Keadaan Umum Perkembangan CDM di Sumatera Utara

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Keadaan Umum Perkembangan CDM di Sumatera Utara

Sumatera Utara Sumut memiliki peluang yang besar untuk mendapatkan dana kompensasi dari Mekanisme Pembangunan Bersih atau Clean Development Mechanism. Daerah ini memiliki potensi yang cukup besar di sektor energi yang cukup diminati oleh negara-negara maju . Namun perkembangan CDM belum sepenuhnya berjalan dengan baikoptimal di Sumut, padahal pihak pemerintah melalui instansi Bapedalda bekerjasama dengan stakeholder telah melakukan berbagai kegiatan seperti sosialisasi, lokakarya, pelatihan dan klinik CDM sejak tahun 2004 setelah Protokol Kyoto diratifikasi dengan mengundang semua industriperusahaan yang berpotensi mendapatkan kredit karbon. Adapun kegiatan yang telah dilakukan oleh Bapedalda Sumut adalah sebagai berikut: a. Sosialisasi CDM di Hotel Tiara pada bulan Juni 2006 b. Klinik CDM di Hotel Danau Toba tahun 2007 c. Pelatihan CDM di Hotel Emerald Garden bulan Maret 2007 d. RoadShow Sosialisasi CDM ke PTPN III; PTPN IV dan PT Damai Abadi Aluminium bulan November 2007 e. Penggerakan Stakeholder Peduli Perlindungan Lapisan Ozon di Universitas Pembangunan Panca Budi Medan pada bulan November 2007 Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih CDM Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository © 2008 f. Memberikan penawaran grand penyusunan Dokumen Rancangan Proyek PDD dari IGES ke PTPN III pada bulan Februari 2008 Bapedalda Sumut juga berupaya memfasilitasi dunia usaha, pihak perorangan, swasta dan pemerintah daerah sebagai calon pengembang proyek CDM dengan membuka kesempatan berkonsultasi dan membahas secara mendalam gagasan- gagasan dan proposal ide proyek CDM. Namun respon sebagian besar perusahaan industri untuk menindaklanjuti mekanisme CDM ini masih relatif rendah. Menurut Bapedaldasu 2007 hal ini disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut: 1. Peserta sumberdaya manusia yang mewakili perusahaanindustri dalam menghadiri sosialisasi tersebut bukan merupakan pengambil keputusan decision marker. 2. Latarbelakang pendidikan keahlian para peserta yang bukan dari bidang sains dan teknologi sehingga sulit untuk memahami konsep- konsep CDM. 3. CDM merupakan sesuatu hal yang baru dan kompleks bagi mereka sehingga rumit untuk dipahami. 4. Adanya keraguan dari pimpinan perusahaanindustri terhadap perdagangan karbon dan siapa pembelinya. Dari hasil wawancara dengan para pimpinan perusahaan dan konsultan CDM diperoleh informasi yang menjadi pendorong dan kendala perkembangan CDM di Sumatera Utara, diantaranya dapat dilihat pada Tabel 3. Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih CDM Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository © 2008 Tabel 3. Faktor yang menjadi pendorong dan kendala perkembangan CDM di SUMUT PT. Milano PT. MNA berminat terhadap CDM PTPN III PTPN IV belum berminat terhadap CDM 1. Persepsi terhadap CDM : pemahaman dan minat terhadap CDM sangat baik sehingga dapat mengimplementasikan proyek CDM karena telah memiliki komitmen terhadap pelestarian lingkungan. 1. Persepsi terhadap CDM: - pemahaman baik masih pada tingkat staf pimpinan tapi belum berminat untuk mengimplementasikan proyek CDM karena belum sepenuhnya memiliki komitmen terhadap pelestarian lingkungan. 2. Birokrasi memiliki birokrasi yang baikfleksibel sehingga sosialisasi yang dilakukan oleh Bapedaldasu dapat direspon dengan baik. 2. Birokrasi memiliki birokrasi yang sangat kaku bergantung kepada pimpinan sehingga sosialisasi yang dilakukan kurang efektif dan menimbulkan pemikiran yang salah negatif thinking terhadap CDM. 3. Kompetensi Pengambil kebijakan decision marker telah memiliki kesadaran akan pentingnya pelestarian lingkungan sehingga dapat memahami sepenuhnya CDM dan secara sukarela berminat terhadap proyek CDM. Apalagi dengan adanya insentif ekonomi dari kredit karbon. 3. Kompetensi pengambil kebijakan decision marker kurang memahami sepenuhnya CDM dan pemahaman masih pada tingkat stafkaryawan pimpinan, dan orang yang mengikuti sosialisasi CDM tidak memiliki kompeten untuk mengambil keputusan. Dari Tabel 3 dapat dijelaskan bahwa perkembangan CDM di Sumut masih belum optimal sehingga masih sedikitnya pihak perusahaanindustri yg menerapkan proyek CDM. Hal ini disebabkan karena 1 masih banyak yang tidak tahu dan memahami mekanisme CDM; 2 ada perusahaan yang tidak mau ambil resiko karena harus memberikan data produksi, ijin dan sebagainya serta ada juga yang mau tapi Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih CDM Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository © 2008 tidak mempunyai ijin, misalnya AMDAL; 3 tidak ada perusahaan yang mau mengeluarkan dana besar untuk air limbah apabila tidak ada yang mau membiayai seperti yang dilakukan AES AgriVerde; dan 4 adanya kesan bahwa proyek CDM lama dan kompleks. Menurut Zen 2007 bahwa kepedulian tentang pentingnya mitigasi perubahan iklim dengan proyek-proyek CDM sangat rendah di Sumatera Utara. Hal ini disebabkan pertama, terlihat dari jumlah peserta yang hadir dalam sosialisasi CDM, dari posisi jabatan struktural peserta d iperusahaan sehingga tidak mampu meyakinkan top management. Kedua, para pengambil kebijakan perusahaan tidak memiliki inisiatif untuk mempelajari dan memanfaatkan peluang bisnis baru. Ketiga, sifat sosialisasi CDM hanya imbauan, tidak merupakan instruksi dari pemda,sehingga perusahaan mengirim staf yang tidak kompeten. Hal ini sesuai dengan pendapat Salim 2007 bahwa perkembangan CDM di Indonesia masih belum optimal. Tertinggalnya Indonesia dalam perdagangan karbon atau CDM ini karena masih rendahnya pemahaman terhadap mekanisme dan metodologi CDM. Selain itu mekanisme CDM diakui sangat rumit dan kompleks sekali sehingga masyarakat luas maupun kalangan pebisnis belum banyak yang memahami keuntungan yang dapat diperoleh dari CDM. Olehkarena itu aktivitas CDM Indonesia perlu terus digalakkan dan masih perlu promosi yang gencar, terutama kepada para pengembang proyek pada sektor-sektor yang potensial, seperti energi dan kehutanan. Sosialisasi juga perlu bagi lembaga-lembaga finansial sebab Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih CDM Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository © 2008 proyek CDM memerlukan investasi awal yang lumayan besar sebelum menghasilkan keuntungan. 4.2. Keadaan Umum PKS PT Perkebunan Milano Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit PKS PT Perkebunan Milano Wilmar Group,berlokasi di Dusun Pinang Awan, Desa Pinang Dame, Kecamatan Torgamba, Kabupaten Labuhan Batu Provinsi Sumatera Utara mulai dibangun pada bulan Juli 1998 dengan luas 189.580 m². PKS PT Perkebunan Milano mengolah sekitar 298.145 ton TBS per tahun dengan kapasitas olah 60 tonjam dengan waktu operasional 20 jamhari, 300 hari per tahun dan dari 1 ton TBS akan menghasilkan limbah sebesar 65. Dengan demikian dalam satu hari akan dihasilkan limbah sebanyak 780 tonhari Skema proses TBS PT Perkebunan Milano dapat dilihat pada lampiran 2. Air limbah PKS diolah melalui sistem kolam limbah yang terdiri dari kolam pendingin cooling pond, kolam lumpur, kolam netral, 2 kolam anaerobik, kolam fakultatif serta kolam sedimentasi dan kolam aerob Lay Out kolam dapat dilihat pada lampiran 3. Keseluruhan air buangan akhir digunakan untuk land aplikasi. Kolam anaerobik yang dijadikan proyek CDM adalah terletak pada kolam anaerobik pertama yaitu secara visual terlihat gelembung-gelembung udara kecil yang muncul dari dasar kolam ke permukaan air yang menandakan banyaknya bakteri yang Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih CDM Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository © 2008 secara aktif menguraikan bahan organik kemudian menghasilkan gas-gas seperti CH 4 , H 2 S dan gas lainnya kolam anaerobik dapat dilihat pada gambar 9. PKS PT Perkebunan Milano memiliki komitmen atau visi dan misi yang berorientasi terhadap pelestarian lingkungan berupa Kebijakan Mutu dan Lingkungan serta untuk memastikan efektivitas pelaksanaan Kebijakan Mutu dan Pengelolaan Lingkungan, manajemen telah menetapkan dan menerapkan Sistem Manajemen Mutu dan Sistem Manajemen Pengelolaan Lingkungan Hidup sebagaimana dipersyaratkan dalam ISO 9001;2000 dan ISO 14001;2004. PKS ini juga telah melaksanakan upaya pengelolaan dan pemantauan UKL UPL terutama pada penanganan kualitas udara ambient dan emisi, pengelolaan limbah padat, penanganan kualitas air tanah dan air permukaan, pelaksanaan program community development serta menerapkan program produksi bersih . Gambar 9. Kolam Anaerobik Sri Juli Handayani: Analisis Reduksi Emisi Gas Metan Melalui Proyek Mekanisme Pembangunan Bersih CDM Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam Rangka Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2008. USU e-Repository © 2008

4.3. Proyek CDM di PKS PT Perkebunan Milano