Hukum dan Perundang-undangan Limbah Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit

bau dan vektor penyakit, serta reduksi GRK lainnya gas nitrous oxide; 3 Ekonomi, yaitu pembiayaan internasional PMA, transfer teknologi bersih Clean Technology. Menurut Murdiyarso 2003b bahwa Indonesia telah memiliki otoritas nasional atau Designated National Authority DNA. Otoritas nasional adalah sebuah lembaga pada tingkat nasional yang ditunjuk pemerintah untuk mewakili kepentingan nasional dalam implementasi CDM. Bagi para pihak di negara berkembang, memiliki sebuah DNA dan meratifikasi Protokol Kyoto merupakan syarat untuk dapat berpartisipasi di dalam CDM. Fungsi utama DNA yaitu pengaturan dan promosi proyek CDM.. Komite Nasional untuk Mekanisme Pembangunan Bersih KomNas MPB bertugas mengkoordinir penerapan proyek CDM di Indonesia. Komisi ini merupakan organisasi pemerintah yang dibentuk melalui Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 206 tahun 2005 21 Juli 2005, yang berfungsi sebagai otoritas nasional Indonesia untuk MPB. Komnas MPB didukung oleh sektretariat dan tim teknis, yang akan melakukan kegiatan harian KomNas MPB Melisa, 2007. Struktur DNA di Indonesia dapat dilihat pada gambar 5.

2.4. Hukum dan Perundang-undangan

Hukum dan peraturan yang berkaitan dengan penerapan CDM di Indonesia meliputi: Undang-Undang No.231997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, Undang-Undang No. 322004 tentang Otonomi Daerah, Undang-Undang No. 51960 Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih CDM Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository © 2008 tentang Agraria, Undang-Undang No.411999 tentang Kehutanan, dan Undang- Undang No. 11967 tentang Penanaman Modal Asing. Komisi Nasional Perubahan Iklim Komisi Nasional CDM Komite Teknis Sekretariat Team Ahli Stakeholder Forum Gambar 5. Struktur DNA di Indonesia Pelangi, 2004 Dalam rangka implementasi proyek CDM di Indonesia, pengembang proyek perlu mempertimbangkan Undang-Undang No.231997 yang menjelaskan secara rinci prinsip, tujuan, hak, kewajiban, peran masyarakat, otoritas manajemen lingkungan dan sebagainya. Sebagai anggota UNFCCC dan Protokol Kyoto, Indonesia telah meratifikasi UNFCCC terkait perubahan iklim dan Protokol Kyoto melalui Undang-Undang No. 61994 dan Undang-Undang No. 172004. Dengan Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih CDM Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository © 2008 prinsip UNFCCC “common but differentiated”, Indonesia telah menunjukkan kontribusinya dalam mencapai tujuan akhir UNFCCC, yaitu stabilisasi konsentrai gas rumah kaca di atmosfir dan pembangunan berkelanjutan IGES, 2006.

2.5. Limbah Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit

Berdasarkan lokasi pembentukannya, limbah hasil perkebunan kelapa sawit dapat digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu limbah lapangan dan limbah pengolahan. Tobing, et al. 1990 menyatakan bahwa asal dan jumlah bahan buangan PKS terutama diperoleh dari: a. Air kondesat rebusan sterilizer condensat, dengan jumlah bahan buangan sekitar 150 – 175 kg per ton tandan buah segar TBS. b. Lumpur sludge water, karena adanya pengenceran, dengan jumlah bahan buangan sekitar 350-400 kgton TBS. c. Bak pemisah lumpur clay bath atau hydrocyclone separator, dengan jumlah buangan sekitar 100 – 150 kgton TBS. Untuk setiap ton TBS yang diolah akan menghasilkan 0,6 – 0,7 ton limbah pabrik kelapa sawit. Pada umumnya PKS mengolah TBS dengan kapasitas 60 tonjam dengan jumlah jam kerja 20 per hari. Dengan demikian setiap hari PKS akan menghasilkan limbah berkisar antara 720 – 840 ton limbah PKShari. Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih CDM Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository © 2008 Limbah segar raw effluen PKS mengandung bahan organik majemuk dan mineral dengan nilai BOD 5 Biological Oxigen Demand berkisar antara 20.000 – 60.000 mgl dan pH antara 4,0 – 4,6. Limbah PKS tidak beracun karena pengolahan TBS menjadi minyak sawit segar secara mekanis tidak menggunakan bahan kimia atau bahan beracun berbahaya B3Widhiastuti, 2001. Pengelolaan limbah merupakan salah satu proses perombakan bahan organik majemuk menjadi bahan organik sederhana secara mikrobiologi dalam suasana anaerobik dan aerobik. Pada tahap pertama, bahan organik majemuk diubah oleh bakteri menjadi asam-asam organik yang mudah menguap, dan pada tahap kedua asam organik diubah menjadi gas metan dan karbondioksida Subagyo, 1989. CO 2 , CH 4 Bahan Asam CO 2 , CH 4 Organik Organik Bakteri Fakultatif Bakteri Anaerob Obligat Gambar 6. Tahapan perombakan bahan organik limbah pada proses anaerobik Sumber : Subagyo, 1989. Perombakan anaerob dari limbah PKS merupakan proses yang sangat kompleks yang pada dasarnya dapat dianggap sebagai dua fase yang dilakukan oleh kelompok- Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih CDM Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository © 2008 kelompok bakteri yang menghasilkan asam-asam metana Tobing, et al, 1988. Bakteri yang terlibat dalam perombakan pada tahap pertama Ngan, Ma Ah, 1984 adalah : 1 Clostridium butirum, 2 Clostridium spp., 3 Peptococcus anaerobicus, 4 Desulphofibrio spp., dan 5 Group bakteri yang menghasilkan enzim proteolitik, lipolitik, ureolitik, selulitik, amilolitik. Pada fase berikutnya kelompok bakteri kedua bertugas melanjutkan perombakan asam-asam organik metana, karbondioksida dan gas hidrogen. Bakteri kelompok kedua disebut bakteri penghasil metana methana producing bacteria. Dalam penggunaannya, bakteri metana bercampur dengan bahan organik, sehingga massa keseluruhannya disebut juga sebagai lumpur. Perombakan di dalam kolam perombakan utama anaerob cukup baik dengan efisiensi perombakan sampai sekitar 80 – 90 Tobing, et al., 1988. Reaksi pada tahap kedua, yaitu pengubahan asam-asam mudah menguap terutama asam asetat menjadi gas, seperti metana, karbondioksida, dan hidrogen sulfida. Bakteri yang berperan pada tahap ini adalah bakteri anaerob obligat penghasil metana, diantaranya: 1 Methanobacterium formikum, 2 M. mobilis, 3 M. ruminartium, 4 M. soebagenii, 5 M. propionicum, 6 M. suboxidans, 7 Methanococus mazei, 8 M. vannielli, 9 Methanosarcina barkeri, dan 10 M. methanica. Proses fermentasi metan menjadi 3 tahapan, yaitu hidrolisis, asetogenesis dehidrogenesis, dan metanogenesis Gambar 7. Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih CDM Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository © 2008 65 35 15 72 20 17 13 15 Asam asetat Asam propionat CH 4 Intermediat lainnya Bahan organik Hidrolisis Asetogenesis Metanogenesis Gambar 7. Tahapan fermentasi metana Sa’id, 1994 Pada Gambar 7 ditunjukkan bahwa asam asetat dan asam propionat merupakan sumber utama pembentukan gas metana. Angka dalam persen menunjukkan penurunan COD dan perubahan bahan organik. Reaksi-reaksi pembentukan metan dapat dirinci sebagai berikut: 1. 4H 2 + CO 2 s CH 4 + 2H 2 O 2. Asam formiat : 4HCOOH s CH 4 + 3CO 2 + 2H 2 O Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih CDM Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository © 2008 3. Asam asetat : CH 3 COOH s CH 4 + CO 2 4. Asam propionat : CH 3 CH 2 COOH + ½ H 2 O s CH 3 COOH + ¼CO 2 +¾ CH 3 COOH s CH 4 + CO 2 CH 3 CH 2 COOH + ½ H2O s 54 CO 2 + 74 CH 4 5. Etanol : CH 3 CH 2 OH + H 2 O s CH 3 COOH + 2H 2 CH 3 COOH s CH 4 + CO 2 CH 3 CH 2 OH + H 2 O s CH 4 + CO 2 + 2H 2 Sumber : Subagyo, 1989 Limbah PKS berupa gas CH 4 dan CO 2 dapat memberikan kontribusi GRK yang dapat menimbulkan perubahan iklim global. Konstribusi gas CH 4 terhadap GRK sebesar 24. Dimana nilai potensi pemanasan global dari 1 ton gas metan setara dengan 21 ton CO 2 . Murdiyarso 2003a mengemukakan bahwa konsentrasi CH 4 dan N 2 O relatif rendah, tapi kemampuan memperkuat radiasi radiative forcing gelombang pendek menjadi gelombang panjang yang bersifat panas jauh lebih besar dibanding CO 2 yang konsentrasi dan pertumbuhannya jauh lebih besar. Kedua GRK tersebut masing-masing mampu memperkuat radiasi sekitar 20 dan 200 kali kemampuan CO 2 . Hal ini berarti bahwa kenaikan yang sekecil apapun dari kedua GRK tersebut harus tetap dikendalikan. Aktivitas proyek CDM yang dilakukan PKS bertujuan untuk menangkap gas metan dari pembusukan bahan organik pada sistem pengolahan air limbah pabrik Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih CDM Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository © 2008 pengolahan kelapa sawit dengan mengenalkan sistem penangkapan dan pembakaran gas metan pada kolam an aerobik. Aktivitas proyek ini memanfaatkan teknologi yang efektif, sederhana dan handal untuk menangkap biogas yang dihasilkan oleh kolam penampungan, pemasangan penutup bersegel di atas kolam anareobik untuk menciptakan sistem digester anareobik. Masing-masing penutup terdiri dari geo membran poliethylene kerapatan tinggi sintesis atau Sintentic High Density Polyethylene HDPE yang disegel. Menurut Shirai et al 2003 bahwa teknologi yang digunakan untuk menangkap dan bakar gas metan pada pabrik kelapa sawit adalah teknologi anaerobic biodigester. Teknologi ini menggunakan bahan HDPE yang kuat dan tahan lama untuk menangkap gas dari kolam limbah termasuk metan, dilengkapi dengan sistem pengadukan dan sensor kemudian biogas disalurkan lewat pipa dan dihancurkan flare. Skema proyek gabungan dideskripsi dalam AMS III H, yang meliputi 1 dua kolam anerobik ditutup dengan HDPE, 2 dilengkapi sistem meteran flowmeter dan peralatan pembakaran flaring serta peralatan energi yang terbaharu untuk masa datang dan 3 pemantauan untuk pengaturan de sludge dan sludge UNFCCC, 2007. Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih CDM Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository © 2008 Gambar 8. Proyek Gabungan CDM UNFCCC,2007 Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih CDM Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository © 2008

III. BAHAN DAN METODE