Pola Pemberian ASI dan MP-ASI pada Anak 0-2 Tahun Ditinjau dari Aspek Sosial Ekonomi di Wilayah Pesisir Desa Weujangka Kecamatan Kuala Kabupaten Bireuen Tahun 2010

(1)

POLA PEMBERIAN ASI DAN MP-ASI PADA ANAK 0-2 TAHUN DITINJAU DARI ASPEK SOSIAL EKONOMI DI WILAYAH PESISIR

DESA WEUJANGKA KECAMATAN KUALA KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh :

NIM. 061000056 KHANDILA SARI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

POLA PEMBERIAN ASI DAN MP-ASI PADA ANAK 0-2 TAHUN DITINJAU DARI ASPEK SOSIAL EKONOMI DI WILAYAH PESISIR

DESA WEUJANGKA KECAMATAN KUALA KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2010

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

NIM. 061000056 KHANDILA SARI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judu l :

POLA PEMBERIAN ASI DAN MP-ASI PADA ANAK 0-2 TAHUN DITINJAU DARI ASPEK SOSIAL EKONOMI DI WILAYAH PESISIR

DESA WEUJANGKA KECAMATAN KUALA KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2010 Yang Dipersiapkan dan Dipertahankan Oleh :

KHANDILA SARI NIM. 061000056

Telah Diuji Dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 23 Juli 2010 Dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

((Dr. Ir. Zulhaida Lubis, MKes)) (Dra. Jumirah, Apt, MKes) NIP. 196205291989032001 NIP. 195803151988112001

Penguji II Penguji III

(Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, MSi) (Ernawati Nasution, SKM, MKes) NIP. 196806161993032003 NIP. 197002121995012001

Medan, Juli 2010

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Dekan,

(Dr. Drs. Surya Utama, MS) NIP. 196108311989031001


(4)

ABSTRAK

Sampai saat ini masih ditemukan pemberian makanan pada anak yang belum sesuai umur, seperti pemberian MP-ASI tidak tepat dan diberikan pada anak di bawah 6 bulan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pemberian ASI dan MP-ASI pada 0-2 tahun ditinjau dari aspek sosial ekonomi keluarga.

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain cross-sectional. Sampel penelitian adalah keluarga yang memiliki anak 0-2 tahun sebanyak 40 orang. Pengumpulan data menggunakan kuesioner yang berisikan pertanyaan tentang aspek sosial ekonomi keluarga dan pola pemberian ASI dan MP-ASI dengan metode wawancara.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ASI pada anak 0-6 bulan tidak baik karena telah diberikan makanan tambahan dan susu formula, namun pola pemberian ASI dan MP-ASI anak 6-24 bulan umumnya baik. Pola pemberian ASI dan MP-ASI anak 0-2 tahun umumnya baik dari ibu yang berpengetahuan baik.

Disarankan bahwa kepada pihak Puskesmas lebih meningkatkan pengetahuan dan kesadaran ibu tentang pemberian ASI saja selama 6 bulan dan makanan tambahan yang diberikan sesuai usia dan kebutuhan anak dengan cara penyuluhan di Posyandu.

Kata kunci: aspek sosial ekonomi, pola pemberian ASI dan MP-ASI, anak usia 0-2 tahun


(5)

ABSTRACT

Until now still be found feeding on age appropriate child who is not like giving inaccurate complementary feeding ang given ti children under 6 month. Therefore, this research was aimed to know the pattern of breastfeeding and complement feeding to 0-2 year old babies, viewed from the families’ socio-economic aspects.

This research was descriptive with cross-sectional design. The samples were 40 families who owned children 0-2 year. The data were gathered by using the questionnaires which contained questions about the families’ socio-economic aspects and the pattern of breastfeeding and complement feeding with interview method.

The result of the research showed that giving breasfeeding to children 0-6 month was not good because they had been given complementary feeding and formula milk, but giving breastfeeding and complementary feeding to children 6-24 month was generally good. The pattern of giving breastfeeding and complement feeding children 0-2 years was generally good from mother’s good knowledge.

It was suggested that the management of the Primary Healthy Center should conduct the counseling at Posyandu in order to increase mothers’ knowledge and awareness in giving only breastfeeding during the 6 month period and the complement feeding according to the ages and needs of the children.

Keywords: socio-economic aspects, pattern of breastfeeding and complementary feeding, children aged 0-2 year


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Khandila Sari

Tempat/Tanggal Lahir : Bireuen, 28 Juli 1988

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah Jumlah Bersaudara : 3 (Tiga) Bersaudara

Alamat : Jalan dr. Soemarsono no. 16 Komp USU Medan Riwayat Pendidikan

Tahun 1994 – 2000 : SD Negeri Bertingkat Bireuen Tahun 2000 – 2003 : SLTP Negeri 1 Bireuen Tahun 2003 – 2006 : SMU Negeri 1 Bireuen


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan ridho-Nya,sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini yang berjudul “Pola Pemberian ASI dan MP-ASI pada Anak 0-2 Tahun Ditinjau dari Aspek Sosial Ekonomi di Wilayah Pesisir Desa Weujangka Kecamatan Kuala Kabupaten Bireuen Tahun 2010”. Skripsi ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada Ibu Dr. Ir. Zulhaida Lubis, MKes selaku dosen pembimbing I dan Ibu Dra. Jumirah, Apt, MKes selaku selaku dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. Selanjutnya penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Jumirah, Apt, MKes selaku ketua Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Ernawati Nasution, SKM, MKes selaku dosen Penasehat Akademik

4. Seluruh dosen dan staff serta seluruh civitas akademika FKM USU yang telah membimbing dan membantu selama perkuliahan.

5. Bapak Muhammad Nasir selaku kepala Desa Weujangka yang telah memberikan izin dan dukungan selama melakukan penelitian.


(8)

6. Ayahanda M. Nasir Ishak dan Ibunda Rosdiana Djafar yang telah banyak berkorban materi dan moril serta membesarkan dan mendidik penulis.

7. M. Andriansyah Putra yang telah memberikan support, semangat, dan bantuan kepada penulis.

8. Dian Maya Sari, SKM, Thessiane Prahara Dipta, SKM, Junita, SKM, Wahyuni Deylyana Siregar, dan Dessy Puji Astuti yang telah memberikan doa dan semangat kepada penulis.

9. Hengky, Iqbal, Mansur, Dila Aini, teman-teman angkatan ’06, peminatan Gizi Masyarakat, dan Soemarsono 16 serta temen-temen seperjuangan yang telah memberikan doa, bantuan dan semangat kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juli 2010 Penulis


(9)

DAFTAR ISI

Halaman Halaman Pengesahan

Abstrak ... i

Abstract ... ii

Riwayat Hidup Penulis... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1. Tujuan Umum ... 4

1.3.2. Tujuan Khusus ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak 0-2 Tahun ... 6

2.2. Pola Pemberian Makan Anak 0-2 Tahun ... 10

2.3. Makanan Anak Usia 0-2 Tahun ... 10

2.3.1. Air Susu Ibu (ASI) ... 10

2.3.2. Susu Formula ... 12

2.3.3. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) ... 12

2.4. Aspek yang Terkait Pemberian Makanan ... 13

2.4.1. Aspek Sosial Ekonomi ... 13

2.4.2. Usia Pemberian Makanan Tambahan ... 16

2.4.3 Jenis Makanan yang Diberikan Selain ASI ... 17

2.5. Kerangka Konsep ... 17

BAB III METODE PENELITIAN ... 18

3.1. Jenis dan Desaian Penelitian ... 18

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 18

3.3. Populasi dan Sampel ... 18

3.3.1. Populasi ... 18


(10)

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 19

3.4.1. Data Primer... 19

3.4.2. Data Sekunder ... 19

3.5. Defenisi Operasional... 19

3.6. Aspek Pengukuran ... 20

3.7. Pengolahan dan Analisa Data ... 23

3.7.1. Pengolahan Data ... 23

3.7.2. Analisa Data ... 23

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 25

4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 25

4.2. Gambaran Umum Responden ... 25

4.3. Aspek Sosial Ekonomi Responden ... 26

4.4. Pola Pemberian ASI dan MP-ASI Anak 0-2 Tahun ... 31

4.4.1 Usia Pemberian Makanan Tambahan Pertama Kali dan Jenis Makanan yang Diberikan ... 33

4.5. Pola Pemberian ASI dan MP-ASI berdasarkan Aspek Sosial Ekonomi Keluarga ... 35

BAB V PEMBAHASAN ... 42

5.1. Pola Pemberian ASI dan MP-ASI pada Anak 0-2 Tahun ... 42

5.1.1. Usia Pemberian Makanan Tambahan dan Jenis Makanan Pertama Kali Diberikan ... 44

5.2. Pola Pemberian ASI dan MP-ASI berdasarkan Aspek Sosial Ekonomi Keluarga ... 45

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 51

6.1. Kesimpulan... 51

6.2. Saran ... 51 DAFTAR PUSTAKA


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1. Pola Pemberian Makan Anak Menurut

Golongan Umur ... 10 Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur Ibu

di Desa Weujangka Tahun 2010 ... 26 Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Usia Anak

di Desa Weujangka Tahun 2010 ... 26 Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Ibu

di Desa Weujangka Tahun 2010 ... 27 Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu

di Desa Weujangka Tahun 2010 ... 27 Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Pertanyaan tentang Pola

Pemberian ASI dan MP-ASI di Desa Weujangkan

Tahun 2010 ... 28 Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Suami

di Desa Weujangka Tahun 2010 ... 29 Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaaan Ibu

di Desa Weujangka Tahun 2010 ... 29 Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan Keluarga

di Desa Weujangka Tahun 2010 ... 30 Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anggota

Keluarga di Desa Weukangka Tahun 2010 ... 30 Tabel 4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anak

di Desa Weujangka Tahun 2010 ... 31 Tabel 4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Tipe Keluarga

di Desa Weujangka Tahun 2010... 31 Tabel 4.12. Distribusi Jenis Makanan yang Diberikan Pada Anak

Berdasarkan Usia Anak di Desa Weujangka


(12)

Tabel 4.13. Distribusi frekuensi Anak 0-2 Tahun Berdasarkan Pola Pemberian ASI dan MP-ASI di Desa Weujangka

Tahun 2010 ... 33 Tabel 4.14. Distribusi Usia Pemberian Makanan Tambahan

Berdasarkan Jenis Makanan Tambahan yang Diberikan

pada Anak 0-2 Tahun di Desa Weujangka Tahun 2010 .... 34 Tabel 4.15. Distribusi Usia Pemberian Susu Formula Pertama Kali

pada Anak Di Desa Weujangka Tahun 2010 ... 34 Tabel 4.16. Distribusi Pola Pemberian ASI dan MP-ASI pada

Anak 0-2 TahunBerdasarkan Pendidikan Ibu di

Desa Weujangka Tahun 2010 ... 35 Tabel 4.17. Distribusi Pola Pemberian ASI dan MP-ASI pada

Anak 0-2 Tahun Berdasarkan Pengetahun Ibu di

Desa Weujangka Tahun 2010 ... 36 Tabel 4.18. Distribusi Pola Pemberian ASI dan MP-ASI pada

Anak 0-2 Tahun Berdasarkan Pekerjaan di

Desa Weujangka Tahun 2010 ... 37 Tabel 4.19. Distribusi Pola Pemberian ASI dan MP-ASI pada

Anak 0-2 Tahun Berdasarkan Pendapatan Keluarga

di Desa Weujangka Tahun 2010... 38 Tabel 4.20. Distribusi Pola Pemberian ASI dan MP-ASI pada

Anak 0-2 Tahun Berdasarkan Jumlah Anggota

Keluarga di Desa Weujangka Tahun 2010 ... 39 Tabel 4.21. Distribusi Pola Pemberian ASI dan MP-ASI pada

Anak 0-2 Tahun Berdasarkan Tipe Keluarga


(13)

ABSTRAK

Sampai saat ini masih ditemukan pemberian makanan pada anak yang belum sesuai umur, seperti pemberian MP-ASI tidak tepat dan diberikan pada anak di bawah 6 bulan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pemberian ASI dan MP-ASI pada 0-2 tahun ditinjau dari aspek sosial ekonomi keluarga.

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain cross-sectional. Sampel penelitian adalah keluarga yang memiliki anak 0-2 tahun sebanyak 40 orang. Pengumpulan data menggunakan kuesioner yang berisikan pertanyaan tentang aspek sosial ekonomi keluarga dan pola pemberian ASI dan MP-ASI dengan metode wawancara.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ASI pada anak 0-6 bulan tidak baik karena telah diberikan makanan tambahan dan susu formula, namun pola pemberian ASI dan MP-ASI anak 6-24 bulan umumnya baik. Pola pemberian ASI dan MP-ASI anak 0-2 tahun umumnya baik dari ibu yang berpengetahuan baik.

Disarankan bahwa kepada pihak Puskesmas lebih meningkatkan pengetahuan dan kesadaran ibu tentang pemberian ASI saja selama 6 bulan dan makanan tambahan yang diberikan sesuai usia dan kebutuhan anak dengan cara penyuluhan di Posyandu.

Kata kunci: aspek sosial ekonomi, pola pemberian ASI dan MP-ASI, anak usia 0-2 tahun


(14)

ABSTRACT

Until now still be found feeding on age appropriate child who is not like giving inaccurate complementary feeding ang given ti children under 6 month. Therefore, this research was aimed to know the pattern of breastfeeding and complement feeding to 0-2 year old babies, viewed from the families’ socio-economic aspects.

This research was descriptive with cross-sectional design. The samples were 40 families who owned children 0-2 year. The data were gathered by using the questionnaires which contained questions about the families’ socio-economic aspects and the pattern of breastfeeding and complement feeding with interview method.

The result of the research showed that giving breasfeeding to children 0-6 month was not good because they had been given complementary feeding and formula milk, but giving breastfeeding and complementary feeding to children 6-24 month was generally good. The pattern of giving breastfeeding and complement feeding children 0-2 years was generally good from mother’s good knowledge.

It was suggested that the management of the Primary Healthy Center should conduct the counseling at Posyandu in order to increase mothers’ knowledge and awareness in giving only breastfeeding during the 6 month period and the complement feeding according to the ages and needs of the children.

Keywords: socio-economic aspects, pattern of breastfeeding and complementary feeding, children aged 0-2 year


(15)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Dalam kerangka mencapai tujuan tersebut, pembangunan kesehatan dilaksanakan secara terarah, berkesinambungan dan realistis sesuai pentahapannya (SKN, 2009).

Salah satu prioritas pembangunan nasional di bidang kesehatan adalah upaya perbaikan gizi yang berbasis pada sumberdaya, kelembagaan dan budaya lokal. Kurang gizi berdampak pada penurunan kualitas SDM yang lebih lanjut dapat berakibat pada kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan mental dan kecerdasan, menurunkan produktivitas, meningkatkan kesakitan serta kematian.

Masalah gizi merupakan masalah yang multidimensi, dipengaruhi oleh berbagai faktor penyebab. Penyebab langsung gizi kurang adalah makan tidak seimbang, baik jumlah maupun mutu asupan gizinya. Di samping itu, asupan zat gizi tidak dapat dimanfaatkan oleh tubuh secara optimal karena adanya gangguan penyerapan akibat adanya penyakit infeksi. Penyebab tidak langsung adalah tidak cukup tersedianya pangan di rumah tangga, kurang baiknya pola pengasuhan anak terutama dalam pola pemberian makan pada balita, kurang memadainya sanitasi dan kesehatan lingkungan serta kurang baiknya pelayanan kesehatan (Direktorat Gizi Masyarakat, 2005).


(16)

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 yang dilakukan oleh Depkes, prevalensi gizi buruk secara nasional pada balita mencapai 5,4 persen. Pencapaian ini dinilai memenuhi target rencana jangka panjang menengah untuk perbaikan gizi sebesar 20 persen dan target Millenium Development Goals (MDGs) sebesar 18,5 persen padan tahun 2015.

Menurut Riskesdas tahun 2007, prevalensi gizi buruk pada balita di Kabupaten Bireuen mencapai 9,0 persen dari 5.999 balita berdasarkan BB/U.

Usia 0-2 tahun merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga kerap diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Periode emas dapat diwujudkan apabila pada masa ini anak memperoleh asupan gizi yang sesuai untuk tumbuh kembang. Sebaliknya apabila pada masa ini anak tidak memperoleh makanan sesuai kebutuhan gizinya, maka periode emas akan berubah menjadi periode kritis yang akan mengganggu tumbuh kembang anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya (Depkes RI, 2006).

Penelitian yang dilakukan oleh Agustina (2006) pada keluarga miskin di Kelurahan Gundaling-I Kecamatan Berastagi, menunjukkan bahwa ada hubungan antara praktek pemberian makan yang baik dengan status gizi anak 0-24 bulan.

Untuk mencapai tumbuh kembang yang optimal, empat hal penting harus dilakukan yaitu; 1. Memberikan air susu ibu (ASI) kepada bayi segera setelah bayi lahir; 2. Memberikan ASI saja (ASI Eksklusif) selama 6 bulan; 3. Memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) sejak bayi berusia 6 - 24 bulan; 4. Meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan (Depkes, 2006).


(17)

Air susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang bergizi bagi anak 0-2 tahun. ASI merupakan makanan yang paling lengkap, aman, dan murah. ASI tidak dapat digantikan oleh susu manapun mengingat komposisi ASI yang sangat ideal dan sesuai dengan kebutuhan anak, serta mengandung zat kekebalan yang sangat penting untuk mencegah timbulnya berbagai penyakit. Akan tetapi, ASI hanya dapat memenuhi kebutuhan zat-zat gizi anak sampai usia 6 bulan, setelah itu diberikan makanan pendamping ASI (Pudjiadi, 2005).

Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), distribusi pemberian ASI Eksklusif di Provinsi Aceh tahun 2006 sebesar 53,3 persen dan tahun 2007 sebesar 44,6 persen. Sedangkan distribusi pemberian ASI Eksklusif di Indonesia pada tahun 2006 sebesar 64,1 persen dan tahun 2007 sebesar 62,2 persen. Dari hasil survei ini, distribusi pemberian ASI Eksklusif di Provinsi Aceh masih di bawah rata-rata pemberian ASI Eksklusif di Indonesia.

Bertambahnya umur bayi bertambah pula kebutuhan gizinya, sebab itu sejak usia 6 bulan bayi diberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) secara bertahap yang dibuat dari makanan pokok secara khusus untuk bayi. Sementara itu ASI harus tetap diberikan secara teratur dan sering (Depkes, 2007). Secara sosial ekonomi dan budaya, MP-ASI hendaknya dibuat dari bahan pangan yang murah dan mudah diperoleh di daerah setempat (indigenous food).

WHO (2001) menyebutkan bahwa ada 51% angka kematian anak balita disebabkan oleh pneumonia, diare, campak, dan malaria. Lebih dari separuh kematian tersebut (54%) erat hubungannya dengan masalah gizi. Oleh karena itu prioritas


(18)

utama penanganan utama adalah memperbaiki pemberian makan kepada bayi dan anak serta perbaikan gizi ibunya (Depkes, 2007).

Desa Weujangka adalah salah satu desa di antara 20 desa yang ada di wilayah Kecamatan Kuala Kabupaten Bireuen yang terletak di sebelah utara pusat pemerintahan kecamatan. Sebagian besar penduduk berpenghasilan tidak tetap kira-kira Rp. 500.000,00 per bulan. Menurut hasil survei pendahuluan, anak-anak diberikan makanan tambahan saat anak berusia dibawah 6 bulan dan anak-anak tidak makan ikan dan sayur.

Mengacu dari uraian latar belakang di atas, penulis ingin melakukan penelitian tentang pola pemberian ASI dan MP-ASI pada anak 0-2 tahun ditinjau dari aspek sosial ekonomi di wilayah pesisir Desa Weujangka Kecamatan Kuala Kabupaten Bireuen tahun 2010.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah “ Bagaimana pola pemberian ASI dan MP-ASI pada anak 0-2 tahun ditinjau dari aspek sosial ekonomi di wilayah pesisir Desa Weujangka Kecamatan Kuala Kabupaten Bireuen tahun 2010”.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran pola pemberian ASI dan MP-ASI pada anak 0-2 tahun ditinjau dari aspek sosial ekonomi di wilayah pesisir Desa Weujangka Kecamatan Kuala Kabupaten Bireuen tahun 2010.


(19)

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui karakteristik sosial ekonomi keluarga anak 0-2 tahun meliput i pendidikan ibu, pengetahuan ibu tentang pola ASI dan MP-ASI, pekerjaan orang tua, pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga, jumlah anak, dan tipe keluarga di wilayah pesisir Desa Wuejangka.

2. Mengetahui gambaran pola pemberian ASI dan MP-ASI pada anak 0-2 tahun di wilayah pesisir Desa Weujangka Kecamatan Kuala Kabupaten Bireuen tahun 2010.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi kepada petugas kesehatan di Puskesmas Kuala tentang pola pemberian ASI dan MP-ASI pada anak 0-2 tahun.

2. Sebagai masukan bagi pengelola program gizi di Puskesmas Kuala dalam penanggulangan masalah gizi di wilayah kerja Puskesmas Kuala.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak 0-2 Tahun

Menurut Hidayat (2005), proses-proses pertumbuhan dan perkembangan anak 0-2 tahun adalah sebagai berikut:

1. Masa Neonatal (0-28 hari)

Pertumbuhan dan perkembangan bayi setelah lahir adalah terjadinya adaptasi pada semua sistem organ tubuh. Proses adaptasi tersebut dimulai dari sistem pernapasan yaitu pertukaran gas dengan frekuensi pernapasan antara 35-50 kali per menit, penyesuain denyut jantung antara 120-160 kali per menit dengan ukuran jantung lebih besar apabila dibandingkan dengan rongga dada, kemudian terjadi aktivitas (pergerakan) bayi yang mulai meningkat untuk memenuhi kebutuhan gizi seperti menangis, memutar-mutar kepala, menghisap, dan menelan.

Pada masa neonatal, perkembangan motorik kasar ditandai dengan gerakan seimbang tubuh, mulai mengangkat kepala. Kemudian perkembangan motorik halus ditandai dengan kemampuan anak mengikuti garis tengah bila kita memberikan respon terhadap gerakan jari atau tangan. Perkembangan bahasa adanya kemampuan bersuara (menangis) dan bereaksi terhadap suara dan perkembangan sosial anak mulai tersenyum serta menatap untuk mengenali seseorang.

2. Masa Bayi (28 hari-1 tahun) a. 1-4 bulan

Pertumbuhan diawali dengan perubahan berat badan mencapai 700-1000 gram per bulan sedangkan tinggi badan tidak mengalami kecepatan dalam pertumbuhan.


(21)

Perkembangan motorik kasar yaitu kemampuan anak mengangkat kepala saat tengkurap, mencoba duduk sebentar dengan ditopang, dapat duduk dengan kepala tegak, kontrol kepala mulai sempurna, berguling dan terlentang ke miring, dan berusaha merangkak.

Perkembangan motorik halus yaitu anak dapat memegang suatu objek, mencoba memegang benda ke dalam mulut, memerhatikan tangan dan kaki, memegang benda dengan kedua tangan, menahan benda di tangan walaupun sebentar.

Perkembangan bahasa ditandai dengan kemampuan bersuara dan tersenyum, berceloteh, mulai mampu mengucapkan kata ooh / ahh, mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh.

Perkembangan adaptasi sosial yaitu anak mulai mengamati tangan, tersenyum spontan, dan membalas senyum bila diajak tersenyum, mengenali ibunya dengan penglihatan, penciuman, pandengaran ,dan kontak, serta waktu tidur dalam sehari lebih sedikit dari pada waktu terjaga dengan membentuk siklus tidur bangun.

b. 4-8 bulan

Pertumbuhan berat badan dapat terjadi 2 kali dari berat badan lahir dan rata-rata kenaikan 500-600 gram per bulan apabila anak mendapatkan gizi yang baik. Sedangkan tinggi badan tidak mengalami kecepatan dalam pertumbuhan.

Perkembangan motorik kasar terjadi perubahan dalam aktivitas seperti telungkup pada alas dan mengangkat kepala dengan gerakan menekan kedua tangan, dapat memalingkan ke kanan dan ke kiri, serta sudah mulai duduk dengan kepala tegak.


(22)

Perkembangan motorik halus anak mulai mengamati benda, mulai menggunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk memegang, mengekplorasi benda yang dipegang, serta mampu menahan kedua benda di kedua tangan secara simultan.

Perkembangan bahasa anak mulai menirukan bunyi atau kata-kata, menoleh ke arah suara atau menoleh ke arah sumber bunyi, menggunakan vokalisasi semakin banyak, menggunakan kata yang terdiri dari dua suku kata dan dapat membuat dua bunyi vokal yang bersamaan seperti ba-ba.

Perkembangan adaptasi sosial anak mulai bermain dengan mainan, takut akan kehadiran orang asing, dan memukuk-mukul lengan serta kaki ketika kesal.

c. 8-12 bulan

Pertumbuhan berat badan dapat mencapai 3 kali dari berat badan lahir apabila mencapai usia 1 tahun dan pertambahan berat badan per bulan sekitar 350-450 gram pada usia 7-9 bulan dan 250-350 gram per bulan pada usia 10-12 bulan dalam pemenuhan gizi anak baik. Pertumbuhan tinggi badan sekitar 1,5 kali tinggi badan saat lahir dan saat usia satu tahun panambahan tinggi badan tersebut masih stabil dan diperkirakan tinggi badan akan mencapai 75 cm.

Secara umum perkembangan bayi pada tahun pertama yaitu terjadi peningkatan pada beberapa organ fisik atau biologis seperti penambahan ukuran panjang badan kurang lebih 25-30 cm pada tahun pertama, peningkatan jaringan subkutan, perubahan pada fontanel anterior menutup pada usia 9-18 bulan, perubahan pada lingkar kepala dan lingkar dada, dimana lingkar kepala sama besar dengan lingkar dada dan pada usia satu tahun terjadi perubahan. Pada akhir tahun pertama


(23)

terjadi perubahan berat otak anak menjadi 25 % berat otak orang dewasa dan pertumbuhan gigi dimulai dari gigi susu pada umur 5-9 bulan.

Perkembangan motorik kasar yaitu diawali kemampuan anak dengan duduk tanpa pegangan, berdiri dengan pegangan, dan bangkit terus berdiri. Perkembangan motorik halus anak mulai mencari dan meraih benda kecil, bila diberi kubus mampu memindahkannya, mengambilnya, dan mampu memegang dengan jari dan ibu jari. Perkembangan bahasa mulai mampu mengatakan papa mama yang belum spesifik, dapat mengucapkan 1-2 kata. Sedangkan, perkembangan adaptasi sosial dimulai kemampuan bertepuk tangan, menyatakan keinginan, menirukan kegiatan orang lain. d. Masa anak 1-2 tahun

Pada masa anak 1-2 tahun anak mengalami kenaikan berat badan sekitar 1,5-2,5 kg dan panjang 6-10 cm. Pertumbuhan gigi terdapat tambahan 8 buah gigi susu termasuk gigi geraham pertama dan taring sehingga seluruhnya berjumlah 14-16 buah.

Perkembangan motorik kasar yaitu anak sudah mampu melangkah dan berjalan dengan tegak mampu menaiki tangga dengan satu tangan dipegang, mampu berlari-lari kecil. Perkembangan motorik halus mampu mencoba menyusun atau membuat menara pada kubus. Perkembangan bahasa anak mampu memiliki sepuluh pembendaharaan kata, mampu menunjukkan dua gambar, mampu mengombinasikan kata-kata. Perkembangan adaptasi sosial anak mulai membantu kegiatan di rumah, menyuapi boneka, mulai menggosok gigi, dan mencoba memakai baju.


(24)

2.2. Pola Pemberian Makan Anak 0-2 Tahun

Pola pemberian makan anak 0-2 tahun sesuai dengan rekomendasi Depkes RI (2007) seperti tertera dalam tabel berikut:

Tabel 2.1. Pola Pemberian Makan Menurut Golongan Usia Anak Gol. Usia

Anak (bulan)

Jenis Makanan Frekuensi Sehari

0-6 ASI Sesuka bayi

6- 9

ASI/susu formula, makanan lumat (bubur susu, bubur, sumsum, pisang saring/dikerok, pepaya saring, tomat saring, nasi tim saring, dll)

ASI/susu formula sesuka bayi, makanan lumat 2 kali

9-12

ASI/susu formula, makanan lunak (bubur nasi, bubur ayam, nasi tim, kentang pur i, dll)

ASI/susu formula sesuka bayi, makanan lunak 2-3 kali

12-24 ASI/susu formula, makanan padat atau makanan keluarga

ASI/susu formula sesuka anak, makanan keluarga 3-5 kali Sumber: Depkes RI, 2007

2.3. Makanan Anak Usia 0-2 Tahun 2.3.1. Air Susu Ibu (ASI)

Air Susu Ibu (ASI) sebagai makanan alamiah adalah makanan terbaik yang dapat diberikan oleh seorang ibu kepada anak yang dilahirkannya, dimana komposisinya sesuai untuk pertumbuhan bayi (Pudjiadi, 2005). Pemberian ASI merupakan cara pemberian makanan alami dan terbaik bagi bayi dan anak bayi dua


(25)

tahun, baik dalam situasi normal terlebih dalam situasi darurat. Frekuensi pemberian ASI dianjurkan setiap 2-3 jam sekali (Depkes, 2006).

ASI mengandung karbohidrat berupa laktosa, lemaknya banyak mengandung polyunsaturated fatty acid (asam lemak tak jenuh ganda), protein utamanya lactabumin yang mudah dicerna, kandungan vitamin dan mineralnya banyak, rasio kalsium-fosfat sebesar 2:1 yang merupakan kondisi ideal bagi penyerapan. Selain itu, ASI juga mengandung zat anti infeksi (Arisman, 2004).

Beberapa keunggulan ASI antara lain mengandung kolostrum mengandung zat kekebalan untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi, terutama diare dan infeksi saluran pernapasan akut, meningkatkan kecerdasan anak dibandingkan yang tidak diberikan ASI, mengandung energi dan zat-zat gizi lainnya yang paling sempurna serta cairan hidup yang sesuia dengan kebutuhan bayi hingga berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan ASI masih dibutuhkan sampai anak berusia 2 tahun, ASI yang bersih, aman, mudah dicerna dan tersedia dengan suhu yang sesuai (Depkes, 2007).

Peran ibu dalam mewujudkan anak sehat dapat dilaksanakan dengan pemberian ASI secara baik dan benar. Cara pemberian ASI yang baik adalah; 1. Persiapkan sejak atau sebelum hamil dengan mempelajari perihal ASI dan menyusui serta berniat benar untuk menyusui; 2. Kontak dengan bayi dan mulai menyusui dalam setengah jam setelah malahirkan, berikan kolostrum; 3. Menyusui bayi sesering mungkin; 4. Menyusui bayi dengan benar, yaitu tubuh bayi yang menempel ke perut ibu dan mulut bayi memasukkan semua areola ke dalam mulut bayi; 5. Berikan ASI eksklusif segera setelah lahir sampai 6 bulan; 6. Berikan makanan pedamping ASI mulai pada usia setelah 6 bulan; 7. Jika harus bekerja atau


(26)

beraktivitas di luar rumah, usahakan mengatur jadwal untuk tetap menyusui atau berikan ASI perah dengan sendok; 8. Berikan ASI sampai 2 tahun (Kasdu, 2004). 2.3.2. Susu Formula

Susu formula terbuat dari susu sapi atau susu kedelai atau protein hidrolisa, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral diperuntukkan sebagai makanan bayi. Formula dibuat aman untuk dikonsumsi atau bebas dari mikroorganisme yang patogen dan dipertahankan stabilitasnya. Zat-zat gizi yang dikandungnya disusun sedemikian rupa mendekati komposisi ASI. Teknologi pembuatannta dikembangkan terus-menerus, walaupun begitu susu formula tidak menyamai ASI. Oleh karena itu ASI adalah makanan terbaik untuk bayi, susu formula tidak dapat digunakan sebagai pengganti ASI tetapi sebagai pelengkap makanan bayi (Suhardjo, 2003)

Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2002 menunjukkkan bahwa pemberian susu formula kerap dilakukan pada bayi kurang dari 2 bulan. Hal ini terjadi karena ibu bekerja kembali saat bayi berusia 6-8 minggu. Oleh sebab itu, cakupan pemberian susu formula meningkat tiga kali lipat dalam kurun

waktu antara 1997 sebesar 10,8 persen menjadi 32,4 persen di tahun 2002 (Susanto, 2010).

2.3.3. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)

Seiring dengan bertambahnya usia anak, ragam makanan yang diberikan harus bergizi lengkap dan seimbang. Peran zat gizi ini penting untuk menunjang tumbuh kembang anak. Dalam hal pengaturan pola konsumsi makan, ibu mempunyai peran yang sangat penting dalam memilih jenis makanan yang bergizi seimbang. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang mengandung zat


(27)

gizi, diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI (Depkes, 2006).

MP-ASI harus diberikan setelah anak berusia 6 bulan dan berlanjut sampai usia 24 bulan, karena pada masa tersebut produksi ASI makin menurun sehingga suplai zat gizi dari ASI tidak lagi memenuhi kebutuhan gizi anak yang semakin meningkat (WHO, 2003). MP-ASI untuk bayi sebaiknya memenuhi persyaratan, seperti memenuhi kecukupan gizi, susunan hidangan memenuhi pola menu seimbang dan memperhatikan selera terhadap makanan, bentuk dan porsi disesuaikan dengan daya terima, toleransi, dan keadaan faali anak, serta memperhatikan sanitasi / higiene (Pudjiadi, 2005).

Tujuan memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah melengkapi zat gizi yang kurang terdapat dalam ASI/susu formula, mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima bermacam makanan dengan berbagai rasa dan tekstur, mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah dan menelan, dan melakukan adaptasi terhadap makanan yang mengandung kadar energi tinggi (Persagi, 1992).

2.4. Aspek yang terkait dalam Pemberian Makanan Anak 0-2 Tahun 2.4.1. Aspek Sosial Ekonomi.

Faktor sosial ekonomi merupakan data sosial meliputi keadaan penduduk, keadaan keluarga, pendidikan, perumahan, dapur, penyimpanan makanan, sumber air, kakus. Sementara data ekonomi meliputi pekerjaan, pendapatan keluarga, kekayaan, pengeluaran, dan harga makanan yang tergantung pada pasar dan variasi musim (Supariasa, 2001). Menurut Dalimunthe (1995), kehidupan sosial ekonomi adalah


(28)

suatu kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang menggunakan indikator pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan sebagai tolak ukur.

a. Pendidikan

Menurut Apriadji, seseorang dengan pendidikan rendah belum tentu kurang mampu menyusun makanan yang memenuhi persyaratan gizi dibandingkan dengan orang lain yang pendidikannya lebih tinggi. Karena sekalipun berpendidikan rendah, kalau orang tersebut rajin mendengarkan atau melihat informasi mengenai gizi, bukan mustahil pengetahuan gizinya akan lebih baik (Foster, 2006). Tetapi, status pendidikan rendah keluarga akan sulit untuk menerima arahan dalam pemenuhan gizi dan mereka sering tidak mau atau tidak meyakini pentingnya kebutuhan gizi dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan (Hidayat, 2005).

b. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan salah satu unsur kebudayaan. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia tentang benda, sifat, keadaan, dan harapan-harapan. pengetahuan melalui pengalaman, intuisi, wahyu, dan berpikir menurut logika, atau percobaan-percobaan yang bersifat empiris (Anonim, 2009).

Pengetahuan seseorang tentang masalah gizi diperoleh dari pengalaman empiris dan dijadikan sebagai salah satu pertimbangan dalam menyediakan, mengolah, menyajikan makanan bagi dirinya sendiri dan orang lain. Oleh karena penguasaan pengetahuan tentang gizi akan membantu dalam memilih makanan, menentukan cara pengolahan yang benar serta menyajikan secara baik sesuai dengan kriteria kesehatan (Suharjdo, 1996).


(29)

c. Pekerjaan

Pekerjaan yang layak dapat mempengaruhi penghasilan seseorang sehingga mampu memenuhi kebutuhan makanan berprotein yang diperlukan anak-anak sehingga tidak kekurangan kalori protein (Juwono, 1997).

d. Pendapatan

Pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan kualitas dan kuantitas hidangan. Semakin banyak mempunyai uang berati semakin baik makanan yang diperoleh (Berg, 1986). Dengan kata lain semakin tinggi penghasilan, semakin besar pula persentase dari penghasilan tersebut untuk membeli buah, sayuran, dan beberapa jenis makanan lainnya.

e. Jumlah Anggota Keluarga

Menurut Bogin (1997), keadaan sosial ekonomi dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak. Terpenuhinya gizi yang baik, seringkali dapat dicapai dengan adanya keadaan sosial ekonomi yang baik. Tumbuh kembang dapat dipengaruhi oleh banyak hal antara lain: faktor genetis (keturunan), kondisi psikologis yang baik, situasi politik yang stabil di negara tempat tinggal, kondisi kesehatan, jumlah anggota keluarga yang tinggal di dalam satu rumah, dll. Jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak. Karena semakin banyak anggota di dalam satu rumah, maka semakin berkurangnya makanan yang dimakan (Artarya, 2009).


(30)

f. Jumlah Anak

Jumlah anak dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak. Karena, jumlah anak yang sedikit maka anak mendapat banyak perhatian dan kasih sayang dari orang tua yang dapat membangkitkan rasa percaya diri (Juwono, 1997).

g. Tipe Keluarga

Keluarga adalah kelompok primer yang terpenting dalam masyarakat yang merupakan gabungan dari pola-pola kebudayaan yang disalurkan malalui dua sisi keluarga. Menurut Efendi (1997), keluarga dibagi atas beberapa 2 tipe keluarga yaitu; 1. Keluarga inti (nuclear family) yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak; 2. Keluarga luas (extended family) yang terdiri dari keluarga inti, kakek-nenek, paman-bibi, sepupu, dan sebagainya (Unila, 2009) . Di Aceh, peran nenek sangat dominan dalam pemberian makanan terhadap cucunya, hal ini disebabkan karena dalam satu keluarga tidak hanya terdiri dari keluarga inti tetapi juga keluarga luas.

2.4.2. Usia Pemberian Makanan Tambahan

Kebiasaan pemberian makanan anak umur 0-24 bulan dikelompokkam berdasarkan pengelompokan yang sudah terbentuk sendirinya di masyarakat. Pengelompokan ini didasarkan atas penelitian yang dilakukan oleh team Bina Gizi Masyarakat Masyarakat, Depkes RI di Nusa Tenggara Barat dan Jawa Timur pada tahun 1986/1987 mengenai pola pemberian makanan bayi dan anak sampai umur 24 bulan. Kelompok usia pemberian makanan adalah: 1). 0 – 1 bulan; 2). 2 – 4 bulan; 3) 5 – 8 bulan; 4). 9 – 18 bula; 5). 19 – 24 bulan (Suharjo, 2003).


(31)

2.4.3. Jenis Makanan yang Diberikan Selain ASI

Makanan pendamping ASI adalah adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi diberikan kepada anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selaindari ASI (Depkes, 2006). Makanan tambahan untuk bayi dapa berupa makanan setengah jadi yang dijual di toko-toko yang merupakan produk hasil teknologi. Komposisi zat-zat gizi disesuaikan dengan kebutuhan bayi terhadap pertumbuhan dan kesehatan yang optimal. Makanan tambahan yang diberikan juga dapat dibuat sendiri dirumah dari bahan makanan yang tersedia setempat dan harganya terjangkau. Seperti, sari buah diberikan lebih dini daripada sayur-sayuran. Nasi tim diberikan mulai umur enam bulan (Suhardjo, 2003).

2.5. Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka konsep di atas faktor sosial ekonomi (pendidikan ibu, pengetahuan ibu tentang pola ASI dan MP-ASI, pekerjaan orang tua, pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga, jumlah anak, dan tipe keluarga) dapat mempengaruhi pola pemberian ASI dan MP-ASI anak 0-2 tahun di Desa Weujangka Kecamatan Kuala Kabupaten Bireuen.

Pola Pemberian ASI dan MP-ASI Anak 0-2 Tahun Aspek Sosial Ekonomi Keluarga:

- Pendidikan ibu

- Pengetahuan pola ASI dan MP-SI - Pekerjaan orang tua

- Pendapatan keluarga - Jumlah anggota keluarga - Jumlah anak


(32)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Desaian Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu memberikan gambaran tentang pola ASI dan MP-ASI pada anak 0-2 tahun ditinjau dari aspek sosial ekonomi. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional, yaitu penelitian yang mengamati subjek dengan pendekatan suatu saat.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Weujangka Kecamatan Kuala Kabupaten Bireuen. Alasan pemilihan lokasi penelitian karena:

- Anak-anak diberikan makan saat anak berusia dibawah 6 bulan - Anak-anak tidak makan ikan atau sayur

- Penghasilan keluarga di bawah Rp.500.000,00 per bulan 3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April-Juli Tahun 2010. 3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga yang mempunyai anak berumur 0-2 tahun pada saat penelitian di Desa Weujangka Kabupaten Bireuen tahun 2010 sebanyak 40 orang.

3.3.2. Sampel


(33)

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang berisi daftar pertanyaan dan pilihan jawaban yang telah dilakukan dengan metode wawancara. Data yang diambil data sosial ekonomi keluarga. Data sosial ekonomi responden meliputi pendidikan ibu, pengetahuan ibu tentang pola ASI dan MP-ASI, pekerjaan orang tua, pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga, jumlah anak, dan tipe keluarga. Kusioner yang digunakan juga mengukur pola ASI dan MP-ASI anak 0-2 tahun.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder yang diperlukan diperoleh dari Puskesmas Kuala yang berkaitan dengan penelitian.

3.5. Definisi Operasional

1. Pendidikan ibu adalah jenjang pendidikan secara formal yang pernah diselesaikan oleh responden.

2. Pengetahuan pola ASI dan MP-ASI adalah segala sesuatu yang diketahui responden tentang pola ASI dan MP-ASI.

3. Pekerjaan adalah kegiatan atau aktivitas sehari-hari yang dilakukan oleh responden yang bersifat menghasilkan uang.

4. Pendapatan keluarga adalah jumlah penghasilan kepala keluarga dari responden dalam satu hari, minggu, atau bulan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. 5. Jumlah anggota keluarga adalah banyaknya orang yang menetap dalam satu rumah.


(34)

6. Jumlah anak adalah banyaknya anak yang ada dalam satu rumah dan dari orang tua yang sama terutama anak balita.

7. Tipe keluarga adalah susunan keluarga yang ada dalam satu rumah.

8. Pola Pemberian ASI dan MP-ASI adalah tindakan ibu dalam memberika ASI meliputi frekuensi pemberian ASI dan pemberian MP-ASI pada anak 0-2 tahun meliputi jenis dan bentuk makanan serta frekuensi pemberian makanan sesuai umur anak.

3.6. Aspek Pengukuran 1. Pendidikan Ibu

1) Tidak sekolah 2) SD

3) SLTP 4) SLTA

5) Perguruan tinggi

2. Pengukuran pengetahuan tentang ASI dan MP-ASI

Pengetahuan tentang ASI dan MP-ASI diukur melalui wawancara tentang pemberian makan anak dengan 12 pertanyaan. Setiap pertanyaan memiliki jawaban dengan skor tertinggi yaitu 3 dan skor terendah yaitu 1. Jawaban dari responden akan dikategorikan menjadi baik, cukup, dan kurang.

Kategori aspek pengukuran pengetahuan berdasarkan Arikunto (2000) yaitu: a. Baik, bila jawaban responden yang benar > 66% dari nilai seluruh pertanyaan


(35)

b. Cukup, bila jawaban responden yang benar 33–66% dari nilai seluruh pertanyaan pengetahuan, dengan nilai antara 12 - 24.

c. Kurang, bila jawaban yang benar < 33% dari nilai seluruh pertanyaan tentang pengetahuan, dengan nilai < 12.

Skala: Ordinal 3. Pekerjaan Orang Tua

a. Pekerjaan Ayah 1) PNS/Polri/ABRI 2) Peg swasta/karyawan 3) Nelayan

4) Petani 5) Pedagang 6) Lainnya b. Pekerjaan Ibu 1) Bekerja 2) Tidak bekerja 4. Pendapatan Keluarga

1) < Rp. 1.300.000,00 , jika pendapatan keluarga di bawah UMP Aceh 2) ≥ Rp. 1.300.000,00, jika pendapatan keluarga diatas UMP Aceh 5. Jumlah anggota keluarga

1) ≤ 4 orang, jika jumlah anggota keluarga kurang atau sama dengan 4 orang dalam 1 rumah


(36)

6. Jumlah anak

1) ≤ 2 orang, jika kurang atau sama dengan 2 orang anak dalam keluarga 2) > 2 orang, jika lebih dari 2 orang anak dalam keluarga

7. Tipe keluarga

1) Keluarga inti, jika keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak

2) Keluarga luas, jika keluarga terdiri dari ayah, ibu, anak, nenek, kakek, atau saudara lainnya.

8. Pengukuran pola pemberian ASI dan MP-ASI

Kategori aspek pengukuran pola pemberian ASI dan MP-ASI berdasarkan Depkes RI (2007) yaitu:

a. Pola pemberian makanan pada anak 0-6 bulan, yaitu:

- Baik, jika pemberian ASI saja sampai umur 6 bulan dan frekuensi pemberian ASI minimal 8 kali sehari.

- Tidak baik, jika pemberian ASI saja < 6 bulan dan frekuensi pemberian ASI < 8 kali sehari.

b. Pola pemberian makanan pada anak 6-9 bulan, yaitu:

- Baik, jika frekuensi pemberian ASI/susu formula minimal 6 kali sehari, pemberian makan 2 kali sehari, dan bentuk makanan yang diberikan adalah makanan lumat

- Tidak baik, jika frekuensi pemberian ASI/susu formula < 6 kali sehari, pemberian makan < 2 kali sehari, dan bentuk makanan yang diberikan bukan makanan lumat.


(37)

c. Pola pemberian makanan pada anak 9-12 bulan, yaitu:

- Baik, jika frekuensi pemberian ASI/susu formula minimal 4 kali sehari,

pemberian makan 2 - 3 kali sehari, dan bentuk makanan yang diberikan adalah makanan lunak.

- Tidak baik, jika frekuensi pemberian ASI/susu formula < 4 kali sehari, pemberian makan < 2 kali sehari, dan bentuk makanan yang diberikan bukan makanan lunak.

d. Pola pemberian makanan pada anak 12-24 bulan, yaitu:

- Baik, jika frekuensi pemberian ASI/susu formula minimal 3 kali sehari, pemberian makan 3-5 kali sehari, dan bentuk makanan yang diberikan adalah makanan padat.

- Tidak baik, jika frekuensi pemberian ASI/susu formula < 3 kali sehari, pemberian makan < 3 kali sehari, dan bentuk makanan yang diberikan bukan makanan padat.

Skala: Ordinal

3.7. Pengolahan dan Analisa Data 3.7.1. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan secara manual dan menggunakan komputer dengan tahapan sebagai berikut:

1. Karakteristik responden berdasarkan sosial ekonomi keluarga diolah menggunakan program SPSS dan hasil disajikan dengan ke dalam tabel program Microsoft Excel.


(38)

2. Pola ASI dan MP-ASI diolah secara manual dan disajikan ke dalam tabel dengan menggunakan Microsoft Excel.

3.7.2. Analisa Data

Analisa data dilakukan secara deskriptif dengan menampilkan tabel distribusi frekuensi dan tabulasi silang.


(39)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian

4.1.1. Geografis

Desa Weujangka termasuk wilayah Kemukiman Ujong Blang Kecamatan Kuala Kabupaten Bireuen dengan luas wilayah 104 Ha dan berbatasan dengan:

- Sebelah utara : Desa Ujong Blang Mesjid - Sebelah selatan : Desa Cot Batee

- Sebelah timur : Desa Cot U Sibak

- Sebelah barat : Desa Ujong Blang dan Krueng Juli Timu

Desa Weujangka terdiri dari tiga dusun yaitu Dusun Cot Gadong, Dusun Bong-bong, Dusun Lancang Teungoh. Desa ini merupakan daerah dataran rendah dan terletak pada ketinggian tanah 5 meter dari permukaan laut.

4.1.2. Demografi

Desa Weujangka mempunyai jumlah penduduk pada tahun 2009 sebanyak 1090 jiwa dengan perincian laki-laki 554 jiwa dan perempuan 536 jiwa serta jumlah kepala keluarga sebanyak 254 KK.

4.2 Gambaran Umum Responden 4.2.1. Usia Responden

Gambaran distribusi responden berdasarkan usia ibu dari usia 20 tahun sampai 40 tahun di Desa Weujangka Tahun 2010 dapat dilihat pada tabel berikut:


(40)

Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Usia Ibu di Desa Weujangka Tahun 2010

No. Usia Ibu (Tahun) Jumlah %

1. 20 – 24 4 10,0

2. 25 – 29 13 32,5

3. 30 – 34 10 25,0

4. 35 – 40 13 32,5

Total 40 100,0

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sebaran usia ibu paling banyak pada kelompok usia 25 – 29 tahun dan 35 – 40 tahun sebesar 3,5% dan sebaran usia ibu paling sedikit pada kelompok 20 – 24 tahun sebesar 10%.

4.2.2. Usia Anak

Gambaran distribusi responden berdasarkan usia anak 0 – 2 tahun di Desa Weujangka dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Usia Anak di Desa Weujangka Tahun 2010

No. Usia Anak (Bulan) Jumlah %

1. 0 – 6 13 32,5

2. 7 – 9 11 27,5

3. 10 – 12 6 15,0

4. 13 – 24 10 25,0

Total 40 100,0

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sebaran umur anak paling banyak pada kelompok usia 0-6 bulan yaitu 13 orang (32,5%) dan yang paling sedikit pada kelompok usia 10-12 bulan (15%).

4.3. Aspek Sosial Ekonomi Responden 4.3.1. Pendidikan Ibu

Gambaran distribusi responden berdasarkan pendidikan ibu di Desa Weujangka dapat dilihat pada tabel berikut:


(41)

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Ibu di Desa Weujangka Tahun 2010

No. Pendidikan Ibu Jumlah %

1. SD 2 5,0

2. SLTP 12 30,0

3. SLTA 17 42,5

4. Perguruan tinggi 9 22,5

Total 40 100,0

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan ibu yang memiliki anak 0 - 2 tahun paling banyak menamatkan pendidikan SLTA yaitu sebanyak 17 orang sebesar 42,5% dan paling sedikit pendidikan ibu menamatkan SD yaitu sebanyak 2 orang sebesar 5%.

4.3.2. Pengetahuan Pola ASI dan MP-ASI

Gambaran distribusi responden berdasarkan pengetahuan ibu tentang pola ASI dan MP-ASI yang dikelompokkan berdasarkan kategori baik, cukup, dan kurang di Desa Weujangka dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu di Desa Weujangka Tahun 2010

No. Pengetahuan Ibu Jumlah %

1. Baik 28 70,0

2. Cukup 12 30,0

Total 40 100,0

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 40 ibu, 28 orang sudah berpengetahuan baik tentang pola ASI dan MP-ASI sebesar 70% dan ibu berpengetahuan cukup sebanyak 12 orang sebesar 30%.

Pada tabel 4.5. dapat dilihat distibusi responden berdasarkan pertanyaan tentang pola pemberian ASI dan MP-ASI yang diberikan saat wawancara adalah sebagai berikut:


(42)

Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Pertanyaan tentang Pola Pemberian ASI dan MP-ASI di Desa Weujangka Tahun 2010

No. Daftar Pertanyaan

Pilihan Jawaban

Jum- lah % a (skor 3) b (skor 2) c (skor 1)

n % n % n %

1. Apakah yang dimaksud dengan ASI Eksklusif?

7 17,5 7 17,5 26 65,0 40 100,0 2. Apakah yang dimaksud

dengan kolostrum?

27 67,5 13 32,5 0 0,0 40 100,0 3. Bagaimanakah posisi

ibu dan bayi yang baik saat menyusui?

30 75,0 10 25,0 0 0,0 40 100,0

4. Apa yang dimaksud dengan MP-ASI?

31 77,5 9 22,5 0 0,0 40 100,0 5. Menurut ibu, ASI baik

diberikan sampai bayi berusia berapa?

37 92,5 2 5,0 1 2,5 40 100,0

6. Menurut ibu, ASI diberikan berapa kali dalam sehari?

38 95,0 2 5,0 0 0,0 40 100,0

7. Menurut ibu, makanan tambahan baik

diberikan kepada anak saat anak berusia?

6 15,0 8 20,0 26 65,0 40 100,0

8. Menurut ibu, mulai umur berapakah pisang wak baik diberikan?

6 15,0 8 20,0 26 65,0 40 100,0

9. Bagaimana cara pemberian MP-ASI?

9 22,5 15 37,5 25 62,5 40 100,0 10. Menurut ibu, kapankah

anak diberikan makanan dewasa (makanan keluarga)?

36 90,0 2 5,0 2 5,0 40 100,0

11. Menurut ibu, berapa kali anak makan dalam sehari?

38 95,0 2 5,0 0 0,0 40 100,0

12. Menurut ibu, susunan makanan anak usia 1-2 tahun terdiri dari?

19 47,5 21 52,5 0 0,0 40 100,0

Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar ibu belum mengetahui tentang pemberian ASI saja selama 6 bulan, karena 65% ibu mengetahui bahwa pemberian


(43)

makanan tambahan diberikan pada usia 1-3 bulan, tetapi sebagian besar ibu sudah mengetahui pemberian ASI sampai 2 tahun 92,5%.

4.3.3. Pekerjaan Orang Tua

Gambaran distribusi responden berdasarkan jenis pekerjaan kepala keluarga di Desa Weujangka dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Suami di Desa Weujangka Tahun 2010

No. Pekerjaan Jumlah %

1. Nelayan 7 17,5

2. Petani 22 55,0

3. Pedagang 5 12,5

4. Supir 2 5,00

5. Wiraswasta 4 10,0

Total 40 100,0

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis pekerjaan kepala keluarga paling banyak sebagai petani yaitu 22 orang (55%) dan paling sedikit kepala keluarga supir sebesar 2 orang (5%).

Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu di Desa Weujangkan Tahun 2010

No. Pekerjaan Jumlah %

1. Bekerja 8 20,0

2. Tidak bekerja 32 80,0

Total 40 100,0

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu di desa weujangka adalah ibu rumah tangga (80%) dan 20% ibu bekerja seperti guru, bidan desa.


(44)

4.3.4. Pendapatan Keluarga

Gambaran distribusi responden menurut pendapatan keluarga berdasarkan Upah Minimum Propinsi (UMP) Aceh dari peraturan perpajakan tahun 2009 di Desa Weujangka dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan Keluarga di Desa Weujangka Tahun 2010

No. Pendapatan Jumlah %

1. < Rp. 1.300.000,00 31 77,5

2. ≥ Rp. 1.300.000,00 9 22,5

Total 40 100,0

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan keluarga di bawah UMP Aceh yaitu 31 keluarga (77,5%) dan di atas UMP yaitu 9 keluarga (22,5%).

4.3.5. Jumlah Anggota Keluarga

Gambaran distribusi responden menurut jumlah anggota keluarga dalam satu rumah di Desa Weujangka dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga di Desa Weujangka Tahun 2010

No. Jumlah Anggota Keluarga Jumlah %

1. ≤ 4 orang 17 42,5

2. > 4 orang 23 57,5

Total 40 100,0

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang tinggal dalam satu rumah dengan anggota keluarga lebih dari 4 orang sebanyak 23 orang (57,5%) dan responden yang tinggal dengan jumlah anggota keluarga kurang dari 4 orang dalam satu rumah sebanyak 17 orang (42,5%).


(45)

4.3.6. Jumlah Anak

Gambaran distribusi responden berdasarkan jumlah anak yang dimiliki oleh ibu di Desa Weujangka dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anak di Desa Weujangka Tahun 2010

No. Jumlah Anak Jumlah %

1. ≤ 2 orang 30 75,0

2. > 2 orang 10 25,0

Total 40 100,0

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah anak dikategorikan baik yaitu 30 ibu (75%) yang memiliki jumlah anak hanya satu atau dua anak. Sedangkan ibu-ibu yang memiliki anak di atas dua orang yaitu 10 orang (25%). 4.3.7. Tipe Keluarga

Gambaran distribusi responden berdasarkan tipe keluarga di Desa Weujangka dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.11. Dstribusi Responden Berdasarkan Tipe Keluarga di DesaWeujangka Tahun 2010

No. Tipe keluarga Jumlah %

1. Keluarga inti 23 55,0

2. Keluarga luas 17 45,0

Total 40 100,0

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tipe keluarga responden adalah keluarga inti yaitu 22 keluarga (55%) dan keluarga luas yaitu 18 keluarga (45%).

4.4. Pola Pemberian ASI dan MP-ASI Anak 0-2 Tahun

Pada Tabel 4.12. dapat dilihat gambaran pola pemberian ASI dan MP-ASI anak 0-2 tahun yang dikelompokkan berdasarkan usia anak dan jenis makanan yang


(46)

diberikan sesuai dengan acuan yang telah ditetapkan oleh Depkes yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.12. Distribusi Jenis Makanan yang diberikan Pada Anak berdasarkan Usia Anak di Desa Weujangka Tahun 2010

No. Jenis Makanan Jumlah %

1.

0-6 bulan ASI saja

ASI + susu formula ASI + MP-ASI

ASI + susu formula + MP-ASI Susu formula + MP-ASI

1 3 2 4 1 9,1 27,3 18,1 36,4 9,1

Total 11 100,0

2.

6-9 bulan ASI + MP-ASI

ASI + susu formula + MP-ASI Susu formula + MP-ASI

2 5 2 22,2 55,6 22,2

Total 9 100,0

3.

9-12 bulan ASI + MP-ASI

ASI + susu formula + MP-ASI Susu formula + MP-ASI

5 3 0 62,5 37,5 0,0

Total 8 100,0

4.

12-24 bulan ASI + MP-ASI

ASI + susu formula + MP-ASI Susu formula + MP-ASI

0 8 4 0,0 66,7 33,3

Total 12 100,0

Berdasarkan Tabel 4.12. menunjukkan bahwa dari 11 anak yang berusia 0-6 bulan 1 anak (9,1%) yang diberikan ASI saja dan selebihnya telah diberikan susu formula dan makanan tambahan. Kelompok anak usia 6-9 bulan sebanyak 55,6% ibu memberikan ASI, susu formula, dan MP-ASI, anak usia 9-12 bulan sebanyak 62,5% ibu memberikan ASI dan MP-ASI dan anak usia 12-24 bulan sebanyak 66,7% ibu memberikan ASI dan MP-ASI.


(47)

Menurut tabel di atas anak usia 0-2 tahun dapat dikelompokkan berdasarkan pola pemberian ASI dan MP-ASI baik atau tidak baik sesuai dengan usia anak dan jenis makanan yang diberikan yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.13. Distribusi Frekuensi Anak 0-2 Tahun Berdasarkan Pola Pemberian ASI dan MP-ASI di Desa Weujangka Tahun 2010

No. Pola Pemberian ASI dan MP-ASI Jumlah %

1. 0-6 bulan Baik Tidak baik 1 10 9,1 90,9

Total 11 100,0

2. 6-9 bulan Baik Tidak baik 9 0 100,0 0,0

Total 9 100,0

3. 9-12 bulan Baik Tidak baik 5 3 62,5 37,5

Total 8 100,0

4. 12-24 bulan Baik Tidak baik 12 0 100,0 0,0

Total 12 100,0

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari dari 11 anak usia 0-6 bulan sebanyak 9,1% pola pemberian ASI baik karena diberikan ASI saja. Anak usia 6-9 bulan dan 12-24 bulan sebanyak 100% pola pemberian ASI dan MP-ASI baik. Anak usia 9-12 bulan sebanyak 37,5% pola pemberian ASI dan MP-ASI tidak baik karena bentuk nasi keras seharusnya bentuk nasi lunak.

4.4.1. Usia Pemberian Makanan Tambahan Pertama kali dan Jenis Makanan yang Diberikan

Pada Tabel 4.14. dari 40 anak usia 0-2 tahun ada 36 anak telah diberikan makanan tambahan dan 4 anak lain belum diberikan makanan karena usia anak


(48)

dinbawah 6 bulan. Tabel di bawah ini menunjukkan usia pertama kali anak diberikan makanan tambahan dan jenis makanan yang diberikan yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.14. Distribusi Usia Pemberian Makanan Tambahan Pertama Kali Berdasarkan Jenis Makanan Tambahan yang Diberikan pada Anak di Desa Weujangka Tahun 2010

No.

Usia Pemberian

Makanan Selain ASI

Jenis Makanan Tambahan

Jum- lah % Pisang Dihaluskan Bubur Susu Diolah Sendiri Bubur Susu Instan Pisang Dihalus- kan dan Bubur Susu Instan

n % n % n % n %

1. ≤ 1 bulan 20 83,3 1 41,7 0 0,0 3 12,5 24 100,0

2. 2 bulan 8 100,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 8 100,0 3. 3 bulan 2 100,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 2 100,0 4. 4 bulan 1 50,0 0 0,0 1 50,0 0 0,0 2 100,0 Total 31 86,1 1 2,8 1 2,8 3 8,3 36 100,0 Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa 24 anak diberikan makanan tambahan pada usia di bawah 1 bulan dan 83,3% anak diberikan pisang yang dihaluskan.

Pada tabel 4.15. menunjukkan distibusi usia pemberian pemberian susu formula. Dari 40 anak 0-2 tahun hanya 22 anak yang diberikan susu formula seperti yang tertera dalam tabel di bawah ini:

Tabel 4.15. Distribusi Usia Pemberian Susu Formula Pertama Kali pada Anak di Desa Weujangka Tahun 2010

No. Usia Pemberian Susu Formula

Pertama Kali Jumlah %

1. ≤ 1 bulan 14 63,6

2. 2 bulan 8 36,4


(49)

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa dari 22 anak yang diberikan susu formula, 63,3% anak diberikan susu formula pada usia 1 bulan.

4.5. Pola Pemberian ASI dan MP-ASI berdasarkan Aspek Sosial Ekonomi Keluarga

4.5.1. Pola Pemberian ASI dan MP-ASI berdasarkan Pendidikan Ibu

Gambaran pola pemberian ASI dan MP-ASI pada anak 0-2 tahun berdasarkan pendidikan ibu dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.16. Distribusi Pola Pemberian ASI dan MP-ASI pada Anak 0-2 Tahun berdasarkan Pendidikan Ibu di Desa Weujangka Tahun 2010

No. Pendidikan Ibu

Pola Pemberian ASI dan MP-ASI

Total % Baik Tidak Baik

n % n %

1. 0-6 bulan SD SLTA Perguruan tinggi 0 0 1 0,0 0,0 20,0 1 5 4 100,0 100,0 80,0 1 5 5 100,0 100,0 100,0

Total 1 10 11 100,0

2. 6-9 bulan SLTP SLTA Perguruan tinggi 3 4 2 100,0 100,0 100,0 0 0 0 0,0 0,0 0,0 3 4 2 100,0 100,0 100,0

Total 9 0 9 100,0

3. 9-12 bulan SLTP SLTA Perguruan tinggi 3 2 0 60,0 100,0 0,0 2 0 1 40,0 0,0 100,0 5 2 1 100,0 100,0 100,0

Total 5 3 8 100,0

4. 12-24 bulan SD SLTP SLTA Perguruan tinggi 1 4 6 1 100,0 100,0 100,0 100,0 0 0 0 0 0,0 0,0 0,0 0,0 1 4 6 1 100,0 100,0 100,0 100,0


(50)

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa 1 anak usia 0-6 bulan pola pemberian ASI tidak baik dari ibu berpendidikan SD, namun ibu tamatan perguruan tinggi 1 anak usia 9-12 bulan pola ASI dan MP-ASI tidak baik.

4.5.2. Pola Pemberian ASI dan MP-ASI berdasarkan Pengetahuan Ibu Tentang Pola ASI dan MP-ASI

Gambaran pola pemberian ASI dan MP-ASI pada anak 0-2 tahun berdasarkan pengetahuan ibu tentang pola pemberian ASI dan MP-ASI dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.17. Distribusi Pola Pemberian ASI dan MP-ASI pada Anak 0-2 Tahun berdasarkan Pengetahuan Ibu di Desa Weujangka Tahun 2010 No Pengetahuan Ibu

Pola Pemberian ASI dan MP-ASI

Total % Baik Tidak Baik

n % n %

1. 0-6 bulan Baik Cukup 1 0 11,1 0,0 8 2 88,9 100,0 9 2 100,0 100,0

Total 1 9,1 10 90,9 11 100,0

2. 6-9 bulan Baik Cukup 5 4 100,0 100,0 0 0 0,0 0,0 5 4 100,0 100,0

Total 9 100,0 0 0,0 9

3. 9-12 bulan Baik Cukup 5 0 83,3 0,0 1 2 16,7 100,0 6 2 100,0 100,0

Total 5 62,5 3 37,5 8 100,0

4. 12-24 bulan Baik Cukup 9 3 100,0 100,0 0 0 0,0 0,0 9 3 100,0 100,0


(51)

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 9 ibu yang berpengetahuan baik, 8 anak (88,9%) pola pemberian ASI tidak baik pada anak 0-6 bulan. Pada kelompok anak 12-24 bulan, ibu berpengetahuan baik telah menerapkan pola pemberian ASI dan MP-ASI yang baik.

4.5.3. Pola Pemberian ASI dan MP-ASI berdasarkan Pekerjaan Orang Tua Gambaran pola pemberian ASI dan MP-ASI berdasarkan pekerjaan orang tua dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.18. Distribusi Pola Pemberian ASI dan MP-ASI pada anak 0-2 Tahun berdasarkan Pekerjaan di Desa Weujangka Tahun 2010

No. Pekerjaan Orang Tua

Pola Pemberian ASI dan MP-ASI

Total % Baik Tidak Baik

n % n %

1. 0-6 bulan Bekerja Tidak Bekerja 1 0 25,0 0,0 3 7 75,0 100,0 4 7 100,0 100,0

Total 1 9,1 10 90,9 11 100,0

2. 6-9 bulan Bekerja Tidak Bekerja 2 7 100,0 100,0 0 0 0,0 0,0 2 7 100,0 100,0

Total 9 100,0 0 0,0 9 100,0

3. 9-12 bulan Bekerja Tidak Bekerja 0 5 0,0 62,5 0 3 0,0 37,5 0 8 100,0 100,0

Total 5 62,5 3 37,5 8 100,0

4. 12-24 bulan Bekerja Tidak Bekerja 1 11 100,0 100,0 0 0 0,0 0,0 1 11 100,0 100,0

Total 12 100,0 0 0,0 12 100,0

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa 7 anak usia 0-6 bulan pola pemberian ASI tidak baik dari ibu tidak bekerja, 3 anak dari 8 anak usia 9-12 bulan pola pemberian ASI dan MP-ASI tidak baik dari ibu tidak bekerja.


(52)

4.5.4. Pola Pemberian ASI dan MP-ASI berdasarkan Pendapatan Keluarga

Pada Tabel 4.19 dapat dilihat pola pemberian ASI dan MP-ASI anak 0-2 tahun berdasarkan pendapatan keluarga dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.19. Distribusi Pola Pemberian ASI dan MP-ASI pada Anak 0-2 Tahun berdasarkan Pendapatan Keluarga di Desa Weujangka Tahun 2010 No. Pendapatan

Pola Pemberian ASI dan MP-ASI

Total % Baik Tidak Baik

n % n %

1.

0-6 bulan

< Rp.1.300.000,00

≥ Rp.1.300.000,00 0 1

0,0 25,0 7 3 100,0 75,0 7 4 100,0 100,0

Total 1 9,1 10 90,9 11 100,0

2.

6-9 bulan

< Rp.1.300.000,00

≥ Rp.1.300.000,00 6 3

100,0 100,0 0 0 0,0 0,0 6 3 100,0 100,0

Total 9 100,0 0 0,0 9 100,0

3.

9-12 bulan

< Rp.1.300.000,00 ≥ Rp.1.300.000,00

4 1 66,7 50,0 2 1 33,3 50,0 6 2 100,0 100,0

Total 5 62,5 3 37,5 8 100,0

4.

12-24 bulan < Rp.1.300.000,00

≥ Rp.1.300.000,00 11 1

100,0 100,0 0 0 0,0 0,0 11 1 100,0 100,0

Total 12 100,0 0 0,0 12 100,0

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keluarga yang memiliki pendapatan di bawah Rp.1.300.000,00 sebagian besar pola pemberian ASI dan MP-ASI anak 12-24 bulan baik (100%). Walaupun pendapatan keluarga di atas Rp.1.300.000,00 namun 75%% keluarga belum menerapkan pola pemberian ASI tidak baik pada anak 0-6 bulan.

4.5.5. Pola Pemberian ASI dan MP-ASI berdasarkan Jumlah Anggota Kelurga Gambaran pola pemberian ASI dan MP-ASI pada anak 0-2 tahun berdasarkan jumlah anggota keluarga dapat dilihat pada tabel berikut:


(53)

Tabel 4.20. Distribusi Pola Pemberian ASI dan MP-ASI pada Anak 0-2 Tahun berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga di Desa Weujangka Tahun 2010

No. Jumlah Anggota Keluarga

Pola Pemberian ASI dan MP-ASI

Total % Baik Tidak Baik

n % n %

1.

0-6 bulan ≤ 4 orang > 4 orang

0 1 0,0 14,3 4 6 100,0 85,7 4 7 100,0 100,0

Total 1 9,1 10 90,9 11 100,0

2.

6-9 bulan ≤ 4 orang > 4 orang

3 6 100,0 100,0 0 0 0,0 0,0 3 6 100,0 100,0

Total 9 100,0 0 0,0 9 100,0

3.

9-12 bulan ≤ 4 orang > 4 orang

3 2 50,0 100,0 3 0 50,0 0,0 6 2 100,0 100,0

Total 5 62,5 3 37,5 8 100,0

4.

12-24 bulan ≤ 4 orang > 4 orang

5 7 100,0 100,0 0 0 0,0 0,0 5 7 100,0 100,0

Total 12 100,0 0 0,0 12 100,0

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 4 anak (10%) pola pemberian ASI dan MP-ASI anak pada keluarga yang jumlah anggota keluarga kurang dari 4 orang adalah tidak baik. Walaupun jumlah anggota keluarga lebih dari 4 orang, tetapi pola pemberian ASI dan MP-ASI anak 12-24 bulan pada umumnya telah baik (100%). 4.5.6. Pola Pemberian ASI dan MP-ASI berdasarkan Jumlah Anak

Gambaran distribusi pola pemberian ASI dan MP-ASI pada anak 0-2 tahun berdasarkan jumlah anak dapat dilihat pada tabel berikut:


(54)

Tabel 4.21. Distribusi Pola Pemberian ASI dan MP-ASI pada Anak 0-2 Tahun berdasarkan Jumlah Anak di Desa Weujangka Tahun 2010

No. Jumlah Anak

Pola Pemberian ASI dan MP-ASI

Total % Baik Tidak Baik

n % n %

1.

0-6 bulan ≤ 2 orang > 2 orang

1 0 14,3 0,0 7 3 85,7 100,0 8 3 100,0 100,0

Total 1 9,1 10 90,9 11 100,0

2.

6-9 bulan ≤ 2 orang > 2 orang

7 2 100,0 100,0 0 0 0,0 0,0 7 2 100,0 100,0

Total 9 100,0 0 0,0 9 100,0

3.

9-12 bulan ≤ 2 orang > 2 orang

4 1 57,1 100,0 3 0 42,9 0,0 7 1 100,0 100,0

Total 5 62,5 3 37,5 8 100,0

4.

12-24 bulan ≤ 2 orang > 2 orang

8 4 100,0 100,0 0 0 0,0 0,0 8 4 100,0 100,0

Total 12 100,0 0 0,0 12 100,0

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa umumnya ibu memerhatikan dan menerapkan pola pemberian ASI dan MP-ASI baik pada anak 12-24 bulan walaupun ibu memiliki anak lebih dari 2 orang (100%%) namun sebesar 85,7% ibu yang memiliki anak kurang dari 2 orang belum menerapkan pola ASI dan MP-ASI yang baik pada anak 0-6 bulan.

4.5.7. Pola Pemberian ASI dan MP-ASI berdasarkan Tipe Keluarga

Gambaran distribusi pola pemberian ASI dan MP-ASI pada anak 0-2 tahun berdasarkan tipe keluarga dapat dilihat pada tabel berikut:


(55)

Tabel 4.22. Distribusi Pola Pemberian ASI dan MP-ASI pada Anak 0-2 Tahun berdasarkan Tipe Keluarga di Desa Weujangka Tahun 2010

No. Tipe Keluarga

Pola Pemberian ASI dan MP-ASI

Total % Baik Tidak Baik

n % n %

1. 0-6 bulan Keluarga inti Keluarga luas 0 1 0,0 16,7 5 5 100,0 83,3 5 6 100,0 100,0

Total 1 9,1 10 90,9 11 100,0

2. 6-9 bulan Keluarga inti Keluarga luas 4 5 100,0 100,0 0 0 0,0 0,0 4 5 100,0 100,0

Total 9 100,0 0 0,0 9 100,0

3. 9-12 bulan Keluarga inti Keluarga luas 3 2 50,0 100,0 3 0 50,0 0,0 6 2 100,0 100,0

Total 5 62,5 3 37,5 8 100,0

4. 12-24 bulan Keluarga inti Keluarga luas 7 5 100,0 100,0 0 0 0,0 0,0 7 5 100,0 100,0

Total 12 100,0 0 0,0 12 100,0

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pola pemberian ASI dan MP-ASI anak 12-24 bulan yang tinggal di keluarga luas baik (100%) dan sebesar 83,3% pola pemberian ASI dan MP-ASI anak 0-6 bulan tidak baik pada keluarga luas.


(56)

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Pola Pemberian ASI dan MP-ASI pada Anak 0-2 Tahun

Pada umumnya anak usia 0-6 bulan di Desa Weujangka telah diberikan makanan lain selain ASI seperti susu formula, pisang yang dihaluskan, atau bubur susu. Hanya 18,2% anak yang mendapat ASI saja dan menurut ibu anak tidak rewel. Jika anak sering nangis dan rewel maka ibu akan memberikan makanan tambahan. Menurut Depkes RI (2005), pemberian makanan lain selain ASI pada usia 0-6 bulan dapat membahayakan bayi karena bayi belum mampu memproduksi enzim untuk mencerna makanan bukan ASI. Apabila periode ini bayi dipaksa menerima makanan bukan ASI maka akan timbul gangguan kesehatan seperti diare, alergi, dan bahaya lain yang fatal. Pola pemberian makanan juga dapat mempengaruhi status gizi anak. Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Sufnidar (2010) mengatakan bahwa anak 0-6 bulan dengan pola makan baik maka status gizi anak berdasarkan BB/U adalah normal dan pola makan tidak baik sebagian besar status gizi anak adalah kurang.

Pola pemberian ASI dan MP-ASI anak 6-9 bulan pada umumnya baik karena ibu memberikan makanan yang sesuai dengan kebutuhan anak. Makanan yang diberikan adalah nasi dengan pisang yang dihaluskan, promina, atau bubur sun. Biasanya ibu memberikan makanan pada pagi dan sore hari. Jika ibu memberikan makanan selingan seperti biskuit, maka diberikan pada siang hari. Bila ibu tidak memberikan makanan selingan kepada anak, nasi pisang yang dihaluskan diberikan 3 kali sehari pada pagi, siang, dan malam hari serta ASI diberikan sesuai keinginan


(57)

anak. Karena sebagian besar ibu tidak bekerja, frekuensi pemberian ASI lebih dari 5 kali sehari dan frekuensi pemberian susu formula biasanya 2-3 kali sehari.

Pada umumnya pola pemberian ASI dan MP-ASI anak 9-12 bulan adalah baik karena ibu memberikan makanan yang lunak. Makanan lunak dibuat dari campuran nasi, wortel, kentang, bayam, daun sop dan ibu menambahkan ceker ayam, hati ayam, tempe, atau tahu. Makanan diberikan pada pagi, siang, dan malam hari serta ASI diberikan sesuai keinginan anak dan susu formula 2-3 kali sehari. Pada kelompok usia ini, beberapa anak usia 9 dan 11 bulan telah diberikan makanan padat pada anak seperti nasi keras nasi dicampurkan dengan ikan dan sayur bening. Biasanya sayur yang diberikan adalah sayur bayam bening dan ikan yang digoreng. Seharusnya pengenalan makanan padat diberikan saat anak mencapai usia 1 tahun. Pengenalan makanan padat yang tidak sesuai dengan usia anak dapat menghambat anak dalam mengunyah. Karena pertumbuhan gigi geraham muncul saat anak berusia 1-2 tahun.

Pola pemberian makanan pada anak 12-24 bulan sudah baik. Ibu-ibu telah memberikan makanan keluarga seperti nasi, sayur, dan ikan. Sayur yang diberikan biasanya sayur rebus dan tidak pedas seperti bayam rebus, wortel sop. Jenis ikan yang diberikan sesuai dengan jenis ikan yang dimakan oleh anggota keluarga lainnya, tetapi ikan yang diberikan pada anak adalah ikan yang digoreng agar sesuai daya terima anak. Jenis ikan yang diberikan seperti Tongkol, Bandeng, Udang, Mujair. Kadang-kadang ibu juga memberikan telur, tempe, atau tahu. Tidak semua ibu membedakan makanan keluarga dengan makanan yang diberikan pada anak. Jika makanan yang dimasaknya pedas, maka ibu memberikannya sedikit saja kuah. Makanan diberikan 3 kali sehari yaitu pagi, siang, dan malam hari. ASI diberikan


(58)

sesuai keinginan anak. Jika anak diberikan susu formula juga, biasanya susu diberikan 2 kali sehari.

Jadi berdasarkan hasil penelitian umumnya ibu memberikan makanan dengan menu lengkap pada anak 1 tahun yaitu nasi, sayur, dan ikan.

5.1.1. Usia Pemberian Makanan Tambahan dan Jenis Makanan Pertama Kali Diberikan

Pada umumnya anak tidak mendapatkan ASI saja di Desa Weujangka karena sebesar 66,7% anak telah diberikan makanan tambahan dan 63,6% anak diberikan susu formula saat anak berusia kurang dari 1 bulan. Hal ini dikarenakan anak selalu menangis dan dianggap lapar. Umumnya ibu memberikan pisang wak atau pisang ayam saja yang dilumatkan. Memberikan pisang juga menjadi tradisi turun temurun. Saat ini ibu lebih banyak memberikan pisang ayam kepada anaknya. Karena pisang ayam lebih mudah didapatkan.

Budaya Peucicap juga memengaruhi pemberian ASI saja selama 6 bulan. Karena adat Peucicap dilakukan saat anak berusia 7 hari dan anak diberikan sari buah (pisang, apel, jeruk, anggur, nangka), gula, garam, madu yang dioleskan pada bibir anak serta hati ayam dan paha ayam yang diberikan sebagai syarat saja disertai doa. Hal ini dilakukan supaya anak menjadi orang yang dilambangkan seperti makanan tersebut, seperti nangka diberikan supaya anak dapat mengharumkan nama keluarga, nusa, dan bangsa, paha ayam diberikan supaya anak gigih mencari rezeki, dll. Dilihat dari segi kesehatan, adat Peucicap tidak berdampak positif bagi anak karena dengan memberikan makanan belum tentu anak kelak menjadi anak yang saleh, berbakti


(59)

kepada kedua orang tua, agama, nusa dan bangsa seperti seperti yang dilambangkan makanan tersebut.

5.2. Pola Pemberian ASI dan MP-ASI berdasarkan Aspek Sosial Ekonomi Keluarga

5.2.1. Pola Pemberian ASI dan MP-ASI berdasarkan Pendidikan Ibu

Pola pemberian ASI dan MP-ASI pada anak 6-24 bulan berdasarkan pendidikan ibu sebagian besar adalah baik. Ibu yang pendidikan SLTA persentase pola pemberian ASI dan MP-ASI anak 12-24 bulan adalah 100% yang artinya sebagian besar mereka telah telah memberikan makanan yang baik sesuai dengan usia anak. Tetapi ibu tamatan perguruan tinggi pola pemberian ASI dan MP-ASI anak usia 0-6 bulan sebagian besar tidak baik (80%), karena anak sudah diberikan susu formula dan makanan tambahan. Pada umumnya ibu tamatan perguruan tinggi bekerja di luar rumah. Hal ini mempengaruhi ibu memberikan susu formula dan makanan tambahan karena ibu jarang memberikan ASI. Jadi, pendidikan ibu bukan suatu acuan jika pola pemberian ASI dan MP-ASI menjadi baik.

Sedangkan menurut pernyataan Suhardjo (1986), tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang diperolehnya. Semakin tinggi pendidikan ibu semakin tinggi kemampuan ibu menyerap informasi serta lebih mudah menerapkan dalam keluarga.

5.2.2. Pola Pemberian ASI dan MP-ASI berdasarkan Pengetahuan Ibu

Pengetahuan gizi seseorang besar pengaruhnya bagi perubahan sikap dan perilaku didalam pemilihan bahan makanan yang selanjutnya berpengaruh pada keadaan gizi individu yang bersangkutan. Sebagian besar ibu yang memiliki


(60)

pengetahuan baik dan cukup telah menerapkan pola pemberian ASI dan MP-ASI yang baik pada anak, namun pola pemberian ASI dan MP-ASI baik pada anak 6-24 bulan sedangkan anak 0-6 bulan tidak mendapatkan ASI saja.

Tidak diberikannya ASI saja selama 6 bulan dapat disebabkan oleh faktor budaya dan kurangnya informasi yang didapat dari petugas kesehatan. Hal ini terbukti dari pertanyaan yang diberikan, sebagian besar ibu menjawab bahwa pemberian ASI saja diberikan sampai umur 4 bulan dan makanan tambahan atau pisang diberikan saat anak berusia 2 bulan. Jadi sebagian besar ibu belum mengetahui tentang pemberian ASI saja selama 6 bulan, tetapi ibu mengetahui tentang pemberian ASI sampai anak berusia 2 tahun dan pola makanan yang baik pada anak 6-24 bulan. Jika informasi diberikan secara terus-menerus maka akan meningkatkan pengetahuan ibu dan perubahan sikap serta perilaku ibu terhadap pemberian ASI Eksklusif. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Manik (2007), informasi dapat mempengaruhi pola pemberian makan anak balita jika informasi yang diberikan sesering mungkin untuk menambah wawasan dan pengetahuan ibu.

5.2.3 Pola Pemberian ASI dan MP-ASI berdasarkan Pekerjaan Orang Tua Petani adalah jenis pekerjaan yang banyak dijalani oleh ayah yang memiliki anak 0-2 tahun dan sebagian besar pola pemberian ASI dan MP-ASI baik. jenis pekerjaan lain seperti nelayan, pedagang, supir, dan wiraswasta pola pemberian ASI dan MP-ASI baik juga. Hal ini menunjukkan bahwa jenis pekerjaan tertentu tidak berkaitan dengan pola pemberian ASI dan MP-ASI menjadi baik atau buruk. Karena ayah tidak berperan langsung dalam pemberian makan anak, maka status gizi anak tidak berkaitan dengan pekerjaan ayah. Sebagaimana penelitian yang telah dilakukan


(61)

oleh Hendra Yudi tahun 2007, mengatakan pekerjaan ayah tidak ada hubungan dengan status gizi anak tetapi pekerjaan ibu berhubungan dengan status gizi anak. Karena pada ibu yang tidak bekerja sebagian besar pola pemberian ASI dan MP-ASI anak 12-24 bulan adalah baik (100%), ibu memegang peran penting dalam pengasuhan anak seperti ibu menyediakan dan memberikan makan anak, serta anak mendapatkan perhatian yang cukup.

5.2.4. Pola Pemberian ASI dan MP-ASI berdasarkan Pendapatan Keluarga Sebagian besar keluarga di Desa Weujangka memiliki penghasilan di bawah Rp.1.300.00,00 per bulan seperti telah diuraikan di atas bahwa sebagian besar kepala keluarga bekerja sebagai petani, nelayan, supir dan menghasilkan uang dalam sebulan antara Rp.300.000,00-Rp.500.000,00. Walaupun penghasilan mereka di bawah UMP, tetapi sebagian besar pola pemberian ASI dan MP-ASI pada anak 6-24 bulan dikategorikan baik. Karena pada umumnya beras dan sayur diperoleh dari hasil panen sehingga mereka tidak perlu membelinya. Sayur yang ditanam adalah sawi, kangkung, bayam, daun ubi, selada, dll. Jika ibu bosan dengan sayur tersebut maka ibu akan membeli sayur lain seperti touge, wortel, kentang, dll. Sedangkan ikan yang dikonsumsi, mereka lebih sering mengkonsumsi ikan Tongkol, Bandeng, Udang, Mujair. Jadi pendapatan rendah tidak menjamin bahwa pola pemberian makanan pada anak menjadi tidak baik. Hal ini dapat disebabkan ibu telah mengetahui dan menerapkan pola pemberian makanan yang baik dengan memanfaatkan bahan makanan disekitarnya sesuai kebutuhan anak. Jika anak berusia 1 tahun ke atas ibu menyediakan nasi, sayur, dan ikan dan umumnya ibu menyediakan makanan berbeda dengan makanan keluarga karena anak belum bisa makan makanan yang pedas


(1)

Hidayat, Alimul. 2005. Pengantar ilmu keperawatan anak 1. Salemba Medika. Jakarta

Juwono, L. 1997. Perawatan Bayi untuk Bayi dan Balita. The American Academy of Pediatrics. Jakarta

Kasdu, D. 2004. Anak Cerdas. Puspa Swara. Jakarta

Manik, Henry. 2007. Pengaruh Terpaan Informasi dan Budaya Terhadap Pola Pemberian Makan Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas

Sigalingging Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi Tahun 2007. Tesis-Pascasarjana USU. Medan

Peraturan Gubernur Aceh. 2009. Penetapan Upah Minimum Propinsi Aceh No. 132 Tahun 2009. Banda Aceh

Persatuan Ahli Gizi Indonesia. 1992. Penuntun Diit Anak. Gramedia. Jakarta Pujdiadi, S. 2005. Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. Fakultas Kedokteran UI. Jakarta Profil Gampong Weujangka. 2009. Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Gampong Weujangka 2009-2013. Bireuen

Riset Kesehatan Dasar 2007. 2008. Laporan Provinsi Aceh. Jakarta

SKN, 2009. Bentuk dan Cara Penyelenggaraan Pembangunan Kesehatan. Jakarta

Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. EGC. Jakarta

Sufnidar. 2010. Pola Makan dan Status Gizi Bayi di Kecamatan Padang Tiji Kabupaten Pidie Provinsi Aceh Tahun 2010. Skripsi-FKM USU. 2010 Suhardjo. 1986. Pangan, Gizi, dan Pertanian. Universitas Indonesia. Jakarta ... 1996. Perencanaan Pangan dan Gizi. Bumi Aksara. Jakarta

... 2003. Pemberian Makanan pada Bayi dan Anak. Kanisius. Yogyakarta Supariasa, Nyoman, dkk. 2001. Penilaian Status Gizi. EGC. Jakarta


(2)

Survei Sosial Ekonomi Nasional 2007. 2009. Distribusi Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif pada Bayi 0-6 Bulan. Diakses 12 Desember 2009.

Susanto, Abdi. 2010. Susu Formula Bisa Mirip ASI?. Diakses 29 Maret 2010.

Unila, Mathedu. 2009. Tipe-tipe Keluarga. Diakses 17 Maret 2010. Mathedu-unila.blogspot.com

WHO. 2003. Pemberian Makanan Tambahan. Alih Bahasa: Lilian J. AGC. Jakarta Yudi, Hendra. 2008. Hubungan Faktor Sosial Budaya dengan Status Gizi anak

Usia 6-24 bulan di Kecamatan Medan Area Kota Medan Tahun 2007. Tesis-Pasca Sarjana USU. Medan


(3)

POLA PEMBERIAN ASI DAN MPASI PADA ANAK 0-2 TAHUN DITINJAU DARI ASPEK SOSIAL EKONOMI DI WILAYAH PESISIR DESA

WEUJANGKA KECAMATAN KUALA KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2010

No. Kuesioner :

Tanggal Wawancara : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama Ibu / Anak : 2. Tanggal lahir anak :

3. Umur Ibu :

4. Alamat :

5. Jumlah Anggota keluarga :

6. Jumlah anak :

7. Pendidikan Ibu :

a. Tidak Sekolah c. SLTP e.Perguruan Tinggi

b. SD d. SLTA

8. Pekerjaan Suami :

a. PNS/Polri/ABRI c. Nelayan e. Pedagang

b. Peg Swasta/karyawan d. Petani f. Lainnya... 9. Pekerjaan ibu:

a. Bekerja b. Tidak bekerja

10. Pendapatan keluarga : Rp. / hari / minggu / bulan 11. Anda sekarang tinggal bersama : a. Suami dan anak


(4)

II. PENGETAHUAN RESPONDEN TENTANG POLA ASI dan MP-ASI 1. Apakah yang dimaksud dengan ASI-Eksklusif?

a. Pemberian ASI saja selama 6 bulan tanpa memberikan

makanan yang lain (3)

b. Pemberian ASI selama 6 bulan (2)

c. Pemberian ASI selama 4 bulan (1)

2. Apakah yang dimaksud dengan kolostrum?

a. ASI yang pertama keluar mengandung banyak zat gizi dan

zat kekebalan tinggi (3)

b. ASI yang pertama keluar (2)

c. ASI basi (1)

3. Bagaimanakah posisi ibu dan bayi yang baik saat menyusui? a. Seluruh badan bayi dihadapkan pada badan ibu, ibu mendekap

bayi di bawah payudara, dan sebagian besar aerola berada di mulut bayi (3) b. Bayi dipangkuan ibu dan bagian aerola sedikit di mulut bayi (2) c. Bayi dipangkuan ibu dan hanya puting payudara ibu

berada di mulut bayi (1)

4. Apakah yang dimaksud dengan MP-ASI?

a. Makanan yang diberikan pada bayi selain ASI (3)

b. Makanan utama bayi (2)

c. Makanan pengganti ASI (1)

5. Menurut ibu, ASI baik diberikan sampai bayi umur berapa?

a. 2 tahun (3)

b. 1 tahun (2)

c. 6 bulan (1)

6. Menurut ibu, ASI diberikan berapa kali dalam sehari?

a. > 6 kali (sesuka anak) (3)

b. 4 kali (2)

c. 3 kali (1)

7. Menurut ibu, makanan tambahan baik diberikan kepada anak saat umur berapa?

a. > 6 bulan (3)

b. 4 bulan (2)


(5)

9. Bagaimana cara memberikan MP-ASI (makanan pendamping ASI)?

a. Makanan diberikan secara berhati-hati mulai dari bentuk lumat ke bentuk padat saat umur bayi 7-24 bulan dan diberikan 3 kali sehari (3) b. Makanan yang diberikan saat bayi berumur 4 bulan mulai

dari bentuk lumat ke bentuk padat dan diberikan 3 kali sehari (2) c. Makanan yang diberikan saat bayi berumur 2 bulan mulai

dari bentuk lumat ke bentuk padat dan diberikan 3 kali sehari (1) 10.Menurut ibu, kapankan anak diberi makan makanan orang dewasa (makanan

keluarga)?

a. 1 tahun (3)

b. 11 bulan (2)

c. 10 bulan (1)

11. Menurut ibu, berapa kali anak makan dalam sehari?

a. 3 kali sehari (3)

b. 2 kali sehari (2)

c. 1 kali sehari (1)

12. Menurut ibu, susunan menu makanan untuk anak 1-2 tahun terdiri dari?

a. Nasi, ikan/daging, sayur, buah, susu (3)

b. Nasi, ikan/daging, sayur, buah (2)

c. Nasi dan ikan (1)

III. POLA PEMBERIAN ASI DAN MP-ASI 1. Apakah anak ibu masih diberikan ASI?

a. Ya (lanjut pertanyaan no.2) b. Tidak (lanjut pertanyaan no.3)

2. Jika ya, berapa kalikah ibu memberikan ASI kepada anak?...kali sehari 3. Jika tidak, pada usia berapakah anak ibu tidak diberikan ASI lagi?...bulan 4. Sampai usia berapakah anak ibu diberikan ASI saja (tidak diberikan makanan,

madu, air putih, atau air gula)? ...bulan 5. Apakah anak ibu diberikan susu formula?

a. Ya (lanjut pertanyaan no.6) b. Tidak

6. Jika ya, sejak usia berapakah anak ibu diberikan susu formula?...bulan


(6)

8. Apakah anak ibu sudah diberikan makanan tambahan? a. Ya (lanjut pertanyaan no.9)

b. Tidak

9. Jika ya, sejak usia berapakah anak ibu diberikan makanan tambahan? ...bulan

10. Pertama kali ibu memberikan makanan, makanan apa yang ibu berikan pada anak?... ... ... 11.Makanan apa yang ibu berikan pada anak ibu setiap makan?

... ... ... 12. Bagaimanakah bentuk makanan yang ibu berikan sekarang?

a. Lumat b. Lunak c. Padat

13. Apakah anak ibu telah diberikan makanan keluarga? a. Ya

b. Tidak

14. Jika ya, sejak usia berapakah anak ibu diberikan makanan keluarga? ...bulan

15. Berapa kali anak ibu makan dalam sehari?...kali sehari 16. Kapan saja anak ibu diberikan makan?

a. Sarapan b. Makan siang c. Makan malam

17. Siapakah yang lebih sering menyediakan makanan saat anak makan?

a. Ibu d. Pengasuh

b. Ayah e. Lainnya...


Dokumen yang terkait

Determinan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Woyla Barat Kabupaten Aceh Barat

13 77 118

Status Gizi Bayi Ditinjau Dari Pemberian Asi Eksklusif, Pemberian MP-Asi Dan kelengkapan Imunisasi Di Kecamatan Medan Selayang Tahun 2008

1 43 77

Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Pola Pemberian Asi, MP-ASI Dan Pola Penyakit Pada Bayi Usia 0-12 Bulan Di Dusun III Desa Limau Manis Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2007

1 36 58

Gambaran Pola Pemberian ASI dan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada Bayi Serta Pengetahuan Ibu di Desa Bunuraya Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo, Sumatera Utara Tahun 2016

2 12 148

Gambaran Pola Pemberian ASI dan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada Bayi Serta Pengetahuan Ibu di Desa Bunuraya Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo, Sumatera Utara Tahun 2016

0 0 18

Gambaran Pola Pemberian ASI dan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada Bayi Serta Pengetahuan Ibu di Desa Bunuraya Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo, Sumatera Utara Tahun 2016

0 0 2

Gambaran Pola Pemberian ASI dan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada Bayi Serta Pengetahuan Ibu di Desa Bunuraya Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo, Sumatera Utara Tahun 2016

0 0 11

Gambaran Pola Pemberian ASI dan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada Bayi Serta Pengetahuan Ibu di Desa Bunuraya Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo, Sumatera Utara Tahun 2016

1 1 34

Gambaran Pola Pemberian ASI dan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada Bayi Serta Pengetahuan Ibu di Desa Bunuraya Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo, Sumatera Utara Tahun 2016

0 4 3

Gambaran Pola Pemberian ASI dan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada Bayi Serta Pengetahuan Ibu di Desa Bunuraya Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo, Sumatera Utara Tahun 2016

0 0 44