Analisis faktor fundamental perusahaan terhadap Price Earning Ratio (PER) sebagai dasar penilaian saham perusahaan berbasis syariah yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2009-2013

(1)

i

Analisis Faktor Fundamental Perusahaan Terhadap Price Earning Ratio

(PER) Sebagai Dasar Penilaian Saham Perusahaan Berbasis Syariah Yang

Tergabung Dalam Jakarta Islamic Index (JII) Di Bursa Efek Indonesia

(BEI) Periode 2009-2013

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (SE)

Oleh : Jaka Pratama NIM. 109081000134

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

Nama : Jaka Pratama

Tempat, Tanggal lahir : Jakarta, 16 Januari 1991

Alamat : Jl. Cabe 1 no.67 RT.003/004

Pondok Cabe Ilir, Pamulang, Tangerang Selatan

Nomor Telepon : 089680077315

Email : jakapratama16@gmail.com

jakapratama1601@ymail.com

II. LATAR BELAKANG PENDIDIKAN

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta S1 Program Studi Manajemen Konsentrasi Keuangan

Periode kelulusan 2015

SMA Negeri 1 Pamulang Periode kelulusan 2009

SMP Negeri 1 Ciputat Periode kelulusan 2006

SD Negeri 1 Cireundeu Periode kelulusan 2003

TK Islam R.A Salman Periode kelulusan 1997

III. LATAR BELAKANG KELUARGA

Ayah : Ajat Sudrajat

Ibu : Heni Husaeni

Alamat : Jl. Cabe 1 no.67 RT.003/004


(7)

vii

Analisis Faktor Fundamental Perusahaan Terhadap Price Earning Ratio (PER) Sebagai Dasar Penilaian Saham Perusahaan Berbasis Syariah Yang Tergabung Dalam Jakarta Islamic Index (JII) Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode

2009-2013

Jaka Pratama

ABSTRACT

The aim of this study is to analyze the fundamental factors affecting the Price Earning Ratio (PER) companies as the basis of shares in the shares of sharia-based company incorporated in the Jakarta Islamic Index (JII) in Indonesia Stock Exchange (BEI) in the period 2009- 2013. Fundamental company measured by several indicators such as the level of solvency / leverage as measured by Debt Ratio (DR), the level of earnings / profitability as measured by Return On Equity (ROE) and Earning Per Share (EPS), dividend policy which is measured through the Dividend Payout Ratio (DPR), and the book value of shares measured by the Price to Book Value (PBV).This study uses panel data regression analysis with the help of software EViews 7.1. The test results stated that the variable that has positive influence on Price Earning Ratio (PER) is Debt Ratio (X1) equal to 0.935841, and Price to Book Value (X5) equal to 0.878556. While the variables that negatively affect the Price Earning Ratio (PER) is Return On Equity (X2) of -1.005022.Variables Earning Per Share (X3) and Dividend Payout Ratio (X4) has no effect on Price Earning Ratio (Y). Adjusted R-square value of 0.979278 which shows the ability of the independent variable (X) used in this study include the Debt Ratio (X1), Return on Equity (X2), Earning Per Share (X3), Dividend Payout Ratio (X4) , and Price to Book Value (X5) can explain the dependent variable (Y) is Price Earning Ratio of 97.9278%, the rest is equal to 2.0722% explained by variables included in the model such as stock market prices, the level of liquidity, risk investment, and macroeconomic factors such as inflation and changes in interest rates.

Key Words : Panel Data Regression, Price Earning Ratio, Debt Ratio, Return On Equity , Earning Per Share, Dividend Payout Ratio, and Price to Book Value.


(8)

viii

Analisis Faktor Fundamental Perusahaan Terhadap Price Earning Ratio (PER) Sebagai Dasar Penilaian Saham Perusahaan Berbasis Syariah Yang Tergabung Dalam Jakarta Islamic Index (JII) Di Bursa Efek Indonesia (BEI)Periode

2009-2013

Jaka Pratama

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor fundamental yang berpengaruh terhadap Price Earning Ratio (PER) perusahaan sebagai dasar penilaian saham pada saham perusahaan yang berbasis syariah yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2009-2013. Fundamental perusahaan diukur melalui beberapa indikator seperti tingkat solvabilitas/leverage yang diukur melalui Debt Ratio (DR), tingkat rentabilitas/profitabilitas yang diukur melalui Return On Equity (ROE) dan Earning Per Share (EPS), kebijakan dividen yang diukur melalui Dividend Payout Ratio (DPR), dan nilai buku saham yang diukur melalui Price to Book Value (PBV). Penelitian ini menggunakan analisis regresi data panel dengan bantuan software EViews 7.1. Hasil pengujian menyatakan bahwa variabel yang berpengaruh positif terhadap Price Earning Ratio (PER) adalah Debt Ratio (X1) sebesar 0,935841, dan Price to Book Value (X5) sebesar 0,878556. Sedangkan variabel yang berpengaruh negatif terhadap Price Earning Ratio (PER) adalah Return On Equity (X2) sebesar -1,005022. Variabel Earning Per Share (X3) dan Dividend Payout Ratio (X4) tidak berpengaruh terhadap Price Earning Ratio (Y). Nilai adjusted R-square sebesar 0,979278 yang menunjukkan kemampuan variabel independen (X) yang digunakan dalam penelitian ini yang meliputi Debt Ratio (X1), Return On Equity (X2), Earning Per Share (X3), Dividend Payout Ratio (X4), dan Price to Book Value (X5) dapat menjelaskan variabel dependen (Y) yaitu Price Earning Ratio sebesar 97,9278%, sisanya yaitu sebesar 2,0722% dijelaskan oleh variabel yang tidak masuk dalam model seperti harga pasar saham, tingkat likuiditas, risiko investasi, dan faktor ekonomi makro seperti inflasi dan perubahan suku bunga.

Kata kunci : Regresi data panel, Price Earning Ratio, Debt Ratio, Return On Equity , Earning Per Share, Dividend Payout Ratio, dan Price to Book Value.


(9)

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Salawat serta salam senantiasa tercurah kepada Baginda Nabi Besar Muhammad SAW yang mengantarkan manusia dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang ini. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat guna mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak dapat terselesaikan tanpa dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materiil. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, terutama kepada:

1. Kedua orang tua penulis, bapak Ajat Sudrajat dan mama Heni Husaeni atas support , doa, dan kepercayaan yang diberikan kepada penulis yang tidak akan terukur jumlahnya. I’ve made it guys!!

2. Kedua mertua penulis, ayah Latif dan mama Evi atas kepercayaan serta doa yang diberikan kepada penulis untuk dapat menyelesaikan tugas akhir kuliah ini.

3. Istri tercinta Avila yang telah memberikan support, doa, kepercayaan, kesabaran, serta semua hal yang tidak terukur jumlahnya yang telah diberikan kepada penulis baik dalam suka maupun duka. You’ll Never Walk Alone bebb!!

4. Kedua kakak penulis, Vika dan Vina yang selalu memberi semangat kepada penulis untuk menyelesaikan tugas akhir kuliah ini. Dan tidak lupa Samir selaku suami dari Vika.

5. Dr. M. Arief Mufraini Lc., MA selaku Dekan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

6. Dr. Ir. Muniaty MM selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

7. Dr. Hj. Pudji Astuty, SE., MM selaku Dosen Pembimbing 1 Skripsi yang telah berkenan meluangkan waktu dan memberikan tambahan ilmu serta solusi penyelesaian


(10)

x

permasalahan skripsi yang dibuat oleh penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir kuliah ini

8. Titi Dewi Warninda, SE., M.Si selaku Sekertaris Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta Dosen Pembimbing 2 Skripsi yang juga telah berkenan meluangkan waktu dan memberikan tambahan ilmu serta solusi penyelesaian permasalahan skripsi yang dibuat oleh penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir kuliah ini

9. Seluruh Bapak/Ibu dosen yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama masa perkuliahan.

10.Kawan sepergaulan, Moker, Gondrong, Taprojai, Erte, Gepeng, Ucil, Dokur atas support dan respect yang diberikan kepada penulis selama masa-masa kuliah

11.Seluruh teman-teman Manajemen D 2009 yang tidak bisa disebutkan satu per satu atas segala support yang diberikan kepada penulis

12.Deva dan Alin yang banyak memberi pengetahuan tambahan bagi penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini

13.Seluruh staf dan karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bantuan kepada penulis

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan keterbatasan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran dan masukan serta kritik yang membangun dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak khususnya dalam bidang manajemen keuangan.

Jakarta, 22 April 2015

Penulis,


(11)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... iv

LEMBAR PENYERTAAN KEASLIAN KARYA ILIMIAH ... v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

ABSTRACT ... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ...1

B. Perumusan Masalah ... 12

C. Tujuan Penelitian ... 13

D. Manfaat Penelitian ... 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 16

A. Landasan Teori ... 16

1. Investasi ... 16

2. Saham ... 19

3. Pasar Modal Efisien ... 23

4. Analisis Fundamental ... 24


(12)

xii

6. Price Earning Ratio (PER) ... 27

7. Solvabilitas ... 30

8. Profitabilitas ... 32

9. Kebijakan Dividen ... 34

10.Nilai Buku ... 39

11.Keterkaitan Antar Variabel ... 40

a. Pengaruh variabel Debt Ratio (DR) terhadap Price Earning Ratio (PER) ... 40

b. Pengaruh variabel Return On Equity (ROE) terhadap Price Earning Ratio (PER) ... 42

c. Pengaruh variabel Earning Per Share (EPS) terhadap Price Earning Ratio (PER) ... 43

d. Pengaruh variabel Dividend Payout Ratio (DPR) terhadap Price Earning Ratio (PER) ... 43

e. Pengaruh variabel Price to Book Value (PBV) terhadap Price Earning Ratio (PER) ... 44

B. Penelitian Terdahulu ... 45

C. Kerangka Penelitian ... 51

D. Hipotesis Penelitian... 52

BAB III METODELOGI PENELITIAN ... 55

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 55

B. Metode Penentuan Sampel ... 55

C. Metode Pengumpulan Data ... 57

D. Metode Analisis Data ... 59

1. Metode Analisis Regresi data Panel ... 59

a. Pendekatan-pendekatan model regresi data panel ... 61

b. Pemilihan model regresi data panel ... 63

2. Uji Asumsi Klasik ... 66

a. Normalitas ... 67

b. Multikolinieritas ... 68

c. Heteroskedastisitas ... 69

d. Autokorelasi ... 69

3. Uji Simultan ... 71

4. Uji Parsial ... 72

5. Uji Koefisien Determinasi ... 73


(13)

xiii

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 76

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 76

1. Pasar Modal Syariah ... 76

2. Jakarta Islamic Index (JII) ... 79

B. Pengujian Dan Pembahasan ... 82

1. Deskriptif Sampel ... 82

2. Deskriptif Variabel ... 83

a. Price Earning Ratio (PER) ... 83

b. Debt Ratio (DR) ... 86

c. Return On Equity (ROE) ... 88

d. Earning Per Share (EPS) ... 91

e. Dividend Payout Ratio (DPR) ... 93

f. Price to Book Value (PBV) ... 96

C. Analisis Dan Pembahasan ... 98

1. Uji Pemilihan Model Regresi Data Panel... 98

a. Uji Chow / Likehood Test Ratio ... 98

b. Uji Hausman ... 102

2. Uji Asumsi Klasik ... 105

a. Normalitas ... 105

b. Multikolinieritas ... 107

c. Heteroskedastisitas ... 108

d. Autokorelasi ... 110

3. Uji Pengaruh Simultan Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen ... 112

4. Uji Pengaruh Parsial Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen ... 114

a. Uji parsial variabel Debt Ratio (DR) terhadap Price Earning Ratio (PER) ... 117

b. Uji parsial variabel Return On Equity (ROE) terhadap Price Earning Ratio (PER) ... 118

c. Uji parsial variabel Earning Per Share (EPS) terhadap Price Earning Ratio (PER) ... 121

d. Uji parsial variabel Dividend Payout Ratio (DPR) terhadap Price Earning Ratio (PER) ... 122

e. Uji parsial variabel Price to Book Value (PBV) terhadap Price Earning Ratio (PER) ... 124


(14)

xiv

5. Uji Koefisien Determinasi ... 126

6. Persamaan Regresi Data Panel ... 128

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ... 132

A. Kesimpulan ... 132

B. Implikasi ... 133

C. Saran ... 135

DAFTAR PUSTAKA ... 137


(15)

xv

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Halaman

1.1 Indeks Harga Saham Gabungan Periode 2008-2013 (dalam Rp) ... 3

1.2 Perbandingan Indeks dan Kapitalisasi Pasar IHSG, LQ-45, dan JII ... 10

2.1 Penelitian Terdahulu ... 46

3.1 Operasional Variabel ... 75

4.1 Daftar Sampel Penelitian ... 83

4.2 Deskriptif variabel Price Earning Ratio... 84

4.3 Deskriptif variabel Debt Ratio ... 87

4.4 Deskriptif variabel Return On Equity ... 89

4.5 Deskriptif variabel Earning Per Share ... 92

4.6 Deskriptif variabel Dividend Payout Ratio ... 94

4.7 Deskriptif variabel Price to Book Value ... 97

4.8 Hasil Uji Regresi Data Panel Common Effect Model ... 100

4.9 Hasil Uji Regresi Data Panel Fixed Effect Model ... 101

4.10 Hasil Uji Chow / Likehood Test Ratio ... 102

4.11 Hasil Uji Regresi Data Panel Random Effect Model ... 104

4.12 Hasil Uji Hausman / Hausman Test... 105

4.13 Hasil Uji Multiklinieritas ... 108

4.14 Hasil Uji Park ... 109

4.15 Hasil Uji Autokorelasi ... 111


(16)

xvi

4.17 Hasil Uji Simultan Uji Koefisien Determinasi ... 113

4.18 Hasil Uji Parsial ... 116

4.19 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 127


(17)

xvii

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran ... 51 3.1 Dasar Pengambilan Keputusan Uji Durbn-Watson ... 71 4.1 Hasil Uji Normalitas ... 106


(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Membaiknya kondisi perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) pasca krisis finansial tahun 2008 yang melanda sebagian besar bursa di seluruh Negara memberikan daya tarik kembali terhadap para investor untuk kembali meramaikan atmosfer investasi dalam bentuk perdagangan efek. Disisi lain, masalah klasik yang kerap melanda perusahaan-perusahaan dalam usaha pengembangan bisnis adalah keterbatasan sumber dana yang dimiliki. Dengan kondisi tersebut, seperti dikutip oleh Rhidho dan Prabawa (2012 : 85) bahwa peran Bursa Efek menjadi sangat vital karena meliputi dua hal. Pertama, mempercepat proses pemerataan pendapatan masyarakat melalui kepemilikan saham-saham perusahaan swasta. Kedua, meningkatkan penghimpunan dana masyarakat untuk digunakan secara produktif dalam pembiayaan pembangunan nasional.

Pasar modal tahun 2008 adalah tahun yang penuh kejadian yang luar biasa. Semua pihak yang berkecimpung di pasar modal, tentu merasakan keparahan krisis pasar modal saat itu. Hampir semua orang tidak menyangka, sebuah investment banking sebesar Lehman Brothers tutup usia. Bank-bank,


(19)

2

lembaga keuangan dan perusahaan besar minta dibailout pemerintah USA. Kejatuhan pasar modal Indonesia tahun 2008, secara umum mayoritas disebabkan faktor eksternal. Sementara faktor internal sebenarnya secara umum cukup kuat, namun karena interlink keuangan dunia, internal pun tidak mampu menghadapi (https://islamiconomics.wordpress.com/, 2009).

Pada umumnya perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dikatakan cukup pesat. Dikutip oleh Handayani, Salim, dan Ananda (2010 : 1) ada beberapa indikator yang penting untuk melihat perkembangan pasar modal yaitu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), nilai kapitalisasi pasar, nilai rata-rata perdagangan perhari, dan porsi perdagangan investasi asing dan investasi domestik.

Indeks saham adalah harga atau nilai dari sekelompok saham yang dikumpulkan berdasarkan kategori tertentu. Indeks ini merupakan indikator pergerakan harga dari seluruh saham yang diwakilinya. Misalnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mewakili seluruh pergerakan harga saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia atau Jakarta Industrial Classification (JASICA) yang mewakili pergerakan harga dari sektor industri tertentu (Hanif, 2012 : 1-2). Kenaikkan dan penurunan angka indeks merupakan penanda arah pasar. Jika indeks cenderung meningkat, artinya rata-rata harga saham di bursa mengalami kenaikkan. Sebaliknya, jika indeks


(20)

3

cenderung menurun, artinya rata-rata harga saham di bursa mengalami penurunan.

Tabel 1.1

Indeks Harga Saham Gabungan Periode 2008 – 2013 (dalam Rp) 2008 2009 2010 2011 2012 2013 High 2.830,26 2.534,36 3.786,10 4.193,44 4.375,17 5.214,98

Low 1.111,39 1.256,11 2.475,57 3.269,45 3.654,58 3.967,84

Close 1.355,41 2.534,36 3.703,51 3.821,99 4.316,69 4.274,18 Sumber: Fact Book 2014

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI), pada akhir 2008 ditutup pada level 1.355,41 rupiah, dan naik hampir 54 persen pada tahun berikutnya 2009 di level 2.534,36 rupiah. IHSG terus merangkak naik di 2010 pada level 3.703,51 rupiah, di 2011 pada level 3.821,99 rupiah, dan di 2012 pada level 4.316,69 rupiah. Bahkan di 2013 IHSG sempat mencapai level 5.214,98 rupiah, tertinggi sejak 5 tahun terakhir. Dengan gambaran tersebut menunjukkan bahwa arah pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia pasca krisis finansial tahun 2008 masih bisa dikatakan postif dan investor yang berinvestasi pada instrumen keuangan di Bursa Efek dalam bentuk saham masih menunjukkan kepercayaan terhadap pertumbuhan nilai.

Investasi pasar saham memberikan earning yang lebih tinggi dibandingkan dengan menyimpan uang di Bank misalnya dalam bentuk deposito yang rata-rata hanya memberikan earning 6% per tahun (Rahma,


(21)

4

Djumahir, dan Djazuli, 2014 : 363). Karena selain pertimbangan mengenai keputusan investasi, investor juga dihubungkan dengan risiko yang akan didapat atas kegiatan investasi yang dilakukan. Semakin tinggi earning yang diharapkan maka semakin tinggi pula risiko yang akan didapat. Namun hal tersebut dapat diwaspadai dengan analisa yang tepat terhadap kinerja perusahaan sehingga investor mampu memperkirakan keuntungan dan risiko yang akan didapat di masa yang akan datang.

Investasi dalam bentuk saham memerlukan analisa untuk mengukur nilai dari saham. Analisa yang dilakukan guna mencoba memperkirakan harga saham di masa yang akan datang. Dikutip oleh Foster (1986) dalam Husnan (1996 : 259), adanya jumlah analis keuangan yang banyak dan persaingan antar mereka, akan membuat harga sekuritas wajar, dan mencerminkan informasi yang relevan. Para analis akan berupaya untuk memperoleh informasi selengkap mungkin, bahkan kalau mungkin lebih lengkap dari analis yang lain, melakukan analisis secermat mungkin, sehingga akan membuat harga saham menjadi wajar.

Husnan (1996 : 260) menyebutkan, banyak para analis yang mempelajari bisnis perusahaan dan mencoba membuka informasi tentang profitabilitas yang akan memberikan informasi baru terhadap harga saham. Para peneliti disebut sebagai fundamental analysts. Persaingan diantara para peneliti fundamental ini akan cenderung untuk membuat harga saham


(22)

5

mencerminkan semua informasi yang relevan dan perubahan harga tidak bisa diramalkan.

Rahma, Djumahir, dan Djazuli (2014 : 363) menyatakan, analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham di masa yang akan datang

dengan mengestimasi nilai dari faktor-faktor fundamental yang

mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang dan menerapkan hubungan faktor-faktor tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham.

Adanya faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham membuat investor sulit untuk mendapatkan tingkat pengembalian diatas normal. Model perhitungan merupakan suatu mekanisme untuk mengubah serangkaian variabel perusahaan yang diamati menjadi perkiraan tentang harga saham. Dikutip oleh Halim (2005 : 21), terdapat beberapa pendekatan perhitungan harga saham, salah satunya adalah pendekatan Price Earning Ratio (PER).

Purwaningrum (2013 : 47-48) menyatakan, harga saham di pasar pada dasarnya telah memasukkan berbagai faktor ekspektasi yang akan datang, baik situasi perekonomian maupun prestasi perusahaan. Oleh karena itu, PER mencerminkan seberapa besar seorang investor bersedia membayar harga sebuah saham untuk memperoleh pendapatan setelah pajak. Sehingga saham dengan PER yang tinggi memberikan indikasi bahwa prospek ke depan saham tersebut baik dan akan tercermin pada tingginya harga saham. Pernyataan


(23)

6

tersebut menggambarkan betapa pentingnya PER dalam mengambil keputusan investasi untuk memperoleh keuntungan yang menarik.

Riadi (2013 : 2) menyatakan, dalam berinvestasi, seorang investor tidak hanya melihat pada hasil jangka pendek saja tetapi juga melihat prospek jangka panjang yaitu prospek pertumbuhan perusahaan, prospek kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba maupun peningkatan nilai saham. Untuk melakukan penilaian prospek saham dengan pendekatan PER, pemodal dan analis sekuritas diharapkan memahami faktor-faktor fundamental perusahaan sebagai pedoman dalam menilai PER sehingga kewajaran harga saham perusahaan dapat dinilai juga.

Penelitian ini bertujuan untuk menghubungkan beberapa variabel yang mampu memprediksi variabilitas nilai suatu variabel keuangan, yaitu Price Earning Ratio (PER). Pemilihan Price Earning Ratio (PER) sebagai variabel yang diprediksi dalam penelitian ini karena konsep penilaian saham dengan pendekatan Price Earning Ratio (PER) mudah dipahami oleh investor. Selain itu, dikutip oleh Ramadhani (2013 : 1), investasi di saham lebih banyak terkait dengan ekspektasi terhadap laba perusahaan. Laba bersih yang dipakai dalam perhitungan biasanya laba bersih proyeksi untuk tahun berjalan. Dengan begitu jika perusahaan berhasil membukukan laba besar, maka sahamnya akan diburu investor karena proyeksi laba untuk tahun berjalan kemungkinan besar akan naik. Besaran Price Earning Ratio (PER) akan berubah-ubah mengikuti


(24)

7

perubahan harga di pasar dan proyeksi laba bersih perseroan. Jika harga naik, proyeksi laba tetap, praktis Price Earning Ratio (PER) akan naik. Sebaliknya jika proyeksi laba naik, harga di pasar tidak bergerak maka Price Earning Ratio (PER) akan turun.

Beberapa variabel prediksi digunakan untuk mengetahui sejauh mana keterkaitan variabel tersebut dalam memprediksi variabilitas dari Price Earning Ratio (PER). Variabel-variabel tersebut merupakan faktor-faktor fundamental perusahaan yang diukur melalui rasio-rasio keuangan yang dianalisis oleh penulis melalui laporan keuangan tahunan perusahaan. Rasio tersebut memberikan gambaran kondisi perusahaan melalui beberapa sudut pandang fundamental perusahaan yang meliputi solvabilitas / leverage, rentabilitas / profitabilitas, keputusan kebijakan dividen, dan nilai buku saham.

Solvabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk membayar semua utang-utang perusahaan,baik utang jangka pendek maupun utang jangka panjang. Solvabilitas diukur dengan perbandingan antara total aktiva dengan total utang,ukuran tersebut mensyaratkan agar perusahaan mampu memenuhi semua kewajibannya, baik kewajiban jangka pendek maupun kewajiban jangka panjang. Perusahaan dapat dikatakan dalam kondisi ideal, apabila perusahaan dapat memenuhi kewajiban jangka pendeknya (likuid) dan juga dapat memenuhi kewajiban jangka panjangnya


(25)

8

(solvable). Analisis Solvabilitas memiliki tujuan yaitu untuk mengetahui apakah kekayaan perusahaan mampu untuk mendukung kegiatan perusahaan tersebut. Dalam penelitian ini Debt Ratio (DR) digunakan untuk menganalisis tingkat solvabilitas perusahaan. Debt Ratio (DR) merupakan rasio yang digunakan untuk menilai hutang dengan total aktiva perusahaan.

Profitabilitas adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan manajemen. Oleh karena itu, profitabilitas menggambarkan hasil akhir dari kebijakan dan keputusan-keputusan operasional perusahaan. Secara umum, ukuran pofitabilias dihitung dengan membandingkan laba dengan modal. Rasio-rasio porfitabilitas menunjukkan pengaruh gabungan dari likuiditas, aktiva, dan penggunaan hutang terhadap operasi (Moeljadi, 2006 : 73). Beberapa rasio digunakan dalam penelitian ini yang menggambarkan kemampuan tingkat laba yang dihasilkan perusahaan, diantaranya adalah mengukur laba yang mampu dihasilkan per lembar saham atau Earning Per Share (EPS) dan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari eqity yang dimiiki atau Return On Equity (ROE).

Kebijakan pembayaran dividen memberikan dampak penting dalam suatu perusahaan karena melibatkan kepentingan berbagai pihak seperti pemegang saham, manajer dan kreditor. Pada umumnya pemegang saham mempunyai tujuan utama meningkatkan kesejahteraannya yaitu dengan mengharapkan return dari dana yang telah diinvestasikan dalam bentuk


(26)

9

dividen maupun capital gain. Dilain pihak, manajer juga mengharapkan adanya pertumbuhan perusahaan secara terus menerus untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, yang sekaligus juga harus memberi kesejahteraan yang lebih besar kepada para pemegang sahamnya melalui kewenangan yang diberikan untuk membuat keputusan baik berupa keputusan investasi, pendanaan maupun dividen. Kreditor memerlukan informasi tentang kebijakan dividen yang diukur dengan menggunakan dividend payout ratio suatu perusahaan untuk menilai dan menganalisa tentang kemungkinan pengembalian pokok dan bunga pinjaman yang akan ia peroleh apabila memberikan pinjaman kepada suatu perusahaan (Prabowo dan Salim, 2013 : 418). Kebijakan dividen yang ditentukan perusahaan dapat diukur dengan rasio pembayaran dividen atau Dividend Payout Ratio (DPR).

Nilai buku merupakan indikasi penilaian pasar terhadap saham perusahaan. Secara umum, jika nilai pasar yang tercermin dalam harga saham perusahaan bernilai lebih rendah dari nilai buku maka saham undervalue, dan sebaliknya jika nilai pasar yang tercermin dalam harga saham peusahaan bernilai lebih besar dari nilai buku maka saham overvalue. Pengukuran nilai saham berbasis nilai buku dapat melalui indikator Price to Book Value (PBV) (Murhadi, 2009 : 147).

Geliat pasar modal syariah di Indonesia dimulai dengan diluncurkannya reksadana syariah untuk pertama kalinya oleh Danareksa


(27)

10

Syariah pada tahun 1997, dan disusul kemudian dengan peluncuran indeks syariah, yaitu Jakarta Islamic Index (JII) pada tahun 2000. Di Indonesia, tonggak awal yang berkaitan dengan pembuatan peraturan pasar modal syariah bisa dikatakan baru dimulai pada tahun 2001, yakni bersamaan dengan dikeluarkannya fatwa DSN MUI No. 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang pedoman investasi untuk reksadana syariah. Kemudian diikuti oleh fatwa DSN MUI tahun 2002 tentang obligasi syariah, serta nota kesepahaman Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) dengan DSN-MUI tentang pembentukan pasar modal yang berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Jakarta Islamic Index (JII), yang merupakan benchmark saham syariah di Indonesia terdiri dari 30 saham yang diseleksi oleh Dewan Syariah Nasional (DSN) per semester, tepatnya setiap bulan Januari dan Juni. Sampai akhir tahun 2006, kapitalisasi pasar JII

telah mencapai 48 % dari total kapitalisasi saham di BEI

(http://echopedia.blogspot.com/ ,2011).

Tabel 1.2

Perbandingan Indeks dan Kapitalisasi Pasar IHSG, LQ-45, dan JII Indeks (Rp) Kapitalisasi Pasar (Rp Miliyar) Periode IHSG LQ-45 JII IHSG LQ-45 JII

2008 1.335,41 270,23 216,19 1.076.490,53 710.394,70 428,.525,74

2009 2.534,36 498,29 417,18 2.019.375,13 1.569.639,86 937.919,08

2010 3.703,51 661,38 532,90 3.247.096,78 2.119,963,65 1.134.632

2011 3.821,99 673,51 537,03 3.537.294,21 2.332.675,26 1.414.983,81

2012 4.316,69 735,04 594,79 4.126.994,93 2.552.252,91 1.671.004,24

2013 4.274,18 711,14 585,11 4.219.020,24 2.539.878,32 1.672.099,91


(28)

11

Pasar modal syariah menunjukkan perkembangan yang cukup baik sepanjang periode 2008-2013. Secara konsisten, indeks JII mengalami tren pertumbuhan mengikuti indeks IHSG dan LQ-45, yaitu keaikkan harga indeks pada periode 2008-2012 masing-masing sebesar 216,19 rupiah pada 2008, 417,18 rupiah pada 2009, 532,90 rupiah pada 2010, 53,03 rupiah pada 2011, dan 594,79 pada 2012. Walaupun di tahun berikutnya terdapat penurunan harga indeks JII menjadi sebesar 585,11 rupiah, namun kapitalisasi pasar indeks JII mengalami pertumbuhan dari tahun 2012 sebesar 1.671.004,24 miliyar rupiah menjadi 1.672.099,91 miliyar rupiah di tahun 2013, berbeda dengan kapitalisasi indeks IHSG dan LQ-45 yang mengalami penurunan nilai.

Kapitalisasi pasar merupakan nilai perusahaan yang dihitung dari jumlah seluruh saham perusahaan beredar dikalikan dengan harga pasar saham. Dengan demikian semakin mahal harga saham maka semakin tinggi nilai kapitalisasinya. Dikutip Hanif (2012 : 8-9) berdasarkan fungsi ekonomi, meningkatnya nilai kapitalisasi saham syari’ah menunjukkan keberhasilan pasar modal syariah sebagai pengumpul sumber dana alternatif bagi investasi perusahaan yang berlandaskan prinsip syariah, disamping itu menunjukkan meningkatnya kesadaran masyarakat khususnya umat Islam, yang memiliki kelebihan dana, untuk memilih jenis investasi keuangan yang halal.

Adanya suatu penelitian yang berkaitan dengan pasar modal syariah tentunya dapat menjadi salah satu referensi bagi investor yang memiliki


(29)

12

ketertarikan terhadap instrumen keuangan syariah untuk dapat memperoleh informasi mengenai perkembangan instrumen keuangan syariah, selain juga menginformasikan implementasi dari kebijakan serta arah pengembangan prospek pertumbuhan nilai yang dapat dihasilkan oleh instrumen keuangan syariah.

Berdasarkan uraian latar belakang serta fenomena-fenomena investasi saham yang digambarkan sebelumnya, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian yang berjudul “Analisis Faktor Fundamental Perusahaan

Terhadap Price Earning Ratio (PER) Sebagai Dasar Penilaian Saham Perusahaan Berbasis Syariah Yang Tergabung Dalam Jakarta Islamic Index (JII) Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2009-2013”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan sebelumnya, maka perumusan masalah yang diajukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1. Apakah Debt Ratio berpengaruh secara parsial terhadap Price Earning Ratio perusahaan berbasis syariah yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2009-2013?

2. Apakah Return On Equity berpengaruh secara parsial terhadap Price Earning Ratio perusahaan berbasis syariah yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2009-2013?


(30)

13

3. Apakah Earning Per Share berpengaruh secara parsial terhadap Price Earning Ratio perusahaan berbasis syariah yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2009-2013? 4. Apakah Dividend Payout Ratio berpengaruh secara parsial terhadap Price

Earning Ratio perusahaan berbasis syariah yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2009-2013? 5. Apakah Price to Book Value berpengaruh secara parsial terhadap Price

Earning Ratio perusahaan berbasis syariah yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2009-2013? 6. Apakah Debt Ratio, Return On Equity, Earning Per Share, Dividend

Payout Ratio, dan Price to Book Value berpengaruh secara simultan terhadap Price Earning Ratio perusahaan berbasis syariah yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2009-2013?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk menganalisis apakah terdapat pengaruh Debt Ratio secara parsial terhadap Price Earning Ratio perusahaan berbasis syariah yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2009-2013


(31)

14

2. Untuk menganalisis apakah terdapat pengaruh Return On Equity secara parsial terhadap Price Earning Ratio perusahaan berbasis syariah yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2009-2013

3. Untuk menganalisis apakah terdapat pengaruh Earning Per Share secara parsial terhadap Price Earning Ratio perusahaan berbasis syariah yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2009-2013

4. Untuk menganalisis apakah terdapat pengaruh Dividend Payout Ratio secara parsial terhadap Price Earning Ratio perusahaan berbasis syariah yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2009-2013

5. Untuk menganalisis apakah terdapat pengaruh Price to Book Value secara parsial terhadap Price Earning Ratio perusahaan berbasis syariah yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2009-2013

6. Untuk menganalisis apakah terdapat pengaruh Debt Ratio, Return On Equity, Earning Per Share, Dividend Payout Ratio, dan Price to Book Value secara simultan terhadap Price Earning Ratio perusahaan berbasis syariah yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2009-2013


(32)

15

D. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian yang dilakukan, diharapkan dapat memberikan berbagai manfaat kepada:

1. Emiten

Memberi gambaran terhadap pihak-pihak yang memberi kebijakan bagi emiten perusahaan tentang implikasi dari kebijakan yang telah dibuat, serta sebagai landasan untuk mengkaji ulang kebijakan yang telah diterapkan sehingga peningkatan kesejahteraan pemegang saham dapat terus ditingkatkan.

2. Investor

Memberikan gambaran faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi Price Earning Ratio (PER) perusahaan berbasis syariah sehingga investor mampu menerapkan strategi investasi saham dengan baik.

3. Akademisi

Memberikan gambaran keterkaitan teori-teori keuangan yang telah di pelajari di bangku kuliah terhadap studi kasus yang terjadi di perusahaan.


(33)

16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Investasi

Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Umumnya investasi dibedakan menjadi dua, yaitu investasi pada aset-aset finansial (financial assets) dan investasi pada aset-aset riil (real assets). Investasi pada aset-aset finansial dilakukan di pasar uang, misalnya berupa sertifikat deposito, commercial paper, surat berharga pasar uang, dan lainnya. Investasi pada aset-aset finansial dapat juga dilakukan di pasar modal, misalnya berupa saham, obligasi, waran, opsi, dan lain-lain. Sedangkan investasi pada aset-aset riil dapat berbentuk pembelian aset produktif, pendirian pabrik, pembukaan pertambangan, pembukaan perkebunan, dan lain-lain (Halim, 2005 : 4).

Untuk melakukan investasi di pasar modal diperlukan pengetahuan yang cukup, pengalaman, serta naluri bisnis untuk menganalisis efek mana yang akan dibeli, mana yang akan dijual, dan mana yang akan tetap dimiliki. Proses investasi menunjukkan bagaimana seharusnya seorang


(34)

17

investor membuat keputusan investasi pada efek-efek yang dapat dipasarkan dan kapan dilakukan. Dikutip oleh Halim (2005 : 4), proses investasi memerlukan beberapa tahapan sebagai berikut:

a. Menentukan tujuan investasi

Ada tiga hal yang perlu dipertimbangkan dalam tahap ini, yaitu tingkat pengembalian yang diharapkan (expected rate of return), tingkat risiko (rate of risk), dan ketersediaan jumlah dana yang akan diinvestasikan. Umumnya hubungan antara risiko dan tingkat pengembalian yang diharapkan bersifat linier, artinya semakin tinggi tingkat risiko maka semakin tinggi pula tingkat pengembalian yang diharapkan,

b. Melakukan analisis

Dalam tahap ini investor melakukan analisis terhadap suatu efek atau sekelompok efek. Terdapat dua pendekatan yang dapat digunakan, yaitu:

a) Pendekatan fundamental

Pendekatan ini didasarkan pada informasi-informasi yang diterbitkan oleh emiten maupun oleh administrator bursa efek. Karena kinerja emiten dipengaruhi oleh kondisi sektor industri di mana perusahaan tersebut berada dalam perekonmian secara makro, maka untuk memperkirakan prospek harga sahamnya di


(35)

18

masa mendatang harus dikaitkan dengan faktor-faktor fundamental yang mempengaruhinya.

b) Pendekatan teknikal

Pendekatan ini didasarkan pada data (perubahan) harga saham di masa lalu sebagai upaya untuk memperkirakan harga saham di masa mendatang. Dengan analisis ini para analis memperkirakan pergeseran penawaran dan permintaan dalam jangka pendek, serta mereka berusaha untuk cenderung mengabaikan risiko dan pertumbuhan laba dalam menentukan barometer dari penawaan dan permintaan.

c. Membentuk portofolio

Dalam tahap ini dilakukan identifikasi terhadap efek-efek mana yang akan dipilih dan berupa proporsi dana yang akan diinvestasikan pada masing-masing efek tersebut. Efek yang dipilih dalam rangka pembentukkan portofolio adalah efek-efek yang mempunyai koefisien korelasi negatif (mempunyai hubungan berlawanan). Hal ini dilakukan karena dapat menurunkan risiko. d. Mengevaluasi kinerja portofolio

Dalam tahap ini dilakukan evaluasi atas kinerja portofolio yang telah dibentuk, baik terhadap tingkat pengembalian yang diharapkan maupun terhadap tingkat risiko yang ditanggung. Tolak ukur yang digunakan ada dua, yaitu pengukuran (measurement)


(36)

19

adalah penilaian kinerja portofolio atas dasar aset yng telah ditanamkan dalam portofolio tersebut. Kedua perbandingan (comparison) yaitu penilaian berdasarkan pada perbandingan dua set portofolio dengan tingkat risiko yang sama.

e. Merevisi kinerja portofolio

Tahap ini merupakan tindak lanjut dari tahap evaluasi kinerja prtofolio. Dari hasil evaluasi inilah selanjutnya dilakukan revisi (perubahan) terhadap efek-efek yang membentuk portofolio tersebut jika dirasa bahwa komposisi portofolio yang sudah dibentuk tidak sesuai dengan jumlah investasi.

2. Saham

Saham menunjukkan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT). Pemilik saham suatu perusahaan, disebut sebagai pemegang saham, merupakan pemilik perusahaan. Tanggung jawab pemilik perusahaan yang berbentuk PT terbatas pada modal yang disetorkan (Husnan, 2001 : 285).

Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar


(37)

20

penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut (Darmadji dan Fakhrudin, 2001 : 5).

Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan menyertakan modal tersebut, maka pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, klaim atas aset perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

Pada dasarnya, ada dua keuntungan yang diperoleh investor dengan membeli atau memiliki saham:

a. Dividen

Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan dan berasal dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Jika seorang pemodal ingin mendapatkan dividen, maka pemodal tersebut harus memegang saham tersebut dalam kurun waktu yang relatif lama yaitu hingga kepemilikan saham tersebut berada dalam periode dimana diakui sebagai pemegang saham yang berhak mendapatkan dividen. Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai, artinya kepada setiap pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham. Atau dapat pula berupa dividen saham yang berarti kepada setiap


(38)

21

pemegang saham diberikan dividen sejumlah saham sehingga jumlah saham yang dimiliki seorang pemodal akan bertambah dengan adanya pembagian dividen saham tersebut.

b. Capital Gain

Capital gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder.

Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim saham terbagi atas (Darmaji dan Fakhrudin, 2001 : 6):

a. Saham Biasa (Common Stock)

Saham yang menempatkan pemiliknya paling yunior terhadap pembagian dividen, dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi. Beberapa karakteristik yang dimiliki saham biasa adalah sebagai berikut:

 Dividen dibayarkan sepanjang perusahaan memperoleh

laba.

 Memiliki hak suara dalam rapat umum pemegang saham (one share one vote).

 Memiliki hak terakhir (junior) dalam hal pembagian kekayaan perusahaan jika perusahaan tersebut dilikuidasi setelah semua kewajiban perusahaan dilunasi


(39)

22

 Memiliki tanggung jawab teerbatas terhadap klaim pihak lain sebesar proporsi sahamnya.

 Hak untuk mengalihkan kepemilikan sahamnya.

b. Saham Preferen (Preferred Stock)

Saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi) tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor. Beberapa karakteristik yang dimiliki saham preferen adalah sebagai berikut:

 Memiliki hak lebih dulu memperoleh dividen.

 Dapat mempengaruhi manajeemen perusahaan terutama

dalam pencalonan pengurus perusahaan.

 Memiliki hak pembayaran maksimal sebesar nilai nominal saham lebih dahulu setelah kreditor apabila perusahaan tersebut dilikuidasi.

 Kemungkinan dapat memperoleh tambahan dari pembagian

laba perusahaan disamping penghasilan yang diterima secara tetap.

 Dalam hal perusahaan dilikuidasi, memiliki hak


(40)

23

pemegang saham biasa seetelah semua kewajiban perusahaan dilunasi.

3. Pasar Modal Efisien

Satu artikel yang sangat penting di bidang keuangan telah ditulis oleh Fama (1970) berkaitan dengan konsep pasal modal efisien (efficient capital market). Dikutip oleh Arifin (2005 : 7), efisiensi pada pasar modal didefinisikan sebagai kecepatan dan kelengkapan suatu harga sekuritas dalam merespon informasi yang relevan. Dalam pasar modal yang efisien, harga suatu saham pasti telah mencerminkan seluruh informasi yang berkaitan dengan aktivitas manajemen dan prospek perusahaan di masa yang akan datang, dan ketika muncul informasi baru tentang perusahhaan tersebut maka harga saham akan spontan berubah mencerminkan adanya informasi baru tersebut.

Secara formal pasar modal yang efisien didefinisikan sebagai pasar yang harga sekuritas-sekuritasnya telah mencerminkan semua informasi yang relevan. Semakin cepat informasi baru tercermin pada harga sekuritas, semakin efisien pasar modal tersebut. Dengan demikian akan sangat sulit (atau bahkan hampir tidak mungkin) bagi para pemodal untuk memperoleh tingkat keuntungan diatas normal secara konsisten dengan cara melakukan transaksi perdagangan di bursa efek. Efisiensi dalam artian ini sering juga disebut sebagai efisiensi informasional (Husnan, 1996 : 256).


(41)

24

Hipotesis pasar efisien yang dikemukakan oleh Fama telah mengubah cara pandang tentang bagaimana cara kerja pasar modal. Persaingan antar investor yang sangat ketat menyebabkan harga saham telah secara akurat merefleksikan seluruh informasi yang relevan, sehingga investor dapat mempercayai bahwa harga tersebut adalah harga yang wajar.

4. Analisis Fundamental

Untuk melakukan analisis dan memilih saham terdapat dua pendekatan dasar, yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. Analisis fundamental telah memperoleh perhatian yang cukup besar dari para analisis sekuritas dan perkembangan penelitian sehubungan dengan konsep pasar modal yang efisien.

Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang, serta menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga memperoleh taksiran harga. Model ini sering disebut share price forecasting model. Dalam pembuatan model peramalan harga saham tersebut, langkah yang penting adalah mengidentifikasikan faktor-faktor fundamental yang diperkirakan akan mempengaruh harga saham. Setelah itu, bagaimana membuat suatu model dengan memasukkan faktor-faktor tersebut dalam analisis. Para praktisi cenderung menyukai penggunaan model yang tidak


(42)

25

rumit, mudah dipahami, dan mendasarkan diri atas informasi akuntansi (Husnan, 2001 : 315).

Secara umum analisis fundamental merupakan satu proses yang memerlukan waktu yang lama dengan menyelidiki keadaan ekonomi, politik, sosial, industri, dan laporan keuangan perusahaan. Analisis ini digunakan untuk membuat keputusan tentang saham apa yang perlu diinvestasikan. Analisis fundamental adalah analisis yang dilakukan terhadap perusahaan itu sendiri yang berhubungan dengan prospek pertumbuhan dan kemampuan memperoleh keuntungan (Rodoni, 2005 : 61-62).

Analisis fundamental menyatakan bahwa setiap instrumen investasi mempunyai landasan yang kuat yaitu nilai intrinsik yang dapat ditentukan melalui suatu analisis yang sangat hati-hati terhadap kondisi pada saat sekarang dan prospeknya di masa yang akan datang. Ide dasar pendekatan ini adalah bahwa harga saham dipengaruhi oleh kinerja perusahaan (Kodrat dan Indonanjaya, 2010 : 1).

5. Penilaian Saham

Upaya untuk merumuskan bagaimana menentukan harga saham yang seharusnya, telah dilakukan oleh setiap analis keuangan dengan tujuan untuk bisa memperoleh tingkat keuntungan yang menarik. Meskipun demikian, dari hipotesa pasar modal yang efisien kita mengetahui bahwa


(43)

26

sulit bagi pemodal untuk terus bisa melampaui pasar dan memperoleh tingkat keuntungan diatas normal (Husnan, 2001 : 285).

Husnan (2001 : 288) menyebutkan, analisis saham bertujuan untuk menaksir nilai intrinsik (intrinsic value) suatu saham, dan kemudian membandingkannya dengan harga pasar saat ini (current market price) saham tersebut. Nilai intrinsik menunjukkan present value arus kas yang diharapkan dari saham tersebut. Pedoman yang digunakan dalam proses penilaian saham adalah sebagai berkut:

 Apabila nilai intrinsik lebih besar dari (>) harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai undervalued (harganya terlalu rendah), dan karenanya seharusnya dibeli dan ditahan apabila saham tersebut telah dimiliki.

 Apabila nilai intrinsik lebih kecil dari (<) harga pasar saat ini, maka nilai tersebut dinilai overvalued (harganya terlalu mahal), dan karenanya harus dijual.

 Apabila nilai intrinsik sama dengan (=) harga ppasar saat ini, aka saham tersebut dinilai wajar harganya dan berrada dalam kondisi seimbang.

Meskipun para analis dan pemodal selalu mengupayakan untuk melakukan analisis dengan tujuan untuk bisa memperoleh tingkat keuntungan yang menarik, mengidentifikasikan saham mana yang


(44)

27

sebaiknya dibeli dan dijual, tetapi apabila pasar modal efisien akan sangat sulit bagi pemodal untuk terus menerus bisa memperoleh tingkat keuntungan diatas normal. Walaupun demikian, terlepas dari efisien tidaknya pasar modal, dan seberapa jauh para analis dan pemodal percaya akan efisiensi tersebut, bagaimana melakukan penilaian saham untuk menaksir nilai intrinsik saham tersebut, perlu dipahami oleh para analis sekuritas.

Model penilaian merupakan suatu mekanisme untuk merubah serangkaian variabel ekonomi atau variabel perusahaan yang diramalkan atau yang diamati menjadi perkiraan tentang harga saham. Dikutip oleh Husnan (2001 : 290), terdapat dua model penilaian yang sering digunakan untuk analisis sekuritas, yaitu pendekatan present value (model kapitalisasi penghasilan) dan model Price Earning Ratio atau PER (metode kelipatan laba). Pendekatan present value mencoba menaksir present value, dengan menggunakan tingkat bunga tertentu, manfaat yang diharapkan akan diterima oleh pemilik saham. Sedangkan pendekatan Price Earning Ratio (PER) menaksir nilai saham dengan mengalikan laba per lembar saham.

6. Price Earning Ratio (PER)

Rasio yang sering digunakan dalam pendekatan analisis saham adalah Price Earning Ratio (PER). Dalam pendekatan ini diharapkan dapat menghasilkan perkiraan laba per saham pada masa yang akan datang,


(45)

28

sehingga dapat diketahui berapa lama investasi saham akan kembali (Agustin, 2014 : 66).

Price Earning Ratio (PER) merupakan salah satu pendekatan yang sering digunakan oleh analis sekuritas untuk menilai suatu saham. Rasio ini memberikan indikasi bagi manajemen tentang bagaimana pandangan investor terhadap resiko dan prospek perusahaan di masa depan. Bagi para investor Price Earning Ratio (PER) dipandang sebagai ukuran kekuatan perusahaan untuk memperoleh laba di masa yang akan datang (Rahma, Djumahir, dan Djazuli, 2014 : 363).

Price Earning Ratio (PER) yang tinggi menunjukkan perusahaan mempunyai prospek yang tinggi untuk bertumbuh. Sebaliknya, perusahaan yang diharapkan mempunyai pertumbuhan yang rendah akan mempunyai Price Earning Ratio (PER) yang rendah. Dari segi investor, Price Earning Ratio (PER) yang terlalu tinggi tidak menarik karena harga saham kemungkinan akan sulit untuk naik lagi. Ini berarti kemungkinan memperoleh capital gain akan lebih kecil lagi (Kodrat dan Indonanjaya, 2010 : 241).

Dikutip oleh Wibowo (2013 : 2-3), PER juga merupakan angka psikologis bagi value investor dimana PER yang kecil akan lebih menarik dibandingkan dengan PER tinggi. Jika Price Earning Ratio (PER) tinggi, berarti harga saham itu terlalu mahal atau dengan harga tertentu hanya memperoleh laba yang kecil. Dengan demikian, calon pembeli saham akan


(46)

29

memperoleh keuntungan lebih besar jika pembeliannya pada saat Price Earning Ratio (PER) rendah karena saham cenderung akan mengalami kenaikan harga, sementara jika Price Earning Ratio (PER) menunjukkan nilai yang tinggi maka hal ini menunjukkan saat yang tepat untuk menjual saham. Dengan kata lain, pengetahuan tentang Price Earning Ratio (PER) bagi investor berguna untuk mengetahui kapan harus membeli dan menjual sahamnya sehingga dapat memperoleh keuntungan yang maksimal dari selisih harga (capital gain).

Price Earning Ratio (PER) merupakan rasio yang menunjukkan seberapa banyak investor bersedia membayar per rupiah laba yang dilaporkan (Astuti, 2004 : 38). Price Earning Ratio (PER) adalah perbandingan antara market price per share (harga pasar per lembar saham) dengan earning per share (laba per lembar saham). Price Earning Ratio (PER) dapat dihitung dengan cara membagi harga pasar per saham dengan pendapatan per saham. Artinya semakin tinggi nilai PER akan semakin baik karena dapat menunjukkan tingginya tingkat pendapatan yang diharapkan oleh pemodal dan rendahnya tingkat risiko pada saham tersebut (Moeljadi, 2006 : 54).

= ℎ


(47)

30 7. Solvabilitas

Rasio solvabilitas adalah rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjang. Rasio ini juga disebut dengan rasio pengungkit (leverage) yaitu menilai batasan perusahaan dalam meminjam uang. Tujuan analisa solvabilitas adalah untuk mengetahui posisi keuangan jangka pendek dan jangka panjang, dengan membandingkan antara total aktiva yang dimiliki perusahaan dengan total hutang yaitu hutang jangka pendek maupun jangka panjang (Aprianty, 2014 : 457).

Pengukuran kinerja keuangan dengan rasio solvabilitas adalah untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam melunasi seluruh hutangnya dengan total aset yang dimiliki. Pengukuran ini lebih bersifat untuk menjadi penjamin bagi pihak kreditor, bilamana pada saat yang bersamaan perusahaan dalam kondisi terlikuidasi. Dikutip oleh Noor (2008 : 224), leverage / solvabilitas menunjukkan ketergantungan perusahaan kepada sumber dana dari luar, atau ketergantungan pada hutang.

Rasio leverage menunjukkan ukuran besarnya dana yang diperoleh dari kreditur. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjang. Rasio leverage dapat diartikan sebagai besarnya aktiva perusahaan yang didanai dengan pendanaan dari pihak luar. Namun penggunaan dana dari pihak luar akan memperbesar


(48)

31 =

risiko atas hasil bagi para pemegang saham karena adanya beban tetap pembayaran bunga pinjaman (Kodrat dan Indonanjaya, 2010 : 234).

Debt Ratio mengukur proporsi dana dari hutang. Semakin rendah maka perusahaan dikatakan semakin aman. Rasio yang tinggi menunjukkan perusahaan menggunakan financial leverage yang tinggi. Penggunaan financial leverage yang tinggi akan meningkatkan rentabilitas modal saham dengan cepat. Namun apabila penjualan menurun, rentabilitas modal saham akan cepat turun pula (Kodrat dan Indonanjaya, 2010 : 235).

Rasio hutang total terhadap aktiva total atau disebut juga rasio hutang (debt ratio) mengukur persentase dana yang disediakan oleh kreditor terhadap aktiva total yang dimiliki perusahaan. Besarnya hasil perhitungan rasio hutang (debt ratio) menunjukkan besarnya hutang total yang didapat dijamin dengan aktiva total. Semakin tinggi rasio hutang menunjukkan risiko keuangan yang dihadapi perusahaan semakin tinggi, karena hutang membawa konsekuensi beban bunga tetap (Warsono, 2003 : 36).


(49)

32

8. Profitabilitas

Menurut Kasmir (2008 : 196), rentabilitas adalah merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Intinya adalah pengginaan rasio ini menunjukkan efesiensi perusahaan.

Rasio profitabilitas atau rasio kemampulabaan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Sehubungan dengan hal itu, kemampulabaan merupakan rasio efektivitas manajemen dalam

mengelola perusahaan. Artinya kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan keuntungan pada tingkat penjualan, aset, dan modal saham tertentu. Efektivitas ini dinilai dengan mengaitkan laba bersih dengan aktiva yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut (Kodrat dan indonanjaya, 2010 : 238).

Rasio profitabilitas berusaha mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba, dengan menggunakan seluruh aktiva yang ada maupun dengan menggunakan modal sendiri. Profitabilias adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan manajemen. Oleh karena itu, rasio ini menggambarkan hasil akhir dari kebijakan dan keputusan-keputusan operasional perusahan. Secara umum, rasio profitabilias dihitung dengan membagi laba dengan modal. Rasio profitabilitas juga menunjukkan


(50)

33

= ( )

pengaruh gabungan dari likuiditas, aktiva, dan hutang terhadap operasi (Moeljadi, 2006 : 52). Ada beberapa pengukuan indikator dalam rasio profitabilitas, diantaranya adalah mengukur laba yang mampu dihasilkan per lembar saham atau Earning Per Share (EPS) dan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari modal yang dimiiki atau Return On Equity (ROE) (Moeljadi, 2006 : 73).

Earning Per Share (EPS)

Earning per Share (EPS) atau pendapatan per lebar saham adalah bentuk pemberian keuntungan yang diberikan kepada pemegang saham dari setiap lembar saham yang dimiliki. Earnings per Share (EPS) menilai pendapatan bersih yang diperoleh setiap lembar saham biasa. Earnings per Share (EPS) menunjukkan besarnya laba bersih yang siap dibagikan kepada pemegang saham. Earnings per Share (EPS) yang lebih tinggi menandakan kemampuan perusahaan yang lebih besar dalam menghasilkan keuntungan bersih bagi pemegang saham (Rahma, Djumahir, dan Djazuli, 2014 : 365). Untuk mendapatkan rasio ini dengan cara membandingkan laba bersih setelah pajak dengan jumlah saham yang beredar (Fahmi, 2013 : 288).


(51)

34

= ( )

ℎ ℎ

Return On Equity (ROE)

Rasio ini menunjukkan keberhasilan atau kegagalan pihak

manajemen dalam memaksimumkan tingkat hasil

pengembalian investasi pemegang saham dan menekan pada

hasil pendapatan sehubungan dengan jumlah yang

diinvestasikan (Astuti, 2004 : 37). Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal saham tersebut. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham, namun rasio ini tidak memperhitungkan dividen dan capital gain untuk pemegang saham (Kodrat dan indonanjaya, 2010 : 240). Untuk mendapatkan rasio ini dengan cara membandingkan laba setelah pajak dengan total modal sendiri.

9. Kebijakan Dividen

Dividen merupakan pembagian sisa hasil laba bersih perusahaan yang didistribusikan kepada pemegang saham (Darmadji dan Fakhrudin, 2001 : 9). Dividen adalah bagian dari keuntungan yang dibagikan kepada pemegang saham yang dapat berupa dividen tunai maupun dividen saham (Gumanti, 2013 : 226).


(52)

35

Pengelompokkan dividen dengan variasi sudut pandang yang berbeda. Darmadji dan Fakhrudin (2001 : 129), dividen dari alat pembayarannya dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:

1) Dividen tunai (cash dividend), merupakan dividen yang dibagikan dalam bentuk uang tunai. Tujuan dari pemberian dividen dalam bentuk tunai adalah untuk memacu kinerja saham di bursa efek, yang juga merupakan return kepada para pemegang saham. Untuk membayarkan dividen dalam bentuk tunai diperlukan likuiditas. 2) Dividen saham (stock dividend), merupakan dividen yang

diberikan dalam bentuk saham, dengan dibagikannya dividen dalam bentuk saham maka akan meningkatkan likuiditas perdagangan di bursa efek. Kemungkinan perusahaan ingin menurunkan nilai sahamnya dan dengan cara memperluas kepemilikan dan posisi likuiditas perusahaan yang tidak memungkinkan membagikan dividen dalam bentuk tunai.

3) Sertifikat dividen (script dividend), merupakan dividen yang dibayarkan dengan sertifikat atau surat prompes yang dikeluarkan oleh perusahaan yang menyatakan bahwa suatu waktu sertifikat itu dapat ditukarkan dalam bentuk uang. Jadi kalau perusahaan ingin membagikan dividen dalam bentuk tunai akan tetapi sementara itu perusahaan sedang mengalami kesulitan likuiditas, maka sebagai gantinya perusahaan mengeluarkan sertifikat.


(53)

36

Pembayaran dividen biasanya dilakukan dalam beberapa tahap dalam setahun. Di Amerika Serikat, pembayaran dividen umumnya dilakukan setiap kuartal. Di negara-negara lain ada yang melakukannya dua kali setahun dan satu tahun sekali. Di Indonesia, praktik pembayaran dividen ada yang dua kali dan satu kali. Hal lain yang membedakan praktik keputusan dividen adalah berkenaan dengan siapa yang memutuskan besar kecilnya dividen. Berbeda dengan kelaziman Negara-negara maju, misalnya Amerika Serikat dimana besar kecilnya dividen ditentukan oleh dewan direktur atau manajemen perusahaan, di Indonesia keputusan seberapa besar dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham berada dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Artinya, RUPS memegang peran kunci dalam kebijakan dividen di Indonesia, sehingga dalam banyak hal, keputusan dividen bukan merupakan keputusan strategis dari manajemen perusahaan semata (Gumanti, 2013 : 17).

Pada awal perkembangannya, ada tiga teori yang bertentangan satu sama lain berkenaan dengan kebijakan dividen. Ada yang berpendapat bahwa kenaikan dividen akan menaikkan nilai perusahaan. Pandangan yang lain menyatakan bahwa dividen yang tinggi memiliki efek berlawanan terhadap nilai perusahaan, yang berarti menurunkan nilai perusahaan. Pandangan yang ketiga menyatakan bahwa dividen seharusnya tidak relevan dan semua upaya yang ditunjukkan untuk


(54)

37

mengubah kebijakan dividen akan sia-sia karena kebijakan dividen tidak akan mampu mempengaruhi nilai perusahaan. Ketiga pandangan tersebut melahirkan teori kebijakan dividen, yang akan dijelaskan sebagai berikut (Gumantii, 2013 : 40):

1) Hipotesis ketidakrelevanan dividen (dividend irrelevance proposition)

Teori hipotesis kebijakan dividen dipopulerkan oleh Miller dan Modigliani (1961). Mereka memulai analisis kebijakan dividen mereka dengan mengasumsikan suatu dunia yang bercirikan pasarnya sempurna, perilaku pelaku pasarnya rasional, dan pasar dalam kondisi kepastian yang sempurna (Gumanti, 2013 : 44). Anggapan teori ini bahwa, dipasar yang sempurna dimana tidak ada pajak, tidak ada biaya transaksi atau tidak ada ketimpangan informasi, kebijakan dividen suatu perusahaan seharusnya tidak memiliki efek terhadap nilai pasar perusahaan tersebut. Asumsi penting dalam pendapat tersebut menyebutkan bahwa kebijakan investasi perusahaan tidak memiliki keterkaitan dengan kebijakan dividennya. Jadi, argumentasi “ketidak-relevanan” hanya berlaku jika keputusan investasi tidak dipengaruhi oleh keinginan manajemen untuk mempertahankan atau menaikkan dividen. Jika perusahaan memiliki kebijakan investasi, maka kebijakan dividen


(55)

38

hanya akan mempengaruhi besar kecilnya pendanaan dari luar (disamping dana dari laba ditahan) yang diperlukan untuk mendanai investasi baru dan membayar dividen. Satu-satunya pembatas dari nilai pasar perusahaan adalah kebijakan investasinya, karena kebijakan investasi bertanggungjawab terhadap keuntungan masa depan perusahaan (Gumanti, 2013 : 48-49).

2) Teori burung ditangan (bird in the hand theory)

Gordon (1959) mendukung teori burung di tangan (bird in the hand theory) dan mengemukakan pendapat bahwa aliran dividen di masa mendatang akan didiskonto pada tingkat yang lebih redah daripada keuntungan modal harapan (Gumanti, 2013 : 52).

Menurut teori ini, dividen lebih disukai oleh investor dibandingkan capital gain karena unsur kepastiannya. Secara sekilas, teori ini lebih rasional dan mudah dipahami, khususnya terkait dengan bukti bahwa perusahaan dengan dividen tinggi akan cenderung memiliki risiko saham yang lebih rendah (Gumanti 2013 : 53). 3) Teori efek pajak

Menurut teoi ini, yang dikenal dengan teori preferensi pajak (tax preference theory), semakin tinggi tingkat pajak yang dikenakan

pada dividen relatif terhadap capital gain dan adanya


(56)

39

= ℎ

membuat sebagiian akademisi (peneliti) menyimpulkan bahwa investor mungkin akan berbalik untuk tidak mengharapkan dividen yang tinggi (Gumanti, 2013 : 55).

Kebijakan dividen menyangkut keputusan untuk membagikan laba atau menahannya guna diinvestasikan kembali di dalam perusahaan. Kebijakan dividen yang optimal pada suatu perusahaan adalah kebijakan yang menciptakan keseimbangan diantara dividen saat ini dan pertumbuhan dimasa mendatang sehingga memaksimumkan harga saham. Kebijakan dividen yang ditentukan perusahaan dapat diukur dengan rasio pembayaran dividen atau Dividend Payout Ratio (DPR). Dividend Payout Ratio (DPR) diukur dengan cara membagi besarnya dividen per lembar saham dengan laba bersih per lembar saham (Gumanti, 2013:22).

10.Nilai Buku

Hubungan antara nilai pasar dan nilai buku tidak dapat dipandang sebelah mata oleh investor. Nilai buku merupakan indikasi penilaian pasar terhadap saham perusahaan. Secara umum, jika nilai pasar yang tercermin dalam harga saham peusahaan bernilai lebih rendah dari nilai buku maka saham undervalue, dan sebaliknya jika nilai pasar yang tercermin dalam harga saham peusahaan bernilai lebih besar dari nilai buku maka saham


(57)

40

= ℎ

overvalue. Penilaian saham berbasis nilai buku dapat melalui indikator Price to Book Value (PBV) (Murhadi, 2009 : 147).

Price to Book Value (PBV) menunjukkan perkiraan nilai ekuitas berdasarkan perbandingan nilai buku saham dengan harga pasarnya. Semakin besar nilai Price to Book Value (PBV), maka semakin tinggi nilai perusahaan. Sehingga membuat para investor tertarik untuk menanamkan

dananya ke dalam perusahaan. Price to Book Value (PBV)

menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku suatu saham. Price to Book Value (PBV) adalah perbandingan harga pasar saham dengan nilai bukunya (Meilani, 2014 : 3).

11.Keterkaitan Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen a. Pengaruh Variabel Debt Ratio (DR) Terhadap Price Earning Ratio

(PER)

Rasio hutang total terhadap aktiva total atau disebut juga rasio hutang (debt ratio) mengukur persentase dana yang disediakan oleh kreditor terhadap aktiva total yang dimiliki perusahaan. Besarnya hasil perhitungan rasio hutang (debt ratio) menunjukkan besarnya hutang total yang didapat dijamin dengan aktiva total. Semakin tinggi rasio hutang menunjukkan risiko keuangan yang dihadapi perusahaan


(58)

41

semakin tinggi, karena hutang membawa konsekuensi beban bunga tetap (Warsono, 2003 : 36).

Meningkatnya hutang akan mengakibatkan peningkatan risiko

sehingga kepercayaan pasar terhadap prospek pertumbuhan

perusahaan menjadi berkurang dan menciptakan harga saham yang rendah dan mengakibatkan Price Earning Ratio (PER) semakin kecil. Semakin tinggi prosentase rasio hutang cenderung semakin besar resiko keuangannya baik bagi kreditor maupun bagi pemegang saham (Rahma, Djumahir, dan Djazuli, 2014 : 365).

Financial risk merupakan resiko tambahan bagi perusahaan akibat adanya keputusan pendanaan menggunakan utang. Ada beberapa cara mengukur financial risk, namun dalam penelitian ini menggunakan Debt Ratio (DR). Besarnya rasio ini menunjukkan proporsi modal perusahaan yang diperoleh dari utang dibandingkan dengan total aktiva yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi proporsi hutang menyebabkan laba perusahaan semakin tidak menentu karena adanya beban bunga yang harus dibayarkan. Oleh karena itu semakin tinggi proporsi rasio utang akan semakin tinggi pula risiko finansial suatu perusahaan. Tinggi rendahnya risiko keuangan perusahaan secara tidak langsung dapat mempengaruhi harga saham perusahaan tersebut (Ridho dan Prabawa, 2012 : 89).


(59)

42

b. Pengaruh Variabel Return On Equity (ROE) Terhadap Price Earning Ratio (PER)

Return On Equity (ROE) adalah rasio perbandingan antara laba setelah pajak dengan modal sendiri atau modal saham yang digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian atas investasi bagi pemegang saham biasa atau pemilik modal. Semakin tinggi Return On Equity (ROE) yang dihasilkan semakin baik kedudukan pemilik perusahaan, dimana hal ini menggambarkan semakin meningkatnya pendapatan yang tersedia bagi pemilik perusahaan atas modal yang mereka investasikan dalam perusahaan. Semakin tinggi rasio ini maka semakin tinggi permintaan investor untuk membeli saham. Jika rasio ini meningkat manajemen dipandang lebih efisien dari sudut pandang pemegang saham. (Arisona, 2013 : 107).

Return On Equity (ROE) sering disebut kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki, sehingga Return On Equity (ROE) ini ada yang menyebutnya sebagai rentabilitas modal sendiri. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. Sartono (2001) dalam Ramadhani (2013 : 4) menyatakan, semakin besar nilai Return On Equity (ROE) maka tingkat pengembalian yang diharapkan investor juga besar. Semakin besar nilai Return On Equity (ROE) maka perusahaan dianggap semakin menguntungkan. Sehingga perusahaan


(60)

43

yang memiliki profitable investment opportunities, maka pasar akan memberikan reward berupa Price Earning Ratio (PER) yang tinggi.

c. Pengaruh Variabel Earning per Share (EPS) Terhadap Price Earning Ratio (PER)

Earning per Share (EPS) menilai pendapatan bersih yang diperoleh setiap lembar saham biasa. Earning per Share (EPS) menunjukkan besarnya laba bersih yang siap dibagikan kepada pemegang saham. Saham yang memiliki Earning per Share (EPS) tinggi akan lebih menguntungkan dibandingkan saham yang memiliki Earning per Share (EPS) rendah. Earning per Share (EPS) yang lebih tinggi menandakan kemampuan perusahaan yang lebih besar dalam menghasilkan keuntungan bersih bagi pemegang saham (Rahma, Djumahir, dan Djazuli, 2014 : 365). Dengan demikian semakin tinggi Earning per Share (EPS) akan semakin tinggi pula kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya dalam bentuk saham pada perusahaan.

d. Pengaruh Variabel Dividend Payout Ratio (DPR) Terhadap Price Earning Ratio (PER)

Perusahan dengan imbal hasil dividen yang tinggi, secara teori, akan memiliki tingat pengembalian investasi yang tinggi, daripada perusahaan dengan tingkat imbal hasil dividen yang rendah. Dividen yang diterima investor atau pemegang saham besarnya tergantung


(1)

146

Lampiran 3: Hasil Output Uji Asumsi Klasik

Normalitas (Uji Jarque-Bera)

Multikoliniertas

LOG_DR LOG_ROE LOG_EPS LOG_DPR LOG_PBV LOG_DR 1.000000 -0.017268 0.071859 0.105584 -0.631193 LOG_ROE -0.017268 1.000000 0.696976 0.057270 0.547256 LOG_EPS 0.071859 0.696976 1.000000 0.114635 0.309308 LOG_DPR 0.105584 0.057270 0.114635 1.000000 0.223794 LOG_PBV -0.631193 0.547256 0.309308 0.223794 1.000000

0 4 8 12 16 20

-0.06 -0.04 -0.02 0.00 0.02 0.04 0.06

Series: Standardized Residuals Sample 2009 2013

Observations 45 Mean 2.35e-18 Median -0.003854 Maximum 0.063668 Minimum -0.063405 Std. Dev. 0.024710 Skewness 0.196005 Kurtosis 3.700438 Jarque-Bera 1.208036 Probability 0.546611


(2)

147

Heteroskedastisitas (Uji Park)

Dependent Variable: LOG(RES2)

Method: Panel Least Squares Date: 05/06/15 Time: 10:07 Sample: 2009 2013

Periods included: 5 Cross-sections included: 9

Total panel (balanced) observations: 45

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -8.201562 14.71389 -0.557403 0.5813 LOG_DR -1.698507 7.345087 -0.231244 0.8186 LOG_ROE -1.759955 3.290009 -0.534939 0.5965 LOG_EPS 1.200430 2.556286 0.469599 0.6419 LOG_DPR 1.364656 2.421297 0.563605 0.5771 LOG_PBV -1.580591 3.048024 -0.518563 0.6077

Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.379741 Mean dependent var -9.055444 Adjusted R-squared 0.119633 S.D. dependent var 2.445641 S.E. of regression 2.294693 Akaike info criterion 4.748622 Sum squared resid 163.2341 Schwarz criterion 5.310695 Log likelihood -92.84400 Hannan-Quinn criter. 4.958158 F-statistic 1.459934 Durbin-Watson stat 2.369391 Prob(F-statistic) 0.188640

Autokorelasi (Uji Durbin-Watson)

1,829693

dl

2,7126

2,2238

1,7762

1,2874

Autokorelasi

Negatif

Tidak Dapat

Didefinisikan

Bebas

Autokorelasi

Tidak Dapat

Didefinisikan

Autokorelasi

Positif

0

du

4-du

4-dl


(3)

148

Lampiran 4:

Rangkuman Uji Statistik Regresi Data Panel

Fixed Effect Model

Uji Parsial

Variabel

Koefisien

t-statistik

t-tabel

Probabilitas

Hasil

DR

(X

1

)

0,935841

9,931392

1,68488

0,0000

Signifikan

dan positiif

ROE

(X

2

)

-1,005022

-23,81133 -1,68488

0,0000

Signifikan

dan negatif

EPS

(X

3

)

0,012054

0,367547

1,68488

0,7157

Tidak

signifikan

dan positif

DPR

(X

4

)

-0,024928

-0,802510 -1,68488

0,4284

Tidak

signifikan

dan negatif

PBV

(X

5

)

0878556

22,467558

1,68488

0,0000

Signifikan

dan positif

Uji

Simultan

F-statistik

Probabilitas

F-statistik

F-tabel

Hasil

160,9470

0,000000

2,46

Signifikan

secara

bersama-sama

Koefisien

Determinasi

Nilai Adjusted R-squared

Hasil

0,979278

Variabel independen (X) yang terdiri

dari

Debt Ratio

(X

1

),

Return On

Equity

(X

2

),

Earning Per Share

(X

3

),

Dividend Payout Ratio

(X

4

), dan

Price

to

Book

Value

(X

5

)

mampu

menjelaskan variabel dependen

Price

Earning Ratio (PER)

(Y) sebesar


(4)

149

Lampiran 4:

Daftar Sampel Penelitian

No.

Kode Perusahaan

Nama Perusahaan

1.

AALI PT. Astra Agro Lestari Tbk.

2.

ANTM

PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk.

3.

INCO

PT. Vale Indonesia Tbk.

4.

INTP

PT. Indocement Tunggal Prakasa Tbk.

5.

ITMG

PT. Indo Tambangraya Megah Tbk.

6.

KLBF

PT. Kalbe Farma Tbk.

7.

LSIP

PT. PP London Sumatera Indonesia Tbk.

8.

PTBA

PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk.

9.

SMGR

PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk.


(5)

150

Lampiran 5: Data Rasio Keuangan Perusahaan

EMITEN TAHUN DR ROE EPS DPR PBV PER

LOG DR

LOG ROE

LOG EPS

LOG DPR

LOG PBV

LOG PER AALI 2009 15.11983 27.77942 1098.189 82.40839 26.63966 20.71592 1.179547 1.443723 3.040677 1.915971 1.425529 1.316304

2010 15.1794 29.17004 1335.652 62.14193 26.11524 19.61589 1.181254 1.464937 3.125693 1.793385 1.416894 1.292608

2011 17.427 29.65248 1586.39 62.721 19.2188 13.67885 1.241223 1.472061 3.20041 1.797413 1.283726 1.13605

2012 24.59302 26.91036 1600.169 42.80798 10.15827 12.3112 1.390812 1.42992 3.204166 1.631525 1.00682 1.0903

2013 31.37921 18.53442 1208.31 55.86316 8.419534 20.77282 1.496642 1.267979 3.082178 1.747125 0.925288 1.317495

ANTM 2009 17.5868 7.304399 62.40627 40.66899 11.71576 35.25287 1.245187 0.863584 1.795228 1.609263 1.068771 1.547194

2010 21.56774 17.47707 175.6054 40.26642 8.867205 13.95174 1.333805 1.242469 2.244538 1.604943 0.947787 1.144628

2011 29.13705 17.89718 202.1275 45.01614 3.488574 8.014744 1.464446 1.252785 2.305625 1.653368 0.542648 0.90389

2012 34.88957 23.32483 313.8096 15.00591 1.775486 4.078906 1.542696 1.367819 2.496666 1.176262 0.249317 0.610544

2013 41.48905 3.204341 42.98039 22.49863 1.146037 25.3604 1.617934 0.505739 1.63327 1.352156 0.059199 1.404156

INCO 2009 22.40893 10.77698 161.7899 64.62704 7.957112 21.32396 1.350421 1.032497 2.208951 1.810414 0.900755 1.328868

2010 23.30321 26.03599 395.1937 76.79778 10.57061 12.33572 1.367416 1.415574 2.59681 1.885349 1.0241 1.091165

2011 26.93496 18.86553 304.6058 55.6063 5.376181 10.50538 1.430316 1.275669 2.483738 1.745124 0.730474 1.021412

2012 26.21625 3.920801 65.6871 74.6113 3.947779 35.77567 1.418571 0.593375 1.81748 1.872805 0.596353 1.553588

2013 24.84978 2.254726 47.73148 63.14491 3.785667 55.51891 1.395322 0.353094 1.678805 1.800338 0.578142 1.744441

INTP 2009 19.37348 25.73408 746.6955 30.13277 19.42933 18.34751 1.287208 1.410509 2.873144 1.479039 1.288458 1.263577

2010 14.63265 24.65844 876.034 30.02167 25.87848 18.20706 1.165323 1.391966 2.942521 1.477435 1.412939 1.26024

2011 13.31792 22.89009 978.407 29.94664 25.96243 17.42629 1.124436 1.359648 2.99052 1.476348 1.414345 1.241205

2012 14.66227 24.52985 1294.047 34.77462 24.76858 17.34867 1.166201 1.389695 3.11195 1.541262 1.393901 1.239266

2013 13.64123 21.81374 1361.666 66.09548 20.28348 14.68789 1.134853 1.33873 3.134071 1.820172 1.307143 1.166959

ITMG 2009 34.29793 42.61042 2801.109 70.11509 9.266678 11.35265 1.535268 1.629516 3.44733 1.845811 0.966924 1.055097

2010 33.83327 28.31404 1622.007 74.10572 17.32539 31.2884 1.529344 1.452002 3.210053 1.869852 1.238683 1.495383

2011 31.52856 50.52961 4382.541 26.65121 9.677764 8.819085 1.498704 1.703546 3.641726 1.425717 0.985775 0.945424

2012 32.77891 43.10013 3697.218 84.65826 9.933117 11.23818 1.515595 1.634479 3.567875 1.927669 0.997086 1.050696

2013 30.76451 23.91273 942.6797 210.9943 16.27004 30.23296 1.48805 1.378629 2.974364 2.324271 1.211389 1.480481

KLBF 2009 26.09778 24.35175 103.3544 24.18862 6.078612 12.57808 1.416604 1.38653 2.014329 1.383611 0.783804 1.099615

2010 17.92507 25.00657 132.3158 52.90375 19.89916 24.56245 1.253461 1.398054 2.121612 1.723486 1.298835 1.390272

2011 21.25334 23.37281 149.9564 63.35176 19.63495 22.67326 1.327427 1.368711 2.175965 1.801759 1.29303 1.355514

2012 21.72779 24.0801 29.11765 65.25253 31.57913 36.40404 1.337016 1.381658 1.464156 1.814597 1.4994 1.56115


(6)

151

EMITEN TAHUN DR ROE EPS DPR PBV PER

LOG DR

LOG ROE

LOG EPS

LOG DPR

LOG PBV

LOG PER LSIP 2009 21.40875 18.55234 518.3055 40.32371 10.97191 16.11019 1.330591 1.268399 2.714586 1.60556 1.040282 1.207101

2010 18.11274 22.69006 757.0176 8.057937 17.41265 16.97451 1.257984 1.355836 2.879106 0.906224 1.240865 1.229797

2011 14.02319 29.13837 249.379 40.09961 16.11842 9.022411 1.146847 1.464465 2.39686 1.60314 1.207323 0.955323

2012 16.84477 17.76417 163.4968 40.36775 12.33638 14.06755 1.226465 1.249545 2.213509 1.606035 1.091188 1.148218

2013 17.0647 11.62121 112.6521 40.8337 9.676315 17.1324 1.232099 1.065251 2.051739 1.611019 0.98571 1.233818

PTBA 2009 28.38049 47.87141 1184.604 45.05304 16.71879 14.56183 1.45302 1.680076 3.073573 1.653724 1.223205 1.163216

2010 26.15533 31.39657 867.5942 60.29547 22.44382 26.45246 1.41756 1.496882 2.938317 1.780285 1.351097 1.422466

2011 29.04382 37.82077 1340.307 59.98179 11.96086 12.9448 1.463054 1.57773 3.127204 1.778019 1.077762 1.112095

2012 33.18264 34.20768 1262.77 55.65149 8.23673 11.95784 1.520911 1.534124 3.101324 1.745477 0.915755 1.077653

2013 35.3304 24.55491 804.8095 51.80978 5.696354 12.67381 1.548149 1.390138 2.905693 1.714412 0.755597 1.102907

SMGR 2009 20.33165 32.87763 565.1981 54.57379 16.26457 13.35815 1.308173 1.5169 2.752201 1.736984 1.211243 1.125746

2010 21.99606 30.47626 616.8432 49.64957 15.76169 15.31994 1.342345 1.483962 2.790175 1.695915 1.197603 1.185257

2011 25.66681 27.06293 666.7689 49.62589 13.45909 17.17237 1.409372 1.432375 2.823975 1.695708 1.129016 1.23483

2012 31.65733 27.12182 830.5192 44.27833 11.17419 19.08445 1.500474 1.433319 2.91935 1.646191 1.048216 1.28068


Dokumen yang terkait

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Price Earning Ratio pada Perusahaan Yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index

0 56 83

Pengaruh Ukuran Perusahaan, Momentum dan Price Earning Ratio Terhadap Return Saham pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

1 37 85

Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Price Earning Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Subsektor Consumer Goods Industry yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

3 41 118

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Price Earning Ratio Saham-saham Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 35 92

Analisis Pengaruh Price Earning Ratio Dan Dividen Tunai Terhadap Harga Saham Perusahaan Di Bursa Efek Indonesia

0 61 101

Pengaruh Profitabilitas Terhadap Harga Saham Dengan Price Earning Ratio Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

4 40 121

Pengaruh faktor fundamental perusahaan terhadap beta saham syariah (studi pada Jakarta Islamic Index tahun 2004-2010)

1 8 168

Analisis fundamental dan teknikal saham-saham dengan nilai kapitalisasi pasar terbesar di Jakarta Islamic Index Periode 2010-2013

0 12 0

Analisis fundamental saham perusahaan sektor barang konsumsi (Consumer Goods) di Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) periode 2011 - 2013 dengan metode top down analysis

0 14 114

Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Fundamental Terhadap Return Saham Syariah Pada Perusahaan yang Tergabung Dalam Jakarta Islamic Index (Jii) Tahun 2007-2011

0 2 7