27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Analisis Hasil Penelitian
Penelitian ini merupakan uji aktivitas antibakteri, dalam hal ini madu sumbawa terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Penelitian ini
dilakukan metode difusi menggunakan media MHA. Setelah Staphylococcus aureus diinokulasikan pada agar MHA, setiap satu agar diberikan tiga cakram,
kontrol negative, dan 2 cakram yang sudah dimasukkan ke dalam larutan bawang putih dengan kadar yang telah ditentukan. Setelah diinkubasi pada suhu 37°C
selama 24 jam. Aktivitas antibakteri tersebut nampak dengan terbentuknya zona hambatan yang diukur dengan menggunukan jangka sorong atau penggaris pada
kertas cakram yang dapat dilihat pada tabel 1.
1. Aktivitas Madu Sebagai Antibakteri Terhadap Bakteri Staphylococcus
aureus
Tabel 1. Hasil pengukuran diameter zona hambatan yang ditimbulkan oleh madu sumbawa terhadap Staphylococcus aureus
Zona hambatan madu sumbawa dalam milimeter Percobaan
Kontrol Madu 25
Madu 50 Madu 75
Madu 100 1
0 mm 8 mm
9 mm 10 mm
11 mm 2
0 mm 8 mm
9 mm 10 mm
11 mm Total
0 mm 16 mm
18 mm 20 mm
22 mm Mean
8 mm 9 mm
10 mm 11 mm
Berdasarkan tabel 1 zona hambat yang terbentuk menunjukan adanya aktivitas antibakteri madu sumbawa terhadap Staphylococcus aureus. Pengamatan
ini menunjukan hasil bahwa pada kelompok larutan madu dengan konsentrasi 25, 50, 75 dan 100 menunjukan hasil dengan terbentuk zona hambat yang
berarti bahwa larutan madu dengan konsentrasi 25, 50, 75 dan 100 dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Dari hasil penelitian
tersebut menunjukan bahwa larutan madu memiliki antibakteri seperti kandungan hidrogen peroksida, pH yang rendah dan aktivitas air yang rendah Ika
puspitasari, 2007. Dari percobaan aktivitas madu sebagai antibakteri terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dilakukan uji statistik untuk melihat signifikasi dari hasilnya tersebut. Uji statistik ini menggunakan uji Kruskal Wallis.
Hipotesis dalam melakukan uji Kruskal Wallis pada madu hutan sumbawa terhadap bakteri Staphylococcus aureus adalah sebagai berikut :
Ho : tidak terdapat perbedaan hasil perlakuan pemberian madu hutan sumbawa terhadap bakteri Staphylococcus aureus.
H1 : terdapat perbedaan hasil perlakuan pemberian madu hutan sumbawa terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Keputusannya sebagai berikut :
H1 : diterima jika nilai signifikannya 0.05. H1 : ditolak jika nilai signifikannya 0.05.
Tabel 2. Uji Kruskal Wallis zona hambatan madu hutan sumbawa terhadap Staphylococcus aureus.
Madu Hutan Sumbawa Terhadap Staphylococcus aureus. Assymp.Sig
Percobaan 1 0.406
Percobaan 2 0.406
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Kruskal Wallis, pada tabel 2 terlihat bahwa dari hasil perlakuan madu hutan sumbawa terhadap Staphylococcus
aureus yang diujikan memiliki nilai signifikansi yang lebih besar dari 0.05 yaitu 0.406. berdasarkan hasil tersebut, disesuaikan dengan hipotesis bahwa tidak
terdapat perbedaan hasil perlakuan pemberian madu hutan sumbawa terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Hal ini dikarenakan kurangnya sampel untuk
melakukan penelitian ini, perbedaan zona hambat yang terjadi antara setiap konsentrasi jarak hanya berbeda sedikit.
2. Aktivitas Madu Sebagai Antibakteri Terhadap Bakteri Escherichia coli
Tabel 3. Hasil pengukuran diameter zona hambatan yang ditimbulkan oleh madu sumbawa terhadap Escherichia coli.
Zona hambatan madu sumbawa dalam milimeter Percobaan
Kontrol Madu 25 Madu 50 Madu 75
Madu 100
1 0 mm
7 mm 9 mm
10 mm 11 mm
2 0 mm
7 mm 9 mm
10 mm 11 mm
Total 0 mm
14 mm 18 mm
20 mm 22 mm
Mean 0 mm
7 mm 9 mm
10 mm 11 mm
Berdasarkan tebel 3 bahwa zona hambat yang terbentuk menunjukan adanya aktivitas antibakteri madu sumbawa terhadap Escherichia coli. Pada tabel
3 hasil pengamatan ini menunjukan pada kelompok larutan madu dengan konsentrasi 25, 50, 75 dan 100 menunjukan hasil dengan terbentuk zona
hambat yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli dengan diameter secara berurutan 7, 9, 10, 11 mm. Dari hasil penelitian tersebut
menunjukan bahwa memiliki aktivitas antibakteri yang terkandung dalam madu
seperti kandungan hidrogen peroksida, pH yang rendah dan aktivitas air yang rendah Ika puspitasari, 2007.
Dari percobaan aktivitas madu sebagai antibakteri terhadap bakteri Escherichia coli dilakukan pengujian data menggunakan uji statistik untuk
melihat signifikasi dari hasilnya tersebut. Uji statistik ini menggunakan uji Escherichia coli.
Hipotesis dalam melakukan uji Kruskal Wallis pada madu hutan sumbawa terhadap bakteri Escherichia coli adalah sebagai berikut :
Ho : tidak terdapat perbedaan hasil perlakuan pemberian madu hutan sumbawa terhadap bakteri Escherichia coli.
H1 : terdapat perbedaan hasil perlakuan pemberian madu hutan sumbawa terhadap bakteri Escherichia coli.
Keputusannya sebagai berikut : H1 : diterima jika nilai signifikannya 0.05.
H1 : ditolak jika nilai signifikannya 0.05. Tabel 4. Uji Kruskal wallis zona hambatan madu hutan sumbawa terhadap
Escherichia coli. Madu Hutan Sumbawa Terhadap Escherichia coli.
Assymp.Sig Percobaan 1
0.406 Percobaan 2
0.406
Pada uji statistik dengan menggunakan uji Kruskal Wallis, pada tabel 4 terlihat bahwa dari hasil perlakuan madu hutan sumbawa terhadap Escherichia
coli yang diujikan memiliki nilai signifikansi yang lebih besar dari 0.05 yaitu
0.406. berdasarkan hasil tersebut bahwa tidak terdapat perbedaan hasil perlakuan pemberian madu hutan sumbawa terhadap bakteri Escherichia coli. hal ini
dikarenakan beberapa hal yaitu kurangnya sampel untuk melakukan penelitian ini, perbedaan zona hambat yang terjadi antara setiap konsentrasi madu yang
membentuk zona hambat hanya sedikit zona hambatnya yang berbeda hanya sedikit.
4.2. Pembahasan