c. Strategi penghindaran negatif negative avoidant strategies adalah aktifitas yang dapa mengalihkan kita dari mood, strategi ini merupakan aktivitas berbahaya
yang mungkin dapat memperberat mood seperti mencacimaki orang lain, mengendarai kenderaan dalam kecepatan tinggi, dan sebagainya. Nolen-
Hoeksema dalam Atkinson. Dkk, 1993. Dimensi-dimensi emotion-focused coping yang sudah dijelaskan di atas, akan
dijadikan sebagai dasar teori untuk membuat alat ukur pada penelitian ini.
2.2 Religiusitas 2.2.1 Definisi Religiusitas
Religion agama merupakan akar kata dari religiusitas. Harun Nasution menjelaskan bahwa kata religi berasal dari bahasa latin relegare yang berarti
mengumpulkan atau membaca dan religare yang berarti mengikat, artinya agama merupakan kumpulan cara-cara mengabdi kepada Tuhan dan sifatnya mengikat bagi
manusia yaitu ikatan antara roh manusia dengan Tuhan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 2001 religiusitas berarti pengabdian terhadap agama atau kesalehan. Sedangkan dalam pengertian Glock dan Stark 1966
agama atau religion adalah sistem simbol, sistem keyakinan, sistem nilai dan sistem perilaku yang terlambangkan yang semuanya berpusat pada persoalan yang dihayati
sebagai yang paling maknawi ultimate meaning.
Freud melihat bahwa agama itu adalah reaksi manusia atas ketakutannya sendiri. Dalam buku yang berjudul The Future of an Illusion 1927, Freud
mengatakan bahwa agama dalam ciri-ciri psikologisnya adalah sebuah ilusi, yakni kepercayaan yang dasar utamanya adalah angan-angan wishfulfillment.
BF. Skinner, tokoh dari aliran Behaviorisme walaupun tidak banyak memberikan perhatian terhdadap perilaku beragama sempat menjelaskan bahwa
perilaku manusia pada umumnya dapat dijelaskan berdasarkan teori pengkondisian operan sehingga perilaku beragama sebagaimana perilaku manusia yang lainnya
merupakan ungkapan bagaimana manusia hidup berdasarkan pengkondisian operan. Aktivitas beragama menurutnya merupakan pengaruh ganjaran reward dan
hukuman punishment. Dan menurutnya perilaku beragama merupakan perilaku yang dilakukan untuk meredakan ketegangan.
Tokoh Psikologi Humanistik, Abraham Maslow, mengakui eksistensi agama. Maslow mengemukakan konsep metamotivation diluar Hierarchy of need yang
terdiri dari mystical atau experience yang menggambarkan keadaan dimana pada saat itu pribadi lepas dari realitas fisik dan menyatu dengan kekuatan transcendental.
Sebagaimana kita ketahui bahwa keberagamaan dalam Islam bukan hanya diwujudkan dalam bentuk ibadah ritual saja, tapi juga dalam aktivitas-aktivitas
lainnya. Sebagai sistem yang menyeluruh, Islam mendorong pemeluknya untuk beragama secara menyeluruh pula QS 2: 208; baik dalam berpikir, bersikap maupun
bertindak, harus didasarkan pada prinsip penyerahan diri dan pengabdian secara total kepada Allah, kapan, dimana dan dalam keadaan bagaimanapun.
Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa religiusitas adalah keyakinan, penghayatan, pengalaman, pengetahuan dan peribadatan seorang penganut
agama terhadap agamanya yang diaplikasikan dalam kehidupannya sehari-hari sebagai pengakuan akan adanya kekuatan tertinggi yang menaungi kehidupan
manusia di dunia dan akhirat
2.2.2 Dimensi Religiusitas
Menurut Glock dan Stark dalam Ary Widiyanta, 2002, ada lima dimensi religiusitas, yaitu :
a. Religious belief the ideological dimension Sejauh mana orang menerima hal-hal yang dogmatik di dalam ajaran agamanya.
Misalnya kepercayaan tentang adanya Tuhan, malaikat, kitab-kitab, Nabi dan Rasul, hari kiamat, surga, neraka dan yang lain-lain yang bersifat dogmatik.
b. Religious Practice the ritualistic dimension Tingkatan sejauh mana seseorang mengerjakan kewajiban ritual di dalam
agamanya, seperti shalat, zakat, puasa dan sebagainya. c. Religious effect the consequential dimension
Dimensi yang mengukur sejauh mana perilaku seseorang dimotivasikan oleh ajaran agamanya di dalam kehidupannya.
d. Religious Knowledge the intellectual dimension Seberapa jauh seseorang mengetahuai tentang ajaran agamanya. Hal ini
berhubungan dengan aktivitas seseorang untuk mengetahui ajaran-ajaran dalam agamanya.
e. Religious feeling the experiental dimension Dimensi yang terdiri dari perasaan-perasaan dan pengalaman-pengalaman
keagamaan yang pernah dirasakan dan dialami. Misalnya seseorang merasa dekat dengan Tuhan, seseorang merasa takut berbuat dosa, seseorang merasa doanya
dikabulkan Tuhan, dan sebagainya. Dari penelitian Kementerian Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup
dalam Ary Widiyanta, 2002 menunjukkan bahwa ada lima dimensi religiusitas di dalam ajaran Islam yang memiliki persamaan dengan dimensi religiusitas yang
diungkapkan oleh Glock dan Stark , yakni : a. Dimensi Iman
Mencakup hubungan manusia dengan Tuhan, malaikat, kitab-kitab, nabi, mukjizat, hari akhir dan adanya makhluk halus, serta takdir baik dan buruk.
b. Dimensi Islam Sejauh mana tingkat frekuensi, intensitas dan pelaksanaan ibadah seseorang.
Dimensi ini mencakup pelaksanaan shalat, zakat, puasa dan haji. c. Dimensi amal
Dimensi yang mengukur sejauh mana perilaku seseorang dimotivasikan oleh ajaran agamanya di dalam kehidupannya.
d. Dimensi Ilmu Seberapa jauh pengetahuan seseorang tentang agamanya, misalnya pengetahuan
tentang tauhid, fiqh dan lain-lain. e. Dimensi Ikhsan
Mencakup pengalaman dan perasaan tentang kehadiran Tuhan dalam kehidupan, ketenangan hidup, takut melanggar perintah Tuhan, keyakinan menerima balasan,
perasaan dekat dengan Tuhan dan dorongan untuk melaksanakan perintah agama. Kelima dimensi tersebut adalah merupakan aspek-aspek yang tidak bisa
dipisahkan-pisahkan. Berikut ini akan diperlihatkan persamaan antara dimensi religiusitas yang dikemukan oleh Glock dan Stark dengan dimensi religiusitas yang
dikemukan dalam penelitian Kementerian Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup :
1. Dimensi Iman religious belief 2. Dimensi Islam religious practice
3. Dimensi Amal religious effect 4. Dimensi Ilmu religious knowledge
5. Dimensi Ikhsan religious feeling Persamaan-persamaan dimensi-dimensi religiusitas menurut Glock dan Stark
dengan dimensi religiusitas yang dikemukakan dalam penelitian Kementerian Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup dalam Ary Widiyanta, 2002 yang sudah
dijelaskan di atas dan yang telah disesuaikan dengan ajaran Islam, akan dijadikan sebagai dasar teori untuk membuat alat ukur pada penelitian ini.
2.2.3 Sumber-sumber Munculnya Sikap Religiusitas
Melalui teori The Four Wishes yang dikutip oleh Jalaludin, 1996 dalam Nurhayati, 2009 mengemukakan bahwa yang menjadi sumber kejiwaan agama
adalah empat macam keinginan dasar yang ada dalam jiwa manusia yaitu : a. Keinginan untuk keselamatan
Keinginan untuk memperoleh perlindungan atau penyelamatan dirinya baik secara fisik maupun psikis
b. Keinginan untuk mendapat penghargaan Keinginan
ini merupakan
dorongan yang
menyebabkan manusia
mendambakan adanya rasa ingin dihargai dan dikenal orang lain. c. Keinginan untuk ditanggapi
Keinginan ini menimbulkan rasa ingin mencintai dan dicintai dalam pergaulan.
d. Keinginan akan pengetahuan dan pengalaman baru Keinginan ini menyebabkan manusia mengeksplorasi dirinya, serta selalu
ingin mencari pengetahuan dan pengalaman baru yang belum diketahui.
2.3 KERANGKA BERPIKIR