Sanksi dalam Tindak Pidana Korupsi

memberikan peluang alternatif pilihan kepada penuntut umum untuk memberikan Dakwaan dan Tuntutan. 35

C. Sanksi dalam Tindak Pidana Korupsi

Pemberian sanksi merupakan bentuk pertanggungjawaban yang dibebankan kepada seseorang yang telah terbukti melakukan perbuatan pidana, serta orang tersebut telah memenuhi 3 elemen penting agar seseorang itu dapat dimintai pertanggung jawabanya. Dimana dengan diberikanya sanksi kepada seseorang yang telah melakukan perbuatan pidana adalah bertujuan agar seseorang itu dapat segera sadar dan insyaf atas kesalahan yang telah dilakukanya dan tidak mengulangi kesalahanya lagi, selain itu juga pemberian sanksi ini bertujuan juga memberikan pengajaran kepada masyarakat agar tidak melakuan perbuatan yang sama dengan pelaku tindak pidana. Pada tindak pidana korupsi sendiri berdasarkan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Tindak Pidana Korupsi Jo Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001, sanksi pidana yang dapat diberikan kepada pelaku tindak pidana korupsi adalah sebagai berikut: 1. Terhadap orang yang melakukan tindak pidana korupsi: a. Pidana mati Pidana mati dapat diberikan kepada setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian 35 Hasbullah F. Sjawie, Pertanggung Ja waban Pidana Korporasi pada Tindak Pidana Korupsi, Pranada Media Group, Jakarta, 2015, hal.148 negara sebagaimana yang ditentukan dalam Pasal 2 ayat 1 Undnag-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Tindak Pidana Korupsi Jo Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999, yang dilakukan dalam keadaan tertentu seperti, pada saat terjadi bencana alam, peperangan, kericuhan, dan lain sebagainya; b. Pidana Penjara 1 Pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 empat Tahun dan paling lama 20 dua puluh Tahun dan denda paling sedikit Rp. 200.000.000,00 dua ratus juta rupiah dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 satu miliar rupiah bagi setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. Pasal 2 2 Pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1 satu Tahun danatau denda paling sedikit Rp 50.000.000.00 lima puluh juta rupiah dan paling banyak Rp.1.000.000.000,00 satu miliar rupiah bagi setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, atau sarana yang ada padanya karena jabatan dan kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. Pasal 3 3 Pidana penjara paling singkat 3 tiga Tahun dan paling lama 12 dua belas Tahun danatau denda paling sedikit Rp. 150.000.000.00 seratus lima puluh juta rupiah dan paling banyak Rp.600.000.000.00 enam ratus juta rupiah bagi setiap orang dengan sengaja mencegah, merintangi atau menggagalkan langsung atau secara tidak langsung penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan terhadap tersangka atau terdakwa ataupun para saksi dalam perkara korupsi. Pasal 21 4 Pidana penjara paling singkat 3 tiga Tahun atau paling lama 12 dua belas Tahun danatau denda paling sedikit Rp. 150.000.000,00 seratus lima puluh juta rupiah dan paling banyak Rp. 600.000.000,00 enam ratus juta rupiah bagi setiap orang sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 28, Pasal 29, Pasal 35, dan Pasal 36. c. Pidana tambahan 1 Perampasan barang bergerak yang berwujud atau tidak berwujud atau barang yang tidak bergerak yang digunakan untuk atau yang diperoleh dari tindak pidana korupsi, termasuk perusahaan milik terpidana dimana tindak pidana korupsi dilakukan, begitu pula dari barang yang menggantikan barang-barang tersebut; 2 Pembayaran uang pengganti yang jumlahnya sebanyak-banyaknya sama dengan harta yang diperoleh dari tindak pidana korupsi; 3 Penutupan seluruh atau sebagian perusahaan untuk waktu paling lama 1 satu Tahun; 4 Pencabutan seluruh atau sebagian hak-hak tertentu atau penghapusan seluruh atau sebagian keuntungan tertentu yang telah atau dapat diberikan oleh pemerintah kepada terpidana; 5 Jika terpidana tidak membayar uang pengganti paling lama dalam waktu 1 satu Bulan sesudah putusan pengadilanyang telah berkekuatan hukum tetap, maka harta bendanya dapat disita oleh jaksa dan dilelang untuk menutupi uang pengganti tersebut; 6 Dalam hal terpidana tidak mempunyai harta benda yang mencukupi untuk membayar uang pengganti maka terpidana dengan pidana penjara yang lamanya tidak memenuhi ancaman maksimum dari pidana pokoknya sesuai ketentuan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Tindak Pidana Korupsi Jo Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Tindak Pidana Korupsi, dan lamanya pidana tersebut sudah diputuskan dalam pengadilan 2. Terhadap tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh atau atas nama suatu korporasi Terhadap korporasi yang melakukan tindak pidana korupsi, bahwa hukuman pokok yang relevan bagi korporasi adalah hukuman denda, sebagaimana yang diatur dalam Pasal 20 ayat 7 Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi yang secara tegas mengatakan bahwa pidana pokok yang dapat dijatuhkan terhadap korporasi hanya berupa pidana denda semata, dengan ketentuan bahwa maksimum pidananya ditambah dengan 13 sepertiga-nya. 36 36 Hasbullah F. Sjawie, Op.Cit., hal.153 Selain dapat dikenakan pidana pokok, terhadap korporasi juga dapat dikenakan pidana tambahan sebagaimana yang daitur dalam Pasal 18 ayat 1 Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi, yang dapat berupa: 37 1. Perampasan barang bergerak yang berwujud atau yang tidak berwujud atau barang tidak bergerak yang digunakan untuk atau yang diperoleh dari tindak pidana korupsi, termasuk perusahaan milik tepidana dimana tindak pidana korupsi dilakukan, begitu pula dari barang yang menggantikan barang-barang tersebut; 2. Pembayaran uang pengganti yang jumlahnya sebanyak-banyaknya sama dengan harta benda yang diperoleh dari tindak pidana korupsi; 3. Penutupan seluruh atau sebagian perusahaan untuk waktu paling lama 1satu tahun; 4. Pencabutan seluruh atau sebagian hak-hak tertentu atau penghapusan seluruh atau sebagian keuntungan tertentu, yang telah atau dapat diberikan oleh pemerintah kepada terpidana. Mengenai pemberian sanksi pidana kepada korporasi, maka harus melalui suatu prosedur sebagaimana yang diatur dalam ketentuan pasal 20 ayat 1 sampai ayat 5 Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi, adalah sebagai berikut: 38 1. Dalam hal tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh atau atas nama suatu korporasi, maka tuntutan dan penjatuhan pidana dapat dilakukan terhadap korporasi danatau pengurusnya; 37 Ibid., hal.155 38 Leden Marpaung, Tindak Pidana Korupsi Masalah Dan Pemecahanya, Sinar Grafika, Jakarta, 1992, hal.35-40 2. Tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh korporasi apabila tindak pidana tersebut dilakukan oleh orang baik berdasarkan hubungan kerja maupun berdasarkan hubungan lain, bertindak dalam lingkungan korporasi tersebut baik sendiri maupun bersama-sama; 3. Dalam hal ini tuntutan pidana dilakukan terhadap suatu korporasi maka korporasi tersebut diwakili oleh pengurus, kemudian pengurus tersebut dapat diwakilkan kepada orang lain; 4. Hakim dapat memerintahkan supaya pengurus korporasi menghadap sendiri di pengadilan dan dapat pula memerintahkan supaya pengurus tersebut dibawa ke sidang pengadilan; 5. Dalam hal tuntutan pidana dilakukan terhadap korporasi, maka panggilan untuk menghadap dan menyerahkan surat panggilan tersebut disampaikan kepada pengurus di tempat tinggal pengurus atau di tempat pengurus berkantor.

D. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Dokumen yang terkait

Pertanggungjawaban Pidana Dalam Tindak Pidana Korupsi Yang Dilakukan Oleh Korporasi (Studi Kasus Putusan Pengadilan Tinggi Banjarmasin No. 04/Pid. Sus/2011/Pt. Bjm)

1 140 155

Pertimbangan Hakim Dalam Penjatuhan Hukuman Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Penggelapan (Studi Putusan Nomor : 06/Pid.Sus-Anak/2014/Pn.Mdn)

2 50 101

Analisis Hukum Pidana Atas Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan Bebas Dalam Perkara Tindak Pidana Korupsi (Putusan Nomor 51/Pid. Sus.K/2013/Pn.Mdn)

5 112 126

Tindak Pidana Kelalaian Berlalu Lintas Yang Menyebabkan Orang Lain Meninggal Dunia Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Putusan Nomor : 579/Pid.Sus/2013/PN.DPS)

2 67 120

Dasar Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Putusan Bebas (vrijspraak) terhadap Terdakwa dalam Tindak Pidana Korupsi (Studi Putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Medan No.51/Pid.Sus.K/2013/PN.Mdn)

2 101 101

Tinjauan Terhadap Pertimbangan Hakim Dalam Memutus Tindak Pidana Korupsi Penyalahgunaan Wewenang Dalam Jabatan (Studi Putusan No.465/PID.SUS/2010/PN.Psp)

0 68 154

Pertimbangan Hakim Terhadap Tindak Pidana Korupsi Yang Dilakukan Oleh Pejabat Negara (Studi Putusan Nomor : 01/Pid.Sus.K/2011/PN.Mdn)

2 43 164

Analisis Pertimbangan Hakim Dalam Penjatuhan Pidana Terhadap Anak Yang Melakukan Tindak Pidana Pencurian Dengan Pemberatan (Studi Putusan No. 622/PID/B(A)/2011/PN.TK)

2 17 70

Pertimbangan Hakim Dalam Penjatuhan Hukuman Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Penggelapan (Studi Putusan Nomor : 06/Pid.Sus-Anak/2014/Pn.Mdn)

0 0 34

Tindak Pidana Kelalaian Berlalu Lintas Yang Menyebabkan Orang Lain Meninggal Dunia Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Putusan Nomor : 579/Pid.Sus/2013/PN.DPS)

0 2 11