Tahlilan dalam Prespektif al-Quran dan al-Hadis

xxii

3. Tahlilan dalam Prespektif al-Quran dan al-Hadis

Di muka telah dijelaskan bahwa tahlilan berasal dari bahasa arab yaitu Hailata- yuhalilu-Hailalan-Wa hailaltan yang mempunyai arti membaca tahlil atau kalimat Lailahaillah. 23 Pada dasarnya kata tahlil bersumber dari hadist nabi saw yang diriwayatkan oleh Jabir yang berbunyi: “sebaik-baik bacaan zikir adalah mengucapkan Lailahaillah.”Dan kalimat tahlil itu terangkum dalam dua kalimah syahadat yang termasuk salah satu rukun Islam . Awal mula adanya Tahlilan atau majlis dzikir sudah ada sejak masa nabi saw, sebab syariat Islam diturunkan dan dianjurkan untuk memperbanyak dzikir kepada Allah, baik secara sendiri-sendiri atau berjamaah. Dzikir yang dilakukan secara berjamaah itulah yang disebut dengan majlis dzikir yang saat ini orang menyebutnya dengan nama majlis Tahlil atau Tahlilan. Didalam al-Qura terdapat banyak ayat yang menganjurkan umat islam memperbanyak berdzikir yaitu bertasbih, tahmid, takbir dan tahlil kepada Allah swt, firman Allah itu adalah: Kh iR2 ; ?  ? j kN l N m n= 1GI p 5E Q r=b s W 1tI Artinya: ”hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah kepada Allah sebanyak- banyaknya dan bertasbihlah memuji-Nya pagi dan petang” {Q.S al-Ahzab: 41-42 24 Dan di dalam firman Allah yang lain adalah: N5uO vweY6x p` pyz ?  TN O n32 Y 23 Lihat catatan kaki nomor 16 Bab II 24 Sufyan Raji Abdullah, Bid’ahkah Tahlilan dan Keselamatan Kematian?, : Jakarta 2006, Putra Grafika h,2 xxiii Y  `:p  {5  U ` N5uO | Oi 3\a ? 3Y iO p` pyz ` A}5 p` pyz \4 = :p  ~ 3 2 e  A 1GHZI Artnya “Apabila kamu telah selesai mengerjakan shalat, berdzikirlah kepada Allah disaat kamu berdiri, duduk atau diwaktu kamu berbaring” {Q.S an-Nisa;103} Berdasarkan ayat diatas bahwa manusia dituntut oleh Allah agar selalu mengingatnya baik dalam situasi apapun baik itu rasa senang, bahagia apalagi menderita agar selalu mengingat Allah swt. Ada juga hadist yang menerangkan bahwa pada masa Rasullah saw, para sahabat mengadakan halaqah atau majlis dzikir. 25 Dalam majlis tersebut dibaca tasbih, tahmid, takbir dan tahlil, sehingga para malaikat datang untuk membawa rahmat dan bahkan mengikuti majlis tersebut. Hadis ini menunjukkan bahwa majlis dzikir telah ada sejak masa nabi saw. Seperti di ketahui bahwa nabi tidak pernah bicara atas hawa nafsunya, setiap yang di katakan nabi saw adalah wahyu dari Allah. Pernyataan tersebut berdasarkan dari firman Allah yang berbunyi: • € 1  [ •O‚ 1ZI }5 c75 ƒ„ `„  1I Artinya: “Dan Muhammad tidak mengatakan sesuatu atas hawa nafsunya, melainkan wahyu yang di wahyukan kepadanya ”{Q.S an-najm;3-4} 26 Acara pada Tahlilan adalah hanya sebuah nama atau sebutan saja bagi sebuah acara dzikir dan doa bersama. Dikatakan majlis dzikir sebab sejumlah orang berkumpul bersama-sama untuk munajat kepada Allah dengan berdzikir kepadaNya. Dan dikatakan 25 Sufyan Raji Abdullah, Bid’ahkah Tahlilan dan Keselamatan Kematian?, : Jakarta 2006 Putra Grafika h.23 26 Sufyan Raji Abdullah, Bid’ahkah Tahlilan dan Keselamatan Kematian?, : Jakarta 2006 Putra Grafika h.5 xxiv majlis Tahlilan sebab sejumlah orang berkumpul bersama dan bermunajat kepada Allah dengan mengucapkan kalimat tahlil, tasbih tahmid, takbir asmaul husna, shalawat pada nabi saw dan al-quran. Dengan demikian jelas bahwa majlis tahlil sama dengan majlis dzikir yang berbeda hanya nama atau istilah sedangkan hakikatnya sama saja. 27 Acara tahlilan atau majlis tahlil adalah suatu perkumpulan yang dibentuk oleh sejumlah umat Islam guna munajat kepada Allah dengan berdzikir dan doa bersama.Acara ini biasanya dilakukan secara rutin atau mingguan ataupun bulananan atau setiap malam jumat silih berganti dari rumah kerumah ataupun dimasjid. 28 Sebagian kecil kalangan umat islam di Indonesia menilai bahwa acara tersebut adalah bi’dah karena tidak ada contohnya pada waktu Muhamaad saw. Anggapan itu sangat keliru dan hanyalah warisan paham yang sesat. Bila dilihat bacaan tahlil tidak satu hurufpun yang menyimpang dari syariaat islam. Sedangkan membaca dzikir atau tahlil dianjurkan oleh syariat islam , baik secara sendiri atau berjamaah, karena merupakan ibadah lisan kepada Allah swt sebagaimana firman Allah Swt; …:5†  N O N W ?  {\ :J 67 I}  Q 1G5tI Artinya: ” dan dzikirlah kepadaku niscaya Aku ingat kepadamu dan bersyukurlah kepadaku dan janganlah kamu menjadi orang kafir” {Q.S al-Baqarah:152} Agar lebih jelas lagi penulis akan mengemukakan beberapa pendapat tentang hukum melaksanakan majlis atau acara tahlilan terutama dengan acara tahlil atau 27 Thohir Abdullah Al-kaff, Status Tahlil dalam Al-Quran dan Al-hadis, penerbit buku Teladan, Surabaya, H4 28 Sufyan Raji Abdullah, Bid’ahkah Tahlilan dan Keselamatan Kematian?, : Jakarta 2006 Putra Grafika xxv berdzikir bersama dengan acara kematian untuk mendoakan dan hadiah pahala kepada orang yang telah meninggal dunia? Adalah sebagai berikut : 1. Haram, tahlilan kematian atau doa bersama bila dalam acara tahlilan tersebut. Sama yang dilakukan oleh masyarakat jahiliyah yang terdapat unsur kemusyrikan dan bertentangan dengan syariat islam. Adanya keyakinan tidak sah atau tidak boleh mengadakan selamatan kematian pada malam-malam ruh hadir kerumah duka, lalu sang keluarga menyajikan makanan untuk sesaji dibawah terakahir tempat tidur terakhir mayat dan mempersembahkan sesaji berupa 7 macam jajanan atau jenis bunga tertentu. 2. Makruh, sebagian ulama berpendapat tahlilan kematian atau doa bersama terkena hukum makruh bila hanya sekedar berkumpul, makan-makan kemudian pulang karena menurutnya masih adanya tradisi budha namun tanpa adanya keyakinan seperti yang diyakini orang budha, adanya ratapan atau nihayah 29 yang berlebihan dan harta yang digunakan dipaksakan dan di ada-adakan. 3. Mubah, tahlilan kematian atau doa bersama untuk mayit yang diperbolehkan bila acara tersebut diisi dengan membaca al-quran, shalawat , dzikir, tasbih, tahmid, tahlil, takbir dan doa bersama yang ditujukan untuk si mayit. 30 Mayoritas ulama Ahlus sunnah wal jama’ah berpendapat bahwa boleh mengadakan acara dzikir dan doa bersama kepada orang islam yang telah meninggal dunia, sebab doa 29 Nihayah adalah memperlihatkan kesedihan yang melewati batas seperti menangissambil menjerit, berbicar tidak karuan, memukul-mukul kepala, pipi dan dadanya sendiri, menggunakan busana yang tidak pantas , membanting piring dan lain sebagainya 30 Sufyan Raji Abdullah, Bid’ahkah Tahlilan dan Keselamatan Kematian?, : Jakarta 2006 Putra Grafika 67-70 xxvi dan hadiah pahala bermanfaat bagi mayit. Pendapat ini berdasarkan dalil-dalil sebagai berikut: 1. Allah menganjurkan mendoakan pada sesama muslim baik yang hidup atau yang telah meninggal dunia, maka diperbolehkan mengadakan acara doa bersamauntuk memohonkan ampunan bagi orang yang telah meninggal dunia. Firman Allah yang berbunyi : wp ‡ O ˆER W ‰7 E2 5 c75 Š  |0 ‹5 5 ;~ 3O 42 3 Q Š  p Q R | QŒ • 1GxI Artinya : “Dan mohonlah ampunan pada Allah untuk dosamu dan dosa-dosa orang mukmin laki-laki dan perempuan{yang hidup atau yang telah meninggal dunia} Q.S Muhammad :19 Ayat tersebut menganjurkan kepada orang islam untuk mohon ampunan atas dosa-dosa sendiri dan dosa-dosa orang mukmin dan mukminat baik yang masih hidup atau yang telah meninggal. Baik dilakukan dengan cara bersama- sama ataupun sendiri 2. Allah memuji kepada orang-orang mukmin yang mendoakan kepada sesama muslim baik yang masih hidup atau yang telah meninggal dunia. Firman Allah yang berbunyi : + ,-. 1 2 3 4. 5 67 8 9 :5; 5 = ; xxvii ?  A5 B CD EF 1GHI Artinya ; “Dan orang-orang yang dating setelah mereka, mereka berdoa’ Ya Allah, ampunilah dosa-dosa kami dan dosa-dosa saudara kami yang telah mendahului kami dengan keimanan {meninggal} jangan jadikan hati kami benci{tidak mau mendoakan} kepada orang- orang yang beriman. Wahai tuhanku sesungguhnya Engkau maha arif dan bijaksana” Q.S al-Haysr :10} Ayat tersebut menunjukkan bahwa diperbolehkan mendoakan orang islam yang telah meninggal dunia. Adapun caranya tidak terikat dengan cara-cara tertentu dan tidak menyimpang dengan syariat agama islam. 3. Menurut madzhab Al-imam Ahmad bin Hambal dan jumhur ulama salaf, hadiah pahala untuk orang meninggal sampai kepadanya, yang merupakan pendapat sebagian rekan abu Hanifah, al-imam Ahmad berpendapat menetapkan hal seperti ini yang disebutkan dalam riwayat Muhammad bin yahya al-kahhal, dia berkata” Abu Abdullah pernah ditanya, seseorang melakukan kebaikan , berupa shalat atau sadaqah atau lainnya, lau dia membagi separuhnya untuk ayah dan ibunya, bagaiman dengan hal ini ? Aku menjawab, aku juga akan berharap seperti itu’ atau dia berkata “shadaqah atau apappun bisa sampai kepada orang yang sudah meninggal” dia juga berkata, bacalah ayat kursi tiga kali, lalu baca surah al-ikhlas, lalu ucapkanlah,”Ya, Allah, sesungguhnya keutamaannya bagi ahli kubur. 31 4. Dalam hadist dar Ashim bin kulaib dari ayahnya seorang sahabat anshar diterangkan bahwa diperbolehkan mengadakan doa bersama untuk mendoakan orang yang telah meninggal dunia dan diperbolehkan menghidangkan jamuan ala kadarnya guna menghormati tamu yang hadir. Hadis mempunyai arti 31 Ibnu Qayyim al-Jauziyah ar-Ruh li ibnul Qayyim, terjemah oleh Kathur Sunardi, penerbit Pustaka al-Kautsar, Jakarta 2003Cet.12 h.199 xxviii sebagai berikut :” Kami keluar bersama Nabi saw, untuk menghantar jenazah, maka setelah kami pulang datang istri si mayat untuk mengundang kami datang kerumahnya, kemudian ia menghidangkan makanan, Nabi saw pun mengambil makanan dan beliau makan, kemudian para sahabat yang ikut di undang juga ikut makan-makanan tersebut HR, Ahmad 32 hadis ini juga diriwayatkan oleh Al-baihaqi dalam Dalail Al-Nubuwah, dengan demikian, Hadist tersebut menyatakan bahwa nabi Muhammad saw di undang oleh keluarga mayit, yakni isteri dari orang meninggal dunia itu, Nabi saw dan para sahabatnya berkumpul dirumah duka sesudah jenazah dikubur dan memaka- makana yang disuguhkan kepadanya. Dan ibrahim Al-Halabi berkata” hadis ini menunjukkan kebolehan mayat membuat makanan dan mengundang untuk makan, jika makanan itu disuguhkan kepada fakir miskin, hal itu baik kecuali jika salah satu ahli warisnya ada yang masih kecil, maka tidak boleh diambilkan, dari harta waris si mayit. 33 Dzikir dan doa kepada orang yang sudah meninggal adalah suatu anjuran Rasullah saw agar umat islam mendoakan orang yang telah meninggal dunia dengan tulus dan ikhlas sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA yang berbunyi: “ Aku mendengar Rasullah saw, bersabda, jika kamu semua menshalati mayit maka berdoalah dengan ikhlas dan lagi hadis yang diriwayatkan oleh abu dzar Ra : yang artinya “ Dari abu dzar Ra, ada beberapa sahabat berkata kepada nabi saw, Ya rasullah, orang-orang yang kaya bisa beruntung mendapatkan pahala yang banyak, 32 Sufyan Raji Abdullah, Bid’ahkah Tahlilan dan Keselamatan Kematian?, Jakarta 2006 Putra Grafika h.34 33 Muhyidin Abdos Somad, Tahlil dalam pandangan Al-Quran dan As-Sunnah, Kajian kitab kuning; Surabaya PP. Nurul Islam 2005 h.27 xxix padahal mereka shalat seperti kami shalat, mereka berpuasa seperti kami puasa, mereka sedekah dengan kelebihan harta mereka, Nabi saw menjawab” bukankah Allah swt telah menyediakan untukmu sesuatu yang dapat kamu sedekahkan ? sesunggunya satu tasbih yang kamu baca adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, dan setiap tahli adalah sedekah. 34 Dalam kitab tafsir khazin karangan syaikh alaudin Ali bin Muhammad al- Bagdady diterangkan“ dan pada dua hadist yang terakhir adalah dalil bahwasannya shadaqah dan pahalanya dihadiahkan kepada mayat adalah bermanfaat bagi mayat dan pahalanya sampai pada mayat dan ini merupakan kesepakatan ulama dan para Ulama juga sepakat bahwa doa untuk mayat dan melunasi hutang mayat adalah sampai pada mayat karena terdapat nas al-quran dan hadis yang menerangkannya”. 35 Ulama Ahlus sunnah wal jamaah bahwa acara tahlilan dan doa bersama yang di hadiahkan untuk mayat tidak ada larangan bahkan dianjurkkan dan boleh pula menghidangkan makanan ala kadarnya untuk menghormati tamu dan jangan memaksakan.

B. MASYARAKAT PERKOTAAN DAN MODERNISASI