Dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa telah terdapat keragaman pendapat mengenai analisis rasio keuangan dalam praktek bisnis dan ekonomi,
mulai dari yang menginginkan rasio keuangan tersebut dijadikan indikator paling penting hingga yang beranggapan minimalis terhadap rasio keuangan tersebut.
Kenyataannya, praktek bisnis yang nyata masih mengaplikasikan analisa rasio keuangan ini sebagai salah satu model analisis keuangan, meskipun relevansinya
tentu bersifat sangat subyektif, tergantung kepada tujuan dan kepentingan masing- masing analis. Rasio-rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. EPS Earning per Share
EPS merupakan laba yang diperoleh perusahaan per lembar saham. Laba per saham merupakan alat ukur yang berguna untuk membandingkan laba dari
berbagai entitas usaha yang berbeda dan untuk membandingkan laba suatu entitas dari waktu ke waktu jika terjadi perubahan dalam struktur modal. Laba per saham
telah sejak dulu dihitung dan digunakan oleh para analis keuangan. Perhitungan laba per saham yang mengarah ke masa depan mancoba memberikan informasi
mengenai laba per saham yang mungkin akan diperoleh di masa datang. Kenaikan pada earning per share menunjukan bahwa kinerja dari laba perusahaan sangat
baik sehingga hal tersebut dapat meningkatkan penghasilan dari pemegang saham investor. Perusahaan yang memiliki earning per share yang baik dapat
meningkatkan harga saham perusahaan tersebut sehingga hal ini dapat meningkatkan return saham bagi pemegang saham pada perusahaan. Perhitungan
EPS dapat dirumuskan sebagai berikut:
b. DER Debt to Equity Ratio
DER merupakan rasio yang mengukur besarnya hutang yang ditanggung melalui modal sendiri yang dimiliki perusahaan. Debt equity ratio adalah
instrumen untuk mengetahui kemampuan ekuitas atau aktiva bersih suatu perusahaan untuk melunasi seluruh kewajibannya. Dari perspektif kemampuan
membayar kewajiban jangka panjang, semakin rendah rasio akan semakin baik kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjang Darsono,
2005: 54. Hal sebaliknya akan terjadi rasio DER yang tinggi menunjukkan semakin tinggi resiko perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjang.
Hal tersebut berpengaruh buruk terhadap nilai perusahaan sehingga ini akan menurunkan return saham. Perhitungan DER dapat dirumuskan sebagai berikut:
c. PER Price Earning Ratio
Harahap 2002 : 60 mengatakan bahwa price earning ratio ini menunjukkan perbandingan antara harga saham di pasar atau harga perdana yang ditawarkan
dibandingkan dengan pendapatan yang diterima. Tingkat pendapatan perusahaan yang tercermin dari EPS Earning per share berhubungan erat dengan
peningkatan harga saham. Apabila fluktuasi EPS makin tinggi maka semakin
tinggi juga perubahan harga sahamnya dan return sahamnya. Perhitungan PER dapat dirumuskan sebagai berikut:
d. ROE Return on Equity