optimal dalam menyalurkan dana yang diperoleh dari pihak ketiga. Bahkan melebihi 100 dan sisanya dicover dari modal sendiri.
Ada hal lain yang menarik untuk di bahas yaitu setiap kwartal ke IV atau pada akhir tahun sejak berdirinya BMI hingga tahun 2007 diketahui selalu berada di
bawah 100. Sebagai contoh pada kwartal IV 2007 rasio FDR sebesar 99,16, begitu juga kwartal IV tahun 2006 rasio FDR nya sebesar 83,60, dan dari tahun
2005 hingga 1999 secara berturut-turut adalah 89,08, 86,03, 76,97, 83,67, 90,00, 97,90, dan 68,07. Dari data tersebut dapat difahami bahwa setiap
akhir tahun dimana bank berkewajiban menyusun laporan tahunan annual report
dan ia berkewajiban pula untuk membagikan laba bagi pemilik modal dan investor lain. Sehingga wajar tidak mungkin bank mengeluarkan dana untuk
pembiayaan kecuali dari dana pihak ketiga dan tidak mau mengeluarkan dana dari modal sendiri, karena akan dihitung berapa laba yang diperoleh dimana pada
akhir tahun biasanya dibagikan kepada pemilik modal dan investor. Namun bisa jika bank mengeluarkan kebijakan lain untuk meningkatkan aset atau modal di
awal tahun, maka bank bisa menggunakan laba tersebut untuk modal tambahan dan ini akan dicatat pada sisi pasiva pada pos equitas dalam laba ditahan atau
modal sumbangan.
E. NPF
Non Performing Financing NPF adalah rasio pembiayaan bermasalah. Perhitungan NPF dilakukan dengan membagi pembiayaan bermasalah dalam
kategori kurang lancar, diragukan, dan macet dengan jumlah pembiayaan yang diberikan. Berikut ini data rasio NPF BMI pada periode 2007-2008 dalam
kwartalan.
Periode
K I
Mar ‘07
K II
Jun ‘07
K III
Sep ‘07
K IV
Des ‘07
K I
Mar ‘08
K II
Jun ‘07
K III
Sep ‘07 NPF
2,70 3,93 4,96 1,33 1,61 3,72 3,88 Tabel 4.5. Rasio NPF BMI periode 2007-2008
Sumber : Bank Muamalat
Gambar 4.5. Rasio NPF BMI periode 2007-2008
Dari data di atas dapat diketahui bahwa rasio NPF terbesar terjadi pada kwartal III, September 2007 sebesar 4,96.. Pada periode tersebut rasio FDR nya
di atas 100 yaitu sebesar 102,98. Jika dibandingkan dengan rasio FDR lainnya yang rata-rata di atas 100 misalnya pada kwartal II dan III tahun 2008,
diketahui rasio NPF nya juga besar rata-rata di atas 3. Ini menjadi indikator bahwa ada korelasi yang positif jika FDR dinaikkan di atas 100, maka NPFnya
1 2
3 4
5
Mar 07
Jun 07
Sep 07
Des 07
Mar 08
Jun 08
Sep 08
NPF
juga mengalami kenaikan di atas 3. Naumn, tingginya NPF dapat diminimalisasi dengan manajemen yang baik terutama dalam memberikan
pembiayaan, bank harus memperhatikan jenis pembiayaan, pola angsuran, dan berapa plafon yang diberikan, agar kelak nasabah tidak mengalami kesulitan
dalam menyelesaikan kewajibannya kepada bank. Singkatnya manajemen yang baik dapat menekan NPF ke level yang lebih
rendah. Ini terbukti dari data di atas, diketahui bahwa pada kwartal ke- III tahun 2008 dimana rasio FDR paling besar yaitu 106,39, ternyata NPFnya dapat
dikatakan lebih kecil yaitu sebesar 3,88 jika dibandingkan dengan kwartal ke- III tahun sebelumnya yaitu sebesar 4,96 sedangkan FDRnya hanya 102,87.
F. ROA
Return on Asset ROA adalah rasio atau perbandingan antara pendapatan yang diperoleh dengan total aset. Cara penghitungan ROA dilakukan dengan cara
membagi laba sebelum pajak dengan total aset. Fungsi dari rasio ini adalah mengetahui berapa besar laba yang dihasilkan dari satu persen aset.
Berikut ini tabel rasio ROA BMI periode 2007-2008.
Periode
K I
Mar ‘07
K II
Jun ‘07
K III
Sep ‘07
K IV
Des ‘07
K I
Mar ‘08
K II
Jun ‘07
K III
Sep ‘07 ROA
3,26 3,03 2,41 2,27 3,04 2,77 2,62 Tabel 4.6. Rasio ROA BMI periode 2007-2008
Sumber : Bank Muamalat Indonesia
Gambar 4.6. Rasio ROA BMI periode 2007-2008 Dari grafik di atas diketahui bahwa return terbesar diperoleh pada kwartal I
2007 sebesar 3,26, pada posisi itu pembiayaan yang diberikan sebesar 90,51. Ketika pembiayaan dinaikkan pada kwartal III menjadi 102,9 justru ROA
menurun ke level 2,41. Begitu juga dengan kwartal II dan III tahun 2008. Dengan demikian rasio FDR tidak berbanding lurus dengan ROA. Faktor laian
yang berpengaruh adalah perubahan dinamis pada pos-pos di sisi aktiva. Ilustrasi hubungan FDR dan ROA dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
6.26 3.03
2.41 2.27
3.04 2.77
2.62
0.5 1
1.5 2
2.5 3
3.5
Mar 07
Jun 07
Sep 07
Des 07
Mar 08
Jun 08
Sep 08
ROA
G.
ROE
Return on Equity ROE adalah rasio laba yang diperoleh dengan equitas atau modal inti. ROE dihitung dengan membagi laba setelah pajak dengan modal inti
bank pada periode tertentu. Fungsinya adalah berapa persen laba yang diperoleh per satu persen modal bank.
Berikut tabel rasio ROE BMI pada periode 2007-2008.
Periode
K I
Mar ‘07
K II
Jun ‘07
K III
Sep ‘07
K IV
Des ‘07
K I
Mar ‘08
K II
Jun ‘07
K III
Sep ‘07 ROE 31,15 29,72 24,29 23,24 37,49 34,37 33,21
Tabel 4.7. Rasio ROE BMI periode 2007-2008 Sumber Bank Muamalat
3.26 3.03 2.41
2.27 3.04 2.77 2.62
106.39 102.94
95.73 99.16
102.87 97.06
90.51
20 40
60 80
100 120
ROA FDR
ROA 3.26
3.03 2.41
2.27 3.04
2.77 2.62
FDR 90.51 97.06 102.87 99.16 95.73 102.94 106.39
Mar 07
Jun 07 Sep
07 Des
07 Mar
08 Jun 08
Sep 08
Gambar 4.7. Grafik hubungan FDR dan ROA
Gambar 4.8. Grafik Rasio ROE BMI periode 2007-2008 Dari grafik di atas diketahui bahwa rasio ROE tertinggi ada pada kwartal ke I
tahun 2008, dimana pada posisi tersebut modal inti BMI sebesar 492,8 miliar. Dari grafik di bawah juga diketahui bahwa maodal inti BMI tetap yaitu sebesar
492,8 miliar. Ini berarti kinerja BMI mengelami volatilitas pada rasio ROE nya dan disebabkan oleh faktor lain, misalnya tingkat pembiayaan yang diberikan, dan
tingkat pembiayaan yang bermasalah, dimana semuanya merupakan faktor internal. Selain faktor internal dimungkinkan juga faktor ekseternal seperti
kondisi perekonomian Indonesia. Namun, tetap saja Bank Muamalat merupakan bank paforit yang memiliki kinerja luar biasa, sehingga mendapatkan rating AA+
dari Dubai yang penghargaannya diserahkan di London, Inggris. Berikut ini grafik hubungan ROE dengan modal.
5 10
15 20
25 30
35 40
ROE
ROE 31.15
29.72 24.29
23.24 37.49
34.37 33.21
Mar 07 Jun 07 Sep 07 Des 07 Mar 08 Jun 08 Sep 08
Gambar 4.9. Hubungan ROE dengan modal BMI periode 2007-2008
H. Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas Sensitivity Analysis digunakan untuk menghitung berapa besar perubahan yang mengarah kepada solusi yang diharapkan. Semua itu
menggunakan asumsi bagaimana jika variabel pertama pada periode sebelumnya sama dengan periode seterusnya, berapa besar perubahan dan adakah
kemungkinan yang terbaik yang akan diperoleh. Begitu juga dengan variabel dua dan seterusnya.
Berikut ini prediksi pola pembiayaan yang dilakukan oleh BMI pada Desember 2008.
100 200
300 400
500
ROE Modal Inti Miliar
ROE 31.15 29.72 24.29 23.24 37.49 34.37 33.21
Modal Inti Miliar 492.8 492.8 492.8 492.8 492.8 492.8 492.8 Mar
07 Jun
07 Sep
07 Des
07 Mar
08 Jun
08 Sep
08
a. Simulasi I
Untuk lebih memudahkan bnerikut ini kembali disajikan data CAR, ATMR dan modal.
Periode
K I
Mar ‘07
K II
Jun ‘07
K III
Sep ‘07
K IV
Des ‘07
K I
Mar ‘08
K II
Jun ‘07
K III
Sep ‘07 CAR
14,85 12,66 11,23 10,69 11,46 9,57 11,25
ATMR Miliar 6.499
7.248 8.291
7.914 9.085
9.879 10.754
Modal Miliar 965
917 931
846 1.041
945 1.210
Tabel 4.8. CAR, ATMR, dan Modal Sumber : Bank Muamalat Indonesia
Jika diasumsikan nilai modal tetap fixed pada Desember 2008, dan nilai CAR ditekan hingga batas minimal 8 , maka nilai ATMR-nya adalah :
ATMR = Modal CAR ATMR = 1.210 8
ATMR = 15.125 Miliar Kesimpulan : Dengan modal yang sedikit konstan maka BMI dapat
meningkatkan pembiayaan pada sektor riil dan UMKM yang sedang dibutuhkan oleh masyarakat. Harapannya masyarakat dapat berproduksi dan
produknya dapat diserap oleh domestik. Dengan pendekatan ini, maka FDR Bank Muamalat akan naik.
b. Simulasi II
Apabila diasumsikan ATMR tetap pada Desember 2008 dan nilai CAR ditekan hingga batas minimal 8 , maka besarnya modal sebesar :
Modal = CAR x ATMR Modal = 8 x 10.754
Modal = 860 milyar Pada kondisi seperti ini, Bank Muamalat sudah pada tahap optimum
dalam fungsi intermediasinya. Penambahan modal hanya akan membuat dana tidak termanfaatkan untuk pembiayaan sektor riil. Pada kondisi demikian
dikhawatirkan Bank Muamalat akan menempatkan dananya pada SWBI.
I. Strategi yang Dilakukan oleh BMI dalam Meningkatkan Asetnya terkait
Program Akselerasi Perbankan Syariah
Dalam merespon akselerasi perbankan syariah yang dicanangkan BI dalam Program Akselerasi Pengembangan Perbankan Syariah Tahun 2007-2008, yang
merupakan follow-up dari Arsitektur Perbankan Indonesia API dan Blue-print Pengembangan Perbankan Syariah, Bank Muamalat melakukan berbagai inovasi
produk agar dapat meningkatkan Dana Pihak Ketiga DPK. Program yang dilakukan oleh Bank Muamalat adalah :
1. Melakukan Inovasi
poduk terus-menerus,
dengan tujuan
lebih mengoptimalkan service kepada umat dan mempermudah masyarakat untuk
mengakses bank syriah. Hal ini memiliki dua tujuan. Yang pertama untuk mendorong peningkatan akses jaringan yang sudah ada. Yang kedua terus
meningkatkan kerjasama internal antar bank syariah.
Diantara produk inovatif yang diluncurkan oleh Bank Muamalat adalah : a. Shar-E
Meskipun Shar-E telah diperkenalkan kepada masyarakat sejak tahun 2004, namuan ia sangat diandalkan untuk mendongkrak aset. Hingga
kini, Shar-E berhasil melipatgandakan jumlah nasabah Bank Muamalat Indonesia hingga mendekati angka 400 persen. Atas
inovasi tersebut Bank Muamalat Indonesia memperoleh penghargaan Awards baik lingkup nasional, maupun internasional.
Keunggulan Shar-E adalah dapat diakses pada lebih dari 8888 ATM BCAPRIMA dan ATM Bersama serta lebih dari 18.000 Merchant debit
BCAPRIMA. Bank Muamalat meraih peningkatan yang signifikan pada rekening
tabungan yang tumbuh dari 1.358.187 rekening pada tahun 2006 menjadi 1.964.414 per akhir tahun 2007.
Kontribusi terbesar terhadap peningkatan jumlah rekening tabungan ini disumbangkan oleh Shar-E. Sebanyak 575.562 rekening SharE baru
tercatat pada tahun 2007, menandai pertumbuhan sebesar 86,7 persen
dalam jumlah rekening Shar-E yang mencapai 1.239.439 rekening per akhir tahun 2007. Sementara itu, saldo total Shar-E meningkat dari Rp
701,81 miliar menjadi Rp 1.191,60 miliar. Shar-E merupakan produk paling inovatif Bank Muamalat yang bisa
diperoleh dengan mudah di seluruh outlet Bank Muamalat, 2.861 SOPP Kantor Pos, serta ribuan BPRS dan BMT.
Bahkan Shar-E pun dikerjasamakan dengan Bank Muamalat Malaysia Berhad BMMB, Malaysia, berupa Remittance pengiriman dana tunai
dari Malaysia ke Indonesia. Kalangan dunia usaha, professional, diplomat, dunia usaha, maupun warga Negara Indonesia di Malaysia bisa
mengirimkan dananya kepada keluarga mereka di Indonesia melalui layanan Muamalat Kas Kilat MK2, yang bisa diambil melalui Shar-E di
Indonesia pada hari itu juga.’’ Biaya MK2 relative murah dibandingkan pengiriman melalui perusahaan lainnya yang menyediakan jasa serupa
remittance,’’ tutur Direktur Utama Bank Muamalat Malaysia Berhad, Datok Abdul Wahab bin Abdul Manaf.
Di Malaysia, Shar-E bisa tarik tunai di lebih dari 2.000 ATM yang termasuk dlam jaringan Malaysia Electronic Payment System MEPS.
b. Luncurkan Sharia Mega Covers
Pada tanggal 16 November 2007, Bank Muamalat bersama Mega Life Syariah dan Mega Insurance Syariah meluncurkan sebuah terobosan
produk baru yang inovatif berbasis teknologi tinggi yang disebut Sharia Mega Covers.
18
Produk ini merupakan produk asuransi syariah berbasis Shar-E yang diperuntukkan bagi nasabah asuransi syariah yang membutuhkan kartu
bertabungan instan dengan akses mudah. Produk ini juga merupakan sinergi keunggulan produk Shar-E dengan keunggulan Mega LifeMega
Insurance Syariah dalam satu paket kartu tabungan berasuransi atau asuransi Islami berbasis kartu tabungan instan dengan Akses Mudah
Investasi Syariah Produk ini memiliki berbagai keunggulan antara lain dapat diaktifkan
dari mana saja dan kapan saja, bebas tarik tunai di semua ATM di seluruh Indonesia ATM PRIMABCA maupun ATM Bersama, dapat diakses di
lebih dari 55.000 merchant BCA, isi saldo semudah isi pulsa, dengan cek saldo dan transfer ada diujung jari melalui phonebanking SalaMuamalat
24 jam. Bahkan dapat digunakan pada jaringan ATM Bankcard – MEPS Malaysia
c. Luncurkan Asuransi Syariah Taawun
Pada tanggal 11 Desember 2007 Penandatanganan Kerjasama dan Peluncuran Produk bersama kembali ditandatangani antara Asuransi
Bintang Syariah dan kartu Shar-E Bank Muamalat. Co-Branding Shar-E
18
Mega Life Syariah, Mega Insurance Syariah dan Bank Muamalat Luncurkan Sharia Mega Covers artikel ini diakses pada tanggal 24 September 2008 dari http:www.muamalatbank.com
beritaberita_detail.asp?newsID=117
dengan TAAWUN CARD bernama IDAMAN merupakan bagian dari kekuatan aliansi-silaturrahim dan kesungguhan industri perbankan syariah
mempersembahkan layanan asuransi syariah terbaik dengan segala kemudahan dan keuntungan bagi semua. Acara ini diinisiasi dan di
saksikan langsung oleh Ketua Umum Asosiasi Bank Syaiah Indonesia Asbisindo A. Riawan Amin dan Ketua Umum Asosiasi Asuransi Syariah
Indonesia AASI Muhaimin Iqbal dan hadir pada kesempatan tersebut Dirut Panin Life, Fadjar Gunawan.
19
d. Luncurkan Remittance Kas Kilat
Pada tanggal 27 Oktober 2007, Muamalat telah mencatat sejarah baru,
yaitu dengan diluncurkannya produk: Kas Kilat di Kuala Lumpur,
Malaysia. Inilah produk islamic remitance service satu-satunya dan yang pertama di dunia. Dengan layanan kiriman uang kas kilat ini, maka semua
pemegang Shar-E dan pemilik rekening tabungan dapat menerima kiriman uang dari luar negeri hanya dalam hitungan menit. Kiriman dana dari luar
negeri dan terima dana di Muamalat dapat berlangsung pada hari yang sama, serta dapat ditarik tunai tanpa biaya di seluruh ATM seluruh bank di
Indonesia. Oleh karena itu, semua keluarga dan masyaraka yang memiliki keluarga lain di Malaysia dapat menghimbau untuk mengirim uang
melalui jaringan Bank Muamalat Malaysia Berhad BMMB sebagai
19
Asuransi Bintang Panin Life Syariah Luncurkan Asuransi Syariah Taawun – Idaman Berbasis Shar-E, artikel ini diakses pada 24 September 2008 dari http:www.muamalatbank.com
beritaberita_detail.asp?newsID=118
jaringan penyetoran dan pengiriman uang kepada tabungan di Muamalat. Kepada keluarga dan masyarakat di Indonesia mereka dapat memiliki
Shar-E sebagai tabungan sekaligus rekening penerima uang dari luar negeri.
20
2. Menerapkan Sistem Manajemen yang Kuat
Dari sisi manajemen, Bank Muamalat berhasil bangkit dan berkembang diawali dari pengangkatan kepengurusan baru dimana seluruh anggota direksi
diangkat dari dalam tubuh Muamalat, Bank Muamalat kemudian menggelar rencana kerja dengan penekanan pada :
a. Tidak mengandalkan setoran modal tambahan dari para pemegang saham
b. Tidak melakukan PHK satu pun terhadap sumber daya insani yang ada,
dan dalam hal pemangkasan biaya, tidak memotong hak Kru Muamalat
sedikitpun c.
Pemulihan kepercayaan dan rasa percaya diri Kru Muamalat menjadi prioritas utama di tahun pertama kepengurusan Direksi baru
d. Peletakan landasan usaha baru dengan menegakkan disiplin kerja e. pembangunan tonggak-tonggak usaha dengan menciptakan serta
menumbuhkan peluang usaha menjadi sasaran Bank Muamalat
20
16 Tahun Muamalat Berkhidmat dan Memberi Layanan Terbaik, artikel diakses pada 24 September
2008 dari