1
BAB I PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Penyakit infeksi merupakan penyakit yang banyak ditemukan dalam masyarakat. Menurut laporan WHO penyakit infeksi ini menjadi penyebab
kematian terbesar pada anak-anak dan dewasa dengan jumlah kematian lebih dari 13 juta jiwa setiap tahun, dan satu dari dua kematian terjadi di negara berkembang
seperti indonesia. WHO, 1999. Pada tubuh manusia secara alami terdapat bakteri flora normal yang
bermanfaat untuk tubuh. Salah satu contoh bakteri flora normal yang ada pada tubuh manusia yaitu Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Bakteri flora
normal ini dapat berubah menjadi patogen apabila jumlahnya yang berlebih dari kadar normalnya, tidak berada di tempat predileksi yang sesungguhnya dan
menurunnya daya tahan tubuh seseorang. Hal inilah salah satu contoh seseorang menjadi terinfeksi. Berdasarkan hasil penelitian untuk menanggulangi bakteri
flora normal yang berubah menjadi bakteri patogen dapat menggunakan madu yang memiliki antibakteri. Jawetz, 2008
Madu ini telah lama dikenal, seperti digunakan untuk pengawetan mayat zaman mesir kuno. Rasulullah SAW selalu menggunakan madu untuk mengobati
berbagai penyakit. seperti sabdaNya : “Manfaatkanlah dua jenis penyembuhan; madu dan Al-Qur’an”
Firman Allah SWT dalam surat An Nahl ayat 68-69. Bahwa dalam madu terdapat obat yang menyembuhkan manusia.
“Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah; “ buatlah sarang-sarang di bukit-bukit dan ditempat-tempat yang dibuat
manusia, kemudian makanlah dari tiap-tiap macam buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan bagimu”. Dari perut lebah
itu keluar minuman madu yang bermacam-macam warnanya, didalamnya
terdapat obat yang menyembuhkan manusia. Sesungguhnya pada yang demikian terdapat tanda-tanda bagi orang yang
memikirkan” Madu adalah cairan kental dan cairan alami yang dihasilkan oleh lebah
madu genus apis, yang berasal dari nektar bunga. Madu memiliki sifat antimikiroba atau antibakteri. yang memiliki aktivitas senyawa antibakteri
terutama pada bakteri Gram positif, yakni bakteri Staphylococcus aureus. Sifat madu sebagai antibakteri juga dapat mengeliminasi flora-flora normal dengan
kadar yang berlebih pada kulit dan mukosa tubuh. Berdasarkan hasil peneliti Komara 2002,
Bakteri kelompok Staphylococcus merupakan bakteri Gram positif yang dapat menyebabkan berbagai penyakit. Lebih dari 30 jenis Staphylococcus yang
dapat menginfeksi manusia dan dari jenis tersebut yang paling banyak menginfeksi adalah Staphylococcus aureus. Bakteri Staphylococcus aureus dapat
mengakibatkan infeksi pada kerusakan kulit atau luka pada organ tubuh karena bakteri akan mengalahkan mekanisme pertahanan tubuh. Bakteri masuk ke
peredaran darah bakteri dapat menyebar ke organ lain dan menyebabkan infeksi, seperti pneumonia, infeksi pada katup jantung yang memicu pada gagal jantung,
radang tulang, bahkan dapat menyebabkan shock yang dapat menimbulkan kematian. Pada kasus keracunan makanan akibat terkontaminasi Staphylococcus
aureus dapat menimbulkan penyakit diare, muntah-muntah dan dehidrasi yang gejalanya baru timbul kira-kira 1-6 jam setelah mengkonsumsi makanan yang
terkontaminasi. Kasus diare tersering selain keracunan makanan yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus yaitu infeksi saluran pencernaan penyebab
terseringnya yaitu Escherichia coli. Stroppler, 2008. Manfaat madu yang sedemikian besar telah mendorong para ilmuwan
untuk meneliti khasiat madu secara ilmiah. Penelitian tentang pemanfaatan produk lebah madu dimulai sejak tahun 1922 oleh Prof. R. Chauvin dari Universitas
Sorbone, Perancis Apiari Pramuka, 2003 dalam Peri, 2004. Penelitian-penelitian selanjutnya mengenai manfaat madu banyak dilakukan dan berhasil menguraikan
berbagai manfaat madu, salah satunya itu untuk menyembuhkan jenis penyakit
antioksidan, antiinflamasi. Beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukan bahwa madu dapat digunakan sebagai antimikroba pada luka termasuk luka pasca
operasi. Penelitian yang dilakukan terhadap pasien pasca operasi pada luka yang tidak berhasil disembuhkan oleh antibiotik intravena,dengan mengoleskan madu
5-10 ml dua kali sehari memperlihatkan terjadinya penyembuhan luka pada 5 hari pemakaian Vardi dkk,1998.
Langkah pengobatan untuk penyakit infeksi ini adalah dengan pemberian agen antimikroba yang dapat menghambat pertumbuhan dan atau membunuh
mikroba yang menginfeksi. Agen antimikroba telah banyak ditemukan sekarang ini, tetapi beberapa diantaranya menjadi tidak efektif digunakan karena banyaknya
mikroba yang resisten dan efek sampingnya sangat merugikan penderita Soemiati dkk, 2007. Oleh karena itu pencarian antimikroba baru yang lebih efektif dan
aman menjadi perlu untuk terus dilakukan, terutama yang berasal dari bahan alam contohnya yaitu madu.
Maka dengan adanya bahan yang alami yaitu madu yang salah satu kandungannya dapat menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroba yang
menginfeksi, maka perlu dilakukan penelitian untuk menjadi dasar ilmiah penggunaan madu sebagai obat antibakteri melalui pengujian pengaruh madu
terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli untuk melihat dari aktivitas madu sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dan
Escherichia coli.
I.2 RUMUSAN MASALAH