BAB III PERTIMBANGAN HUKUM HAKIM DALAM MENJATUHKAN
PUTUSAN TERHADAP PEJABAT NEGARA YANG MELAKUKAN PENYALAHGUNAAN KEWENANGAN
A. Posisi Kasus 1. Kronologis Kasus
Pada akhir tahun 2006 Bupati Nias atas nama Binahati Benedictus Baeha mengajukan permohonan kebutuhan pemberdayaan masyarakat di Kabupaten
Nias sebesar Rp. 12.280.000.000.-
dua belas milyar dua ratus delapan puluh juta rupiah
kepada Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dengan Surat Nomor : 4008335SOS, selanjutnya pada awal tahun 2007 Bupati Nias
mengajukan lagi permintaan dana untuk pemberdayaan masyarakat pasca bencana alam gempa bumi dan tsunami Provinsi NAD dan Nias sebesar Rp.
12.280.000.000.-
dua belas milyar dua ratus delapa n puluh juta rupiah
kepada Pelaksana Harian Bakornas PBP dengan Surat Nomor : 9000301Keu dan
disempurnakan lagi dengan Surat Penyempurnaan Proposal Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Nias Pasca Gempa Bumi dan Tsunami
Nomor : 9000332Keu. Atas permohonan Bupati Nias tersebut, maka Pelaksana Harian PBP pada
tanggal 1 Februari 2007 menyetujui besarnya dana pemberdayaan masyarakat Nias sebesar Rp. 9.480.000.000.-
Sembilan milyar empat ratus delapan puluh juta rupiah
dengan Surat Nomor : B-97Lakhar-PBII2007. Selanjutnya setelah dana diterima dalam rekening Bencana Alam Tsunami Kabupaten Nias sebesar
Rp. 9.480.000.000.-
Sembilan milyar empat ratus delapan puluh juta rupiah
,
Bupati Nias dengan menyalahgunakan kewenangannya menunjuk Baziduhu Ziliwu yang saat itu menjabat sebagai Plt. Kepala Bagian Umum dan
Perlengkapan Pemerintah Kabupaten Nias sebagai pihak yang akan melaksanakan kegiatan pengadaan barang.
Berdasarkan perintah Bupati Nias, Baziduhu Ziliwu memindahkan dana yang diterima dalam rekening Bencana Alam Tsunami Kabupaten Nias ke
rekening pribadi Baziduhu Ziliwu, dan setelah dana diterima atas perintah Bupati Nias pula oleh Baziduhu Ziliwu digunakan untuk membeli barang
– barang langsung ke toko penjual tanpa melalui proses pelelangan sebagaimana
dimaksudkan dalam Keppres Nomor 80 Tahun 2003, sehingga terdapat selisih sebesar Rp. 3.764.798.238.-
tiga milyar tujuh ratus enam puluh empat juta tujuh ratus sembilan puluh delapan ribu dua ratus tiga puluh delapan rupiah
. Kemudian selisih dana tersebut atas perintah Bupati Nias oleh Baziduhu Ziliwu
tidak digunakan sesuai dengan kebutuhan atau yang ditetapkan dalam Pedoman Umum Pengelolaan Dana Bantuan Darurat Kemanusiaan untuk Penanggulangan
Bencana dan Penanganan Pengungsi sehingga bertentangan dengan Keputusan Ketua Badan Koordinasi Nasional Penanggualangan Bencana dan Penanganan
Pengungsi Nomor 25 Tahun 2002, tetapi digunakan oleh Bupati Nias dan dibagikan kepada orang lain.
Sehingga dari rangkaian perbuatan penyalahgunaan wewenang Bupati Nias tersebut, telah mengakibatkan kerugian keuangan Negara sebesar Rp.
3.764.798.238.-
tiga milyar tujuh ratus enam puluh empat juta tujuh ratus sembilan puluh delapan ribu dua ratus tiga puluh delapan rupiah
sebagaimana
Laporan Hasil Audit dalam rangka penghitungan kerugian Negara atas kasus dugaan tindak pidana korupsi dalam pengelolaan dana penanggulangan bencana
alam Nias tahun 2007, dari Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan BPKP Nomor : SR-305D6012011, tanggal 15 Maret 2011.
2. Dakwaan Jaksa Penuntut Umum
Dakwaan merupakan dasar penting hukum acara pidana karena berdasarkan hal yang dimuat dalam surat itu hakim akan memeriksa perkara
tersebut. Pemeriksaan didasarkan pada surat dakwaan dan menurut Nederburg, pemeriksaan tidak batal jika batas-batas dilampaui, namun putusan hakim hanya
boleh mengenai peristiwa-peristiwa yang terletak dalam batas itu.
41
Pada umumnya, surat dakwaan diartikan oleh para ahli hukum, berupa pengertian :
42
a. Surat akta;
b. Yang memuat rumusan tindak pidana yang didakwakan kepada terdakwa;
c. Yang disimpulkan dan ditarik dari hasil pemeriksaan penyidikan
dihubungkan dengan rumusan pasal tindak pidana yang dilanggar dan didakwakan kepada terdakwa; dan
d. Merupakan dasar bagi hakim dalam pemeriksaan di persidangan.
Menurut A. Karim Nasution memberikan defenisi surat dakwaan atau tuduhan yaitu “Suatu surat atau akta yang memuat suatu perumusan dari tindak
41
Andi Hamzah.
Hukum Acara Pidana Indonesia
. CV Sapta Artha Jaya. Jakarta.1996. Hal 170
42
M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP Jilid I, Jakarta: Pustaka Kartini, 1993, hal. 414
pidana yang dituduhkan didakwakan, yang sementara dapat disimpulkan dari surat-surat pemeriksaan pendahuluan, yang merupakan dasar bagi hakim untuk
melakukan pemeriksaan, yang bila ternyata cukup bukti terdakwa dapat dijatuhi hukuman.
43
Pasal 143 ayat 2 KUHAP menentukan syarat surat dakwaan itu sebagai berikut :
“Surat dakwaan yang diberi tanggal dan ditanda tangani serta berisi : a.
Nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaan terssangka.
b. Uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang
didakwakan dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana itu dilakukan.”
Jadi apabila surat dakwaan yang tidak memenuhi persyaratan formil, maka menurut Pasal 143 ayat 3 KUHAP, bahwa “Surat dakwaan yang tidak
memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 huruf b batal demi hukum.”
Bentuk-bentuk surat dakwaan, diuraikan sebagai berikut :
44
a. Dakwaan Tunggal Satu Perbuatan Saja, yaitu seseorang atau lebih
terdakwa melakukan satu macam perbuatan saja, misalnya : pencurian biasa ex Pasal 362 KUHP.
b. Dakwaan Alternatif, yaitu dakwaan yang saling mengecualikan antara satu
dengan yang lainnya, ditandai dengan kata “ATAU” misalnya pencurian biasa 362 KUHP atau penadahan 480 KUHP. Jadi dakwaan alternatif
bukan kejahatan perbarengan.
43
A. Karim Nasution,
Masalah Surat Tuduhan dalam Proses Pidana
, CV. Pantjuran Tujuh. Jakarta. 1981. Hal 75.
44
Andi Sofyan dan Abd. Asis,
Hukum Acara Pidana Suatu Pengantar
, Prenadamedia Group. Jakarta. 2014. Hal 176-177
c. Dakwaan Subsidair, yaitu diurutkan mulai dari yang paling berat sampai
dengan yang paling ringan digunakan dalam tindak pidana yang berakibat peristiwa yang diatur dalam pasal lain dalam KUH Pidana, contoh :
lazimnya untuk
kasus pembunuhan
secara berencana
dengan menggunakan paket dakwaan primer : Pasal 340 KUH Pidana, dakwaan
subsidair : Pasal 338 KUH Pidana, dan lebih subsidair : Pasal 355 KUH Pidana, lebih subsidair lagi Pasal 353 KUH Pidana. Jadi maksud dari surat
dakwaan secara subsidair yaitu hakim memeriksa terlebih dahulu dakwaan primair, dan jika dakwaan primair tidak terbukti, maka barulah diperiksa
dakwaan subsidair dan apabila masih tidak terbukti, maka diperiksalah yang lebih subsidair.
d. Dakwaan Kumulatif, yaitu sebagaimana diatur di dalam Pasal 141
KUHAP, bahwa “penuntut umum dapat melakukan penggabungan perkara dan membuatnya dalam satu surat dakwaan, apabila pada waktu yang
sama atau hampir bersamaan ia menerima beberapa berkas perkara”. Demikian halnya dalam surat dakwaan yang dibuat jaksa penuntut umum
atas nama Terdakwa Binahati Benedictus Baeha yang telah diajukan ke persidangan dengan surat dakwaan nomor : Dak
– 13 24 05 2011 yang disusun secara subsidairitas.
Primair :
Perbuatan Terdakwa Binahati Benedictus Baeha sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 2 ayat 1 Jo. Pasal 18 Undang-Undang Nomor 31
tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2001 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi Jo. Pasal 55 ayat 1 ke-1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
Subsidair :
Perbuatan Terdakwa Binahati Benedictus Baeha sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 3 Jo. Pasal 18 Undang-Undang Nomor 31 tahun
1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsisebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2001tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo. Pasal 55 ayat 1 ke-1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
3. Fakta Hukum
Sesuai dengan Sistem Pembuktian yang diatur dalam KUHAP tercantum dalam Pasal 183 yang rumusannya adalah sebagai berikut : “Hakim tidak boleh
menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah, ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar
– benar terjadi dan bahwa terdakwa yang bersalah melakukannya”.
45
Hal ini mengisyaratkan bahwa KUHAP juga menganut prinsip Batas Maksimum Pembuktian yang mengatur batas tentang keharusan yang dipenuhi
dalam membuktikan kesalahan terdakwa, yaitu minimum dua alat bukti yang sah agar supaya hakim dalam memberikan putusannya terhadap terdakwa sesuai
dengan koridor hukum yang berlaku.
45
M. Yahya Harahap,
Op Cit
, hal. 252.
Berdasarkan Pasal 184 ayat 1 KUHAP, bahwa yang termasuk alat bukti yang sah adalah :
a. Keterangan saksi;
b. Keterangan ahli;
c. Surat;
d. Petunjuk;
e. Keterangan terdakwa;
Didalam putusan ini terdapat beberapa alat bukti yang sah yang dijadikan landasan bagi hakim didalam membuat suatu putusan. Adapun Alat Bukti yang
termuat dalam putusan ini antara lain: a. Keterangan Saksi
Pengertian saksi yaitu seseorang yang mempunyai informasi tangan pertama mengenai suatu kejahatan atau kejadian dramatis melalui indera mereka
penglihatan, pendengaran, penciuman, sentuhan dan dapat menolong memastikan pertimbangan-pertimbangan penting dalam suatu kejahatan atau
kejadian.
46
Menurut Pasal 1 angka 26 KUHAP, saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan, penuntutan dan peradilan
tentang suatu perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri.
46
Andi Sofyan dan Abd. Asis.
Op Cit
. Hal 238
Sedangkan pengertian kesaksian menurut R. Soesilo adalah suatu keterangan di muka hakim dengan sumpah, tentang hal-hal mengenai kejadian
tertentu, yang ia dengar, lihat dan alami sendiri.
47
Yang dimaksud keterangan saksi menurut Pasal 1 angka 17 KUHAP adalah “salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang berupa keterangan dari
saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri dengan menyebut alasan dari pengetahuannya itu.
Terhadap Terdakwa Binahati Benedictus Baeha, Jaksa Penuntut Umum telah mengajukan beberapa saksi yang telah memberikan kesaksiannya di dalam
persidangan, diantaranya : 1 Saksi Budi Atmadi Adiputro, menerangkan :
a Pada tahun 2007 saksi sebagai Plt. Sekretaris Utama Badan Koordinasi
Nasional Penanggulangan Bencana Bakornas PB. b
Saksi bekerja dan bertugas di Bakornas sampai dengan bulan Maret 2008. c
Setahu saksi Bakornas adalah lembaga khusus yang dibentuk Pemerintah melalui PP Nomor : 83 tahun 2005, pusat penanggulangan bencana
diwakili Bakornas, di Provinsi diwakili Gubernur selaku Ketua Satkorlak, di Kabupaten diwakili Bupati selaku Ketua Satlak.
d Setahu saksi yang bertanggungjawab terhadap pengelolaan dana bantuan
untuk di Pusat Kalakhar Bakornas, di Provinsi adalah Gubernur dan di kabupaten adalah Bupati.
47
R. Soesilo,
Hukum Acara Pidana Prosedur Penyelesaian Perka ra Pidana Menurut KUHAP Bagi Penegak Hukum
. Politeia. Bogor. 1982.Hal. 113
e Setahu saksi di Bakornas pada tanggal 30 Januari 2007, yang dihadiri
NAD, Wakil Bupati Nias, BRR Aceh-Nias, Perwakilan Kementrian Keuangan Dirjen Anggaran dan Dirjen Perbendaharaan, Perwakilan
Kementerian Kesra serta Bakornas dengan hasil rapat dana tersebut dibagi dua sesuai peruntukkanya, Prov. NAD mendapatkan dana sebesar
Rp. 47 Milyar lebih dan untuk Kabupaten Nias ditetapkan besaran penggunaan dana sebesar Rp. 9,4 Milyar lebih, kemudian dituangkan
dalam surat Bupati Nias kepada Bakornas, dan selanjutnya pada tanggal 2 Februari 2007 Gubernur NAD dan Bupati Nias mengajukan proposal
usulan, dan permohonan Bupati Nias tersebut langsung diproses menjadi Nota Kesepahaman MoU.
f Setahu saksi pada tanggal 7 Februari 2007 ditanda tangani Nota
Kesepahaman MoU antara Kalakhar Bakornas dengan Gubernur NAD dan Bupati Nias yang ditindaklanjuti dengan Berita Acara Serah Terima,
dan pada tanggal 9 Februari 2007 seluruh dana ditransfer ke rekening satuan pelaksana penanggulangan bencana untuk Kabupaten Nias.
g Setahu saksi sesuai mekanisme Bakornas dana bantuan tersebut tidak
harus masuk ke APBD, pertanggungjawaban langsung kepada Satlak dan yang berhak menerima adalah masyarakat yang terkena bencana
khususnya Aceh dan Nias. h
Saksi tidak tahu mengenai PPK dan SOP serta bagaimana pengelolaan dana bantuan kepada Pemkab Nias, karena hal itu merupakan mekanisme
Satuan Koordinasi Pelaksana Penanggulangan Bencana dan mekanisme Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana setempat.
i Saksi tidak ada memberitahukan dengan resmi dan secara formil kepada
Pemkab Nias mengenai PPK, SOP dan bagaimana pelaksanaannya karena semuanya sudah diatur dalam berita acara tanggal 7 Februari 2007.
j Setahu saksi tidak pernah ada Laporan Pertanggungjawaban dari Pemkab
Nias. k
Sekitar bulan maret 2008, saksi menerima pemberitahuan dari Pimpinan Bakornas Kepala Pelaksana Harian, bahwa saksi menerima kedatangan
salah seorang Staf dari Bupati Nias bernama Yuli’aro Gea dan memberikan uang terima kasih sebesar Rp. 150 juta.
l Dana tersebut saksi teruskan kepada Kalakhar sebesar Rp. 50 juta,
Fatkhul Hadi sebesar Rp. 10 juta, Tatang Chaidar sebesar Rp. 10 juta, Maria Sidang Doki sebesar Rp. 10 juta, sisanya kepada Suyoso dan Fitria,
sedangkan saksi menerima Rp. 50 juta. m
Saksi tidak tahu apakah ada sisa dana yang dikembalikan kepada Negara melalui Bakornas.
n Saksi mengembalikan dana yang diterimanya tersebut kepada Negara
pada bulan Januari 2011 melalui KPK dengan Berita Acara Lengkap. 2
Saksi Yuli’aro Gea, menerangkan : a
Pada tahun 2007 saksi menjabat sebagai Kepala Bagian Keuangan Kabag Keuangan Pemkab Nias sejak tahun 2003 sampai dengan bulan
April 2010 dan Terdakwa sebagai Bupati Nias.
b Setahu saksi sekitar akhir tahun 2006, Bupati Nias in casu Terdakwa
menyuruh saksi ke Jakarta menanyakan dana pada Kantor Menko Kesra yang sudah didengar informasinya oleh Terdakwa,saksi berjumpa dengan
Sdr. Budi Andono yang mengatakan dana Dipa ada hanya satu NAD dan Nias, namun belum tahu berapa jumlahnya, yang tahu Bakornas.
c Saksi dan Terdakwa membuat proposal untuk Nias dengan meminta
tolong Sdr. Budi Andono di kantornya, dengan berpedoman pada usulan dari Aceh, setelah surat proposal tersebut ditanda tangani Terdakwa,
selanjutnya saksi dan Terdakwa serahkan ke Bakornas. d
Setahu saksi Pemkab. Nias mengajukan permohonan dana ke Bakornas dan Menko Kesra, sebanyak 5 lima kali dengan melampirkan proposal
penggunaan dana, 4 empat kali ditanda tangani Bupati Nias dan 1 satu yang terakhir ditanda tangani Wakil Bupati Nias Temazaro Harefa.
e Setahu saksi pada tanggal 2 Februari 2007, Terdakwa memimpin sidang
di ruang kerja Bupati, yang dihadiri Saksi, Wakil Bupati Nias, Sekda, Kadis Pertanian, Kadis Kelautan, Ketua Tim Penggerak PKK, dan
terakhir disusul oleh Sdr. Baziduhu Ziliwu. f
Setahu saksi dalam rapat tersebut Bupati menyampaikan Kab. Nias mendapatkan dana sebesar Rp. 9.480.000.000.- peruntukkan dana adalah
untuk bencana alam dan pengelolaannya hanya selama 3 tiga bulan, oleh karena sifatnya mendesak, oleh Bupati Nias in casu Terdakwa
menunjuk Kepala bagian Umum sebagai Pelaksana dan dana tersebut
dipindahkan kerekening Bagian Umum dan pada saat rapat tersebut tidak ada Notulen rapat.
g Setahu saksi Bupati Nias in casu Terdakwa memberitahukan hasil –hasil
pertemuan kepada Baziduhu Ziliwu bahwa dana bantuan akan diterima dari Bakornas supaya segera dilakukan penjajakan dan yang menjadi
pelaksana Sdr. Baziduhu Ziliwu. h
Setahu saksi dana tersebut diterima Pemkab Nias dan disimpan dalam rekening Satkorlak, didalam pengelolaannya dipindahkan kerekening
Baziduhu Ziliwu atas perintah Bupati Nias secara bertahap dengan menggunakan cek.
i Mengenai cara pembeliannya saksi tidak mengetahui, namun berdasarkan
laporan Baziduhu Ziliwu saksi tahu pengadaan barang-barang tidak melalui rekanan tapi langsung dilakukan pembelian di toko.
j Setahu saksi pembelian mesin kemasan dodol, tata rias, seragam sekolah
SD dilakukan oleh Ibu Lenny Binahati yang saksi ketahui berdasarkan laporan.
k Saksi ada menyerahkan uang secara langsung kepada Mulyana Santosa
atas perintah Bupati Nias in casu Terdakwa yang dibawa oleh Samadaya Ziliwu pada tanggal 29 Oktober di Bandara sebesar Rp. 1 Milyar yang
saksi ketahui dari Ziliwu. l
Setahu saksi penggunaan dana bantuan Bakornas digunakan untuk menutupi kas bon pada pos belanja Kepala Daerah sebesar Rp.
1.157.500.000.- Atas perintah Bupati Nias in casu Terdakwa, menutupi
kas bon Sekda Pemkab Nias sebesar Rp. 66.000.000.- , diberikan kepada Bupati Nias in casu Terdakwa sebesar Rp. 500.000.000.- lima ratus juta
rupiah, dan diserahkan kepada Temazaro Harefa sebesar Rp. 200.000.000, yang saksi ketahui berdasarkan laporan Baziduhu Ziliwu.
m Menurut saksi atas perintah Bupati Nias in casu Terdakwa, saksi
membawa uang sebesar Rp. 250.000.000. berdasarkan catatan dari Bupati Nias yang sudah adabesarnya nominal uang yang akan diberikan
dengan tambahan 2 dua orang nama yang merupakan tulisan tangan Bupati Nias dengan nilai masing-masing yang sudah ditentukan Bupati
Nias yaitu Sdr. Simatupang Jabatan Bawasda Tebing Tinggi sebesar Rp. 25 juta, Sdr. Budi Atmadi Plt. Sestama Bakornas sebesar Rp. 150 juta,
Sdr. Budi Andono Pegawai Menko Kesra sebesar Rp. 25 juta, Sdr. Razali Pegawai Menko Kesra sebesar Rp. 25 juta, Sdr. Untung Sudarto Kapolres
Nias sebesar Rp. 25 juta yang saksi serahkan kepada Sekda Pemkab Nias untuk diberikan kepada Untung Sudarto.
n Saksi tidak ada menerima bagian dari dana bantuan Bakornas, Baziduhu
Ziliwu memberikan uang sebesar Rp. 25 juta kepada saksi merupakan hutang di kas bendahara yang dipergunakan untuk ongkos barang Kajari
baru, selanjutnya saksi bayarkan kas bon di kas daerah. o
Setahu saksi Sdr. Baziduhu Ziliwu melapor kepada Bupati Nias seharusnya masih ada sisa uang sebesar Rp. 3,8 Milyar.
p Saksi mengetahui adanya Surat Perintah Tugas dari Bupati Nias tentang
Pengadaan Barang yang diketuai oleh Bualasokhi Harefa, Sekretaris Yasman Halawa, dan Bendahara Elizama Mendrofa.
q Setahu saksi panitia tidak melaksanakan tugasnya selaku panitia
pengadaan. r
Setahu saksi setiap kegiatan yang dilakukan Baziduhu Ziliwu hanya memberitahu dan memberikan selembar kertas.
3 Saksi Baziduhu Ziliwu, menerangkan : a
Saksi menjabat sebagai Plt. Kepala Bagian Umum dan Perlengkapan Pemkab Nias sejak tanggal 30 September 2005 sampai dengan 20 Mei
2007, berdasarkan Surat Penunjukan dari Bupati Nias. b
Pada tanggal 2 Februari 2007, saksi menerima penugasan lain dari Bupati Nias in casuTerdakwa melalui rapat, tidak ada surat penugasan hanya
secara lisan dalam keputusan rapat, penugasan yang diberikan untuk melakukan penjajakan barang.
c Setahu saksi Kabag. Keuangan memberikan penjelasan kepada saksi
tentang maksud rapat dan selanjutnya Bupati Nias in casu Terdakwa menunjuk saksi sebagai pelaksana pengadaan barang-barang sekaligus
dana bantuan pemberdayaan masyarakat dari Bakornas dipindahkan kerekening pribadi saksi.
d Saksi tidak diikut sertakan sebagai panitia pengadaan berdasarkan Surat
Perintah Tugas Nomor : 05013272007.
e Saksi ada memindahkan dana bantuan ke rekening pribadi saksi
sebanyak 3 tiga kali melalui cek yang saksi tidak ingat tanggal dan berapa besarnya.
f Atas permintaan Bupati Nias in casu Terdakwa saksi memberikan uang
sebesar Rp. 500 juta kepada Bupati Nias in casu Terdakwa. g
Setahu saksi Bupati Nias in casu Terdakwa mengembalikan uang pinjaman sebesar 500 juta setelah ada pemeriksaan KPK sekitar Bulan
Juli Tahun 2008. h
Setahu saksi uang sebesar Rp. 500 juta tersebut diambil kembali atas perintah Bupati Nias in casu Terdakwa dan ditambah dengan dana yang
dihimpun dari mana-mana ada yang sifatnya pinjaman sebesar Rp. 500 juta hingga total jumlah dana sebesar Rp. 1 Milyar, dan dana tersebut
dikirim melalui Pak Yuli’aro Gea untuk diserahkan kepada Mulyana Sentosa mengaku staf KPK di Bandara Soekarno Hatta, dan uang
tersebut dijemput dan diterima oleh Mulyana Sentosa. i
Setahu saksi setelah dana tersebut dipindahkan ke rekening pribadi saksi, selanjutnya saksi pergunakan untuk belanja, sisanya sebesar Rp. 3 Milyar
760 juta-an dan dana sebesar Rp. 155 juta dikembalikan ke pusat. j
Setahu saksi yang memesan dan membeli secara langsung mesin kemasan dodol, durian dan kuini adalah Ibu Lenny Binahati Ibu Ketua
Tim Penggerak PKK. k
Saksi tidak mau mempertanggungjawabkan penggunaan dana bantuan karena tidak ada penunjukkan kepada saksi sebagai pelaksana, akan
tetapi setelah adanya 2 dua surat dari Bakornas perihal pertanggungjawaban
penggunaan dana
bantuan pemberdayaan
masyarakat Kab.
Nias, selanjutnya
saksi membuat
kwitansi pertanggungjawaban pada bulan Desember 2008, dan kwitansi tersebut
ditanda tangani oleh Victor Silitonga. l
Saksi yang melakukan pembelian mesin jahit, mesin jahit pinggir dan mesin jahit bordir pada Toko Panca Jaya Kwan Tjing Ho, pembelian
meja pingpong robot dari Anil Kumar, pembelian bola volley dan net, melakukan pembayaran atas pembelian tata rias, pembelian paket
seragam SD dari UD. Navisy, pembelian Hand-Tractor dari UD. Iron Kubota, pembelian mesin 5,5 PK dan perlengkapannya, Cool Box, Jaring
¼ inci, rawai dasar dari Djamil Karim, yang semuanya dibelanjakan di Medan.
m Saksi ada menyerahkan uang kepada Temazaro Harefa sebesar Rp.
200.000.000.- dua ratus juta rupiah. n
Saksi ada mengambil uang sebesar Rp. 250.000.000.- dari Bendahara Pembantu dan menyerahkannya kepada Yuli’aro Gea untuk dibagi-
b agikan sesuai dengan catatan dari Bupati Nias dan selanjutnya Yuli’aro
Gea berangkat ke Jakarta, dan saksi tidak tahu dibagikan kepada siapa uang tersebut.
o Saksi ada diberitahu Yuli’aro Gea uang yang saksi berikan tinggal Rp. 25
juta untuk Pak Sudarto yang akan diberikan melalui kepada Sekda Pemkab Nias.
p Saksi ada memberikan uang kepada Herman Harefa sebesar Rp. 37 juta
atas perintah didepan Sekda dengan Kabag. Keuangan, kepada Ramli Victor Silitonga sebesar Rp. 20 juta, kepada Sosa Hulu sebesar Rp. 20
juta, kepada Rony Simon sebesar Rp. 50 juta. q
Atas perintah Bupati Nias in casu Terdakwa, saksi ada memberikan uang honor perkara kepada Sehati Halawa sebesar Rp. 100 juta, kepada para
Ketua Fraksi atau Komisi di DPRD Nias sebesar Rp. 205 juta, kepada Ketua DPRD Nias Marselinus Ingati Nazara sebesar Rp. 160 juta.
r Saksi ada memberikan uang kepada Kabag Keuangan sebesar Rp. 25 juta
yang digunakan untuk bayar kas bon di bagian keuangan perintah Plt Sekda Terdahulu guna keperluan pengangkutan barang-barang Kejari
baru dari Nias, dan bon tersebut diberikan kepaa saksi. s
Saksi tidak ada mendapatkan dana bantuan. t
Saksi ada melapor kepada Bupati Nias berapa sisa uang, berapa belanjaan, berapa uang yang harus dikembalikan dan berapa uang yang terpakai
diluar dari pembelian barang-barang yaitu sekitar Rp. 2,6 Milyar. u
Pada bulan Desember 2008, setelah Ibu Sri dan Pak Bambang datang ke Nias, Saksi membuat Laporan Pertanggung Jawaban seolah-olah dari
nilai tersebut telah digunakan seluruhnya untuk membeli barang-barang dan disetorkan ke Kas Negara sebesar Rp. 155 juta.
v Saksi tahu ada panitia pengadaan yang dibentuk berdasarkan surat
perintah, dengan Ketua Panitia Bualasokhi Hulu, karena saksi belum ada surat penugasan saksi tidak berani memerintahkan panitia untuk bekerja.
w Ketua panitia yang dibentuk menanyakan kepada saksi tentang
pelaksanaan pekerjaan, saksi katakan bahwa PPK-nya dari pusat dan yang mengadakan pusat.
4 Saksi Temazaro Harefa, menerangkan : a
Saksi menjabat sebagai Wakil Bupati Nias sejak tanggal 15 Mei 2006 sampai dengan 19 Mei 2011.
b Pada tanggal 30 Januari 2007, saksi bersama dengan Kabag
KeuanganYuli’aro Gea menghadiri rapat di Kantor Bakornas, dan mendengarkan penjelasan dari Sekretaris Bakornas bahwa Nias mendapat
bantuan sebesar Rp. 9.480.000.000, selanjutnya saksi bersama dengan Yuli’aro Gea kembali ke Nias tanggal 31 Januari 2007, kemudian saksi
memberitahu atau melapor kepada Bapak Bupati yang pada waktu itu adalah Bapak Binahati B. Baeha.
c Pada tanggal 2 Februari 2007, saksi diundang melalui ajudan untuk
berkumpul diruangan rapat Bupati untuk mendengar tentang bantuan Menko Kesra yang telah diusulkan dan sesuai dengan hasil dari
keputusan rapat di Bakornas Pemkab Nias mendapat dana bantuan sebesar Rp. 9.480.000.000,-.
d Setahu saksi rapat pada tanggal 2 Februari 2007 dipimpin langsung oleh
Bupati Nias, Bupati memberikan pengarahan dan Keputusan Bupati yang melaksanakan kegiatan pengadaan adalah Kabag Umum yaitu Baziduhu
Ziliwu, dan Baziduhu Ziliwu tidak ada komentar atas keputusan Bupati,
selanjutnya saksi tidak tahu apakah keputusan Bupati tersebut ada dituangkan dalam bentuk tertulis.
e Setahu saksi dalam rapat tersebut saksi tidak ada mendengar dana yang
ada di Satlak dipindahkan kerekening Baziduhu Ziliwu, dan pada saat rapat saksi ada menyarankan supaya dilaksanakan sesuai dengan Keppres
No. 80 tahun 2003, akan tetapi saran saksi tidak ditanggapi oleh Bupati dan Baziduhu Ziliwu.
f Setahu saksi ada 3 Proposal yang diajukan ke Pusat, 2 dua proposal
ditanda tangani Bupati
dan 1
satu proposal
saksi yang
menandatanganinya, yaitu proposal dengan Nomor : 900 0685 Keu tanggal 2 Februari 2007 perihal pengiriman nomor rekening.
g Saksi tidak lagi terlibat di dalam pelaksanannya dan saksi tidak tahu
kapan dana bantuan dari Bakornas masuk ke rekening “Bencana Alam
dan Tsunami”, apa mekanisme yang dilaksanakan saksi tidak tahu, karena saksi sibuk untuk melaksanakan kegiatan lain terutama yang
menyangkut di lapangan. h
Saksi selaku Wakil Bupati tidak memiliki peranan dalam pengelolaan dana pemberdayaan masyarakat, saksi hanya sekedar mengikuti rapat dan
menanda tangani proposal. i
Saksi tidak tahu siapa yang harus bertanggung jawab terhadap dana bantuan tersebut.
j Saksi tidak ada mendengar Bupati membentuk Panitia Pengadaan Barang.
k Saksi tidak tahu kapan Baziduhu Ziliwu melaksanakan pengadaan barang
dan jasa. l
Saksi tahu barang-barang tersebut sudah disalurkan ke masyarakat, tapi berapa banyaknya saksi tidak tahu dan saksi tidak mempunyai data
mengenai hal itu. m
Saksi tidak pernah menerima uang sebesar Rp. 200 juta dari dana bantuan tersebut.
n Saksi tidak tahu pengelolaan dana bantuan pemberdayaan masyarakat
telah dipertanggung jawabkan. o
Saksi menyatakan mengetahui dan membenarkan dokumen barang bukti yang diajukan Penuntut Umum dihadapan Mejelis berupa : 1 satu
lembar asli Surat dari Bupati Nias Nomor : 900 0685 Keu tanggal 2 Februari 2007 yang ditanda tangani oleh Wakil Bupati Nias Sdr.
Temazaro Harefa dan 1 satu lembar copy lampiran Rencana Kegiatan dan Kebutuhan Anggaran Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Nias
Pasca Tsunami tanggal 26 Desember 2004 tertanggal 2 Februari 2007. 5 Saksi Ir. Terip Karo
– Karo, MS, menerangkan : a
Saksi adalah Dosen di Universitas Sumatera Utara USU, pemilik usaha Teknologi Tepat Guna TTG.
b Menurut saksi, Ibu Lenny Binahati istri Bupati Nias pada waktu itu yang
memesanmembeli mesin kemasan dodol sebanyak 6 enam unit secara langsung tidak memakai aturan lelang mesin kemasan dengan harga yang
telah disepakati Rp. 50 juta per unit diluar ongkos expedisi.
c Saksi menerima pembayaran mesin kemasan dari Ibu lenny sebesar Rp.
295 juta dan saksi memberikan pelatihan Ke Nias dengan biaya Pelatihan lain dan ditanggung oleh Ibu Lenny, tidak ada perjanjian atau kontrak
dengan Ibu Lenny. d
Saksi tidak kenal dengan Baziduhu Ziliwu, tidak kenal dengan Victor, tidak ada CV. Surya Perkasa.
6 Saksi Bualasokhi Hulu, SE. Menerangkan : a
Saksi menjabat sebagai Kasubbag Perpustakaan Bagian Humas tahun 2006
– 2007 dan sekarang menjabat Kasubbag Aset dan Perlengkapan. b
Berdasarkan Surat Perintah Tugas dari Bupati Nias Nomor 05013272007, tanggal 28 Februari 2007 saksi merupakan Ketua Panitia
Pengadaan, tapi panitia pengadaan tidak pernah bekerja dengan alasan dari Baziduhu Ziliwu “tunggu dulu, proses turunnya dana tersebut”.
c Saksi tahu ada barang-barang yang masuk ke Kabupaten Nias yaitu alat-
alat penangkapan ikan dengan memakai logo “ Bantuan Menko Kesra” dan barang-barang tersebut diterima Dinas Perikanan dan Kelautan
dengan membuat Berita Acara Serah Terima BAST yang diserahkan kepada saksi selanjutnya saksi serahkan kepada Yasman Halawa, dan
setelah saksi serahkan, saksi tidak tahu lagi perkembangannya, dan pengadaan barang-barang menggunakan dana pemberdayaan masyarakat.
d Saksi tidak tahu siapa yang melakukan kegiatan pengadaan barang-
barang tersebut, pada minggu ke-3 tiga saksi meminta penjelasan kepada Baziduhu Ziliwu tentang pekerjaan panitia pengadaan, yang
dijawab oleh Baziduhu Ziliwu bahwa “pelaksanaan pengadaan barang- barang dilaksanakan ole
h Bakornas”. e
Pada bulan Oktober 2008, Tim KPK datang ke Pemkab Nias, memeriksa tentang pengelolaan dana bantuan pemberdayaan masyarakat, dan pada
saat itu baru saksi mengetahui bahwa Baziduhu Ziliwu sebagai pelaksana pengadaan barang-barang.
f Selanjutnya setelah Tim KPK datang ke Kantor Bupati Nias, saksi
bersama dengan Yasman Halawa menjumpai Bupati Nias in casu Terdakwa, dan pada saat itu Bupati Nias in casu Terdakwa meminta
kepada saksi untuk menyerahkan Surat Perintah Tugas saksi selaku Panitia Pengadaan.
g Pada tanggal 13 Oktober 2008, saksi membuat Surat Pernyataan yang
isinya menyatakan bahwa panitia pengadaan tidak pernah melaksanakan pekerjaan pengadaan, dan surat pernyataan tersebut dibuat atas suruhan
dari Tim KPK. h
Saksi tidak pernah menerima honor atau gaji ataupun upah terkait sebagai panitia pengadaan.
7 Saksi Elizama Mendrofa, menerangkan: a
Saksi sebagai Staf Bagian Keuangan Setda Kab. Nias sejak tahun 2001. b
Saksi tahu ada dana bantuan pemberdayaan, dan dana tersebut masuk ke rekening bencana alam.
c Berdasarkan Surat Perintah Tugas dari Bupati Nias Nomor :
05013272007 saksi diangkat sebagai Bendahara Panitia Pengadaan yang diketuai oleh Bualasokhi Hulu.
d Saksi tidak tahu tugas dan wewenang Bendahara Panitia, saksi tidak
pernah tidak ada melaksanakan tugas pekerjaan sebagai Bendahara Panitia, karena belum ada petunjuk dari Ketua Panitia.
e Saksi tidak tahu siapa yang melaksanakan pekerjaan yang menggunakan
dana pemberdayaan masyarakat dan pada bulan April 2007, saksi baru mengetahui yang melaksanakan pekerjaan adalah Baziduhu Ziliwu
selaku Kepala Bagian Umum dan Perlengkapan Setda Kab. Nias. f
Saksi tidak tahu ada pengembalian dana sebesar Rp. 155 juta ke Bakornas.
g Pada tanggal 12 April 2007, Bupati Nias in casu Terdakwa
memerintahkan saksi dan Yuli’aro Gea berangkat ke Jakarta dengan membawa uang sebesar Rp. 250 juta untuk dibagikan kepada pegawai
Bakornas dan pegawai Menko Kesra. 8 Saksi Yasman Halawa, menerangkan :
a Saksi sebagai Staf Bagian Umum dan Perlengkapan.
b Saksi ditunjuk sebagai Sekretaris Panitia Pengadaan berdasarkan Surat
Perintah Tugas Nomor : 05013272007. c
Saksi tidak tahu siapa yang membeli barang-barang tersebut. d
Setahu saksi tidak ada pekerjaan atau rapat yang dilakukan oleh saksi maupun oleh panitia pengadaan.
e Menurut saksi Baziduhu Ziliwu mengatakan bahwa pekerjaan pengadaan
diambil alih oleh pusat. f
Pada akhir tahun 2008 ketika Tim Bakornas dari Jakarta datang ke Nias, saksi diberikan konsep berupa dokumen pesanan, faktur, tanda terima
pembayaran, surat kontrak dan surat kerja agar dibuatkan sebagai Laporan Pertanggungjawaban.
g Saksi tidak tahu berapa besar dana LPJ yang dibuat berdasarkan konsep
Baziduhu Ziliwu. h
Saksi tidak ada menerima honor atau upah ataupun gaji sebagai sekretaris panitia pengadaan.
9 Saksi Muhammad Nur, menerangkan : a
Saksi sebagai Direktur UD. Iron Kubota Medan, bergerak di bidang penjualan mesin-mesin dan spare-part.
b Benar Sdr. Baziduhu Ziliwu yang melakukan pembelian barang-barang
antara lain hand-tractor lengkap dengan peralatannya yaitu Mesin Diesel Kubota 8,5 PK berikut Bajak Singkal, Glebeg, Garu, Roda Besi, Roda
Karet, Jagrag dan kunci mesin serta baja parabola dengan jumlah belanja sebesar Rp. 2.245.000.000.- di toko saksi.
c Pada tanggal 10 November 2008, Baziduhu Ziliwu meminta saksi untuk
menandatangani Surat Penawaran Harga, Surat Laporan Pekerjaan Selesai, Surat Acara Serah Terima Barang, dan Surat Perjanjian Kontrak
No. 02717202007, tentang pengadaan hand-tractor sebanyak 100 unit pada kegiatan Program Pemberdayaan Masyarakat Aceh dan Nias.
d Setahu saksi surat-surat tersebut saksi tanda tangani kecuali Surat
Perjanjian Kontrak tersebut saksi menolak untuk menanda tanganinnya karena tertera atas nama CV. Surya Perkasa Indonesia dengan Direktur
Ramli Victor Silitonga. 10 Saksi Djamil Karim, menerangkan :
a Saksi sebagai Manager Toko Mitra Nelayan, bergerak dibidang usaha
penjualan alat-alat nelayan. b
Benar Sdr. Baziduhu Ziliwu yang memesan dan melakukan pembelian antara lain jaring dan perlengkapannya, rawai dasar dan perlengkapannya,
cool box, serta mesin perahu di toko saksi dengan total keseluruhan harga sebesar Rp. 1.926.000.000.- dengan cara 3 tiga kali pembayaran.
c Saksi tidak ada menanda tangani kontrak sebagai pemenang lelang
ataupun menanda tangani dokumen lainnya. d
Saksi tidak ada membuat ataupun menanda tangani kwitansi penerimaan pembayaran sebesar Rp. 1.926.000.000.-
e Saksi tidak ada menanda tangani kontrak lunas pengiriman barang.
f Setahu saksi pada bulan Oktober 2008, Baziduhu Ziliwu datang
menjumpai saksi dengan membawa dokumen dan menyuruh saksi untuk menanda tangani dokumen, faktur, dan tanda terima pembayaran sebesar
Rp. 3.850.000.000.- setelah proses pembelian dan pengiriman barang selesai, sedangkan dalam dokumen tertera bulan Maret 2007.
g Saksi menolak menanda tangani dokumen tersebut, namun karena terus
didesak oleh Sdr. Baziduhu Ziliwu dengan berbagai alasan akhirnya saksi menanda tangani dokumen tersebut.
h Saksi tidak kenal dengan Victor Silitonga.
11 Saksi Kwan Tjing Ho, menerangkan : a
Saksi pemilik Toko Panca Jaya, bergerak dibidang penjualan mesin jahit dan perlengkapannya, benang, gunting.
b Setahu saksi pada awal tahun 2007, ada seseorang datang ke toko saksi,
pada awalnya saksi tidak kenal, belakangan baru saksi mengetahui bahwa orang tersebut bernama Baziduhu Ziliwu, menanyakan harga mesin jahit
di Toko saksi. c
Saksi tidak ada mengikuti lelang, tidak ada kontrak atau perjanjian dengan Baziduhu Ziliwu untuk menjual mesin jahit.
d Saksi ada menjual mesin jahit bordir, biasa, dan pinggir sebanyak 600
unit kepada Baziduhu Ziliwu dengan jumlah harga penjualan seluruhnya Rp. 432.500.000.
e Saksi ada mengeluarkan faktur penjualan rangkap 2 dua satu rangkap
saksi berikan kepada Baziduhu Ziliwu. f
Saksi tidak mengetahui dan tidak pernah melihat kwitansi yang diajukan dan diperlihatkan kepada saksi oleh Penuntut Umum didepan
persidangan. g
Saksi tidak kenal dengan Elizama, tidak kenal dengan Ramli Victor Silitonga.
12 Saksi Anil Kumar, menerangkan : a
Saksi adalah pemilik Toko Raja Sport, yang bergerak dibidang penjualan alat-alat olahraga dan alat-alat musik.
b Setahu saksi pada tahun 2007, ada seseorang datang menanyakan harga
barang-barang, setelah berapa lama baru datang lagi. c
Saksi tidak pernah mengikuti lelang, tidak ada kontrak atau perjanjian dengan orang yang menanyakan harga barang.
d Saksi menerima pembayaran dari total harga penjualan secara
keseluruhan sebesar Rp. 38.000.000.- yang terdiri dari pembelian bola volley, meja pingpong robot dan meja pingpong roda 4 melalui transfer
ke rekening saksi. e
Saksi hanya bertemu sekali dengan orang yang datang hendak membeli barang-barang dan selanjutnya pembicaraan hanya melalui telepon.
f Saksi tidak kenal dengan Elizama dan Ramli Victor Silitonga.
g Saksi tidak pernah mengeluarkan kwitansi penjualan dan saksi tidak
pernah mengetahui dan melihat kwitansi penjualan yang diajukan Penuntut Umum didepan persidangan.
13 Saksi Drs. H.S.H. Simatupang, menerangkan : a
Saksi adalah Kepala Bawasda Tebing Tinggi tahun 2002-2008. b
Setahu saksi Kabupaten Nias tidak termasuk didalam pengawasan saksi selaku Kepala Bawasda Tebing Tinggi.
c Saksi kenal dengan Terdakwa.
d Setahu saksi pada tahun 2006, saksi mengikuti rapat di Jakarta dan
mendapat informasi dari Pegawai Menko Kesra bahwa Kabupaten Nias mendapat dana bantuan dari Bakornas.
e Saksi tidak tahu berapa jumlah dana bantuannya dan setelah itu
selanjutnya saksi tidak tahu. f
Saksi ada menerima uang sebesar Rp. 20.000.000.- dari Yuli’aro Gea selaku Kabag Keuangan Pemkab. Nias saat berada di Bandara Polonia
Medan. g
Uang yang saksi terima sebesar Rp. 20.000.000.- sudah saksi kembalikan kepada Komisi Pemberantasan Korupsi KPK dan ada tanda terimanya.
14 Saksi Marselinus Ingati Nazara, menerangkan : a
Pada tahun 2004-2009, saksi selaku Ketua DPRD Kabupaten Nias. b
Saksi tidak tahu Pemkab. Nias ada menerima dana bantuan dari Bakornas. c
Saksi tidak ada dan tidak pernah menerima uang sebesar Rp. 160.000.000.- dari pihak manapun.
d Saksi ada menerima uang ucapan terima kasih sebesar Rp. 15 juta dari
Baziduhu Ziliwu Kabag Umum dan Perlengkapan terkait penetapan APBD tahun 2004.
e Saksi ada menerima uang ucapan terima kasih sebesar Rp. 5 juta dari
Yuli’aro Gea Kabag Keuangan terkait penetapan APBD tahun 2005. f
Saksi ada menerima uang ucapan terima kasihsebesar Rp. 10 juta dari Baziduhu Ziliwu Kabag Umum dan Perlengkapan terkait penetapan
APBD tahun 2006.
g Setahu saksi total uang yang saksi terima adalah sebesar Rp. 30 juta dan
saksi tidak tahu sumber uang tersebut dari mana. h
Saksi telah mengembalikan uang sebesar Rp. 30 juta kepada penyidik KPK dan ada dibuat serah terima penyerahan uang.
i Saksi ada menerima uang dari Baziduhu Ziliwu sebesar Rp. 35 juta
sekitar tahun 2006-2007 yang bersumber dari APBD, digunakan untuk perjalanan dinas membeli tiket dan akomodasi dalam perjalanan.
j Setahu saksi uang sebesar Rp. 35 juta tersebut sudah dikembalikan ke
Kas Daerah karena ada temuan dari BPKP Provinsi Sumut. 15 Saksi Sehati Halawa, SH.MH, menerangkan,menimbang :
a Oleh karena saksi tidak hadir dipersidangan, maka atas permohonan
Penuntut Umum dan dengan persetujuan Terdakwa maupun Penasihat Hukumnya, Berita Acara Pemeriksaan BAP Saksi di Penyidik
tertanggal 09 Desember 2010 dibacakan di depan persidangan oleh Penuntut Umum.
b Pada keterangan saksi nomor 11 dan 12 sebagai berikut : “bahwa benar
saya menerima honordana sebesar Rp. 100 juta dari Sdr. Baziduhu Ziliwu sekitar tahun 2007, di Kamar Hotel salah satu Hotel di Medan,
yang disaksikan oleh salah seorang pegawai Pemkab. Nias , dan saya disiapkan kwitansi penerimaan dana tersebut.
c Selanjutnya setelah saya mengetahui bahwa sumber dana tersebut dari
dana pemberdayaan masyarakat Aceh dan Nias sub Kabupaten Nias
dari Bakornas, maka saya bersedia mengembalikan dana tersebut, namun saya meminta waktu sampai awal bulan Februari 2011.
b. Keterangan Ahli Menurut Pasal 1 angka 28 KUHAP, bahwa “Keterangan ahli adalah
keterangan yang diberikan oleh seorang yang memiliki keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan
pemeriksaan. Dalam Pasal 186 KUHAP, dikatakan bahwa Keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan.
Seorang ahli yang memberikan keterangan tidak mesti harus menyaksikan atau mengalami peristiwa secara langsung suatu tindak pidana seperti lainnya,
akan tetapi dengan berdsarkan keahlian, keterampilan, pengalaman maupun pengetahuan yang ia miliki dapat memberikan keterangan-keterangan tentang
sebab akibat suatu peristiwa atau fakta tertentu dari alat bukti yang ada, kemudian menyimpulkan pendapatnya untuk membantu membuat terangnya suatu perkara.
48
Dalam Pasal 65 KUHAP,diatur pula mengenai wewenang untuk menghadirkan saksi bukan hanya oleh penyidik atau pengadilan saja, tersangka
atau terdakwa pun berhak untuk mengusahakan dan mengajukan saksi danatau seseorang yang memiliki keahlian khusus guna memberikan keterangan yang
menguntungkan bagi si terdakwa. Terhadap perkara ini, Jaksa Penuntut Umum telah mengajukan 3 tiga
orang ahli dan dari Terdakwa telah mengajukan 1 satu orang ahli, diantaranya yaitu :
48
Andi Sofyan dan Abd. Asis.
Op Cit
. Hal 246-247.
Saksi yang diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum : 1 Ahli Drs. Siswo Sujanto, DEA. :
a Menurut ahli Uang Negara tidak boleh dipindahkan ke rekening pribadi
seseorang. b
Menurut ahli terlepas dari MOU, sejumlah uang negara harus dipertanggung jawabkan sesuai dengan batas yang telah ditentukan.
c Menurut ahli apabila laporan pertanggung jawaban dibuat tidak sesuai
dengan yang ditentukan, maka laporan tersebut menjadi tidak sah. d
Menurut ahli keuangan negara yang kemudian dimasukkan kedalam DIPA sudah pasti merupakan uang negara, pembelanjaan uang negara
harus mengikuti tata kelola yang ada. e
Menurut ahli sumber penerimaan keuangan negara berasal dari sumbangan rakyat atau masyarakat atau kelompok orang bisa saja dan
tidak ada masalah, jadi penerimaan dari mana saja asal sah dan diberikan kepada negara, negara bisa menerima.
f Menurut ahli penyerahan uang oleh pejabat pusat kepada pejabat daerah,
adalah merupakan suatu bentuk pemindahan tanggung jawab, dengan tidak mempermasalahkan mengenai substansinya.
g Menurut ahli pertanggung jawaban ada pada pejabat yang memperoleh
kewenangan dari pemerintah untuk melaksanakan pengelolaan keuangan. 2 Ahli Setya Budi Arijanta, SH,KN. :
a Menurut ahli pengadaan barang dan jasa pemerintah adalah suatu
kegiatan pengadaan baik berupa barang, jasa pemborongan, konsultasi
maupun jasa lainnya yang dibiayai seluruhnya atau sebagian dari APBN atau APBD.
b Menurut ahli pengadaan ada 2 dua cara yaitu pertama dilakukan dengan
swakelola, swakelola itu direncanakan, dilaksanakan, dan diawasi sendiri oleh pemerintah, jadi yang melaksanakan adalah pemerintah sendiri.
Yang kedua dilaksanakan oleh penyedia barang dan jasa yang tergantung jenis pekerjaannya, kalau konstruksi dilaksanakan oleh kontraktor, kalau
barang dilaksanakan oleh pabrikan, suplier, atau re-saler, terus jasa konsultan pastinya perusahaan konsultan atau individual, kemudian
penyedia jasa lainnya. c
Menurut ahli dalam hal memilih penyedia barang, dibagi dalam 4 empat metode yaitu pertama lelang umum atau seleksi umum untuk istilah
konsultan, kedua lelang terbatas atau seleksi terbatas, ketiga pemilihan langsung atau seleksi langsung, dan keempat adalah penunjukan
langsung. d
Menurut ahli Bakornas adalah lembaga pemerintah, maka sudah dipastikan sumber dananya berasal dari APBN, maka harus tunduk pada
ketentuan Keppres Nomor : 80 tahun 2003. e
Menurut ahli pengadaan seperti bola volly, mesin jahit, pakaian seragam sekolah, jaring ikan, mesin kapal dan lain-lain, tidak termasuk pekerjaan
yang komplek atau spesifik, berarti harus mengikuti proses lelang umum. f
Menurut ahli pengadaan dilakukan dengan cara membeli langsung ke toko-toko tidak diperbolehkan, jadi walaupun penunjukan langsung ada
ketentuan dan prosesnya tidak boleh sekedar beli dan langsung dibayar, sehingga hal tersebut tidak diperbolehkan.
g Menurut ahli yang berwenang melaksanakan pengadaan adalah PPK dan
Panitia Pengadaan yang dibentuk oleh Kepala Daerah, dan Kepala Daerah tidak diperbolehkan menunjuk langsung seseorang untuk secara
langsung melakukan pelaksanaan pengadaan. h
Menurut ahli di dalam DIPA harus ada POK Petunjuk Operasional Kegiatan, POK di dalam DIPA ini tidak ada, yang seharusnya ada,
karena POK merupakan lampiran dari DIPA dan merupakan rincian kegiatan.
i Menurut ahli kalau tidak ada POK maka kegiatan tidak jalan, karena
POK merupakan lampiran DIPA dan sebelumnya juga ada perencanaan usulan anggaran, setelah penelaahan keluarlah DIPA dengan POK
sebagai lampiran. 3 Ahli Muqorrobin :
a Menurut ahli ditemukan adanya kerugian negara didasarkan pada
dokumen pertanggung jawaban tidak sesuai dengan harga dari penyedia barang, ada selisih antara pertanggung jawaban dengan nilai harga
barang. b
Menurut ahli pengelolaan dana bantuan harus mengikuti prinsip efisien, efektif dan harus sesuai dengan Undang-undang Nomor 17, Keppres
Nomor 42 mengatur ketentuan yang sama, Keppres Nomor 80 mengenai barang dan jasa.
c Menurut ahli terdapat selisih nilai uang yang tidak sesuai dengan fakta
atau tidak sesuai dengan pengeluaran yang sebenarnya, bahwa total pengadaan Rp. 9.325.000.000,- sedangkan hasil audit Rp. 5.560.201.762,
sehingga terdapat kerugian negara sebesar Rp. 3.764.798.238. dan untuk pengembalian ke kas negara dari yang dipertanggung jawabkan sebesar
Rp. 155.000.000,- dan dari hasil audit angkanya memang sama yaitu sebesar Rp. 155.000.000.-.
Saksi yang diajukan Terdakwa : 1 Ahli Drs. Syahril Machmud, M.Si. :
a Menurut ahli Keuangan Negara sekarang ini adalah Undang-Undang
Nomor : 17 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 menyatakan : adalah hak dan kewajiban negara terhadap uang dan barang yang dapat dinilai dengan
uang dan barang untuk melaksanakan hak dan kewajiban. b
Menurut ahli hak dan kewajiban dalam pasal 2-nya yaitu Hak negara memungut pajak, hak negara memungut retrebusi, hak negara untuk
menikmati hasil bumi sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945, Kewajiban negara didalam beberapa aturan itu harus diikuti, mungkin
ada kewajiban dalam ukuran wajib dan juga dalam urusan pilihan. c
Menurut ahli keuangan negara bersumber dari pajak-pajak, yang kedua dari BNP, yang ketiga adalah hasil-hasil seperti daripada pertambangan
dan lain-lain. d
Menurut ahli dana yang bersumber dan dihimpun dari masyarakat, tidak masuk dalam pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor : 17 tahun 2003
bahwa bukan hak negara maka dia tidak termasuk kepada keuangan negara.
e Menurut ahli dana yang bersumber dari masyarakat posisinya sudah jelas
didalam pasal 15 ayat 1 menyatakan : apabila suatu dana yang bersumber dari masyarakat dapat langsung digunakan dengan melalui
kepada Satkorlak dan Satlak. Satkorlak itu pada propinsi yaitu melalui Gubernur, Satlak melalui Bupati dan Walikota. Dan berikutnya di ayat
2 : apabila dana itu bersumber dari luar negeri dapat melalui Satkorlak dan Satlak tetapi juga dapat langsung kepada masyarakat, tetapi dalam
hal mendesak ayat 3 menyatakan : apabila hal itu sangat mendesak Bakornas PBTB langsung kepada masyarakat yang membutuhkan. Pasal
15 ayat 1, 2 dan 3 Keppres Nomor : 3 tahun 2001. f
Menurut ahli uang dana bantuan masyarakat tidak termasuk APBN, hanya penerimaan saja, kalau pendapatan berarti hak, perlu diingat
bahwa pendapatan adalah hak, diatur misalnya pajak apa yang berhak negara pungut, PNBP apa yang berhak dipungut negara, hasil-hasil lain
apa misalnya tambang dan semuanya. g
Ahli tahu Keppres Nomor : 80 tentang Pengadaan Barang Pemerintah hanya menyatakan untuk APBN dan APBD.
h Menurut ahli dana bantuan yang sumbernya dari masyarakat dan di
administrasikan dalam DIPA, maka penggunaanya tidak tunduk pada Keppres Nomor : 80.
i Menurut ahli dana pungutan masyarakat yang sebenarnya merupakan
sumbangan masyarakat yang berada di Menko Kesra dan ada kesepakatan dengan Depertemen Keuangan agar uang tersebut
dimasukkan ke kas Negara baru dikeluarkan tidak termasuk Keuangan Negara, tapi penerimaan, dalam defenisi tetap merupakan keuangan
Negara tapi bukannya hak Negara. j
Menurut ahli dikatakan keuangan Negara itu adalah hak dan kewajiban, kalau misalnya yang tadi bukan hak maka itu tidak boleh dikatakan
sebagai keuangan negara tetapi kalau itu merupakan pungutan, itu menjadi hak negara, boleh dia masuk ke kas negara tetapi tidak bisa
masuk ke keuangan negara karena ada suatu aturan didalam Keppres Nomor : 42 bahwa apabila ada penerimaan di departemen disetor kepada
kas negara, belum tentu penerimaan dari departemen itu adalah merupakan hak-hak Negara.
k Menurut ahli antara kas negara itu ada keuangan negara tetapi ada titipan
dan itu bisa terjadi tetapi masuk ke kas negara, begitu juga kas daerah terjadi sekarang ini dalam praktek.
l Menurut ahli asas Universalitas adalah hak-hak keuangan, dia
mempunyai hak dan kewajiban sesuai dengan aturan itu, jadi universalitas itu maksudnya meliputi semua apakah merupakan hak
negara, didalam pasal 2 Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003, dalam strukutr ada namanya struktur pembiayaan yang menampung yang bukan
hak dan bukan kewajiban dari pemerintah.
m Menurut ahli setiap penerimaan negara maupun pengeluaran negara
harus dibukukan dalam kas negara. n
Menurut ahli pengeluaran melalui kas negara, karena dinyatakan dibaca MoU, uang sumbangan masyarakat administrasinya dibuat didalam
DIPA, sebab untuk menerbitkan SP2D. o
Menurut ahli dana hibah termasuk ada aturannya, sumbangan juga ada aturannya dalam PNBP yaitu Undang-Undang Nomor 20, sehingga
dimasukkan dalam penerimaan Negara. c. Keterangan Terdakwa
Menurut Pasal 189 angka 1 KUHAP, yang dimaksud dengan keterangan terdakwa adalah apa yang terdakwa nyatakan di sidang tentang perbuatan yang ia
lakukan atau yang ia ketahui sendiri atau alami sendiri. Terhadap perkara ini Terdakwa Binahati Benedictus Baeha telah
memberikan keterangannya di dalam persidangan yang pada pokoknya menrangkan :
a Terdakwa menjabat sebagai Bupati Nias tanggal 31 Maret sd Maret 2006
untuk periode pertama dan tanggal 19 Mei 2006 sd 19 Mei 2011 untuk periode kedua berdasarkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri, nomor
dan tanggal Terdakwa tidak ingat, Terdakwa dilantik tanggal 19 Mei 2006. b
Terdakwa Binahati Benedictus juga selaku Ketua Satlak Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi, pengangkatan secara resmi tidak ada
hanya secara
ex officio.
c Terdakwa pernah mengajukan permohonan permintaan atau permohonan
bantuan kebutuhan untuk pemberdayaan masyarakat secara lisan pada tahun 2006 dan secara tertulis pada awal tahun 2007, yangditujukan kepada
Bakornas dan Menko Kesra dengan nilai nominal sekitar Rp. 12 Milyar lebih.
d Awalnya Terdakwa mengajukan permohonan Rp. 12 Milyar lebih, setelah
rapat yang dihadiri Wakil Bupati karena Terdakwa ada sidang istimewa di DPRD, diputuskan Nias memperoleh sembilan milyar empat ratus delapan
puluh juta, yang Terdakwa atas laporan saudara Wakil Bupati bersama-sama dengan Kepala Bagian Keuangan dan disepakati untuk memperbaharui
kembali proposal itu sesuai dengan pagu dana yang disetujui oleh pusat, sebesar Rp. 9.480.000.000,-.
e Terdakwa ada menandatangani 2 dua surat yaitu yang pertama MoU
dengan Kalakhar PBP Bapak Syamsul Ma’arif dan satu kwitansi penerimaan, yang kedua berita acara penerimaan uang.
f Setelah Terdakwa mendapat kepastian dari pusat bahwa Nias akan
memperoleh dana bantuan dari Menko Kesra tersebut, Terdakwa memimpin rapat pada tanggal 2 Februari 2007 yang dihadiri Wakil Bupati Nias,
Sekretaris Daerah, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan, Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan, Kepala Bappeda, Kepala Bagian Keuangan, Ibu
Ketua Tim Penggerak PKK. g
Menurut Terdakwa rapat dilaksanakan 1 satu kali, tidak ada lagi rapat lanjutan karena masalahnya sudah jelas.
h Menurut Terdakwa saudara Baziduhu Ziliwu itu diundang setelah ada usul
dari saudara Kepala Bagian Keuangan dan Wakil Bupati Nias supaya dihadirkan saudara Baziduhu Ziliwu, dengan alasan Baziduhu Ziliwu selaku
Kabag Umum sering melakukan kegiatan pengadaan. i
Menurut Terdakwa pada awalnya Baziduhu Ziliwu tidak ada undangan dan Baziduhu Ziliwu hadir pada akhir atau belakangan rapat, yang pada waktu
itu Terdakwa sudah meninggalkan ruangan karena ada kegiatan lain yang harus dihadiri diluar kota dan langsung berangkat dan pada saat itu
Terdakwa mengatakan ikuti perkembangan itu dan berikan petunjuk kepada panitia yang nanti akan disusun.
j Terdakwa ada diingatkan oleh Staf dari Bappeda untuk membentuk panitia
pengadaan sesuai dengan Keppres Nomor : 80, setelah panitia dibentuk pada tanggal 28 Februari 2007 itu panitia tidak bisa bekerja karena sampai
pertengahan bulan Maret belum jelas siapa PPK-nya, tidak jelas pedoman mengenai pengadaan barang, oleh karena ini dana pusat dan bukan dana
daerah, dana ini belum masuk dalam APBD sehingga Bupati tidak berhak mengangkat PPK dari staf Kabupaten.
k Menurut Terdakwa didalam rapat pada tanggal 2 Februari 2007, Terdakwa
tidak ada memerintahkan untuk memindahkan rekening dari bencana alam kepada rekening pribadi saudara Baziduhu Ziliwu.
l Menurut Terdakwa didalam rapat pada tanggal 2 Februari 2007, tidak
pernah memerintahkan kepada Baziduhu Ziliwu untuk melaksanakan kegiatan pengadaan barang dengan menggunakan dana bantuan tersebut.
m Terdakwa ada mengeluarkan Surat Keputusan tentang surat perintah tugas
panitia pengadaan Ketua Panitia saudara Hulu, SE. Sekretaris Panitia adlah saudara Halawa, bendahara adalah saudara Elizama Mendrofa, dan ada
beberapa anggota lagi. n
Terdakwa baru mengetahui dari Ketua Panitia yang melaporkan panitia tidak bisa bekerja, pertama karena tidak jelas PPK-nya, tidak jelas pedoman
mengenai pengadaan barang itu dan mereka sudah berkonsultasi dengan Bagian Keuangan bahwa itu bukan uang daerah tapi uang pusat, dan panitia
melihat di lapangan sebagian sudah diambil alih Pak Baziduhu Ziliwu. o
Terdakwa memerintahkan Ketua Panitia memanggil Baziduhu Ziliwu dan Baziduhu Ziliwu
mengatakan “pak sudah beres, sudah hampir selesai tinggal pembayaran saja, nanti akan dilaporkan”, selanjutnya Terdakwa
menanyakan atas perintah siapa, yang dijawab “ini sudah mendesak pak, saya ditanyakan oleh Bapak Wakil Bupati Nias, sejauh mana itu sudah
dikerjakan”. p
Selanjutnya Terdakwa meminta laporan tertulis secara lengkap dari Baziduhu Ziliwu, dan sampai dengan hari ini Terdakwa tidak pernah
menerima laporan dari Baziduhu Ziliwu. q
Terdakwa tidak pernah memerintahkan kepada Baziduhu Ziliwu untuk segera melakukan survey atau pengecekan harga di lapangan, yang ada
Terdakwa perintahkan kepada Baziduhu Ziliwu sebetulnya hanya mengikuti perkembangan mengenai kegiatan panitia, karena belum ada tanda-tanda
bagaimana menggunakan dana itu sebetulnya.
r Terdakwa tidak pernah diberikan laporan oleh Baziduhu Ziliwu tentang
pelaksanaan penggunaan dana dan berapa nilai masing-masing barang. s
Terdakwa tidak pernah memberikan perintah kepada Baziduhu Ziliwu untuk memberikan sejumlah uang kepada pihak manapun.
t Terdakwa tidak pernah memerintahkan kepada Baziduhu Ziliwu untuk
memberikan sejumlah uang kepada petugas KPK bernama Mulyana Santosa. u
Terdakwa tidak tahu pemberian dana ke Bakornas, karena bukan atas perintah dari Terdakwa.
v Menurut Terdakwa saudara Yuli’aro Gea dan saudara Baziduhu Ziliwu
datang menjumpai Terdakwa dan sudah menyiapkan kertas berisikan daftar penerima uang sekitar sebelas orang atau lebih, lalu Terdakwa katakan kalau
memang kalian mau mengasih, maka Terdakwa mau tambahkan, kalau tidak salah adalah saudara Simatupang dan saudara Untung Sudarto.
w Benar Terdakwa ada menuliskan satu nama mengenai besar jumlahnya
Terdakwa tidak ada menuliskannya. x
Terdakwa tidak ada dan tidak pernah memerintahkan kepada Baziduhu Ziliwu melaksanakan pemberian dana kepada nama-nama yang telah
disodorkan kepada Terdakwa. y
Terdakwa tidak pernah diberikan oleh Baziduhu Ziliwu, Yuli’aro Gea maupun Elizama tentang dana Bakornas diambil oleh Baziduhu Ziliwu.
z Terdakwa tidak pernah menerima uang sepeserpun.
aa Terdakwa bertanggungjawab sebatas sebagai Ketua Satlak bukan
pengelola anggaran.
bb Terdakwa dan keluarga terdakwa tidak ada tidak pernah menikmati uang
tersebut sepeserpun. d. Surat
Menurut Sudikno Mertokusumo, bahwa alat bukti tertulis atau surat adalah segala sesuatu yang memuat tanda-tanda bacaan yang dimaksudkan untuk
mencurahkan isi hati atau untuk menyampaikan buah pikiran seseorang dan digunakan sebagai pembuktian.
49
Adapun barang bukti berupa sejumlah uang dan surat-surat yang diajukan oleh Penuntut Umum didalam persidangan adalah sebesar Rp. 210.000.000.- dua
ratus sepuluh juta rupiah dan sebanyak 79 surat, dimana barang bukti tersebut telah diakui dan dibenarkan oleh saksi-saksi dan terdakwa didalam persidangan.
4. Tuntutan Jaksa Penuntut Umum
Pengertian penuntutan sebagaimana menurut Pasal 1 angka 7 KUHAP, bahwa “Penuntutan adalah tindakan penuntut umum untuk melimpahkan perkara
pidana ke pengadilan negeri yang berwenang dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini dengan permintaan supayadiperiksa dan diputus
oleh hakim di sidang pengadilan”. Wirjono
Prodjodikoro memberikan
defenisi penuntutan,
Cuma perbedaannya bahwa KUHAP tidak menyebutkan secara tegas “terdakwa”,
sedangkan Wirjono Prodjodikoro disebutkan secara tegas, lebih lengkapnya yaitu “Menuntut seorang terdakwa di muka hakim pidana adalah menyerahkan perkara
49
Sudikno Mertokusumo,
Hukum Acara Perdata Indonesia
. Liberty. Jakarta. Hal 115
seorang terdakwa dengan berkas perkaranya kepada hakim dengan permohonan supaya hakim memriksa dan kemudian memutuskan perkara pidana itu terhadap
terdakwa”.
50
Pembacaan Penuntutan oleh penuntut umum kepada Terdakwa, yaitu setelah selesai proses pemeriksaan bukti-bukti atau acara pembuktian sidang
ketiga, baik oleh terdakwa atau penasihat hukumnya maupun penuntut umum, dan selanjutnya baik terdakwa atau penasihat hukum maupun penuntut umum
tidak lagi mengajukan bukti-bukti tambahan. Namun demikian, sepanjang belum diputus oleh hakim maka baik terdakwa atau penasihat hukum dan penuntut
umum masih dimungkinkan untuk mengajukan atau menambahkan bukti-bukti yang ada.
51
Isi surat tuntutan hukum biasanya memuat suatu kesimpulan oleh penuntut umum yang bersangkutan berdasarkan proses pembuktian, yaitu apakah ketentuan
atau pasal-pasal yang didakwakan kepada tedakwa terbukti atau tidak? Maka apabila terbukti maka telah disebutkan berapa lama ancaman hukumannya yang
dapat dijatuhkan kepada terdakwa.
52
Jadi tuntutan hukum diajukan, sebagaimana menurut ketentuan Pasal 182 ayat 1 KUHAP, yaitu “Setelah pemeriksaan dinyatakan selesai, penuntut umum
mengajukan tuntutan pidana”. Adapun tuntutan Jaksa Penuntut Umum terhadap Terdakwa Binahati
Benedictus Baeha yang pada pokoknya sebagai berikut :
50
Andi Hamzah.
Op Cit
. Hal 164
51
Andi Sofyan dan Abd. Asis.
Op Cit
. Hal 341-341
52
Andi Sofyan dan Abd. Asis.
Ibid.
1 Terdakwa Binahati Benedictus Baeha telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana korupsi yang dilakukan
secara bersama-sama sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 2 ayat 1 jo Pasal 18 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana diubah dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Pasal 55 ayat 1 ke-1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
dalam Dakwaan Primair. 2 Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa Binahati Benedictus Baeha, dengan
pidana penjara selama 8 delapan tahun dikurangi selama Terdakwa berada dalam tahanan dengan perintah Terdakwa tetap ditahan, dan ditambah
dengan pidana denda sebesar Rp. 250.000.000.- dua ratus lima puluh juta rupiah subsidair selama 6 enam bulan kurungan.
3 Menghukum Terdakwa Binahati Benedictus Baeha membayar uang Pengganti sebesar Rp. 2.644.500.000.- dua milyar enam ratus empat puluh
empat lima ratus ribu rupiah , dengan ketentuan apabila Terdakwa tidak membayar dalam waktu 1 satu bulan setelah putusan pengadilan
memperoleh kekuatan hukum tetap, maka harta bendanya akan disita oleh Jaksa Penuntut Umum dan dapat dilelang untuk menutupi uang pengganti
tersebut dan dalam hal tidak mempunyai harta benda yang mencukupi untuk membayar uang pengganti tersebut, maka dipidana dengan penjara selama 3
tiga tahun.
4 Menyatakan barang bukti. 5 Menetapkan agar Terdakwa membayar biaya perkara sebesar Rp. 10.000.-
sepuluh ribu rupiah.
5. Pertimbangan Hakim
Dalam kasus tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh pejabat negara tersebut telah melalui proses peradilan serta diputuskan berdasarkan undang-
undang yang berlaku serta pertimbangan-pertimbangan hakim sehingga putusan telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Adapun hal yang menjadi dasar
pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan yaitu : a.
Pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri Untuk menyatakan sesorang telah melakukan suatu tindak pidana, maka
perbuatan orang tersebut sebagaimana yang terungkap dalam fakta-fakta hukum persidangan haruslah dapat memenuhi seluruh unsur-unsur dari tindak pidana
yang didakwakan kepadanya. Majelis Hakim akan mempertimbangkan apakah perbuatan terdakwa
sebagaimana yang diterangkan dalam persidangan telah memenuhi unsur-unsur delik dari pasal-pasal yang didakwakan. Untuk menetukan apakah terdakwa dapat
dinyatakan secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana didakwakan Jaksa Penuntut Umum dalam surat dakwaan tersebut
maka terlebih dahulu dipertimbangkan tetang tindak pidana yang menjadi dasar dakwaan Jaksa Penuntut Umum.
Terdakwa diajukan dalam persidangan dengan Dakwaan sebagai berikut :
a Primair : melanggar Pasal 2 ayat 1 Jo. Pasal 18 Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2001 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi Jo. Pasal 55 ayat 1 ke-1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. b Subsidair : melanggar Pasal 3 Jo. Pasal 18 Undang-Undang Nomor 31 tahun
1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2001tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo. Pasal 55 ayat 1 ke-1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
Menimbang bahwa oleh karena Terdakwa telah didakwa dengan dakwaan yang
disusun secara
subsideritas, maka
majelis akan
terlebih dahulumempertimbangkan Dakwaan Primair.
Menimbang bahwa Terdakwa telah didakwa oleh Penuntut Umum dalam Dakwaan Primair yaitu melanggar Pasal 2 ayat 1 jo Pasal 18 Undang-Undang
No. 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 jo. Pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP, dalam Dakwaan Subsidair yaitu
melanggar Pasal 3 jo Pasal 18 Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 jo Pasal 55 ayat 1 ke 1
KUHP, sedangkan Pasal 2 ayat 1 maupun Pasal 3 Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 20 Tahun
2001 tersebut sama-sama mengatur mengenai tindak pidana korupsi, maka perlu dipertimbangkan mengenai penerapan Pasal 2 ayat 1 dan Pasal 3No. 31 Tahun
1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2001, yang didakwakan kepada Terdakwa dalam perkara ini.
Menimbang bahwa dalam kaitannya dengan Pasal 2 ayat 1 dan Pasal 3 No. 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 20
Tahun 2001 tersebut, apabila ditelaah secara lebih mendalam, maka dapat disimpulkan bahwa unsur pokok atau inti delik dari kedua pasal tersebut sangat
berbeda. Unsur pokok dari Pasal 2 ayat 1, yaitu : 1. secara melawan hukum, 2. memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, 3. dapat merugikan
keuangan negara atau perekonomian negara. adapun Unsur delik dari Pasal 3, yaitu : 1. Menguntungkan diri sendiri atau oranglain atau suatu korporasi, 2.
Menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan, 3. Dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara. Menimbang bahwa oleh karena unsur pokok atau inti delik dari Pasal 2
ayat 1 dan Pasal 3 Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tersebut sangat berbeda dan
ternyata Terdakwa pada saat tindak pidana dilakukan sebagaimana yang diuraikan dalam dakwaan Penuntut Umum mempunyai jabatan atau kedudukan, yaitu
Terdakwa menjabat sebagai Bupati Nias dan secara ex officio Terdakwa sebagai Ketua Satlak Penanggulangan Bencana dan Pengungsi PBP Kabupaten Nias
serta Terdakwa juga mempunyai kewenangan yang telah ditentukan sesuai peraturan yang berlaku, maka ketentuan Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang No. 31
Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 20 Tahun
2001 yang mengatur secara umum mengenai perbuatan yang dapat dikategorikan sebagai tindak pidana korupsi tidak tepat diterapkan terhadap Terdakwa dalam
perkara ini, melainkan yang lebih tepat diterapkan adalah Pasal 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2001. Menimbang bahwa sebagaimana telahdipertimbangkan diatas, salah satu
unsur pokok atau inti delik dari Pasal 3 Pasal 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
adalah menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan.
Menimbang bahwa subjek delik dalam Pasal 2 ayat 1 dan Pasal 3 Undang-Undang No. 31 Tahun 1999sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2001 adalah “setiap orang”.
Menimbang bahwa kewenangan berkaitan erat dengan jabatan atau kedudukan yang dimiliki oleh seseorang, namun tidak setiap orang bisa
melakukan penyalahgunaan wewenang. Menimbang bahwa meskipun subyek delik dalam Pasal 2 ayat 1 dan
Pasal 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2001 adalah “setiap orang”. Namun sesungguhnya adresat Pasal 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 adalah pegawai negeri atau penyelenggara negara atau orang yang mempunyai
kedudukan dan jabatan dalam pemerintahan. Jadi, untuk adanya penyalahhgunaan
wewenang diisyaratkan bahwa pelakunya harus pegawai negeri atau penyelenggara negara.
53
Menimbang bahwa
berdasarkan pertimbangan
– pertimbangan sebagaimana diuraikan tersebut, oleh karena Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tidak tepat diterapkan terhadap Terdakwa dalam perkara ini, maka
Terdakwa harus dinyatakan tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana yang didakwakan dalam Dakwaan Primair
dan oleh karena itu pula Terdakwa harus dibebaskan dari Dakwaan Primair tersebut. Menimbang bahwa selanjutnya dipertimbangkan mengenai Dakwaan
Subsidair, yaitu Terdakwa telah didakwa melanggar Pasal 3 jo Pasal 18 Undang- Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi jo Pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP. Menimbang bahwa Pasal 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsisebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, unsur- unsur pokoknya sebagai berikut :
1. Dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi ;
53
Amiruddin,
Korupsi Dalam Pengadaan Barang dan Jasa
, Penerbit Genta Publisihing, 2010, halaman 208.
2. Menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan ;
3. Yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. Menimbang bahwa kata
“dengan tujuan” dalam rumusan Pasal 3 Undang- Undang Nomor 31 Tahun 1999 ini mengandung pengertian sebagai niat,
kehendak atau maksud, sehingga makna unsur pertama ini adalah niat, kehendak atau maksud untuk menguntungkan diri sendiri, menguntungkan orang lain, atau
menguntungkan suatu korporasi. Menimbang bahwa
yang dimaksud dengan “menguntungkan” adalah mendapatkan untung, yaitu memperoleh pendapatan yang lebih besar dari pada
penge luaran. Dengan demikian, yang dimaksud dengan “menguntungkan diri
sendiri atau orang lain atau suatu korporasi” adalah mendapatkan untung untuk diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi.
Menimbang bahwa unsur menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu badan korporasi cukup dinilai dari kenyataan yang terjadi atau
dihubungkan dengan perilaku Terdakwa sesuai dengan kewenangan yang dimilikinya, karena jabatan atau kedudukannya Putusan Mahkamah Agung RI
tanggal 29 Juni 1989 Nomor : 813 KPid1987. Menimbang bahwa berdasarkan fakta-fakta yang terungkap di persidangan,
bahwa Terdakwa sebagai Ketua Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi SATLAK PBP mempunyai tugas melaksanakan kegiatan
penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi yang terjadi di Kabupaten Nias, yaitu berupa pengadaan barang untuk mendukung kegiatan program
pemberdayaan masyarakat pasca bencana alam dan gelombang tsunami di Kabupaten Nias.
Menimbang bahwa
Kabupaten Nias
menerima dana
bantuan pemberdayaan masyarakat pasca bencana alam dan gelombang tsunami dari
Bakornas Penanganan Bencana yang bersumber dari sumbangan masyarakat dan diadministrasikan melalui Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran DIPA Tahun
Anggaran 2006 sebesar Rp. 9.480.000.000,- Menimbang bahwa setelah dana bantuan tersebut masuk ke rekening
Bencana Alam dan Tsunami Kabupaten Nias di BNI Cabang Gunungsitoli nomor rekening : 114964604 pada tanggal 9 Februari 2007, kemudian Baziduhu Ziliwu
atas perintah Terdakwa memindahkan sebagian dana tersebut ke rekening pribadi Baziduhu Ziliwu di BNI Cabang Gunungsitoli nomor rekening : 00582202841
dan sebagian ditarik secara tunai. Menimbang bahwa sisa dana sebesar Rp. 3.919.798.238,- digunakan oleh
Baziduhu Ziliwu atas perintah Terdakwa dibagikandiserahkan kepada beberapa orang.
Menimbang bahwa dana sebesar Rp. 500.000.000,- yang diterima Terdakwa dari Baziduhu Ziliwu tersebut telah dikembalikan oleh Terdakwa
kepada Baziduhu Ziliwu dan kemudian dana tersebut digunakan oleh Baziduhu Ziliwu untuk menambah dana yang diserahkan kepada Mulyana Santosa.
Menimbang bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana diuraikan tersebut, maka perbuatan Terdakwa telah menguntungkan diri sendiri dan orang
lain, dengan demikian unsur pertama ini telah terpenuhi.
Menimbang bahwa berikutnya pertimbangan unsur kedua, yaitu “menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, atau sarana yang ada padanya
karena jabatan atau kedudukan. Menimbang
bahwa y
ang dimaksud dengan “menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau
kedudukan” adalah menggunakan kewenangan, kesempatan, atau sarana yang melekat pada jabatan atau kedudukan yang dijabat atau diduduki oleh pelaku
tindak pidana korupsi untuk tujuan lain dari maksud diberikannya kewenangan, kesempatan, atau sarana tersebut. Penyalahgunaan wewenang, kesempatan atau
sarana merupakan cara yang di tempuh oleh pelaku tindak pidana korupsi untuk mencapai tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu koorporasi.
Menimbang bahwa yang dimaksud dengan kewenangan adalah serangkaian hak yang melekat pada jabatan atau kedudukan dari pelaku tindak
pidana korupsi untuk mengambil tindakan yang di perlukan agar tugas pekerjaanya dapat di laksanakan dengan baik. Adapun kesempatan adalah peluang
yang dapat di manfaatkan oleh pelaku tindak pidana korupsi, peluang tersebut tercantum dalam ketentuan-ketentuan tata kerja yang berkaitan dengan jabatan
atau kedudukan. Sedangkan sarana adalah cara kerja atau metode kerja yang berkaitan dengan jabatan atau kedudukan dari pelaku tindak pidana korupsi.
Menimbang bahwa setelah dana digunakan untuk pembelian barang dan diserahkandibagikan kepada beberapa orang tersebut, kemudian dibuatkan
laporan pertanggungjawaban, sedangkan isi laporan pertanggungjawaban tersebut tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya yang dibuat melebihi tenggang
waktu yang ditentukan, tetapi dibuat seakan-akan telah sesuai dengan proposal permohonan yang diajukan ke Badan Koordinasi Nasional Penanganan Bencana
Bakornas PB. Menimbang bahwa sesuai dengan nota kesepahaman nomor : MoU.
02lakhar-PBII2007 tanggal 07 Februari 2007 antara Ketua Pelaksana Harian Badan Kordinasi Nasional Penanganan Bencana BAKORNAS PB dengan
bupati ketua SATLAK PB kabupaten nias, disebutkan antara lain dana pemberdayaan masyarakat aceh nias bersumber dari sumbangan masyarakat dan
di administrasikan melaluai daftar isian pelaksanaan anggaran DIPA tahun anggaran 2006 Nomor : 0256.0069-03.0-2006 tanggal 28 desember 2006
sebesar Rp. 9.480.000.000,- sembilan milyar empat ratus delapan puluh juta rupiah dan bupati ketua SATLAK PB kabupaten nias akan menggunakan dana
tersebut untuk mendukung kegiatan program pemberdayaan masyarakat aceh dan nias yang ditetapkan oleh BAKORNAS PB berdasarkan usulan bupatiketua
SATLAK PB kabupaten nias, serta menyelesaikan pekerjaan paling lambat 3 tiga bulan sejak di tandatanganinya nota kesepahaman.
Menimbang bahwa pembelian barang secara langsung ke toko penyedia barang, merupakan perbuatan yang tidak diperbolehkan, karena pembelian
pengadaan barang yang dananya berasal dari keuangan negara harus tunduk pada ketentuan Keppres Nomor : 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pengadaan Barang
dan Jasa Pemerintah, sehingga harus melalui proses pelelangan. Menimbang bahwa Terdakwa sebagai Bupati Ketua SATLAK
Penanggulangan Bencana memiliki kewenangan untuk mengelola dana bantuan
pemberdayaan masyarakat pasca bencana alam gempa bumi dan tsunami Kabupaten Nias dari Bakornas sesuai dengan ketentuan sebagaimana mestinya,
tetapi ternyata Terdakwa telah melaksanakan pengelolaan dana bantuan tersebut dengan cara yang bertentangan atau tidak sesuai dengan tujuan dari maksud
diberikannya kewenangan yang melekat pada jabatan atau kedudukan Terdakwa sebagai Bupati Ketua SATLAK Penanggulangan Bencana Kabupaten Nias.
Menimbang bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana diuraikan di atas, maka dapatdi simpulkan bahwa terdakwa telah menyalahgunakan
kewenangan yang ada padanya karena jabatan atau kedudukanya, dengan demkian unsur kedua ini telah terpenuhi.
Menimbang bahwa selanjutnya dipertimbangkan unsur ketiga, yaitu dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.
Menimbang bahwa k ata “dapat” dalam unsur yang dapat merugikan
keuangan negara atau perekonomian negara bersifat alternatif, sehingga apabila salah satu unsur elemen telah terpenuhi, maka unsur tersebut telah terpenuhi pula.
Menimbang bahwa yang dimaksud dengan merugikan adalah menjadi rugi ataupun menjadi berkurang. Dengan demikian, yang dimaksud dengan merugikan
keuangan negara atau keuangan negara menjadi rugi atau keuangan negara menjadi berkurang.
Menimbang bahwa penjelasan umum Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 menyebutkan bahwa keuangan negara adalah seluruh kekayaan negara
dalam bentuk apapun, yang dipisahkan ataupun yang tidak dipisahkan termasuk
didalamnya seagala bagian kekayaan negara dan segala hak dan kewajiban yang timbul karena :
a. Berada dalam penguasaan, pengurusan dan pertanggungjawaban pejabat lembaga negara, baik di tingkat pusat maupun di daerah
b. Berada dalam penguasaan, pengurusan dan pertanggungjawaban Badan Usaha Milik Negara Badan Usaha Milik Daerah, Yayasan, Badan Hukum
dan Perusahaan yang menyertakan modal pihak ketiga berdasarkan perjanjian dengan negara.
Menimbang bahwa yang dimaksud perekonomian negara adalah kehidupan perekonomian yang disusun sebagai usaha bersama berdsarkan asas
kekeluargaan ataupun usaha masyarakat secara mandiri yang didasarkan pada kebijakan pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan bertujuan memberi manfaat, kemakmuran, dan kesejahteraan kepada seluruh kehidupan masyarakat.
Menimbang bahwa Penuntut Umum dalam surat dakwaannya maupun surat tuntutannya menyatakan bahwa Terdakwa tersebut telah merugikan
keuangan negara sebesar Rp. 3.764.798.238,- tiga miliar tujuh ratus enam puluh empat juta tujuh ratus sembilan puluh delapan ribu dua ratus tiga puluh delapan
rupiah, sesuai dengan Laporan Hasil Audit Dalam Rangka Penghitungan Kerugian Keuangan Atas Dugaan Tindak Pidana Korupsi Dalam Pengelolaan
Dana Penanggulangan Bencana Alam Nias Tahun 2007 yang dibuat oleh Tim dari Badan Pengawsan Keuangan dan Pembangunan BPKP tertanggal 11 Maret 2011.
Menimbang bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana diuraikan tersebut, maka perbuatan Terdakwa telah merugikan keuangan negara, dengan
demikian unsur ketiga ini telah terpenuhi. Menimbang oleh karena Penuntut Umum dalam Dakwaan Subsidair selain
menerapkan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001, juga mencantumkan
Pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP, maka dipertimbangkan pula unsur Pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP tersebut.
Menimbang bahwa dari rumusanPasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP yang mengatur tentang penyertaan
deelneming
, terdapat 3 tiga bentuk penyertaan, yaitu :
1. Orang yang melakukan
pleger
; 2. Orang yang menyuruh melakukan
doen pleger
; 3. Orang yang turut serta melakukan
medepleger
; Menimbang bahwa p
engertian “orang yang melakukan” adalah jika seseorang melakukan secara sendiri perbuatannya, dan orang yang menyuruh
melakukan adalah jika ada seseorang yang menyuruh oranglain untuk melakukan suatu perbuatan, sedangkan pada orang yang turut serta melakukan adalah jika ada
2 dua atau lebih orang yang melakukan perbuatan dan ada kesadaran dalam bekerja sama untuk melakukan perbuatan serta hubungan yang erat antara
perbuatan yang satu dengan perbuatan yang lainnya, sehingga hal ini disebut pula bersama-sama melakukan.
Menimbang bahwa dari rangkaian fakta-fakta tersebut dapat disimpulkan bahwa Terdakwa dan Baziduhu Ziliwu telah ada kesadaran dalam bekerjasama
untuk melakukan perbuatannya dan ada hubungan yang erat antara perbutan Terdakwa dengan perbuatan Baziduhu Ziliwu, yaitu memindahkan dana bantuan
ke rekening pribadi, membeli barang tanpa proses lelang, menyerahkan sebagaian dana kepada orang yang tidak berhak menerimanya dan membuat laporan
pertanggungjawaban yang tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, yaitu dengan menaikkan jumlah dan harga barang.
Menimbang bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana diuraikan tersebut, maka telah ada penyertaan antara Terdakwa dengan Baziduhu Ziliwu,
sehingga Terdakwa telah “turut serta melakukan” atau “bersama-sama melakukan” perbuatan sebagaimana yang didakwakan dalam Dakwaan Subsidair, dengan
demikian unsur Pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP tersebut telah terpenuhi. Menimbang
bahwa Penuntut
Umum dalam
dakwaanya juga
mencantumkan Pasal 18 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001, yang mengatur
tentang pidana tambahan. Menimbang bahwa salah satu jenis pidana tambahan yang diatur dalam
Pasal 18 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 adalah berupa pembayaran uang
pengganti yang jumlahnya sebanyak-banyaknya sama dengan harta benda yang diperoleh dari tindak pidana korupsi.
Menimbang bahwa berdasarkan fakta-fakta yang diperoleh dipersidangan, teryata Terdakwa telah memperoleh uang dari dana bantuan pemberdayaan
masyarakat akibat bencana alam gempa bumi dan tsunami Kabupaten Nias yang berasal dari Bakornas.
Menimbang bahwa oleh karena Terdakwa sebagai orang yang bertanggungjawab dalam pengelolaan dana bantuan tersebut, sedangkan ternyata
telah terjadi penggunaaan dana yang tidak sesuai dengan peruntukkanya, maka Terdakwa harus dibebani untuk membayar uang pengganti.
Menimbang bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sebagaimana diuraikan tersebut, maka semua unsur Pasal yang didakwakan dalam Dakwaaan
Subsidair telah terpenuhi. Menimbang oleh karena semua unsur dar Pasal yang didakwakan dalam
Dakwaan Subsidair telah terpenuhi maka majelis hakim berkeyakinan bahwa tindak pidana yang didakwakan dalam Dakwaan Subsidair telah terbukti, maka
Terdakwa harus dinyatakan terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana yang didakwakan dalam Dakwaan Subsidair tersebut.
Menimbang oleh karena itu majelis hakim dalam mengadili perkara tindak pidana korupsi tidak boleh berdasarkan pada asumsi, tekanan maupun
kepentingan, melainkan harus berdasarkan pada alat-alat bukti yang sah dan keyakinan serta memperhatikan nilai-nilai keadilan.
Menimbang bahwa sebelum menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa terlebih dahulu majelis hakim mempertimbangkan hal-hal yang memberatkan dan
hal-hal yang meringankan :
Hal – hal yang memberatkan :
a. Terdakwa sebagai Kepala daerah seharusnya memberikan keteladanan
dalam pelaksanaan program pemerintah, tapi justru terdakwa melakukan perbuatannya tersebut pada saat pemerintah dan masyarakat sedang giat-
giatnya melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi Hal
– hal yang meringankan : a.
Terdakwa bersikap sopan di persidangan b.
Terdakwa belum pernah dipidana c.
Terdakwa menyesali perbuatannya.
b. Pertimbangan Hakim Pengadilan Tinggi Banding Hakim pada Pengadilan Tinggi Tingkat Banding dalam hal ini telah
membaca dan memperhatikan surat-surat yang berhubungan dengan perkara ini : 1. Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum
2. Surat Tuntutan Jaksa Penuntut Umum 3. Salinan putusan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Medan
Tanggal 10 Agustus 2011 Nomor : 01Pid. Sus. K2011PN.Mdn. Berdasarkan putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan
Negeri Medan tanggal 10 Agustus 2011 Nomor : 01Pid.Sus.K2011PN.Mdn tersebut, Penasihat Hukum Terdakwa telah menyatakan banding pada tanggal 12
Agustus 2011, permintaan banding mana telah diberitahukan kepada Jaksa Penuntut Umum pada Komisi Pemberantasan Korupsi KPK pada tanggal 12
September 2011. Kepada Penuntut Umum dan Terdakwa telah diberi kesempatan
untuk mempelajari berkas perkara sesuai dengan surat Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Medan tanggal 13 September 2011 Nomor : W2-
U1-13.034Pid.Sus K01.10IX2011 dan kepada Jaksa Penuntut Umum tanggal 13 September 2011 Nomor : W2-U1-13.035Pid.sus K01.10IX2011. Untuk
mendukung permohonan bandingnya, Penasihat Hukum Terdakwa telah mengajukan memori banding pada tanggal 23 September 2011, dan salinan
memori banding tersebut telah diserahkan kepada Jaksa Penuntut Umum pada tanggal 26 September 2011. Selanjutnya atas memori banding Penasihat Hukum
Terdakwa tersebut, Jaksa Penuntut Umum telah mengajukan kontra memori banding pada tanggal 13 Oktober 2011, dan salinan kontra memori banding
tersebut telah diserahkan kepada Penasihat Hukum Terdakwa pada tanggal 13 Oktober 2011.
Menimbang bahwa permintaan banding yang diajukan oleh Terdakwa melalui Penasihat Hukumnya telah diajukan dalam tenggang waktu dan dengan
cara serta syarat-syarat yang ditentukan dalam undang-undang, maka permintaan banding tersebut secara formal dapat diterima.
Menimbang bahwa setelah Pengadilan Tingkat Banding meneliti dan mempelajari dengan seksama berkas perkara yang terdiri dari Berita Acara
Pemeriksaan oleh Penyidik, Berita Acara Persidangan, Memori Banding, Kontra Memori Banding maupun salinan resmi putusan Pengadilan Tindak Pidana
Korupsi pada Pengadilan Negeri Medan tanggal 10 Agustus 2011 Nomor : 01Pid. Sus.K2011.PN.Mdn beserta semua surat yang berhubungan dengan perkara ini,
pada prinsipnya Pengadilan Tingkat Banding menyetujuisependapat dengan
alasan-alasan, pertimbangan hukum dan putusan Pengadilan Tingkat Pertama, karena sudah tepat dan benar oleh sebab itu alasan-alasan, pertimbangan hukum
maupun putusan Pengadilan Tingkat Pertama diambil alih oleh Pengadilan Tingkat Banding sebagai pendapatnya sendiri dalam memutus perkara ini.
Menimbang keterangan-keterangan ahli yang terungkap di dalam persidangan berdasarkan keahliannya, yaitu keterangan saudara ahli Setya Budi
Arijanta, SH.,KN, saudara ahli Muqorrobin dan saudara ahli Drs. Siswo Sujanto, DEA.
Menimbang keterangan-keterangan saksi yang terungkap di dalam persidangan yaitu keterangan saudara saksi Baziduhu Ziliwu, saksi Temazaro
Harefa. Menimbang bahwa dari keterangan saksi tersebut di atas Terdakwa dalam
keterangannya menyangkal telah memerintahkan untuk memindahkan rekening dari bencana alam kepada rekening pribadi Baziduhu Ziliwu dan tidak pernah
memrintahkan kepada Baziduhu Ziliwu untuk melaksanakan kegiatan pengadaan barang dengan menggunakan dana bantuan tersebut.
Menimbang bahwa meskipun Terdakwa telah menyangkal, namun berdasarkan keterangan saksi-saksi yang dimajukan dalam persidangan maupun
surat-surat bukti Terdakwa adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan dana bantuan tersebut, dan ternyata pengelolaan dana bantuan
tersebut tidak melalui prosedur yang benar, sebagaimana ketentuan yang berlaku, apalagi Terdakwa pernah menerima uang sebanyak Rp. 500.000.000,- lima ratus
juta rupiah tindakan Terdakwa demikian jelas tidak dapat dibenarkan menurut
hukum. Oleh sebab itu kepada Terdakwa harus dijatuhi hukuman yang setimpal dengan kesalahannya, sesuai rasa keadilan dan kemanusiaan.
Menimbang bahwa Terdakwa memiliki jasa pada Negara yaitu pernah bekerja pada Departemen Dalam Negeri dan jasa Terdakwa sebagai Bupati
Kabupaten Nias demikian juga program pemberdayaan masyarakat Nias tersebut telah terlaksana
Menimbang bahwa setelah mencermati Memori Banding dari Pembanding Terdakwa maupun Kontra Memori Banding dari Penuntut Umum tersebut, pada
prinsipnya tidak dapat membatalkan putusan Pengadilan Tingkat Pertama dan putusan ini harus dianggap sebagai tanggapan terhadap Memori Banding maupun
Kontra Memori Banding tersebut. Menimbang bahwa terhadap pengembalian uang oleh Terdakwa kepada
Negara sebagaimana kwitansi yang diajukan dilampirkan dalam Memori Banding Terdakwa dengan demikian Terdakwa tidak menikmati hasil dari
kerugian negara tersebut, namun pengembalian uang tersebut tidak menghapuskan pidananya dari pelaku tindak pidana tersebut, akan tetapi hanya merupakan salah
satu faktor yang dapat meringankan hukuman bagi Terdakwa, sebagaimana yang tercantum dalam pasal 4 Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Selain itu juga Terdakwa memiliki tanggungan keluarga yang perlu mendapat perhatian.
Menimbang bahwa dari pertimbangan tersebut cukup alasan bagi Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Tingkat Banding untuk mengubah
putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi TIPIKOR pada Pengadilan Negeri
Medan tanggal 10 Agustus 2011 Nomor : 01 Pid. Sus. K2011PN.Mdn, sebatas tentang penjatuhan pidananya, maupun penjatuhan pidana tambahan lebih tepat
sesuai dengan tuntutan Penuntut Umum yaitu Rp. 2.644.500.000 dua milyar enam ratus empat puluh empat juta lima ratus ribu rupiah dan penjara pengganti
uang pengganti yang tidak dibayar oleh Terdakwa dalam pidana tambahan sebagaimana tersebut dalam amar putusan.
c. Pertimbangan Hakim Mahkamah Agung Kasasi Hakim pada Mahkamah Agung Tingkat Kasasi dalam hal ini telah
membaca dan memperhatikan surat-surat yang berhubungan dengan perkara ini : 1. Membaca Tuntutan pidana JaksaPenuntut Umum pada Komisi
Pemberantasan Korupsi KPK tanggal 13 Juli 2011 2. Membaca Putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan
Negeri Medan Nomor : 01Pid.SusK2011PN.Mdn, tanggal 10 Agustus 2011
3. Membaca Putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Tinggi Medan Nomor : 15Pid.Sus2011PT-Mdn. Tanggal 27 Oktober
2011. 4. Membaca surat-surat yang bersangkutan.
Menimbang bahwa putusan Pengadilan Tinggi Medan tersebut, telah diberitahukan kepada JaksaPenuntut Umum pada Komisi Pemberantasan Korupsi
KPK pada tanggal 15 Desember 2011 dan JaksaPenuntut Umum pada Komisi Pemberantasan Korupsi KPK mengajukan permohonan kasasi pada tanggal 15
Desember 2011, dengan demikian permohonan kasasi beserta dengan alasan- alasannya telah diajukan dalam tenggang waktu dan dengan cara menurut undang-
undang, oleh karena itu permohonan kasasi tersebut formal dapat diterima. Menimbang bahwa putusan Pengadilan Tinggi tersebut telah diberitahukan
kepada Terdakwa pada tanggal 15 Desember 2011 dan Terdakwa mengajukan permohonan kasasi pada tanggal 27 Desember 2011 serta memori kasasinya telah
diterima di Kepaniteraan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Medan pada tanggal 09 Januari 2012, dengan demikian permohonan kasasi
beserta dengan alasan-alasannya telah diajukan dalam tenggang waktu dan dengan cara menurut undang-undang, oleh karena itu permohonan kasasi tersebut formal
dapat diterima. Menimbang bahwa alasan-alasan yang diajukan oleh Pemohon Kasasi
IJaksaPenuntut Umum pada Komisi Pemberantasan Korupsi KPK dan Pemohon Kasasi IITerdakwa pada pokoknya adalah sebagai berikut :
A. Alasan-alasan pemohon kasasi IJaksaPenuntut Umum pada Komisi Pemberantasan Korupsi KPK :
1. Tidak menerapkan peraturan sebagaimana mestinya, kekeliruan Judex Facti berupa tidak menerapkan peraturan sebagaimana mestinya, dapat ditunjukkan
sebagai berikut : a
Judex Facti telah salah menerapkan ketentuan tentang “pengembalian kerugian Negara” sebagaimana diatur dalam Pasal 4 Undang-Undang
No.31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2001
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Pertimbangan hukum Judex Facti
menunjukkan bahwa hakim tidak menerapkan sebagaimana mestinya, karena pengembalian uang negara yang merujuk ketentuan Pasal 44 UU
No. 31 Tahun 1999, sama sekali tidak memperhatikan bahwa pengembalian kerugian Negara sebagaimana dimaksudkan sebagai alasan
yang meringankan tersebut bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD Kabupaten Nias. Hal ini berarti bahwa sumber
perolehan dana yang dipergunakan untuk mengembalikan kerugian Negara tidak berasal dari dana pribadi Terdakwa, tetapi justru bersumber dari
uang Negara. Dengan demikian meskipun ada pengembalian tetapi kerugian Negara tidak berkurang bahkan justru sebaliknya menjadi
bertambah karena sumber keuangan yang dipergunakan untuk mengembalikan kerugian ternyata justru bersumber dari APBD,
sebagaimana keterangan Yuli’Aro Gea dan Baziduhu Ziliwu di persidangan. Oleh sebab itu Negara dirugikan untuk yang kedua kalinya.
Karena seharusnya pengembalian kerugian keuangan Negara yang dilakukan Terdakwa justru merupakan perbuatan melawan hukum
sehingga tidak dapat dijadikan sebagai dasar untuk meringankan penjatuhan pidana, tetapi seharusnya menjadi dasar untuk memberatkan
penjatuhan pemidanaan. b Judex Facti salah menerapkan ketentuan tentang kewajiban untuk
menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan
yang hidup dalam masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat 1 UU No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman. Pertimbangan
Judex Facti Tingkat Banding yang meringankan hukuman Terdakwa, menunjukkan bahwa Hakim telah melakukan kekhilafan karena tidak
memperhatikan kondisi psikologi sosial dan kondisi psikologi hukum masyarakat Kabupaten Nias. Secara sosiologis dan psikologis seharusnya
Terdakwa terbeban untuk menjadi teladan dalam memprakarsai pengentasan masyarakat Kabupaten Nias untuk segera mendapatkan
pemulihan baik secara materiel maupun trauma psikologis atas bencana yang dialaminya, namun demikian Terdakwa justru menyalahgunakan
dana Bantuan Darurat Kemanusiaan untuk Penanggulangan Bencana dan Penangan Pengungsi Masyarakat Kabupaten Nias. Kaidah tentang berat
ringannya hukuman pidana yang dijatuhkan kepada seorang Terdakwa adalah menjadi kewenangan sepenuhnya dari Judex Facti sehingga
masalah berat ringannya pemidanaan ini berada diluar kewenangan pemeriksaan tingkat kasasi pada Mahkamah Agung. Akan tetapi,
meskipun demikian Majelis Mahkamah Agung dalam pemeriksaan kasasi dapat merubah berat ringannya pemidanaan tersebut, bilamana pidana
yang dijatuhkan oleh Judex Facti tersebut dinilai Mahkamah Agung sebagai pemidanaan yang tidak proporsional dan bertentangan dengan
prinsip dan tujuan pemidanaan yaitu koreksi, edukasi, prepefensi, dan reprensi mengingat dampak yang amat luas, baik terhadap anggota
masyarakat maupun si pelaku sendiri sebagai akibat dilakukannya
perbuatan tersebut, namun demikian sangat disayangkan hal ini tidak dijadikan sebagai dasar pertimbangan Judex Facti untuk memenuhi
kewajiban untuk menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat. Dengan demikian Judex
Facti telah membuat kekeliruan yaitu tidak menerapkan peraturan sebagaimana mestinya. Apabila Judex Facti tidak membuat kekeliruan
penjatuhan pemidanaan tidak akan dikurangi. 2. Cara mengadili tidak dilaksanakan menurut ketentuan Undang-Undang.
Judex Facti telah membuat kekeliruan dalam hal cara mengadili yaitu tidak dilaksanakan menurut ketentuan undang-undang. Kekhilafan Hakim ini terlihat
dalam hal membuat pertimbangan hukum tentang “pengembalian keuangan Negara” seolah-olah belum dipertimbangkan oleh Pengadilan Tingkat Pertama,
sehingga menggunakan hal yang sama untuk dipakai dasar pertimbangan yang meringankan dalam pertimbangan hukum Judex Facti Tingkat Banding. Dasar
pertimbangan Judex Facti tentang adanya pengembalian kerugian Negara sesungguhnya sudah dipertimbangkan dalam putusan Pengadilan Tingkat Pertama,
namun demikian Judex Facti berpendirian seolah-olah belum pernah dipertimbangkan dalam memutus perkara tingkat pertama, dengan demikian
Hakim telah melakukan kekeliruan yaitu cara mengadili tidak dilaksanakan menurut ketentuan undang-undang. Apabila Judex Facti tidak salah dalam
mengadili yaitu mempertimbangkan kembali dasar pertimbangan pengadilan tingkat pertama sebagai dasar pertimbangan kembali yang seolah-olah
sebelumnya belum pernah dipertimbangkan dalam memutus perkara tingkat banding, maka hukuman Terdakwa tidak akan dikurangi.
B. Alasan-alasan pemohon kasasi IITerdakwa : 1. Terbukti adanya fakta hukum yang saling bertentangan, yang kemudian
menjadi dasar pertimbangan Judex Facti. Dalam menilai keterangan saksi sebagai alat bukti, terbukti Judex Facti
tidak mendasarkan pada ketentuan Pasal 185 ayat 6 KUHAP, dalam pertimbangan Judex Facti Tingkat Pertama pada bagian uraian fakta hukum,
terbukti fakta hukum tersebut tidak berdasarkan pada keterangan saksi-saksi, keterangan ahli, bukti surat, keterangan terdakwa, yang terungkap di persidangan.
Terdapat fakta hukum yang tidak didukung alat bukti yang lain, bahkan fakta hukum tersebut bertentangan dengan keterangan saksi lainnya. Dengan demikian
keterangan satu saksi yang tidak didasarkan pada dua alat bukti yang sah yang mempunyai nilai pembuktian, maka tidak dapat dikatakan sebagai fakta hukum.
2. Terkait dengan pernyataan JaksaPenuntut Umum mengenai yang dimaksud dengan “Perintah dari Terdakwa”.
Yang menjadi dasar dinyatakannya unsur “Menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, atau sarana yang ada
padanya karena jabatan atau kedudukan” adalah seolah-olah terdapat perintah dari TerdakwaPemohon Kasasi tidak tepat dan tidak
benar, karena didasarkan pada keterangan satu 1 saksi yaitu Baziduhu Ziliwu, dan keterangan tersebut bertentangan baik dengan keterangan saksi lainnya
maupun bukti yang diajukan serta fakta hukum yang terungkap dipersidangan.
Dengan demikian Judex Facti telah menerapkan hukum tidak sebagaimana mestinya.
3. Terkait dengan yang dimaksud dengan kerugian keuangan negara. Yang dimaksud dengan Kerugian Negara yaitu dana bantuan yang
kemudian oleh Bakornas diberikan kepada Kabupaten Nias adalah dana bantuan masyarakat yang dihimpun oleh Kementrian Kesra. Dana bantuan tersebut dalam
suatu kesepakatan rapat interdep dana disetorkan terlebih dahulu ke kas Negara kemudian disepakati diterbitkan DIPA dengan pelaksana Bakornas. Mengikuti
proses yang demikian, jelas bukan mekanisme keuangan Negara yang sudah dialokasikan dan dimasukkan dalam APBN. Dengan jelas bahwa dana bantuan
yang diberikan dari Bakornas bukan berasal dan tidak melalui mekanisme APBN. Dari alat bukti berupa Surat Sekretaris Kementrian Koordinator Bidang
Kesejahteraan Rakyat Nomor : B.2499KMKSESXII2006, Nota Kesepahaman Nomor : MOU.02Lakhar.PBII2007, Keterangan saksi Budi Atmadi Putro yang
terungkap di persidangan, terbukti bahwa dana bantuan yang diberikan oleh Bakornas kepada Kabupaten Nias adalah merupakan dana yang berasal dari
sumbangan masyarakat yang dihimpun oleh Kementrian Kesra yang diadministrasikan melalui Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran DIPA Tahun
Anggaran 2006, dan bukan berasal dari dana yang dialokasikan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN, sehingga dana bantuan tersebut tidak
dapat dikatakan sebagai keuangan Negara. Mengenai jumlah kerugian Negara, meskipun Pemohon Kasasi berpendapat bahwa tidak ada kerugian keuangan
Negara sejumlah yang dinyatakan oleh Judex Facti Pengadilan Tinggi Tipikor
pada Pengadilan Tinggi Medan yang nilainya sama dengan yang diajukan oleh JaksaPenuntut Umum dengan tuntutannya sebagai kerugian keuangan Negara
yaitu sebesar Rp. 2.644.500.000,-, fakta yang terungkap dipersidangan dengan jelas dan tegas Baziduhu Ziliwu sendiri mengatakan tidak ada dana yang dipakai
oleh Terdakwa, untuk pembayaran kas bon Belanja Daerah telah diputus di Pengadilan dan terhadap dana tersebut telah dipertanggungjawabkan dengan tidak
menggunakan dana sisa bantuan sebagaimana dinyatakan oleh Ziliwu, pembatahan saksi Temazaro Harefa atas pernyataan Ziliwu mengenai permintaan
dan penerimaan dana, pemberian terhadap KPK tidak jelas berapa dan siapa sebenarnya KPK gadungan tersebut karena perintah yang pernah diberikan oleh
Terdakwa kepada Ziliwu dan Yuliaro Gea adalah memberikan dokumen bukan uang sehingga karena dipersidangan tidak dapat dibuktikan dengan 2 alat bukti
yang sah, maka pembuktiannya tidak sesuai dengan ketentuan Pasal 183 KUHAP, dan pemberian dana kepada wartawan, LSM dan lainnya dibantah oleh yang
bersangkutan dan karenannya tidak didukung oleh bukti. Berdasarkan uraian tersebut, maka mengenai kerugian keuangan Negara, jelas tidak dapat dibuktikan
dalam perkara ini, yang pasti Terdakwa tidak mengambil dan menikmati dana bantuan bencana alam yang berasal dari Bakornas yang diperoleh dari dana
kumpulan masyarakat bukan APBN. Terhadap alasan-alasan tersebut Mahkamah Agung berpendapat :
A. Terhadap alasan-alasan Pemohon Kasasi IJaksaPenuntut Umum pada Komisi Pemberantasan Korupsi KPK :
Alasan-alasan tersebut dapat dibenarkan, Judex Facti Pengadilan Tinggi dan Pengadilan Negeri salah dalam menerapkan hukum, dengan pertimbangan
sebagai berikut : 1. Pertimbangan Judex Facti yang mempertimbangkan unsur pokok atau inti
Pasal 2 ayat 1 dan pasal 3 Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 sangat berbeda dan langsung
memeriksan dan membuktikan dakwaan Subsidair tanpa memeriksa dan membuktikan dakwaan Primair, dihubungkan dengan unsur putusan butir
1 dan butir 2 adalah tidak tepat dan keliru karena bertentangan dengan tertib hukum acara pidana dan praktek peradilan yang berlaku;
2. Dalam membuktikan dakwaan Mejelis Judex Facti semestinya mengikuti Kitab Hukum Acara, dalam hal dakwaan disusun secara subsidaritas
haruslah dibuktikan Primair, Subsidair dan dakwaan subsidaritas tidak dapat dibaca sebagai dakwaan alternatif;
3. Judex Facti telah salah menerapkan hukum yang menyatakan Pasal 2 Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi tidak dapat dikenakan pada
Pegawai Negeri. Pasal 2 Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi dapat dikenakan kepada siapa saja, sehingga pembuktian dari dakwaan Primair
dengan alasan tersebut merupakan kesalahan penerapan hukum pembuktian yang dilakukan oleh Judex Facti. Bahwa perbuatan
menyalahgunakan kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan masuk kategori melawan hukum, ,menguntungkan
diri sendiri atau oranglain atau korporasi masuk pengertian memperkaya
karena jumlah yang signifikan sebesar Rp. 2.644.500.000,- yang sekaligus menimbulkan kerugian Negara;
4. Unsur melawan
hukum telah
terbukti dengan
pertimbangan penyalahgunaan kesempatan atau kewenangan yang dilakukan oleh
Terdakwa sebagaimana telah dipertimbangkan dalam putusan Judex Facti yang dinyatakan telah terbukti dan dijadikan pertimbangan Judex Juris;
5. Unsur-unsur lain sebagaimana pertimbangan Judex Facti atas pembuktian unsur dalam pasal-pasal dapat diambil alih karena relevansi unsur-unsur
tersebut sama dengan unsur-unsur yang terkandung dalam Pasal 2 sebagaimana dalam dakwaan Primair JaksaPenuntut Umum dan telah
terbukti secara sah dan meyakinkan; 6. Dengan demikian seluruh unsur dalam dakwaan Primair telah terbukti dan
karenanya Terdakwa terbukti melanggar dakwaan Primair; 7. Berdasarkan pertimbangan tersebut, putusan Pengadilan Tinggi Medan No.
15Pid.Sus2011PT.Mdn. yang mengubah putusan Pengadilan Tindak Pidana
Korupsi pada
Pengadilan Negeri
Medan No.
01Pid.Sus.K2011PN.Mdn. tidak dapat dipertahankan lagi dan harus dibatalkan dan Mahkamah Agung mengadili sendiri;
8. Berdasarkan pertimbangan tersebut, Terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana korupsi secara bersama-
sama seperti diatur dalam Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 sebagaimana yang
didakwakan dalam dakwaan Primair, oleh karena itu Terdakwa patut
dijatuhi hukuman yang setimpal dengan perbuatannya. Bahwa oleh karena dakwaan Primair telah terbukti maka dakwaan Subsidair tidak perlu lagi
dipertimbangkan. B. Terhadap alasan-alasan Pemohon Kasasi IITerdakwa :
Alasan-alasan tersebut tidak dapat dibenarkan, karena Judex Facti tidak salah menerapkan hukum, dan pertimbangan serta putusan Judex Facti telah
dipertimbangkan berdasarkan pada fakta hukum yang diperoleh melalui proses hukum pembuktian secara tepat dan benar, lagi pula alasan-alasan tersebut
mengenai penilaian hasil pembuktian yang bersifat penghargaan tentang suatu kenyataan, hal mana tidak dapat dipertimbangkan dalam pemeriksaan pada tingkat
kasasi, karena pemeriksaan dalam tingkat kasasi hanya berkenaan dengan kesalahan penerapan hukum, pelanggaran hukum yang berlaku, kelalaian dalam
memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan yang mengancam kelalaian itu dengan batalnya putusan yang bersangkutan atau
bila Pengadilan tidak berwenang atau melampaui batas wewenangnya sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 253 Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana Undang-Undang No. 8 Tahun 1981. Mengenai uraian dalam memori kasasi Terdakwa hanyalah pengulangan fakta-fakta persidangan maupun
pembuktian uraian bukti-bukti, sedangkan hal tersebut telah dipertimbangkan secara tepat dan benar oleh Judex Facti, pertimbangan Judex Facti pembuktiannya
telah diputus dengan hukum pembuktian yang benar dan proporsional karena memori kasasi yang demikian tidak relevan lagi untuk dipertimbangkan.
Berdasarkan alasan-alasan tersebut, Mahkamah Agung berpendapat bahwa putusan Pengadilan Tinggi Medan No. 15Pid.Sus.K2011PT-Mdn.
Tanggal 27 Oktober 2011 yang merubah putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Medan No. 01Pid.Sus.K2011PN.Mdn. tanggal
10 Agustus 2011 tidak dapat dipertahankan lagi, oleh karena itu harus dibatalkan dan Mahkamah Agung akan mengadili sendiri perkara tersebut.
6. Putusan Pengadilan Negeri Medan
Adapun Putusan Pengadilan Negeri Medan berdasarkan Putusan Nomor : 01Pid.Sus.K2011PN.Mdn yaitu sebagai berikut :
1 Menyatakan Terdakwa BINAHATI BENEDICTUS BAEHA tersebut tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana
yang didakwakan dalam Dakwaan Primair; 2 Membebaskan Terdakwa dari Dakwaan Primair tersebut ;
3 Menyatakan Terdakwa BINAHATI BENEDICTUS BAEHA tersebut terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana
“Korupsi yang dilakukan secara bersama – sama”; 4 Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa dengan pidana penjara selama : 5
lima tahun dan denda sebesar : Rp. 100.000.000,- seratus juta rupiah, dengan ketentuan jika denda tidak dibayar harus diganti dengan pidana
kurungan selama : 2 dua bulan ; 5 Menjatuhkan pidana tambahan terhadap Terdakwa berupa pembayaran
uang pengganti sebesar : Rp. 3.144.500.000,- tiga miliar seratus empat
puluh empat juta lima ratus ribu rupiah, dengan ketentuan jika terpidana tidak membayar uang pengganti dalam waktu 1 satu bulan setelah
putusan memperoleh kekuatan hukum tetap, maka harta bendanya dapat disita oleh jaksa dan dilelang untuk menutupi uang pengganti tersebut, dan
dalam hal terpidana tidak mempunyai harta benda yang mencukupi untuk membayar uang pengganti tersebut, maka dipidana dengan pidana penjara
selama : 3 tiga tahun ; 6 Menetapkan masa penahanan yang telah dijalani Terdakwa dikurangkan
seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan ; 7 Memerintahkan supaya Terdakwa tetap dalam tahanan ;
8 Menetapkan barang bukti ; 9 Membebankan biaya perkara kepada Terdakwa sebesar Rp. 10.000,-
sepuluh ribu rupiah.
7. Putusan Tingkat Banding
Adapun Putusan Pengadilan Tinggi Medan berdasarkan Putusan Nomor : 15Pidsus2011PT-Mdn, yaitu sebagai berikut :
a. Menerima permintaan banding dari Pembanding Terdakwa tersebut ;
b. Mengubah putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan
Negeri Medan
tanggal 10
Agustus 2011
Nomor :
01Pid.Sus.K2011PN.Mdn, yang dimintakan banding tersebut, sebatas tentang penjatuhan pidananya, maupun penjatuhan pidana tambahan dan
penjara pengganti uang pengganti yang tidak dibayar oleh Terdakwa
dalam pidana tambahan, sehingga amar selengkapnya berbunyi sebagai berikut :
1 Menyatakan Terdakwa BINAHATI BENEDICTUS BAEHA tersebut tidak
terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana yang didakwakan dalam Dakwaan Primair ;
2 Membebaskan Terdakwa dari Dakwaan Primair tersebut ;
3 Menyatakan Terdakwa BINAHATI BENEDICTUS BAEHA tersebut
terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “KORUPSI YANG DILAKUKAN SECARA BERSAMA-SAMA”;
4 Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa dengan pidana penjara selama 3
tiga Tahun dan 6 enam bulan dan denda sebesar Rp. 100.000.000,- seratus juta rupiah dengan ketentuan jika denda tidak dibayar harus
diganti dengan pidana kurungan selama 2 dua bulan ; 5
Menjatuhkan pidana tambahan terhadap Terdakwa berupa pembayaran uang pengganti sebesar Rp. 2.644.500.000,- dua miliar enam ratus empat
puluh empat juta lima ratus ribu rupiah dengan ketentuan jika terpidana tidak membayar uang pengganti dalam waktu 1 satu bulan setelah
putusan memperoleh kekuatan hukum tetap, maka harta bendanya dapat disita oleh jaksa dan dilelang untuk menutupi uang pengganti tersebut, dan
dalam hal terpidana tidak mempunyai harta benda yang mencukupi untuk membayar uang pengganti tersebut, maka dipidana dengan pidana penjara
selama 2 dua tahun ;
6 Menetapkan masa penahanan yang telah dijalani Terdakwa dikurangkan
seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan ; 7
Memerintahkan agar supaya Terdakwa tetap berada dalam tahanan RUTAN ;
8 Menetapkan barang bukti ;
9 Membebankan biaya perkara kepada Terdakwa dalam kedua tingkat
peradilan yang dalam tingkat banding sebesar Rp. 2.500,- dua ribu lima ratus rupiah.
8. Putusan Tingkat Kasasi
Adapun Putusan Mahkamah Agung Berdasarkan Putusan Nomor : 356 KPID.SUS2012. Yaitu sebagai berikut :
a. Menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi IITerdakwa : Binahati
Benedictus Baeha tersebut ; b.
Mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi I : JaksaPenuntut Umum Pada Komisi Pemberantasan Korupsi KPK tersebut ;
c. Membatalkan putusan Pengadilan Tinggi Medan No. 15Pid.Sus-
2011PT-Mdn. Tanggal 27 Oktober 2011 yang merubah putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Medan No.
01Pid.Sus.K-2011PN.Mdn. tanggal 10 Agustus 2011. Sehingga berbunyi sebagai berikut :
1 Menyatakan Terdakwa Binahati Benedictus Baeha terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Korupsi Yang Dilakukan Secara Bersama-Sama
” ; 2
Menjatuhkan pidana oleh karena itu kepada Terdakwa tersebut dengan pidana penjara selama 5 lima tahun dan denda sebesar Rp. 200.000.000,-
dua ratus juta rupiah, dengan ketentuan apabila pidana denda tersebut tidak dibayar, maka kepada Terdakwa dikenakan pidana pengganti berupa
pidana kurungan selama 4 empat bulan ; 3
Menetapkan lamanya Terdakwa berada dalam tahanan sebelum putusan ini mempunyai kekuatan hukum tetap, akan dikurangkan seluruhnya dari
pidana penjara yang dijatuhkan ; 4
Menjatuhkan pidana tambahan berupa uang pengganti sebesar Rp. 2.664.500.000,- dua miliar enam ratus enam puluh empat juta lima ratus
ribu rupiah dan apabila Terdakwa tidak membayar uang pengganti tersebut paling lama dalam waktu 1 satu bulan sesudah putusan ini
mempunyai kekuatan hukum yang tetap, maka harta bendanya dapat disita oleh Jaksa dan dilelang untuk menutupi uang pengganti tersebut, dan
apabila harta benda Terdakwa tidak mencukupi untuk membayar uang pengganti tersebut, maka dipidana dengan pidana penjara selama 3 tiga
tahun ; 5
Menetapkan barang bukti ;
6 Membebankan Pemohon Kasasi IITerdakwa tersebut untuk membayar
biaya perkara dalam semua tingkat peradilan dan dalam tingkat kasasi ini sebesar Rp. 2.500,- dua ribu lima ratus rupiah ;
B. Analisis Kasus