Kesimpulan Pertimbangan Hakim Terhadap Tindak Pidana Korupsi Yang Dilakukan Oleh Pejabat Negara (Studi Putusan Nomor : 01/Pid.Sus.K/2011/PN.Mdn)

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari pembahasan, maka penulis menyimpulkan sebagai berikut : 1. Pengaturan Tindak Pidana Korupsi di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 jo. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantsan Tindak Pidana Korupsi yang berlaku di Indonesia saat ini telah mengalami perluasan makna, selain orang perseorangan korporasi juga termasuk sebagai sujbek dalam tindak pidana korupsi. Bentuk-bentuk perbuatan yang tergolong dalam tindak pidana korupsi juga mengalami perluasan yaitu diantaranya pengaturan mengenai gratifikasi. Terhadap masalah pertanggungjawaban pidana dibedakan antara subjek sebagai orang perorangan dengan subjek sebagai korporasi, subjek sebagai orang perseorangan maka pertanggungjawaban pidananya dapat dibebankan langsung kepada orang yang melakukan perbuatan pidana tersebut. Sedangkan pada korporasi pertanggungjawaban pidana dapat dibebankan kepada korporasi maupun kepada pengurus korporasi itu. Untuk sanksi yang diberikan kepada orang perseorangan dapat dijatuhi hukuman mati, hukuman penjara dan hukuman tambahan. Sedangkan untuk sanksi yang diberikan kepada korporasi itu dapat berupa sanksi pidana pokok seperti pidana denda dengan ketentuan maksimal ditambah 13 sepertiga, untuk sanksi tambahan dapat berupa pembekuan izin sementara dan penyitaan aset. 2. Pertimbangan Hukum Hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap Pejabat Negara yang melakukan penyalahgunaan Kewenangan Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor : 01Pid.Sus.K2011PN. Mdn Atas Nama Terdakwa Binahati Benedictus Baeha oleh Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Medan, Hakim Pengadilan Tinggi Medan, dan Hakim Mahkamah Agung yaitu pada putusan Pengadilan Negeri Medan dan Pengadilan Tinggi Medan sama halnya yaitu membebaskan Terdakwa dari Dakwaan Primair yaitu melanggar Pasal 2 ayat 1 dan menjatuhkan Dakwaan Subsidair melanggar Pasal 3 Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 jo. Undang- Undang No. 20 Tahun 2001 dengan pertimbangan fakta yang terungkap dalam persidangan sehingga majelis hakim berpendapat terhadap Terdakwa lebih tepat diterapkan Pasal 3 karena untuk memenuhi unsur penyalahgunaan wewenang adalah diisyaratkan bahwa pelakunya harus pegawai negeri atau penyelenggara negara, sehingga terpenuhilah unsur “menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan”, karena pada saat terjadinya tindak pidana tersebut, Terdakwa bertindak sebagai Bupati Nias dan terbukti di persidangan menyalahgunakan kewenangannya sebagai Bupati. Putusan Hakim Mahkamah Agung yaitu membatalkan putusan Pengadilan Tinggi Medan No. 15 Pid.Sus2011PT-Mdn. Tanggal 27 Oktober 2011 yang merubah putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Medan No. 01Pid.Sus.K2011PN.Mdn. tanggal 10 Agusutus 2011, dan menyatakan seluruh unsur dalam Dakwaan Primair telah terbukti dan karenanya Terdakwa terbukti melangar Dakwaan Primair, dengan pertimbangan Judex Facti telah salah menerapkan hukum yang menyatakan Pasal 2 Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi tidak dapat dikenakan pada Pegawai Negeri. Pasal 2 Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi dapat dikenakan kepada siapa saja, sehingga pembuktian dari dakwaan Primair dengan alasan tersebut merupakan kesalahan penerapan hukum pembuktian yang dilakukan oleh Judex Facti.

B. Saran

Dokumen yang terkait

Pertanggungjawaban Pidana Dalam Tindak Pidana Korupsi Yang Dilakukan Oleh Korporasi (Studi Kasus Putusan Pengadilan Tinggi Banjarmasin No. 04/Pid. Sus/2011/Pt. Bjm)

1 140 155

Pertimbangan Hakim Dalam Penjatuhan Hukuman Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Penggelapan (Studi Putusan Nomor : 06/Pid.Sus-Anak/2014/Pn.Mdn)

2 50 101

Analisis Hukum Pidana Atas Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan Bebas Dalam Perkara Tindak Pidana Korupsi (Putusan Nomor 51/Pid. Sus.K/2013/Pn.Mdn)

5 112 126

Tindak Pidana Kelalaian Berlalu Lintas Yang Menyebabkan Orang Lain Meninggal Dunia Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Putusan Nomor : 579/Pid.Sus/2013/PN.DPS)

2 67 120

Dasar Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Putusan Bebas (vrijspraak) terhadap Terdakwa dalam Tindak Pidana Korupsi (Studi Putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Medan No.51/Pid.Sus.K/2013/PN.Mdn)

2 101 101

Tinjauan Terhadap Pertimbangan Hakim Dalam Memutus Tindak Pidana Korupsi Penyalahgunaan Wewenang Dalam Jabatan (Studi Putusan No.465/PID.SUS/2010/PN.Psp)

0 68 154

Pertimbangan Hakim Terhadap Tindak Pidana Korupsi Yang Dilakukan Oleh Pejabat Negara (Studi Putusan Nomor : 01/Pid.Sus.K/2011/PN.Mdn)

2 43 164

Analisis Pertimbangan Hakim Dalam Penjatuhan Pidana Terhadap Anak Yang Melakukan Tindak Pidana Pencurian Dengan Pemberatan (Studi Putusan No. 622/PID/B(A)/2011/PN.TK)

2 17 70

Pertimbangan Hakim Dalam Penjatuhan Hukuman Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Penggelapan (Studi Putusan Nomor : 06/Pid.Sus-Anak/2014/Pn.Mdn)

0 0 34

Tindak Pidana Kelalaian Berlalu Lintas Yang Menyebabkan Orang Lain Meninggal Dunia Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Putusan Nomor : 579/Pid.Sus/2013/PN.DPS)

0 2 11