Hasil Penetapan Parameter Ekstrak Hasil Penapisan Fitokomia

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Gambar 5. Stabilisasi Membran Erirosit dari Ekstrak Uji dan Kontrol Positif terhadap Induksi Larutan Hipotonik Berdasarkan histogram di atas, hasil uji aktivitas antiinflamasi menggunakan metode stabilisasi membran sel darah merah manusia berdasarkan perhitungan stabilitas menunjukkan bahwa konsentrasi minimum yang berpotensi sebagai antiinflamasi adalah 200 ppm yaitu sebesar 51,323. Sedangkan konsentrasi yang mempunyai potensi yang besar sebagai antiinflamasi adalah 800 ppm yaitu sebesar 90,476.

4.1.7 Hasil Analisa Data Statistik

Dari hasil analisa data statistik diperoleh kesimpulan bahwa uji aktivitas antiinflamasi ekstrak etanol 96 kulit batang Kayu Jawa Lannea coromandelica pada konsentrasi 200 dan 400 ppm identik tidak berbeda secara bermakna dengan kontrol positif Na dikolfenak pada konsentrasi 100 ppm. Sedangkan ekstrak uji pada konsentrasi 25, 50, 100, dan 800 ppm tidak identik berbeda secara bermakna dengan kontrol positif Na diklofenak pada konsentrasi 100 ppm. Dengan demikian, yang memiliki potensi sebagai antiinflamasi adalah ekstrak uji pada konsentrasi 200 dan 400 ppm. Hasil analisa data pada Lampiran 11. 17,987 35,979 40,212 51,323 56,084 90,476 66,667 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 25 ppm 50 ppm 100 ppm 200 ppm 400 ppm 800 ppm 100 ppm Na D Stabilitas Ekstrak Etanol Kulit Batang Kayu Jawa Lannea coromandelica Stabilitas UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.2 Pembahasan

4.2.1 Ekstraksi

Proses ekstraksi kulit batang Kayu Jawa dilakukan menggunakan metode maserasi. Proses ekstraksi dengan cara maserasi merupakan salah satu metode ekstraksi yang menguntungkan karena sel simplisia yang direndam di dalam pelarut akan mengalami pemecahan dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan antara di dalam dan di luar sel, sehingga metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam pelarut organik. Pelarut dapat melarutkan komponen dalam sel dengan melintasi membran sel ke dalam bagian sel, dengan mengalirnya bahan pelarut kedalam sel dapat menyebabkan protoplasma membengkak, dan bahan kandungan sel akan terlarut sesuai dengan kelarutannya. Bahan kandungan tersebut berpindah secara osmosis melalui ruang antar rongga sel, gaya yang bekerja adalah perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan pelarut yang mula-mula masih tanpa bahan aktif. Bahan kandungan sel akan mencapai kedalam cairan di sebelah luar selama osmosis melintasi membran sampai terbentuknya suatu keseimbangan konsentrasi antara larutan di sebelah dalam dan di sebelah luar sel Voight, 1994. Pelarut yang digunakan pada proses maserasi adalah etanol 96. Menurut Filho 2006, ekstraksi dengan menggunakan pelarut etanol sangat efektif dalam mengisolasi senyawa-senyawa metabolit sekunder. Maserasi dengan menggunakan pelarut etanol dilakukan karena sifatnya yang mampu melarutkan hampir semua zat, baik yang bersifat polar, semi polar, dan non polar serta kemampuannya untuk mengendapkan protein dan menghambat kerja enzim sehingga dapat terhindar dari proses hidrolisis dan oksidasi Harbone, 1987. Senyawa- senyawa yang dapat diikat oleh pelarut etanol antara lain fixed oils, lemak, lilin, alkaloid, flavonoid, polifenol, tanin, saponin, steroid, terpenoid, fenolik, aglikon, dan glikosida Filho, 2006. Etanol 96 memiliki kadar air yang sedikit yang dapat mengurangi pertumbuhan mikroba di dalam ekstrak, karena air