Potensi Proyek CDM di Indonesia

CDM memiliki sifat unik yang membedakannya dengan proyek yang umum ditemui, karena proyek CDM dapat mengurangi emisi GRK. Tingkat reduksi emisi yang dihasilkan oleh sebuah proyek CDM diukur dengan menggunakan CO 2 eq,ton CO 2 ekiuvalen. Suatu proyek CDM akan dapat memperoleh pemasukan tambahan dari hasil penjualan CER. Proyek CDM dapat menguntungkan negara berkembang karena kontribusi CER-nya diperkirakan dapat memberikan sekitar 7 - 40 , tergantung dari tipe proyek dan sektornya. Pembayaran CER dilakukan dengan menggunakan hard currency US atau €, sehingga dapat meningkatkan kepercayaan terhadap developer untuk proyek CDM ini. Potensi pasar CER dari proyek CDM sangat signifikan. Uni Eropa memperkirakan sekitar 430 juta ton CO 2 harus diturunkan di seluruh dunia untuk memenuhi target reduksi seperti yang telah digariskan oleh Protokol Kyoto UNEP FI, 2005. Selanjutnya Soemarwoto 2004 mengemukakan bahwa dari sebuah laporan studi strategi nasional implementasi CDM di Kolombia yang meliputi 28 jenis proyek maka negara tersebut memperoleh nilai maksimum US 19tCO 2 dengan potensi reduksi emisi sebesar 42MtCO 2 per tahun . Hal ini berarti betapa besarnya potensi CDM sebagai sumber dana pembangunan bagi negara berkembang.

2.3. Potensi Proyek CDM di Indonesia

Indonesia meratifikasi Konvensi Perubahan Iklim melalui UU No. 6 tahun 1994. Ratifikasi Protokol Kyoto disetujui oleh DPR tanggal 28 Juni 2004 dan melalui Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih CDM Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository © 2008 UU No. 17 tahun 2004 Indonesia meratifikasi Protokol Kyoto dan disampaikan ke Sekretariat Konvensi Perubahan Iklim tanggal 3 Desember 2004 melalui Departemen Luar Negeri. Dengan meratifikasi Protokol Kyoto berarti membuka peluang bagi Indonesia untuk menarik lebih banyak investasi untuk mengembangkan proyek CDM, yang akan bermanfaat dalam upaya menuju pembangunan berkelanjutan. Potensi kegiatan proyek CDM sektor energi diperkirakan sekitar 2,1 dari 1200 juta ton CO 2 per tahun pada harga 1,83 US per ton CO 2 . Pilihan mitigasi yang paling layak untuk diterapkan di Indonesia adalah energi geotermal, pemanfaatan gas suar bakar, kombinasi yang terpadu antara penggantian bahan bakar, kogenerasi, dam sistem pemanasan. Sedangkan potensi kegiatan CDM sektor kehutanan diperkirakan sekitar 28 juta ton CO 2 per tahun IGES, 2006. Menurut Witoelar 2006 bahwa pemerintah Indonesia yang dipelopori Kementerian Lingkungan Hidup menargetkan akan dapat mengurangi emisi gas rumah kaca seperti CO 2 sebanyak 180 juta ton dalam waktu 2008-2012, dengan menerapkan CDM. Untuk mempromosikan dan memfasilitasi CDM, Indonesia telah menandatangani beberapa kerjasama dengan beberapa negara maju seperti Belanda, Denmark, Austria, dan Kanada. Upaya penurunan emisi gas rumah kaca yang bisa dilakukan melalui kegiatan CDM meliputi proyek energi terbarukan misalnya: pembangkit listrik tenaga matahari, angin, gelombang, panas bumi, air dan biomassa, menurunkan tingkat konsumsi bahan bakar efisiensi energi, mengganti bahan bakar fosil dengan bahan bakar lain yang lebih rendah tingkat emisi gas rumah Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih CDM Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository © 2008 kacanya misal: mengganti minyak bumi dengan gas, kehutanan, dan pemanfaatan gas metan dari pengelolaan sampah. Ada 13 proyek potensial untuk dijadikan CDM, diantaranya Bali Biomass Power, Darajat Unit III Geothermal Project, Lampung Rice Husk Power Project, Methane Extraction from Palm Oil Mill Effluent in Sumatera. Selanjutnya Arifin 2007 menambahkan potensi proyek CDM di Sumatera Utara sangatlah besar. Daerah ini memiliki potensi besar di sektor energi yang cukup diminati oleh negara-negara maju. Potensi energi yang dapat didesain dengan teknologi rendah emisi adalah hydropower, panas bumi, biomasa, gas dan angin. Sumut memiliki potensi signifikan untuk proyek CDM yang diperkirakan ada di bidang energi hydropower sebesar 13 megawatt, panas bumi 2,5 megawatt, biomasa 2,3 megawatt, biogass mencapai 47 megawatt serta potensi energi angin dan lahan gambut yang cukup memadai. Sumatera Utara juga memiliki lebih dari 80 pabrik kelapa sawit yang mengkontribusi gas metan ke udara dengan basis setiap produksi 8,8 juta ton tandan buah segar TBS dihasilkan dari 680.000 Ha kebun sawit. Jadi dengan luas perkebunan sawit 1,7 juta Ha akan berpotensi sebesar 8,7 milyar ton setara CO 2 thn untuk dijadikan proyek CDM. Satu unit pabrik dengan kapasitas 45 ton TBS dapat menghasilkan 18.000 ton setara CO 2 per tahun. Sumber utama emisi GRK di sektor energi adalah pembakaran bahan bakar minyak dalam proses produksi dan prosesing sumber energi primer terutama minyak dan gas, pembangkit tenaga, dan proses pembakaran di industri-industri lainnya. Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih CDM Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository © 2008 Pengurangan emisi GRK di sektor energi umumnya didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut: 1. Mengurangi penggunaan bahan bakar berbasis carbon dengan bahan bakar non-carbon atau kandungan carbon rendah 2. Meningkatkan efisiensi pembakaran 3. Meminimalkan kebocoran methane dan dekarbonisasi. Studi nasional di bidang energi telah mengidentifikasi kegiatan produksi potensial untuk mengurangi emisi GRK, diantaranya industri minyak sawit. Industri minyak sawit pada saat ini menggunakan bahan bakar fosil berkarbon tinggi untuk menghasilkan uap dan tenaga listrik. Dengan adanya opsi teknologi mitigasi GRK potensial dapat melalui 1 penggunaan energi terbarukan untuk sistem kogenerasi, dimana penggunaan tandan sawit dan biogas dalam tungku yang telah disesuaikan desainnya; 2 produksi biogas melalui peningkatan sistem perlakukan limbah air. Akibatnya potensi pengurangan GRK atau penghematan energi di Indonesia sebesar 14 juta ton CO 2 IGES, 2006. Leslie 2007 mengemukakan bahwa Indonesia memiliki potensi pengurangan emisi yang besar dan telah mengambil beberapa langkah maju yaitu telah memiliki Komisi Nasional Pembangunan Bersih serta telah memproses dan menyetujui proyek-proyek CDM. Adapun manfaat proyek CDMER emission reduction adalah: 1 bidang Sosial, dimana adanya sinergi internal dengan ekonomi lokal, persepsi publik dan kepemimpinan; 2 Lingkungan meliputi reduksi GRK gas metan, reduksi Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih CDM Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository © 2008 bau dan vektor penyakit, serta reduksi GRK lainnya gas nitrous oxide; 3 Ekonomi, yaitu pembiayaan internasional PMA, transfer teknologi bersih Clean Technology. Menurut Murdiyarso 2003b bahwa Indonesia telah memiliki otoritas nasional atau Designated National Authority DNA. Otoritas nasional adalah sebuah lembaga pada tingkat nasional yang ditunjuk pemerintah untuk mewakili kepentingan nasional dalam implementasi CDM. Bagi para pihak di negara berkembang, memiliki sebuah DNA dan meratifikasi Protokol Kyoto merupakan syarat untuk dapat berpartisipasi di dalam CDM. Fungsi utama DNA yaitu pengaturan dan promosi proyek CDM.. Komite Nasional untuk Mekanisme Pembangunan Bersih KomNas MPB bertugas mengkoordinir penerapan proyek CDM di Indonesia. Komisi ini merupakan organisasi pemerintah yang dibentuk melalui Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 206 tahun 2005 21 Juli 2005, yang berfungsi sebagai otoritas nasional Indonesia untuk MPB. Komnas MPB didukung oleh sektretariat dan tim teknis, yang akan melakukan kegiatan harian KomNas MPB Melisa, 2007. Struktur DNA di Indonesia dapat dilihat pada gambar 5.

2.4. Hukum dan Perundang-undangan