71 Siang hari sebagian suami-suami yang ada di desa ini sebelum melanjutkan
pekerjaan maka akan menyempatkan diri untuk pergi ke warung. Dan ada juga suami yang mulai dari pagi hari sampai malamnya akan menghabiskan waktu di
warung. Dan membiarkan istri yang bekerja. Pada sore hari kira-kira pukul 18.30 WIB para petani akan kembali dari
ladang dan akan membersihkan diri. Bukan hanya mereka saja yang akan mandi tetapi kerbau juga akan ikut serta mandi bersama tuannya. Dan tempat permandian
antara kerbau dengan manusia biasanya tidak jauh. Dan ada juga anak-anak yang mandi dan melompat dari punggung kerbau.
Malam hari suami-suami yang sudah menghabiskan waktu untuk seharian penuh di ladang maka malam hari merupakan waktu yang tepat untuk melepaskan
rasa lelah di kedai-kedai tuak. Baik itu yang hanya minum tuak maupun yang hanya ngobrol dan munim kopi saja. Biasanya kedai kopi merupakan tempat yang selalu di
gunakan oleh para petani untuk saling bertukar pikiran mengenai masalah bercocok tanam. Namun tidak semua suami-suami yang melakukan hal ini ada juga suami
yang memilih untuk tinggal di rumah dan beristrahat.
3.3 Gambaran Petani Bawang
Masyarakat pedesaan lebih di kaitkan dengan bermata pencaharian bertani. Begitu juga dengan masyarakat yang ada di desa Parbaba. Masyarakat di desa
Parbaba terkenal dengan bawang sebagai hasil mata pencaharian para masyarakat. Tanaman bawang dapat diolah sebanyak tiga kali dalam setahun. Hal ini tidak
mengherankan jika di desa ini banyak sekali para saudagar bawang atau touke
Universitas Sumatera Utara
72 bawang yang setiap saat akan datang langsung ke rumah-rumah penduduk untuk
membeli bawang. Petani bawang di desa ini dengan hasil panen yang memuaskan tidak
menyulitkan para petani untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari. Setiap seminggu sekali yaitu setiap hari pekan para petani di desa ini sudah merupakan hal
yang biasa untuk membeli daging. Setiap hari natal sudah merupakan tradisi bagi para orang tua di desa ini untuk membelikan baju baru bagi anak-anaknya maupun
bagi para orang tua. Namun hal ini sudah jarang kita jumpai di desa ini, hal ini terjadi sejak gagal panen menimpah desa ini.
Pada tahun 2002 hal itu semua berubah. Pada tahun 2002 merupakan tahun di mana awal dari terjadinya gagal panen. Petani yang dulunya bersahabat dengan
alam kini seolah-olah alam kecewa ke pada petani di desa ini. Tidak hanya desa ini saja yang terkena bencana gagal panen tetapi desa lain juga terkena bencana gagal
panen khususnya bawang. Tahun 2002 merupakan tahun awal dimana semuanya berubah. Tidak hanya bawang saja yang mengalami masalah tetapi tanaman lain
juga ikut mengalami masalah seperti pisang, mangga, ikan juga yang seolah-olah menghilang. Gagal panen ini tidak hanya berlangsung selama satu atau dua tahun
saja tetapi juga bertahun-tahun. Masyarakat di desa ini yang bermata pencaharian petani bawang pada
umumnya tidak ada yang mengalami hasil panen yang baik, semua petani bawang di desa ini secara merata mengalami gagal panen. Hal ini sangat berdampak berat bagi
para petani yang hanya menggangtungkan hidupnya dari hasil bawang. Dampak dari gagal panen juga di rasakan oleh para petani yang juga sekaligus bekerja sebagai
Universitas Sumatera Utara
73 pedagang namun tidak sama dampak yang di rasakan oleh para petani yang hanya
menggantungkan diri dari pertanian. Di awal-awal gagal panen terjadi masyarakat di desa ini tidak menyerah
begitu saja mereka juga tetap berusaha menanam kembali bawang dengan harapan akan ada mujizat dan panen berhasil. Namun apa yang mereka terima tidak seperti
apa yang mereka harapakan. Dulunya sebelum terjadi gagal panen petani di desa Parbaba mampu melipat gandakan hasil yang di dapat. Bibit yang mereka gunakan
merupakan bibit dari hasil panen yang di dapat. Namun setelah gagal panen terjadi untuk persediaan bibit saja tidak ada modal yang di dapat pun tidak sesuai. Awal
terjadinya gagal panen mereka masih dapat menanam bawang meskipun hasil yang di dapat menurun. Dan penurunan ini terjadi terus menerus hingga sampai tanaman
bawang tersebut tidak sampai berumur dua minggu bawang tersebut langsung mati. Hujan yang terus menerus menerjang daerah desa Parbaba mengakibatkan tanaman
bawang busuk dan hasil yang di dapat nihil. Petani di desa Parbaba sudah beberapa kali mencoba untuk menanam
kembali tanaman bawang dengan meningkatkan pemupukan dan penyemprotan pestisida, tetapi percuma saja. Bawang yang awalnya tumbuh dengan kecambah
yang baik tiba-tiba saja daunnya menguning dan gosong. Sehingga mereka menghentikan penanaman.
Lahan-lahan pertanian yang dulunya di tanami dan di olah oleh petani di desa Parbaba kini banyak lahan-lahan yang menjadi kosong dan tidak di olah. Lahan-
pertanian sampai jalan yang menuju ke perladangan bersih dari semak-semak kini hal itu sudah biasa kita jumpai. Jalan-jalan kecil yang dulunya di jalani oleh para
Universitas Sumatera Utara
74 petani kini sudah penuh dengan semak belukar yang tidak dapat di lewati lagi. Kini
jalan yang di gunakan oleh para petani kini melewati perladangan orang-orang yang tidak di olah. Adanya lahan-lahan kosong ini di sebabkan karena tanaman bawang
tidak dapat menghasilkan lagi. Setelah terjadi gagal panen desa ini mulai melakukan peralihan tanaman
dengan alasan agar tidak sampai putus sumber penghasilan, sebagian petani mencoba menanam tomat, cabai merah, padi, jagung, dan ubi. Namun, tidak semua
petani berhasil karena modal yang terbatas, pengetahuan mengenai pertanian tanaman hortikultura yang kurang dan mahalnya harga obat-obatan. Peralihan
tanaman dari bawang ke tanaman lain bukanlah merupakan hal yang mudah. Peralihan tersebut merupakan hal yang sangat menyulitkan bagi sebagian petani
yang ada di desa Parbaba ini. Tidak semua petani mampu atau memiliki keahlian untuk beralih tanaman. Sementara modal untuk tanaman tomat dan cabai sangat
besar. Secara umum petani yang melakukan pertama sekali peralihan tanaman adalah para petani yang memiliki modal yang memiliki pekerjaan sampingan
sebagai pedagang atau memiliki ternak kerbau yang banyak. Bagi petani yang hanya mengandalkan dari bawang pada umumnya tidak mampu untuk mengolah tanaman
lain dan mereka hanya mampu untuk menanam secara biasa sehingga hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan tenaga yang di keluarkan. Misalnya tanaman cabe,
rata-rata petani di desa ini mencoba untuk menanam cabe tetapi hasil yang di dapat tidak sesuai dengan yang di harapkan atau modal tidak kembali meskipun ada juga
petani yang berhasil dan meraup untung besar dari tanamn cabe tersebut. Banyak petani bawang yang mencoba menanam tomat dan cabai di desa ini gagal akibat
Universitas Sumatera Utara
75 pemeliharaan dan pemupukan salah. Menurut petani di desa ini lebih enak untuk
menanam bawang dari pada tanaman lain karena mudah dan tidak merumitkan. Alam yang tidak mendukung dan juga perubahan cuaca yang sudah tidak
seperti dulu lagi mengakibatkan petani di desa ini mengalami kesulitan untuk menentukan kapan musim tanam yang baik dan tidak baik. Terkadang terjadi musim
kemarau yang berkepanjangan dan setelah hujan tiba, petani di desa ini mulai menanam ternyata keputusan yang di ambil tidaklah merupakan keputusan yang baik
karena hujan terjadi terus menerus dan mengakibatkan tanaman busuk. Akibat gagal penen yang terjadi mengakibatkan masyarakat memiliki rasa
malas untuk mengolah lahan dan akhirnya memilih untuk menelantarkan sebagian lahan. Akibatnya lahan yang dulunya di gunakan sebagai lahan yang menghasilkan
kini berubah menjadi lahan yang penuh semak belukar.
Universitas Sumatera Utara
76 Gambar 10: Lahan kosong dengan semak belukar akibat terjadinya gagal panen
Petani yang memiliki penghasilan yang lebih memiliki suatu perbedaan dengan para petani yang memiliki penghasilan ynag lebih rendah dalam hal
kebutuhan pokok. Seperti petani yang memiliki penghasilan yang lebih biasanya akan terlihat lebih mewah dari pada petani yang hanya berpenghasilan pas-pasan.
Misalnya dalam hal kepemilikan alat-alat elektronik tv, hp, kepemilikan kereta dan yang lainnya. Namun dalam hal pendidikan petani yang memiliki penghasilan yang
lebih cenderung tidak menyekolahkan anak sampai pada jenjang yang lebih tinggi di bandingkan dengan petani yang berpenghasilan pas-pasan.
Universitas Sumatera Utara
77
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Profil Informan