STAPHYLOCOCCUS AUREUS TINJAUAN PUSTAKA LANDASAN TEORI .1 MADU

antibakteri, khususnya terkait dengan Staphylococcus aureus. Ika puspitasari, 2007

2.1.2 STAPHYLOCOCCUS AUREUS

Staphylococcus aureus merupakan salah satu bakteri flora normal yang ada pada tubuh manusia. Tempat predileksi yaitu pada mulut. Staphylococcus aureus ini dapat berubah menjadi patogen apabila jumlahnya sudah melebihi kadar normalnya yaitu lebih dari 10 5 dan apabila bakteri tersebut tidak tinggal di tempat predileksinya. Staphylococcus aureus adalah sel sferis Gram-positif, biasanya tersusun dalam kelompok seperti anggur yang tidak teratur. Staphylococcus tumbuh dengan baik di beberapa medium dan aktif secara metabolik, melakukan fermentasi karbohidrat dan menghasilkan pigmen yang bervariasi dari putih hingga kuning tua. Jawetz, 2008 Morfologi dan Klasifikasi Binomial Staphylococcus aureus Rosenbach 1884 adalah : Domain: Bacteria Kingdom: Eubacteria Phylum: Firmicutes Kelas: Bacilli Order: Bacillales Family: Staphylococcaceae Genus: Staphylococcus Spesies: Staphylococcus aureus Ciri khas kuman ini berbentuk bola dengan diameter 0,1 µm. pengecatan Gram Staphylococcus aureus menunjukkan kokus Gram positif yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak teratur atau seperti anggur. Kokus tunggal, berpasangan, tetrad dan bentuk rantai juga tampak dalam biakan cair. Kokus muda memberikan pewarnaan Gram-positif yang kuat; akibat penuaan, banyak sel yang menjadi Gram-negatif. Staphylococcus tidak motil dan tidak membentuk spora. Stroppler, 2008 Genus Staphylococcus sedikitnya memiliki 30 spesies diantaranya Staphylococcus aureus bersifat koagulase-positif, yang membedakannya dari spesies lain. Staphylococcus aureus adalah patogen utama pada manusia yang paling banyak menginfeksi. Hampir semua orang pernah mengalami infeksi Staphylococcus aureus dalam hidupnya, dengan derajat keparahan beragam, dari keracunan makanan atau infeksi kulit ringan hingga infeksi berat yang mengancam jiwa. Jawetz, 2008 Biakan Staphylococcus aureus tumbuh dengan baik pada berbagai media bakteriologi di bawah suasana aerobik dan mikroaerobik. Tumbuh dengan cepat pada temperatur 37°C, pembentukan pigmen yang terbaik adalah pada temperatur kamar 20-35°C. pH optimal untuk pertumbuhan yaitu 7,4. Media untuk pertumbuhan Staphylococcus aureus umumnya mengandung asam amino dan vitamin-vitamin seperti thereonin, asam nikotinat, dan biotin. Koloni pada media padat berbentuk bulat, lembut, dan mengkilat sedangkan pada pembenihan kaldu misalnya ditemukan tersendiri atau tersusun sebagai rantai pendek. Staphylococcus aureus biasanya membentuk koloni abu-abu hingga kuning tua kecoklatan. media yang sering digunakan untuk pertumbuhan Staphylococcus aureus yaitu MSA Mannitol Salt Agar. Usman Suwandi. 1999 Mannitol Salt Agar Medium Media dan morfologi mikroorganisme Mikroorganisme Jenis Media Karakteristik Staphylococcus aureus Mannitol Salt Agar MSA Kuning dengan zona kuning Mempunyai kandungan garam cukup tinggi. Staphylococcus aureus cukup tahan terhadap garam tinggi, sehingga dapat tumbuh dengan warna kuning keemasan dan mediapun berubah menjadi kuning. Dengan demikian media ini sudah sangat selektif dan mampu menumbuhkan Staphylococcus aureus. Usman Suwandi. 1999 Struktur Antigen Staphylococcus mengandung polisakarida antigenik dan protein serta substansi penting lainnya dalam struktur dinding sel. Peptidoglikan, polimer sakarida, yang mangandung subunit-subunit terangkai, merupakan eksoskelet yang kaku pada dinding sel. Peptidoglikan dihancurkan oleh asam kuat atau pajanan terhadap lisozim. Peptidoglikan memicu produksi interleukin-1 pirogen endogen dan antibodi opsonik oleh monosit, dan dapat menjadi chemoattractant untuk leukosit polimorfonuklear, yang memiliki aktivitas mirip endotoksin, dan mengaktifkan komplemen. Jawetz, 2008 Asam teikoat, yang merupakan polimer gliserol ribitol fosfat, berhubungan dengan petidoglikan dan dapat menjadi antigenic. Beberapa strain Staphylococcus aureus mampu menghasilkan Staphyloxanthin adalah sebuah karotenoid pigmen yang berperan sebagai faktor virulensi. Pigmen ini memiliki antioksidan yang membantu untuk menghindari pembunuhan mikroba dengan reaktif oksigen yang digunakan oleh sistem kekebalan tubuh inang. Diperkirakan bahwa Staphyloxanthin bertanggung jawab untuk karakteristik warna keemasan. Ketika membandingkan strain normal Staphylococcus aureus dengan regangan dimodifikasi untuk kekurangan warna kuning, ketegangan yang berpigmen lebih mungkin bertahan hidup terhadap oksidasi kimia seperti hidrogen peroksida. Jawetz, 2008 Enzim dan Toksin Staphylococcus dapat menyebabkan penyakit baik melalui kemampuannya berkembang biak dan menyebar luas di jaringan serta dengan menghasilkan berbagai substansi ekstraselular. Beberapa substansi tersebut adalah enzim, dan yang lainnya disebut toksin, tetapi dapat berfungsi sebagai enzim. Banyak dari enzim tersebut dibawah kontrol genetik plasmid, beberapa dengan kontrol kiromosomal dan ekstrakromosomal, dan mekanisme genetik lainnya. Jawetz, 2008  Katalase Staphylococcus menghasilkan katalase, yang mengubah hidrogen peroksida menjadi air dan oksigen. Jawetz, 2008  Koagulase dan Faktor Penggumpal Staphylococcus aureus menghasilkan koagulase, suatu protein yang dapat menggumpalkan plasma yang mengandung oksalat dan sitrat. Koagulase berikatan dengan protrombin; bersama-sama keduanya menjadi aktif secara enzimatik dan menginisiasi polimerase fibrin. Koagulase dapat menyimpan fibrin pada permukaan Staphylococcus, mungkin mengubah ingestinya oleh sel fagositik atau destruksi Staphylococcus dalam sel-sel tersebut. Memproduksi koagulase dianggap sama dengan memiliki potensi patogen yang invasif. Faktor penggumpal adalah kandungan permukaan Staphylococcus aureus yang berfungsi melekatkan organisme ke fibrin atau fibrinogen. Bila berada dalam plasma, Staphylococcus aureus membentuk gumpalan. Faktor penggumpal berbeda dengan koagulase. Jawetz, 2008  Enzim Lain Enzim-enzim lain yang dihasilkan Staphylococcus antara lain adalah hialuronidase, atau faktor penyebar, Staphylokinase menyebabkan fibrinolisis tetapi bekerja jauh lebih lambat daripada Streptokinase ; proteinase; lipase, dan -laktamase. Jawetz, 2008  Eksotoksin α-toksin merupakan protein hematogen yang bekerja dengan spektrum luas pada membran sel eukariot. α-toksin merupakan hemolisin yang kuat. -toksin dapat menguraikan sfingomielin sehingga toksik untuk berbagai sel, termasuk sel darah merah manusia. -toksin melisiskan sel darah merah manusia dan hewan. δ–toksin bersifat heterogen dan terurai menjadi beberapa subunit pada detergen nonionik. Toksin tersebut mengganggu membran biologik dan dapat berperan pada penyakit diare akibat Staphylococcus aureus. Jawetz, 2008  Leukosidin Toksin Staphylococcus aureus ini memiliki dua komponen. Leukosidin dapat membunuh sel darah putih manusia dan kelinci. Kedua komponen tersebut bekerja secara sinergis pada membran sel darah putih membentuk pori-pori dan meningkatkan permeabilitas kation. Jawetz, 2008  Toksin Eksfoliatif Toksin epidermolitik Staphylococcus aureus ini memiliki dua protein yang berbeda dengan berat molekul yang sama. Toksin epidermolitik A adalah produk kromosomal dan tahan panas. Toksin epidermolitik B diperantai plasmid dan tidak yahan panas. Toksin epidermolitik menyebabkan deskuamasi generalisata pada Staphylococcal scalded skin syndrome. Toksin-toksin tersebut merupakan super antigen. Jawetz, 2008  Toksin Sindrom-syok-toksik Sebagian besar strain Staphylococcus aureus yang diisolasi dari pasien syok toksik menghasilkan toksin sindrom-syok-toksik-1 TSST- 1, yang serupa dengan enterotoksin F. TSST-1 merupakan superantigen prototipikal, berikatan dengan MHC kelas II, menstimulasi sel T. Toksin ini menyebabkan demam, syok, dan toksik. Jawetz, 2008  Enterotoksin Terdapat berbagai enterotoksin A-E, G-I, K-M, sekitar 50 Staphylococcus aureus dapat menghasilkan satu enterotoksin tahan terhadap panas dan resisten terhadap enzim usus. Enterotoksin dihasilkan bila Staphylococcus aureus tumbuh di makanan yang mengandung protein dan karbohidrat. Ingesti 25 µg enterotoksin B dapat menyebabkan diare. Jawetz, 2008.

2.1.3 ESCHERICHIA COLI

Dokumen yang terkait

Pemeriksaan Cemaran Bakteri Escherichia coli Dan Staphylococcus aureus Pada Jamu Gendong Dari Beberapa Penjual Jamu Gendong

4 120 85

Hygiene Sanitasi Dan Pemeriksaan Kandungan Bakteri Escherichia Coli Pada Sop Buah Yang Dijual Di Pasar Kabanjahe Kabupaten Karo Tahun 2011

10 96 104

PENGARUH PERBEDAAN KONSENTRASI EKSTRAK ARCANGELISIA FLAVA TERHADAP JUMLAH BAKTERI STAPHYLOCOCCUS AUREUS DAN ESCHERICHIA COLI

0 11 19

Kajian Aktivitas Antibakteri Ekstrak Tempe Komak terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli

3 8 35

Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kulit Petai (Parkia speciosa Hassk.) Terhadap Bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus

5 26 64

Dekontaminasi Bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus pada Sarang Burung Walet dengan Perlakuan Pemanasan

2 14 34

AKTIVITAS ANTIBAKTERI GLUKOSA TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, Aktivitas Antibakteri Glukosa Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, Bacillus subtilis, Dan Escherichia coli.

0 1 12

PENDAHULUAN Aktivitas Antibakteri Glukosa Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, Bacillus subtilis, Dan Escherichia coli.

0 2 6

AKTIVITAS ANTIBAKTERI GLUKOSA TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, Aktivitas Antibakteri Glukosa Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, Bacillus subtilis, Dan Escherichia coli.

0 0 15

Efek Anti Bakteri Sereh (Cymbopogon Citratus) Terhadap Escherichia Coli, Staphylococcus Aureus, dan Streptococcus Pyogenes.

1 1 20