan yang dia kelola saat ini tidak satupun membayar sewa tanah. Lahan yang di kelola di kerjakan sendiri bersama suami dan anak-anaknya mulai dari musim tanam sampai pada saat memanen. Dalam satu hari itu keluarga ibu ini kira-kira bekerja di ladang sekitar setengah hari. Selain bertani ibu ini juga memiliki ternak babi dan ternak kerbau yang merupakan milik orang lain. Dalam sebulan itu penghasilan ibu ini tidak menentu kira-kira Rp. 1.500.000. Dalam sebulan itu biaya yang dikeluarkan ibu ini untuk anaknya yang sedang kuiah sebesar Rp. 600.000. Dalam aspirasinya tentang pendidikan anak ditunjukkan dengan adanya pemahaman terhadap pentingnya pendidikan. Ibu ini menganggap bahwa pendidikan anak itu merupakan sesuatu yang penting. Ibu R Sinurat harus menanggung semua biaya kebutuhan dan sekolah anaknya dengan suaminya, dengan hasil bekerja sebagai petani dan juga memiliki ternak, ibu R Sinurat merasa cukup membiayai hidup keluarga. Ibu ini mempunyai partisipasi cukup tinggi untuk pendidikan anaknya yang ditunjukkan dengan usahanya menjadi petani, dengan usahanya sebagai petani dan juga ternak dan terkadang ibu ini mau membajak ladang orang, ibu ini berusaha memenuhi kebutuhan dan biaya sekolah. Dalam memberikan pemahaman tentang agama ibu R selalu mengajarkan untuk berpegang teguh pada Universitas Sumatera Utara 88 nilai agama dan, menanamkan nilai agama yang kuat. Ibu ini menganjurkan supaya anaknya ikut kegiatan remaja di gereja. 11. Ibu br Harahap Ibu Harahap yang sering di sebut dengan ibu Teresia berusia 35 tahun. Pendidikan terakhir ibu ini adalah tamatan SMA. Sebelum menikah ibu ini bekerja di sebuah perusahaan di kota medan. Dan setelah menikah ibu tinggal di Parbaba dan bekerja sebagai petani. Ibu ini menikah dengan bapak R Sihaloho yang merupakan tamatan dari ITB tetapi karena bapak ini sakit sehingga tinggal dan bekerja sebagai petani di Parbaba. Ibu ini memiliki empat orang anak dan ke- empatnya perempuan semua. Satu orang kelas empat SD, satu orang kelas tiga SD, satu orang kelas satu SD, dan satu orang lagi belum sekolah. Lahan yang mereka kelola sekarang ini merupakan lahan warisan dari keluarga suaminya dan luas lahannya tidak begitu luas hanya berkisar 0,4 ha, tetapi mereka juga mengolah lahan keluarganya. Semangat kerja keras keluarga ibu ini terlihat dari, setiap harinya suami ibu ini jarang pulang ke rumah pada siang hari dan makan siang di ladang. Dan juga ibu ini tidak hanya menanam bawang saja tetapi lebih banyak tanaman jagung dan kacang tanah apalagi pada saat musim gagal panen yang sedang terjadi. 12. Ibu N Simarmata Ibu N Simarmata seorang ibu rumah tangga yang berumur 40 tahun. Telah menikah dengan bapak W Sihaloho. Ibu ini memiliki empat orang anak dan satu orang adiknya sendiri yang masih duduk di kelas dua SMP. Satu orang anaknya sedang kuliah di perguruan tinggi di Medan, satu orang kelas dua SMP, dan dua Universitas Sumatera Utara 89 orang kelas satu dan kelas dua SD, di tambah lagi adiknya yang masih kelas dua SMP, segala kebutuhannya di tanggung oleh keluarga ibu ini. Pendidikan terakhir ibu ini adalah tamatan SPG. Dalam sehari itu ibu ini hanya bekerja ke ladang setelah anak-anaknya pulang sekolah, hanya suaminyalah yang bekerja mulai dari jam tujuh pagi lebih kurang tujuh jam dia bekerja di ladang dalam satu hari. Lahan yang mereka kelola merupakan lahan milik kedua orang tua suaminya yang tidak mampu lagi untuk mengerjakannya, dan akibat gagal panen tidak semua ladang di kelola. Dan pada saat ini lahan yang di olah kira-kira 0,5 ha. Ibu ini menganggap bahwa pendidikan anak itu merupakan sesuatu yang sangat penting. Pendidikan anak yang sangat penting mengharuskan untuk bekerja keras hal itu dilakukan oleh ibu ini dengan bekerja diladang dan juga memiliki ternak. Ibu ini juga berusaha untuk mengikuti simpan pinjam. Ibu ini berharap kelak anaknya setelah lulus kuliah dapat menjadi PNS, dan juga pengetahuan anak lebih tinggi dari orang tua. Ibu ini selalu berusaha untuk memberikan nasehat-nasehat kepada ananya supaya rajin-rajin belajar dan juga tidak salah pergaulan. Ibu ini selalu menerapkan ajaran agama kepada anak-anaknya mulai dari kecil dan selalu menyuruh anak untuk tidak pernah meninggalkan ajaran agama meskipun jauh dari orang tua. 4.2 Interpretasi Data 4.2.1 Kepemilikan Lahan

Dokumen yang terkait

Analisis Nilai Ekonomi Dalam Pengelolaan Hutan Rakyat Di Desa Parbaba Dolok, Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir

2 81 52

Perbandingan kualitas hidup anak palsi serebral yang mendapat terapi fisik lebih dari 10 bulan dengan kurang dari 10 bulan

3 64 77

Gambaran Resiliensi Pada Pekerja Anak Yang Mengalami Abuse

2 33 209

Peran Petani Perempuan Dalam Pelaksanaan Pendidikan Anak Usia Dini Di Desa Tanjung Bunga Kec.Pangururan Kab.Samosir

0 36 84

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP PARMALIM DI DESA HUTATINGGI KECAMATAN LAGUBOTI KABUPATEN TOBA SAMOSIR

0 11 69

NASKAH PUBLIKASI Persepsi Keluarga Tentang Pendidikan Dan Status Ekonomi Keluarga Petani Terhadap Kelanjutan Studi Anak Di Desa Tanjungharjo Kecamatan Ngaringan Kabupaten Grobogan.

0 2 13

PERSEPSI KELUARGA TENTANG PENDIDIKAN DAN STATUS EKONOMI KELUARGA PETANI TERHADAP KELANJUTAN Persepsi Keluarga Tentang Pendidikan Dan Status Ekonomi Keluarga Petani Terhadap Kelanjutan Studi Anak Di Desa Tanjungharjo Kecamatan Ngaringan Kabupaten Groboga

0 2 14

PENDAHULUAN Persepsi Keluarga Tentang Pendidikan Dan Status Ekonomi Keluarga Petani Terhadap Kelanjutan Studi Anak Di Desa Tanjungharjo Kecamatan Ngaringan Kabupaten Grobogan.

0 2 8

Kemampuan Masyarakat Tani Terhadap Pentingnya Kelanjutan Pendidikan Bagi Anak-anak di Desa Tonrorita Kec. Briringbulu Kab. Gowa - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 73

Kesadaran Masyarakat terhadap pentingnya Kelanjutan Pendidikan Anak (Studi Kasus terhadap Masyarakat Petani di Desa Bontongan Kec. Baraka Kabupaten Enrekang) - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 74