2.2. Pola Pemberian Makan Anak 0-2 Tahun
Pola pemberian makan anak 0-2 tahun sesuai dengan rekomendasi Depkes RI 2007 seperti tertera dalam tabel berikut:
Tabel 2.1. Pola Pemberian Makan Menurut Golongan Usia Anak Gol. Usia
Anak bulan
Jenis Makanan Frekuensi Sehari
0-6 ASI
Sesuka bayi
6- 9 ASIsusu formula, makanan
lumat bubur susu, bubur, sumsum, pisang saringdikerok,
pepaya saring, tomat saring, nasi tim saring, dll
ASIsusu formula sesuka bayi, makanan lumat 2 kali
9-12 ASIsusu formula, makanan
lunak bubur nasi, bubur ayam, nasi tim, kentang pur i, dll
ASIsusu formula sesuka bayi, makanan lunak 2-3 kali
12-24 ASIsusu formula, makanan
padat atau makanan keluarga ASIsusu formula sesuka anak,
makanan keluarga 3-5 kali Sumber: Depkes RI, 2007
2.3. Makanan Anak Usia 0-2 Tahun 2.3.1. Air Susu Ibu ASI
Air Susu Ibu ASI sebagai makanan alamiah adalah makanan terbaik yang dapat diberikan oleh seorang ibu kepada anak yang dilahirkannya, dimana
komposisinya sesuai untuk pertumbuhan bayi Pudjiadi, 2005. Pemberian ASI merupakan cara pemberian makanan alami dan terbaik bagi bayi dan anak bayi dua
Universitas Sumatera Utara
tahun, baik dalam situasi normal terlebih dalam situasi darurat. Frekuensi pemberian ASI dianjurkan setiap 2-3 jam sekali Depkes, 2006.
ASI mengandung karbohidrat berupa laktosa, lemaknya banyak mengandung polyunsaturated fatty acid asam lemak tak jenuh ganda, protein utamanya
lactabumin yang mudah dicerna, kandungan vitamin dan mineralnya banyak, rasio kalsium-fosfat sebesar 2:1 yang merupakan kondisi ideal bagi penyerapan. Selain itu,
ASI juga mengandung zat anti infeksi Arisman, 2004. Beberapa keunggulan ASI antara lain mengandung kolostrum mengandung
zat kekebalan untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi, terutama diare dan infeksi saluran pernapasan akut, meningkatkan kecerdasan anak dibandingkan
yang tidak diberikan ASI, mengandung energi dan zat-zat gizi lainnya yang paling sempurna serta cairan hidup yang sesuia dengan kebutuhan bayi hingga berumur 6
bulan. Setelah 6 bulan ASI masih dibutuhkan sampai anak berusia 2 tahun, ASI yang bersih, aman, mudah dicerna dan tersedia dengan suhu yang sesuai Depkes, 2007.
Peran ibu dalam mewujudkan anak sehat dapat dilaksanakan dengan pemberian ASI secara baik dan benar. Cara pemberian ASI yang baik adalah;
1. Persiapkan sejak atau sebelum hamil dengan mempelajari perihal ASI dan menyusui serta berniat benar untuk menyusui; 2. Kontak dengan bayi dan mulai
menyusui dalam setengah jam setelah malahirkan, berikan kolostrum; 3. Menyusui bayi sesering mungkin; 4. Menyusui bayi dengan benar, yaitu tubuh bayi yang
menempel ke perut ibu dan mulut bayi memasukkan semua areola ke dalam mulut bayi; 5. Berikan ASI eksklusif segera setelah lahir sampai 6 bulan; 6. Berikan
makanan pedamping ASI mulai pada usia setelah 6 bulan; 7. Jika harus bekerja atau
Universitas Sumatera Utara
beraktivitas di luar rumah, usahakan mengatur jadwal untuk tetap menyusui atau berikan ASI perah dengan sendok; 8. Berikan ASI sampai 2 tahun Kasdu, 2004.
2.3.2. Susu Formula
Susu formula terbuat dari susu sapi atau susu kedelai atau protein hidrolisa, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral diperuntukkan sebagai makanan bayi.
Formula dibuat aman untuk dikonsumsi atau bebas dari mikroorganisme yang patogen dan dipertahankan stabilitasnya. Zat-zat gizi yang dikandungnya disusun
sedemikian rupa mendekati komposisi ASI. Teknologi pembuatannta dikembangkan terus-menerus, walaupun begitu susu formula tidak menyamai ASI. Oleh karena itu
ASI adalah makanan terbaik untuk bayi, susu formula tidak dapat digunakan sebagai pengganti ASI tetapi sebagai pelengkap makanan bayi Suhardjo, 2003
Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2002 menunjukkkan bahwa pemberian susu formula kerap dilakukan pada bayi kurang dari
2 bulan. Hal ini terjadi karena ibu bekerja kembali saat bayi berusia 6-8 minggu. Oleh sebab itu, cakupan pemberian susu formula meningkat tiga kali lipat dalam kurun
waktu antara 1997 sebesar 10,8 persen menjadi 32,4 persen di tahun 2002 Susanto, 2010.
2.3.3. Makanan Pendamping ASI MP-ASI
Seiring dengan bertambahnya usia anak, ragam makanan yang diberikan harus bergizi lengkap dan seimbang. Peran zat gizi ini penting untuk menunjang tumbuh
kembang anak. Dalam hal pengaturan pola konsumsi makan, ibu mempunyai peran yang sangat penting dalam memilih jenis makanan yang bergizi seimbang. Makanan
Pendamping ASI MP-ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung zat
Universitas Sumatera Utara
gizi, diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI Depkes, 2006.
MP-ASI harus diberikan setelah anak berusia 6 bulan dan berlanjut sampai usia 24 bulan, karena pada masa tersebut produksi ASI makin menurun sehingga
suplai zat gizi dari ASI tidak lagi memenuhi kebutuhan gizi anak yang semakin meningkat WHO, 2003. MP-ASI untuk bayi sebaiknya memenuhi persyaratan,
seperti memenuhi kecukupan gizi, susunan hidangan memenuhi pola menu seimbang dan memperhatikan selera terhadap makanan, bentuk dan porsi disesuaikan dengan
daya terima, toleransi, dan keadaan faali anak, serta memperhatikan sanitasi higiene Pudjiadi, 2005.
Tujuan memberikan makanan pendamping ASI MP-ASI adalah melengkapi zat gizi yang kurang terdapat dalam ASIsusu formula, mengembangkan
kemampuan bayi untuk menerima bermacam makanan dengan berbagai rasa dan tekstur, mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah dan menelan, dan
melakukan adaptasi terhadap makanan yang mengandung kadar energi tinggi Persagi, 1992.
2.4. Aspek yang terkait dalam Pemberian Makanan Anak 0-2 Tahun 2.4.1. Aspek Sosial Ekonomi.
Faktor sosial ekonomi merupakan data sosial meliputi keadaan penduduk, keadaan keluarga, pendidikan, perumahan, dapur, penyimpanan makanan, sumber air,
kakus. Sementara data ekonomi meliputi pekerjaan, pendapatan keluarga, kekayaan, pengeluaran, dan harga makanan yang tergantung pada pasar dan variasi musim
Supariasa, 2001. Menurut Dalimunthe 1995, kehidupan sosial ekonomi adalah
Universitas Sumatera Utara
suatu kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang menggunakan indikator pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan sebagai tolak ukur.
a. Pendidikan Menurut Apriadji, seseorang dengan pendidikan rendah belum tentu kurang
mampu menyusun makanan yang memenuhi persyaratan gizi dibandingkan dengan orang lain yang pendidikannya lebih tinggi. Karena sekalipun berpendidikan rendah,
kalau orang tersebut rajin mendengarkan atau melihat informasi mengenai gizi, bukan mustahil pengetahuan gizinya akan lebih baik Foster, 2006. Tetapi, status
pendidikan rendah keluarga akan sulit untuk menerima arahan dalam pemenuhan gizi dan mereka sering tidak mau atau tidak meyakini pentingnya kebutuhan gizi dalam
membantu pertumbuhan dan perkembangan Hidayat, 2005. b. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan salah satu unsur kebudayaan
.
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia tentang benda, sifat, keadaan, dan harapan-
harapan. Pengetahuan dimiliki oleh semua suku bangsa di dunia. Mereka memperoleh pengetahuan melalui pengalaman, intuisi, wahyu, dan berpikir menurut logika, atau
percobaan-percobaan yang bersifat empiris Anonim, 2009. Pengetahuan seseorang tentang masalah gizi diperoleh dari pengalaman
empiris dan dijadikan sebagai salah satu pertimbangan dalam menyediakan, mengolah, menyajikan makanan bagi dirinya sendiri dan orang lain. Oleh karena
penguasaan pengetahuan tentang gizi akan membantu dalam memilih makanan, menentukan cara pengolahan yang benar serta menyajikan secara baik sesuai dengan
kriteria kesehatan Suharjdo, 1996.
Universitas Sumatera Utara
c. Pekerjaan Pekerjaan yang layak dapat mempengaruhi penghasilan seseorang sehingga
mampu memenuhi kebutuhan makanan berprotein yang diperlukan anak-anak sehingga tidak kekurangan kalori protein Juwono, 1997.
d. Pendapatan Pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan kualitas dan kuantitas
hidangan. Semakin banyak mempunyai uang berati semakin baik makanan yang diperoleh Berg, 1986. Dengan kata lain semakin tinggi penghasilan, semakin besar
pula persentase dari penghasilan tersebut untuk membeli buah, sayuran, dan beberapa jenis makanan lainnya.
e. Jumlah Anggota Keluarga Menurut Bogin 1997, keadaan sosial ekonomi dapat mempengaruhi tumbuh
kembang anak. Terpenuhinya gizi yang baik, seringkali dapat dicapai dengan adanya keadaan sosial ekonomi yang baik. Tumbuh kembang dapat dipengaruhi oleh banyak
hal antara lain: faktor genetis keturunan, kondisi psikologis yang baik, situasi politik yang stabil di negara tempat tinggal, kondisi kesehatan, jumlah anggota
keluarga yang tinggal di dalam satu rumah, dll. Jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak. Karena semakin
banyak anggota di dalam satu rumah, maka semakin berkurangnya makanan yang dimakan Artarya, 2009.
Universitas Sumatera Utara
f. Jumlah Anak Jumlah anak dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak. Karena, jumlah
anak yang sedikit maka anak mendapat banyak perhatian dan kasih sayang dari orang tua yang dapat membangkitkan rasa percaya diri Juwono, 1997.
g. Tipe Keluarga Keluarga adalah kelompok primer yang terpenting dalam masyarakat yang
merupakan gabungan dari pola-pola kebudayaan yang disalurkan malalui dua sisi keluarga. Menurut Efendi 1997, keluarga dibagi atas beberapa 2 tipe keluarga yaitu;
1. Keluarga inti nuclear family yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak; 2. Keluarga luas extended family yang terdiri dari keluarga inti, kakek-nenek, paman-bibi,
sepupu, dan sebagainya Unila, 2009 . Di Aceh, peran nenek sangat dominan dalam pemberian makanan terhadap cucunya, hal ini disebabkan karena dalam satu keluarga
tidak hanya terdiri dari keluarga inti tetapi juga keluarga luas.
2.4.2. Usia Pemberian Makanan Tambahan
Kebiasaan pemberian makanan anak umur 0-24 bulan dikelompokkam berdasarkan pengelompokan yang sudah terbentuk sendirinya di masyarakat.
Pengelompokan ini didasarkan atas penelitian yang dilakukan oleh team Bina Gizi Masyarakat Masyarakat, Depkes RI di Nusa Tenggara Barat dan Jawa Timur pada
tahun 19861987 mengenai pola pemberian makanan bayi dan anak sampai umur 24 bulan. Kelompok usia pemberian makanan adalah: 1. 0 – 1 bulan; 2. 2 – 4 bulan; 3
5 – 8 bulan; 4. 9 – 18 bula; 5. 19 – 24 bulan Suharjo, 2003.
Universitas Sumatera Utara
2.4.3. Jenis Makanan yang Diberikan Selain ASI
Makanan pendamping ASI adalah adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi diberikan kepada anak usia 6-24 bulan guna memenuhi
kebutuhan gizi selaindari ASI Depkes, 2006. Makanan tambahan untuk bayi dapa berupa makanan setengah jadi yang dijual di toko-toko yang merupakan produk hasil
teknologi. Komposisi zat-zat gizi disesuaikan dengan kebutuhan bayi terhadap pertumbuhan dan kesehatan yang optimal. Makanan tambahan yang diberikan juga
dapat dibuat sendiri dirumah dari bahan makanan yang tersedia setempat dan harganya terjangkau. Seperti, sari buah diberikan lebih dini daripada sayur-sayuran.
Nasi tim diberikan mulai umur enam bulan Suhardjo, 2003.
2.5. Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka konsep di atas faktor sosial ekonomi pendidikan ibu, pengetahuan ibu tentang pola ASI dan MP-ASI, pekerjaan orang tua, pendapatan
keluarga, jumlah anggota keluarga, jumlah anak, dan tipe keluarga dapat mempengaruhi pola pemberian ASI dan MP-ASI anak 0-2 tahun di Desa Weujangka
Kecamatan Kuala Kabupaten Bireuen. Pola Pemberian ASI dan
MP-ASI Anak 0-2 Tahun Aspek Sosial Ekonomi Keluarga:
- Pendidikan ibu
- Pengetahuan pola ASI dan MP-SI
- Pekerjaan orang tua
- Pendapatan keluarga
- Jumlah anggota keluarga
- Jumlah anak
- Tipe keluarga
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Desaian Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu memberikan gambaran tentang pola ASI dan MP-ASI pada anak 0-2 tahun ditinjau dari aspek sosial ekonomi. Desain
penelitian yang digunakan adalah cross-sectional, yaitu penelitian yang mengamati subjek dengan pendekatan suatu saat.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Desa Weujangka Kecamatan Kuala Kabupaten Bireuen. Alasan pemilihan lokasi penelitian karena:
- Anak-anak diberikan makan saat anak berusia dibawah 6 bulan
- Anak-anak tidak makan ikan atau sayur
- Penghasilan keluarga di bawah Rp.500.000,00 per bulan
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April-Juli Tahun 2010.
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi
Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga yang mempunyai anak berumur 0-2 tahun pada saat penelitian di Desa Weujangka
Kabupaten Bireuen tahun 2010 sebanyak 40 orang.
3.3.2. Sampel
Sampel adalah total populasi sebanyak 40 orang.
Universitas Sumatera Utara
3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer
Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang berisi daftar pertanyaan dan pilihan jawaban yang telah dilakukan dengan metode
wawancara. Data yang diambil data sosial ekonomi keluarga. Data sosial ekonomi responden meliputi pendidikan ibu, pengetahuan ibu tentang pola ASI dan MP-ASI,
pekerjaan orang tua, pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga, jumlah anak, dan tipe keluarga. Kusioner yang digunakan juga mengukur pola ASI dan MP-ASI anak
0-2 tahun.
3.4.2. Data Sekunder
Data sekunder yang diperlukan diperoleh dari Puskesmas Kuala yang berkaitan dengan penelitian.
3.5. Definisi Operasional
1. Pendidikan ibu adalah jenjang pendidikan secara formal yang pernah diselesaikan oleh responden.
2. Pengetahuan pola ASI dan MP-ASI adalah segala sesuatu yang diketahui responden tentang pola ASI dan MP-ASI.
3. Pekerjaan adalah kegiatan atau aktivitas sehari-hari yang dilakukan oleh responden yang bersifat menghasilkan uang.
4. Pendapatan keluarga adalah jumlah penghasilan kepala keluarga dari responden dalam satu hari, minggu, atau bulan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.
5. Jumlah anggota keluarga adalah banyaknya orang yang menetap dalam satu rumah.
Universitas Sumatera Utara
6. Jumlah anak adalah banyaknya anak yang ada dalam satu rumah dan dari orang tua yang sama terutama anak balita.
7. Tipe keluarga adalah susunan keluarga yang ada dalam satu rumah. 8. Pola Pemberian ASI dan MP-ASI adalah tindakan ibu dalam memberika ASI
meliputi frekuensi pemberian ASI dan pemberian MP-ASI pada anak 0-2 tahun meliputi jenis dan bentuk makanan serta frekuensi pemberian makanan sesuai
umur anak. 3.6. Aspek Pengukuran
1. Pendidikan Ibu 1
Tidak sekolah 2
SD 3
SLTP 4
SLTA 5
Perguruan tinggi 2. Pengukuran pengetahuan tentang ASI dan MP-ASI
Pengetahuan tentang ASI dan MP-ASI diukur melalui wawancara tentang pemberian makan anak dengan 12 pertanyaan. Setiap pertanyaan memiliki jawaban
dengan skor tertinggi yaitu 3 dan skor terendah yaitu 1. Jawaban dari responden akan dikategorikan menjadi baik, cukup, dan kurang.
Kategori aspek pengukuran pengetahuan berdasarkan Arikunto 2000 yaitu: a. Baik, bila jawaban responden yang benar 66 dari nilai seluruh pertanyaan
tentang pengetahuan, dengan nilai 24.
Universitas Sumatera Utara
b. Cukup, bila jawaban responden yang benar 33–66 dari nilai seluruh pertanyaan pengetahuan, dengan nilai antara 12 - 24.
c. Kurang, bila jawaban yang benar 33 dari nilai seluruh pertanyaan tentang pengetahuan, dengan nilai 12.
Skala: Ordinal 3. Pekerjaan Orang Tua
a. Pekerjaan Ayah 1
PNSPolriABRI 2
Peg swastakaryawan 3
Nelayan 4
Petani 5
Pedagang 6
Lainnya b. Pekerjaan Ibu
1 Bekerja 2 Tidak bekerja
4. Pendapatan Keluarga 1
Rp. 1.300.000,00 , jika pendapatan keluarga di bawah UMP Aceh 2
≥ Rp. 1.300.000,00, jika pendapatan keluarga diatas UMP Aceh 5. Jumlah anggota keluarga
1 ≤ 4 orang, jika jumlah anggota keluarga kurang atau sama dengan 4 orang
dalam 1 rumah 2
4 orang, jika jumlah anggota keluarga lebih dari 4 orang dalam 1 rumah
Universitas Sumatera Utara
6. Jumlah anak 1
≤ 2 orang, jika kurang atau sama dengan 2 orang anak dalam keluarga 2
2 orang, jika lebih dari 2 orang anak dalam keluarga 7. Tipe keluarga
1 Keluarga inti, jika keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak
2 Keluarga luas, jika keluarga terdiri dari ayah, ibu, anak, nenek, kakek, atau
saudara lainnya. 8. Pengukuran pola pemberian ASI dan MP-ASI
Kategori aspek pengukuran pola pemberian ASI dan MP-ASI berdasarkan Depkes RI 2007 yaitu:
a. Pola pemberian makanan pada anak 0-6 bulan, yaitu: -
Baik, jika pemberian ASI saja sampai umur 6 bulan dan frekuensi pemberian ASI minimal 8 kali sehari.
- Tidak baik, jika pemberian ASI saja 6 bulan dan frekuensi pemberian ASI 8
kali sehari. b. Pola pemberian makanan pada anak 6-9 bulan, yaitu:
- Baik, jika frekuensi pemberian ASIsusu formula minimal 6 kali sehari, pemberian makan 2 kali sehari, dan bentuk makanan yang diberikan adalah
makanan lumat - Tidak baik, jika frekuensi pemberian ASIsusu formula 6 kali sehari,
pemberian makan 2 kali sehari, dan bentuk makanan yang diberikan bukan makanan lumat.
Universitas Sumatera Utara
c. Pola pemberian makanan pada anak 9-12 bulan, yaitu: - Baik, jika frekuensi pemberian ASIsusu formula minimal 4 kali sehari,
pemberian makan 2 - 3 kali sehari, dan bentuk makanan yang diberikan adalah makanan lunak.
- Tidak baik, jika frekuensi pemberian ASIsusu formula 4 kali sehari, pemberian makan 2 kali sehari, dan bentuk makanan yang diberikan bukan
makanan lunak. d. Pola pemberian makanan pada anak 12-24 bulan, yaitu:
- Baik, jika frekuensi pemberian ASIsusu formula minimal 3 kali sehari, pemberian makan 3-5 kali sehari, dan bentuk makanan yang diberikan adalah
makanan padat. - Tidak baik, jika frekuensi pemberian ASIsusu formula 3 kali sehari,
pemberian makan 3 kali sehari, dan bentuk makanan yang diberikan bukan makanan padat.
Skala: Ordinal
3.7. Pengolahan dan Analisa Data 3.7.1. Pengolahan Data