B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang diuraikan diatas, penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut: “Apakah terdapat pengaruh antara earning per
share, debt to equity ratio, price earning ratio dan return on equity terhadap return saham baik secara parsial maupun simultan pada perusahaan kelompok
Aneka Industri di BEI Tahun 2007, 2008 dan 2009”.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh antara antara earning per share, debt to equity ratio, price earning ratio dan return on equity terhadap
return saham baik secara parsial maupun simultan pada perusahaan kelompok Aneka Industri yang terdaftar di BEI Tahun 2007, 2008 dan 2009”.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang diperoleh dalam penelitian ini ditujukan
untuk akademisi, investor dan emiten.
1. Akademisi, untuk menambah wawasan tentang prilaku pasar modal
khususnya mengenai return saham perusahaan. 2.
Investor, penelitian ini bermanfaat untuk referensi dalam menentukan strategi investasinya.
3. Emiten, hasil penelitian ini bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dalam
strategi penciptaan nilai bagi pemegang saham stockholder.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Tinjauan Teoritis
1. Saham
Saham stock merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang paling populasi. Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan ketika
memutuskan untuk pendanaan perusahaan. Pada sisi yang lain, saham merupakan instrumen investasi yang banyak dipilih para investor karena saham mampu
memberikan tingkat keuntungan yang menarik.
a. Saham dapat didefinisikan sebagai
tanda penyertaan modal seseorang atau pihak badan usaha dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan menyertakan modal tersebut, maka
pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, klaim atas asset perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham RUPS.
Pada dasarnya, ada dua keuntungan yang diperoleh investor dengan membeli atau memiliki saham:
Dividen Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan dan
berasal dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS.
b. Capital Gain
Capital Gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar
sekunder.
2. Teori Sinyal Teori Random Walk
Teori sinyal signaling theory menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan kepada pihak eksternal.
Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi karena terdapat asimetri informasi antara perusahaan dan pihak luar. Perusahaan mengetahui lebih banyak
mengetahui perusahaan dan prospek yang akan datang dari pada pihak luar yaitu investor dan kreditor. Kurangnya informasi pihak luar mengenai perusahaan
menyebabkan mereka melindungi diri dengan memberikan harga yang rendah untuk perusahaan. Perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan
mengurangi asimetri. Salah satu cara mengurangi informasi asimetri adalah dengan memberikan sinyal pada pihak luar. Salah satunya berupa informasi
keuangan yang dapat dipercaya dan akan mengurangi ketidakpastian mengenai prospek yang akan datang Wolk et al, 2000:81.
Teori sinyal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. sinyal ini berupa
informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasi keinginan pemilik perusahaan. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain
menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik dari perusahaan lain.
Teori random walk menyatakan bahwa perubahan harga suatu saham atau keseluruhan pasar yang telah terjadi tidak dapat digunakan untuk memprediksi
gerakan di masa akan datang. Dari penjelasan tersebut, teori ini menyatakan bahwa harga saham bergerak ke arah yang acak dan tidak dapat diperkirakan. Jadi
tidak mungkin seorang investor dapat memperoleh return melebihi return pasar tanpa menanggung risiko lebih.
3. Rasio Keuangan Sebagai Alat Ukur Kinerja Keuangan
Analisis rasio keuangan merupakan instrumen analisis prestasi perusahaan yang menjelaskan berbagai hubungan dan indikator keuangan yang ditujukan
untuk menunjukkan perubahan dalam kondisi keuangan atau prestasi operasi di masa lalu. Secara ringkas, analisis laporan keuangan memiliki sifat diagnostic,
mengidentifikasi dimana letak masalah-masalah perusahaan, dan prognostic, memprediksi kinerja perusahaan dimasa mendatang Stice et al, 2005:241.
Analisa rasio keuangan dapat juga dipakai sebagai sistem peringatan awal early warning system terhadap kemunduran kondisi keuangan perusahaan yang
mengakibatkan tidak akan memberikan kepastian going concern perusahaan khususnya untuk perusahaan yang go public.
Perusahaan yang melakukan penjualan kepada masyarakat bertujuan untuk menambah modal kerja perusahaan, perluasan usaha dan diversifikasi produk.
Untuk menarik investor, perusahaan harus mampu menunjukkan kinerjanya. Salah satu tahapan dalam proses akuntansi yang penting untuk keperluan
pengambilan keputusan manajemen adalah tahap interprestasi laporan akuntansi,
yang didalamnya mencakup rasio keuangan. Rasio keuangan yang merupakan bentuk informasi akuntansi yang penting bagi perusahaan selama suatu periode
tertentu. Berdasarkan rasio tersebut, dapat dilihat keuangan yang dapat mengungkapkan posisi, kondisi keuangan, maupun kinerja ekonomis di masa
depan dengan kata lain informasi akuntansi. Menurut Harahap 2002 : 49 ada beberapa keunggulan dari analisa rasio
yaitu: a.
Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan.
b. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan
laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit. c.
Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain. d.
Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi Z-score.
e. Menstandarisir size perusahaan.
f. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau
melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau „time series“. g.
Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang
Banyak penulis yang memberi masukan jenis rasio yang bisa digunakan untuk memahami kondisi perusahaan. Beberapa rasio yang umumnya dikenal
antara lain rasio likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas. Banyak rasio yang dapat dihitung dari laporan keuangan perusahaan yang kemudian dapat memberikan
informasi bagi para pemakai laporan keuangan. Harahap 2002 : 52 memberikan kerangka rasio keuangan secara kategori sebagai berikut:
a. Probability adalah kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang
digambarkan oleh Return on Investment ROI. b.
Management Performance adalah rasio yang dapat menilai prestasi manajemen. Dilihat dari segi kebijakan kredit, persediaan, administrasi,
dan struktur harta dan modal.
c. Solvency yaitu kemampuan perusahaan melunasi kewajibannya. Solvency
ini digambarkan oleh arus kas baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Menurut Harahap 2002:60 adapun jenis rasio keuangan yang sering sekali digunakan adalah:
a. Rasio likuiditas, rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan
untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. b.
Rasio solvabilitas, rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajiban
apabila perusahaan dilikuidasi.
b. Rasio rentabilitasprofitabilitas, rasio ini menggambarkan kemampuan
perusahaan mendapatkan laba melalui seluruh kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal jumlah karyawan dan
sebagainya.
c. Rasio Leverage, rasio ini menggambarkan hubungan antara hutang
perusahaan terhadap modal maupun asset. d.
Rasio Aktivitas, rasio ini menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan,
pembelian atau kegiatan lainnya.
e. Rasio Pertumbuhan, rasio ini menggambarkan persentasi kenaikan
penjualan tahun ini dibanding dengan tahun lalu. Semakin tinggi berarti semakin baik.
f. Penilaian Pasar, rasio ini merupakan rasio yang khusus dipergunakan di
pasar modal yang menggambarkan situasi perusahaan di pasar modal. g.
Rasio Produktivitas, rasio ini menunjukkan tingkat produktivitas dari unit atau kegiatan yang dinilai
Banyaknya penelitian mengenai aplikasi analisa rasio keuangan dalam praktik bisnis serta pengkajian-pengkajian dan studi yang telah dilakukan mengantarkan
kepada pemikiran untuk menjadikan rasio keuangan sebagai indikator yang paling penting dalam praktek bisnis dan ekonomi. Tidak semua peneliti beranggapan
sama. Menurut Bambang 2002:85 menolak penggunaan rasio keuangan sebagai indikator yang sangat penting dengan mengajukan beberapa alasan yaitu:
a. Perubahan rasio keuangan sebenarnya merupakan angka yang tidak dapat
diinterprestasikan karena pembilang dan penyebutnya bervariasi. b.
Pengukuran rasio keuangan yang bersifat artificial c.
Rasio keuangan mengalihkan perhatian analis dari pandangan terhadap perusahaan secara komprehensif.
d. Keandalan rasio keuangan sebagai indikator sangat bervariasi diantara
setiap rasio.
Dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa telah terdapat keragaman pendapat mengenai analisis rasio keuangan dalam praktek bisnis dan ekonomi,
mulai dari yang menginginkan rasio keuangan tersebut dijadikan indikator paling penting hingga yang beranggapan minimalis terhadap rasio keuangan tersebut.
Kenyataannya, praktek bisnis yang nyata masih mengaplikasikan analisa rasio keuangan ini sebagai salah satu model analisis keuangan, meskipun relevansinya
tentu bersifat sangat subyektif, tergantung kepada tujuan dan kepentingan masing- masing analis. Rasio-rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. EPS Earning per Share
EPS merupakan laba yang diperoleh perusahaan per lembar saham. Laba per saham merupakan alat ukur yang berguna untuk membandingkan laba dari
berbagai entitas usaha yang berbeda dan untuk membandingkan laba suatu entitas dari waktu ke waktu jika terjadi perubahan dalam struktur modal. Laba per saham
telah sejak dulu dihitung dan digunakan oleh para analis keuangan. Perhitungan laba per saham yang mengarah ke masa depan mancoba memberikan informasi
mengenai laba per saham yang mungkin akan diperoleh di masa datang. Kenaikan pada earning per share menunjukan bahwa kinerja dari laba perusahaan sangat
baik sehingga hal tersebut dapat meningkatkan penghasilan dari pemegang saham investor. Perusahaan yang memiliki earning per share yang baik dapat
meningkatkan harga saham perusahaan tersebut sehingga hal ini dapat meningkatkan return saham bagi pemegang saham pada perusahaan. Perhitungan
EPS dapat dirumuskan sebagai berikut:
b. DER Debt to Equity Ratio
DER merupakan rasio yang mengukur besarnya hutang yang ditanggung melalui modal sendiri yang dimiliki perusahaan. Debt equity ratio adalah
instrumen untuk mengetahui kemampuan ekuitas atau aktiva bersih suatu perusahaan untuk melunasi seluruh kewajibannya. Dari perspektif kemampuan
membayar kewajiban jangka panjang, semakin rendah rasio akan semakin baik kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjang Darsono,
2005: 54. Hal sebaliknya akan terjadi rasio DER yang tinggi menunjukkan semakin tinggi resiko perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjang.
Hal tersebut berpengaruh buruk terhadap nilai perusahaan sehingga ini akan menurunkan return saham. Perhitungan DER dapat dirumuskan sebagai berikut:
c. PER Price Earning Ratio
Harahap 2002 : 60 mengatakan bahwa price earning ratio ini menunjukkan perbandingan antara harga saham di pasar atau harga perdana yang ditawarkan
dibandingkan dengan pendapatan yang diterima. Tingkat pendapatan perusahaan yang tercermin dari EPS Earning per share berhubungan erat dengan
peningkatan harga saham. Apabila fluktuasi EPS makin tinggi maka semakin
tinggi juga perubahan harga sahamnya dan return sahamnya. Perhitungan PER dapat dirumuskan sebagai berikut:
d. ROE Return on Equity
Profitabilitas modal sendiri atau sering dinamakan rentabilitas usaha atau
return on equity ROE adalah perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik modal sendiri di satu pihak dengan jumlah modal sendiri yang
menghasilkan laba tersebut di lain pihak atau dengan kata lain profitabilitas modal sendiri adalah kemampuan suatu perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja
di dalamnya untuk menghasilkan keuntungan Bambang, 2002:44. Semakin tinggi rasio ini akan semakin baik karena memberikan tingkat kembalian yang
lebih besar pada pemegang saham. Sebagai pembanding untuk rasio ini adalah tingkat suku bunga bebas risiko misalkan suku bunga sertifikat bank indonesia
Darsono, 2005:57. Rasio ROE yang meningkat menunjukkan peningkatan pada pemegang saham sehingga ini dapat meningkatkan return saham. Perhitungan
ROE dapat dirumuskan sebagai berikut:
e. Return Saham
Return saham merupakan hasil atau keuntungan yang diperoleh pemegang saham sebagai hasil dari investasinya. Jogiyanto 2000;98 membedakan return
saham menjadi dua jenis yaitu return realisasi realized return dan return ekspektasian expected return. Return realisasi merupakan return yang sudah
terjadi dan dihitung secara relatif. Return realisasi ini penting dalam mengukur kinerja perusahaan dan sebagai dasar penentuan return dan resiko mendatang.
Sedangkan return ekspektasian merupakan return yang diharapkan terjadi di masa mendatang dan bersifat tidak pasti.
Return memiliki dua komponen, yaitu current income dan capital gain. Bentuk dari current income keuntungan lancar berupa keuntungan yang
diperoleh melalui pembayaran yang bersifat periodik, misalnya keuntungan berupa deviden yang merupakan bentuk dari hasil kinerja fundamental
perusahaan. Bentuk dari capital gain berupa keuntungan yang diterima karena selisih antara harga jual dan harga beli suatu instrumen investasi. Besarnya capital
gain akan positif bilamana harga jual dari saham yang dimiliki lebih tinggi dari harga belinya. Capital gain terbentuk dari berbagai macam faktor diantaranya
sentiment pasar atau kondisi bursa, kondisi makro ekonomi, dan secara tidak langsung juga dari fundamental perusahaan.
Return saham dihitung dengan cara mengurangkan harga saham dalam waktu tertentu dengan harga saham dengan periode sebelumnya, perhitungan return
saham dapat dirumuskan sebagai berikut:
Rt : Return Saham
Pt : Harga Saham Waktu Tertentu
Pt-1 : Harga Saham Periode Sebelumnya
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang dapat mendukung penelitian ini adalah Wahid Wachyu 2007 dalam penelitiannya yang bertujuan untuk mengetahui Pengaruh
Kinerja Keuangan Perusahaan terhadap Return Saham. Roy Bramantyo 2006 untuk mengetahui Pengaruh debt to equity ratio DER, price to book value
PBV dan devidend payout ratio DPR terhadap return saham pada perusahaan manufaktur di BEJ. Sri Artatik 2007 dalam penelitiannya menganalisis Pengaruh
Kinerja Keuangan terhadap return Saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ. Tinjauan penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel 2.1 sebagai
berikut: Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu Nama peneliti
Tahun penelitian Variabel penelitian
Hasil penelitian Wahid Wachyu Adi
Winarto 2007
Variabel Independen : debt equity ratio
DER, earning per share EPS, price
earning ratio PER dan price to book value PBV
Variabel Dependen : return saham
pada perusahaan manufaktur di BEJBEI.
Secara simultan berpengaruh signifikan
terhadap return saham. Secara parsial hanya
PER yang tidak berpengaruh terhadap
return saham
Roy Bramantyo 2006
Variabel Independen : debt equity ratio DER, price
to book value PBV dan dividend payout ratio DPR
Variabel Dependen : return saham
pada perusahaan tergolong indeks LQ45 di BEJ BEI.
Secara simultan tidak berpengaruh terhadap
return saham. Secara parsial DER, PBV, dan
DPR tidak berpengaruh terhadap return saham.
Sri Artatik 2007
Variabel Independen : Earning Per Share EPS dan
Price Earning Ratio PER Variabel Dependen :
return saham pada perusahaan manufaktur di
BEJ BEI. secara simultan ada
pengaruh antara EPSdan PER terhadap return
saham pada perusahaan manufaktur di BEJ.
Secara parsial EPS berpengaruh terhadap
return saham sedangkan PER tidak berpengaruh
terhadap return saham
1. Wahid Wachyu Adi Winarto 2007
Judul penelitiannya adalah pengaruh kinerja keuangan terhadap return saham manufaktur yang terdaftar di BEJ tahun 2005. Penelitian ini menggunakan
variabel independen debt to equity ratio DER, earning per share EPS, price earning ratio PER dan price to book value PBV. Populasi yang digunakan
yaitu 151 perusahaan manufaktur dengan jumlah sampel yang digunakan 43 perusahaan. hasil dari penelitian ini menunjukkan secara simultan variabel
independen berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. Secara parsial dari empat variabel hanya tiga variabel yaitu DER, EPS dan PBV yang
berpengaruh secara signifikan sedangkan PER terhadap return saham tidak signifikan.
2. Roy Bramantyo 2006
Judul penelitiannya adalah pengaruh debt to equity ratio DER, price to book value PBV dan devidend payout ratio DPR terhadap return saham pada
perusahan manufaktur di BEJ. Dalam penelitian tersebut, populasi yang digunakan 161 perusahaan manufaktur dengan jumlah sampel 20 perusahaan yang
masuk dalam indeks LQ 45 dari tahun 1999 hingga 2003. Hasilnya, secara parsial masing-masing variabel tidak berpengaruh positif terhadap return saham. Secara
simultan tidak berpengaruh terhadap return saham.
3. Sri Artatik 2007
Judul penelitiannya adalah pengaruh kinerja keuangan terhadap return saham perusahaaan manufaktur yang terdaftar di BEJ. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh EPS dan PER terhadap return saham. Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta selama tahun
2004 yang berjumlah 150 perusahaan. Pengambilan sampel dilakukan dengan proportional cluster random sampling diperoleh 60 perusahaan. Variabel bebas
yang yang diteliti dalam penelitian ini yaitu, EPS dan PER serta variabel terikatnya adalah return saham. Teknik pengambilan data menggunakan metode
dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan EPS dan PER secara simultan mempengaruhi return saham. Secara Parsial EPS berpengaruh terhadap return
saham. Sedangkan PER secara parsial tidak berpengaruh terhadap return saham.
C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis
1. Kerangka Konseptual
Berdasarkan landasan teoritis dan tinjauan penelitian terdahulu diatas maka kerangka konseptual penelitian adalah sebagai berikut:
H5 H1
1.
H2 H2
H3 H3
H4
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan sintesis atau ekstrapolasi dari tinjauan teori yang mencerminkan keterkaitan antara variabel yang diteliti dan merupakan
tuntunan untuk memecahkan masalah penelitian serta merumuskan hipotesis Jurusan Akuntansi, 2004: 13. Penelitian ini menggunakan empat variabel
independen yaitu earning per share, debt to equity ratio, price earning ratio, return on equity, serta satu variabel dependen return saham. Hubungan antara
variabel independen dengan dependen ini akan dijelaskan sebagai berikut: •
Earning per share terhadap return saham
Return Saham Y
Earning per Share X1
Debt to Equity Ratio X2
Price Earning Ratio X3
Return on Equity X4
Investor biasanya lebih tertarik dengan ukuran profitabilitas dengan menggunakan dasar saham yang dimilki alat analisis yang dipakai untuk melihat
keuntungan dengan dasar saham adalah earning per share yang dicari dengan laba bersih dibagi saham beredar Darsono, 2005: 57. Kenaikan pada earning per
share menunjukan bahwa kinerja dari laba perusahaan sangat baik sehingga hal tersebut dapat meningkatkan penghasilan dari pemegang saham investor.
Perusahaan yang memiliki earning per share yang baik dapat meningkatkan harga saham perusahaan tersebut sehingga hal ini dapat meningkatkan return
saham bagi pemegang saham pada perusahaan. •
Debt to equity ratio terhadap return saham Rasio ini menunjukan persentase penyediaan dana oleh pemegang sahamn
terhadap pemberi pinjaman semakin tinggi rasio semakin rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham. Dari perspektif kemampuan
membayar kewajiban jangka panjang, semakin rendah rasio akan semakin baik kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjang Darsono,
2005: 54. Hal sebaliknya akan terjadi rasio DER yang tinggi menunjukkan semakin tinggi resiko perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjang.
Hal tersebut berpengaruh buruk terhadap nilai perusahaan sehingga ini akan menurunkan return saham.
• Price earning ratio terhadap return saham
Price Earning Ratio merupakan ukuran untuk menentukan bagaimana pasar memberi nilai atau harga pada saham perusahaan. Tingkat pendapatan perusahaan
yang tercermin dari EPS Earning per share berhubungan erat dengan
peningkatan harga saham. Apabila fluktuasi EPS makin tinggi maka semakin tinggi juga perubahan harga sahamnya dan return sahamnya.
• Return on equity terhadap return saham
ROE merupakan rasio laba bersih dibagi rata-rata ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui besarnya kembalian yang diberikan oleh perusahaan untuk
mengetahui besarnya kembalian yang diberikan oleh perusahaan untuk setiap rupiah modal dari pemilik. Rasio ini menunjukan kesuksesan manajemen dalam
memaksimalkan tingkat kembalian pada pemegang saham. Semakin tinggi rasio ini akan semakin baik karena memberikan tingkat kembalian yang lebih besar
pada pemegang saham. Sebagai pembanding untuk rasio ini adalah tingkat suku bunga bebas risiko misalkan suku bunga sertifikat bank indonesia Darsono,
2005:57. Rasio ROE yang meningkat menunjukkan peningkatan pada pemegang saham sehingga ini dapat meningkatkan return saham.
2. Hipotesis Penelitian
Hipotesis menurut Erlina 2007 : 41, menyatakan “hubungan yang diduga secara logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan preposisi yang dapat
diuji secara empiris”. Hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara terhadap masalah yang akan diuji kebenarannya, melalui analisis data yang relevan dan
kebenaranya akan diketahui setelah dilakukan penelitian. Berdasarkan kerangka koseptual yang telah diuraikan, dapat dirumuskan hipotesis sementara sebagai
berikut :
a. Ho
1
: Earning Per Share tidak berpengaruh terhadap return saham,
Ha
1
b. Ho
: Earning Per Share berpengaruh terhadap return saham,
2
Ha : Debt Equity Ratio tidak berpengaruh terhadap return saham,
2
c. Ho
: Debt Equity Ratio berpengaruh terhadap return saham,
3
Ha : Price Earning Ratio tidak berpengaruh terhadap return saham,
3
d. Ho
: Price Earning Ratio berpengaruh terhadap return saham,
4
Ho : Return On Equity tidak berpengaruh terhadap return saham,
4
e. Ho
: Return On Equity berpengaruh terhadap return saham,
5
Ha : EPS, DER, PER dan ROE secara keseluruan tidak berpengaruh
terhadap return saham,
5
: EPS, DER, PER dan ROE secara keseluruan berpengaruh terhadap return saham.
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif kausal. Menurut Umar 2003 : 30 penelitian asosiatif kausal adalah “penelitian yang bertujuan
untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variable lainya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain”. Dengan kata lain desain
kausal berguna untuk mengukur hubungan-hubungan antar variabel riset atau berguna untuk menganalisis bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel
yang lain.
B. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu data yang diukur dalam bentuk skala numerik Kuncoro, 2003:124 dan
merupakan data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung, yang berupa catatan maupun laporan historis yang telah tersimpan dalam arsip, baik
yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa laporan keuangan
perusahaan selama periode 2007 sampai dengan 2009. Data penelitian didapatkan
dari situs Bursa Efek Indonesia, www.idx.co.id.
C. Populasi Penelitian