LATAR BELAKANG MASALAH PENDAHULUAN

iv

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Setiap individu selalu dibekali kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Dalam memenuhi segala kebutuhannya manusia pasti dan selalu membutuhkan kehadiran orang lain. Manusia adalah jenis mahluk yang hidup secara kolektif . Tetapi, berbeda dengan kolektif binatang yang mendasarkan segala tingkah lakunya pada naluri, maka segala tingkah laku manusia tercipta dengan cara belajar. Segala tingkah laku manusia merupakan hasil belajar sehingga pola-pola tindakan dapat berubah dengan cepat sesuai proses belajar manusia itu. Namun, kecepatan perubahan itu tidak sama cepat pada berbagai kelompok manusia di muka bumi ini. Masyarakat merupakan kumpulan individu yang berinteraksi, mereka saling membutuhkan untuk memenuhi segala kebutuhannya. Dengan kemampuan akal budi manusia menciptakan berbagai pola tingkah laku, ide dan materi budaya dalam usaha adaptasinya. Kebudayaan sendiri dapat dirumuskan sebagai “seperangkat kepercayaan”. Nilai-nilai dan cara berlaku artinya kebiasaan yang dipelajari, umumnya dimiliki bersama oleh para warga dari suatu masyarakat 1 Oleh Linton, istilah kebudayaan digunakan untuk, menyebut warisan sosial social heredity milik manusia. 2 Kebudayaan itu sendiri diartikan sebagai suatu keseluruhan, terbentuk dari sejumlah besar 1 T.O ihromi ed, pokok-pokok Antropolgi Budaya Jakarta: PT Gramedia, 1980. H.22 2 Raplh Linton The study of Man Bandung: jemmars, 1984 h.99 v kebudayaan, yang masing-masing adalah karakteristik bagi sekelompok individu- indivindu tertentu. Berbekal akal pikiran, kemampuan belajar dan beradaptasi, manusia mampu menghasilkan dan memiliki beragam pola kebudayaan. Pola-pola kebudayaan itu tidak sama antara satu daerah dengan daerah lain didunia ini. Oleh karna itu, pola-pola kebudayaan itu tidak memiliki unsur besar yang sama sehingga dapat dikelompokkan ke dalam unsur-unsur kebudayaan universal. Unsur-unsur kebudayaan universal itu dapat di jumpai di seluruh bangsa di dunia ini. Unsur- unsur kebudayaan universal itu ialah: 1. Sistem peralatan dan perlengkapan hidup 2. Sistem mata pencaharian hidup 3. Sistem kemasyarakatan 4. Bahasa 5. Kesenian 6. Sistem pengetahuan 7. Sistem religi 3 Unsur-unsur kebudayaan universal itu merupakan isi dari kebudayaan umat manusia pada umumnya. Hal itu berarti bahwa setiap kebudayaan yang ada selalu mengandung ketujuh unsur tersebut dengan bentuk yang berbeda-beda baik masyarakat maju perkotaan, masyarakat pedesaan sampai masyarakat primitif sekalipun. Masyarakat di kota besar seperti di Jakarta yang telah diselimuti suatu proses sosial yang dinamakan dengan proses modernisasi mempunyai banyak tanggapan para tokoh besar di Indonesia tentang berbagai tentang pengertian modernisasi tersebut. Menurut Cak Nur Modernisasi lebih dipahami sebagai proses industrilisasi yang diartikan 3 Koentjraningrat, Beberapa Pokok Antropologi Sosial Jakarta : Dian Rakyat, 1992, h.7 vi sebagai: “proses perubahan sosial, yaitu perubahan susunan kemasyarakatan dari suatu sistem sosial praindustrial agraris, misalnya ke sistem sosial industrial. Kadang-kadang juga disejajarkan dengan perubahan dari masyarakat pramodern ke masyarakat modern” dalam konteks keagamaan kehidupan modern bisa menimbulkan efek negatif, dan sekaligus menyimpan kandungan makna yang positif. Ia menyatakan bahwa bentuk hubungan antara religiusitas dan industrilisasi atau modernisasi merupakan suatu persoalan rumit yang banyak menimbulkan kontroversi. Proses modernisasi menuntut adanya perubahan dengan penyesuaian diri dari keadaan tradisional kepada keadaan yang modern. Kemoderanan ini merupakan keadaan yang secara tidak disadari diinginkan oleh masyarakat. Akan tetapi keadaan modern ini mempunyai konsekuensi kepada perubahan atau perampingan terhadap adat istiadat, norma, nilai-nilai kebudayaan yang ada pada masyarakat sebelumnya. Kebudayaan sebagai hasil belajar manusia selalu mengalami perubahan. Perubahan yang terjadi dapat berlangsung di segala bidang. Arus modernisasi menjadikan suatu perubahan antara lain mulai ditinggalkannya tata nilai yang lama maupun adat istiadat yang telah menjadi bagian dari masyarakt itu sendiri, tetapi ada salah satu yang menarik penulis dalam masayarakat kota di wilayah Jakarta Selatan yang nota benenya adalah kota yang telah memiliki kapasitas masyarakat modern tetapi masih berkeyakinan ataupun tradisi yang sampai saat ini masih bertahan dalam kehidupan masyarakat kota dan memegang tradisi mereka secara turun temurun. Walaupun mereka telah menerima banyak perubahan dalam hal kepercayaan, namun mereka tidak terlepas dari kepercayaan terdahulu yang telah begitu lama mengakar dalam kehidupan mereka dan merupakan kepercayaan yang diperoleh secara turun temurun. Ada beberapa sisi yang sampai vii sekarang masih terlihat, dimana hal itu merupakan perpaduan antara unsur kepercayaan lama dengan kepercayaan baru mereka. Tradisi dipahami sebagai suatu kebiasaan masyarakat yang memiliki pijakan sejarah masa lampau dalam bidang adat, bahasa, tata masyarakat keyakinan dan sebagainya, maupun proses penyerahan atau penerusan pada generasi berikutnya sering proses penerusan terjadi tanpa pertanyaan sama sekali. 4 Pada umumnya di Indonesia banyak tradisi-tradisi yang masih dijalankan oleh masyarakat Indonesia yang multi etnik, Tetapi penulis tertarik pada tradisi membacakan dzikir dan doa kepada orang yang sudah meninggal. pembacaan doa dan dzikir yang dilaksanakan pada hari-hari tertentu ataupun rutinitas setiap minggunya baik di rumah- rumah ataupun di masjid, di Indonesia tradisi itu dikenal dengan acara slametan, ta’dziyah atau paling dikenal dengan acara Tahlilan. Penghormatan seseorang yang hidup kepada orang yang telah meninggal agar mendapatkan ampunan dari Tuhan yang maha Esa . Acara pembacaan tahlil atau Al- quran yang dijadikan hadiah kepada mereka yang telah meninggal, pada hakikatnya merupakan suatu doa atau istigfar yang dipanjatkan bagi orang yang meninggal dunia agar pahala dari bacaan yang telah dibaca dihadiahkan kepada rohnya serta memohon ampunan baginya, seperti yang tertera dalam surat Al-hasyr ayat 10: + ,-. 1 2 3 4. 5 67 8 9 :5; 5 = ; 4 Hasan shadly, “tracy spenlor” Ensikklopedi Indonesia. Vol 6Jakarta PT. Ichatiar Baru Van aoeveh.3608 viii ?  A5 B CD EF 1GHI Artinya: “ Dan orang-orang yang datang sesudah mereka Muhajirin dan Anshor, mereka berdoa: Ya Rabb Kami, beri ampunlah Kami dan saudara-saudara Kami yang telah beriman lebih dulu dari Kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati Kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb Kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang. Q.S al- hasyr 10 5 Tradisi tahlilan sebagai bagian budaya kolektif yang diwariskan secara turun temurun itu sesungguhnya merupakan suatu kompleks ide-ide, gagasan, nilai-nilai dan juga kompleks aktivitas manusia. Menurut Budhi santoso, ada empat unsur yang diperlukan bagi kelestarian kehidupan sosial, yaitu adanya pengelompokan sosial, pengendalian sosial, media sosial dan norma sosial. 6 Berkaitan dengan hal tersebut, maka tradisi tahlilan dapat dimasukan ke dalam media sosial di mana acara tersebut berfungsi sebagai objek sikap emosional mengingat ketahanannya sehingga dapat menghubungkan masa lampau dan menggerakan atau menciptakan berbagai kegiatan. Tradisi tahlilan bisa menjadi sebuah sarana peringatan atau dakwah yang baik kepada setiap manusia yang beragama islam agar tidak lengah di kehidupan dunia ini, sebagaimana dalam alquran menyebutkan: 8 JF K M N KOP Q 3R5 O  T UVW X K 32 YH ? 3O Z[\E] 1   A 68, YVW 5 Thohir Abdullah Al-Kaff, Status tahlil dalam Al-quran dan Al hadis Surabaya;AL ustadz Umar baradja,1997hal.1 6 S. budhisantoso, Upacara Tradisional, “kedudukan dan fungsinya dalam masyarakat” Analisis kebudayaan . Tahun IV no.2. 1983\1984 ix KA _ \ O ] O Q ` Y a b c75 D2 e    1G5I Artinya: “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. dan Sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, Maka sungguh ia telah beruntung. kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” 7 Q,S al-Imran :185 Status acara tradisi tahlilan dalam masyarakat Gandaria Selatan memiliki kedudukan yang penting yaitu menyangkut masalah hubungan kepada Allah swt hablum minallah dan hubungan kepada manusia hablum minannas . Melihat fenomena semua ini, penulis sangat tertarik untuk mengkajinya lebih dalam . Terpenting untuk penulis adalah bagaimana di masyarakat kota besar metropolitan ini seperti wilayah Gandaria Selatan acara tersebut masih dijalankan dan bagaimana pengaruhnya bagi masyarakat tersebut.

B. Batasan dan rumusan masalah