Saud Hasiholan Saragih : Peramalan Produk Domestik Regional Bruto PDRB Di Kabupaten Simalungun Tahun 2010-2011, 2009.
2.8 Produk Domestik Regional Netto PDRN Atas Dasar Harga Pasar
Perbedaan antara konsep bruto dan netto ialah karena pada konsep bruto faktor penyusutan masih termasuk didalamnya, sedangkan pada konsep netto komponen
penyusutan telah dikeluarkan. Jadi Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga pasar dikurangi dengan penyusutan akan diperoleh Produk Domestik Regional Netto
atas dasar harga pasar.
Penyusutan yang dimaksud disini adalah nilai susut aus barang – barang modal atau pengurangan nilai – nilai barang modal mesin – mesin, peralatan,
kendaraan, dan sebagainya yang terjadi selama barang modal tersebut ikut serta dalam proses produksi. Jika nilai susut barang modal dari seluruh sektor ekonomi
dijumlahkan, maka hasilnya merupakan penyusutan yang dimaksud diatas.
2.9 Produk Domestik Regional Netto PDRN Atas Dasar Biaya Faktor
Perbedaan antara konsep biaya faktor dan konsep harga pasar diatas ialah karena adanya pajak tidak langsung yang dipungut pemerintah dan subsidi yang diberikan
pemerintah kepada unit – unit produksi. Pajak tidak langsung meliputi pajak penjualan, bea ekspor, cukai, dan lain – lain pajak, kecuali pajak pendapatan dan pajak
perseroan. Pajak tidak langsung dari unit – unit produksi dibebankan pada biaya produksi atau pada pembeli hingga berakibat langsung menaikkan harga barang.
Saud Hasiholan Saragih : Peramalan Produk Domestik Regional Bruto PDRB Di Kabupaten Simalungun Tahun 2010-2011, 2009.
Berlawanan dengan pajak tidak langsung yang menaikkan harga barang jadi output, subsidi yang diberikan pemerintah kepada unit – unit produksi terutama unit
– unit produksi yang dianggap penting untuk memenuhi kebutuhan masyarakat luas dengan tujuan untuk menekan harga hingga bisa dijangkau oleh masyarakat luas.
Dengan demikian pajak tidak langsung dan subsidi mempunyai pengaruh terhadap harga barang dan jasa. Selisih antara pajak tidak langsung dan subsidi dalam
penghitungan pendapatan regional disebut pajak tidak langsung netto. Kalau produk domestik regional netto atas dasar harga pasar dikurangi dengan pajak tidak langsung
netto, maka hasilnya adalah Produk Domestik Regional Netto Atas Dasar Biaya Faktor.
2.10 Produk Domestik Regional Bruto PDRB
Produk Domestik Regional Bruto adalah seluruh produk barang atau jasa yang dihasilkan oleh suatu wilayah ditambah dengan pendapatan produk dari luar daerah.
Sedangkan pengertian Produk Domestik Regional Bruto Sektoral yaitu keseluruhan produk dari suatu hasil proses produksi dari sektor-sektor maupun subsektor lapangan
usaha dari suatu wilayah ataupun dari daerah.
Untuk menghitung ataupun mengolah Pendapatan Produk Domestik Regional Bruto PDRB pada suatu daerah terlebih dahulu perlu dimengerti beberapa
konsep dan defenisi dari unsur – unsur pokok sebagai berikut:
Saud Hasiholan Saragih : Peramalan Produk Domestik Regional Bruto PDRB Di Kabupaten Simalungun Tahun 2010-2011, 2009.
1. Output
Yang dimaksud dengan output adalah nilai barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu periode tertentu, biasanya satu tahun. Jenis output ada 3 macam yaitu:
a. Output utama output yang menjadi tujuan utama produksi
b. Output sampingan output yang bukan menjadi tujuan utama dari produksi
c. Output ikutan output yang terjadi bersama – sama atau tidak dapat
dihindarkan dari output utamanya
2. Biaya Antara
Biaya antara adalah barang – barang yang tidak tahan lama dan jasa – jasa yang digunakan atau habis dalam proses produksi. Barang – barang yang tahan lama pada
umumnya lebih dari satu tahun, tidak habis dalam proses produksi dan tidak termasuk sebagai biaya antara dan disebut sebagai barang modal.
3. Nilai Tambah
Nilai tambah terbagi macam, yaitu: a.
Nilai Tambah Bruto Merupakan selisih antara Output dan Biaya Antara, dengan kata lain
merupakan produk dari proses produksi.
b. Nilai Tambah Netto
Nilai Tambah Netto ialah nilai yang didapat apabila suatu penyusutan dikeluarkan dari Nilai Tambah Bruto, maka akan diperoleh Nilai tambah
Netto.
Saud Hasiholan Saragih : Peramalan Produk Domestik Regional Bruto PDRB Di Kabupaten Simalungun Tahun 2010-2011, 2009.
2.10.1 Perhitungan Produk Domestik Regional Bruto A.
Perhitungan Atas Dasar Harga Berlaku
PDRB atas dasar harga berlaku merupakan jumlah Nilai Tambah Bruto NTB atau nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unit – unit produksi dalam suatu
periode tertentu, biasanya satu tahun, yang dinilai dengan harga tahun yang berkaitan.
Nilai Tambah Bruto NTB atas dasar harga berlaku yang didapat dari pengurangan Output dengan biaya antara masing – masing dinilai atas dasar harga
berlaku. Nilai Tambah Bruto NTB menggambarkan perubahan Volume Produksi yang dihasilkan, dan tingkat harga dari masing – masing kegiatan sektor dan
subsektor. Mengingat sifat barang dan jasa yang dihasilkan setiap sektor, maka penilaian output dilakukan sebagai berikut:
1. ............................................................................................................
Unt uk sektor primer yang produksinya bisa diperoleh secara langsung dari alam
seperti Pertanian, Pertambangan dan Penggalian, pertama dicari kuantum produksi dengan satuan standar yang biasa digunakan. Setelah itu ditentukan
kualitas dari jenis barang yang dihasilkan. Satuan dan kualitas yang dipergunakan tidak selalu sama antara satu kabupaten dan kota dengan
kabupaten dan kota lainnya. 2.
............................................................................................................ Unt
uk sektor sekunder yang terdiri dari sektor industri pengolahan, listrik, gas dan air minum, dan sektor bangunan, perhitungannya sama dengan sektor primer.
Saud Hasiholan Saragih : Peramalan Produk Domestik Regional Bruto PDRB Di Kabupaten Simalungun Tahun 2010-2011, 2009.
Data yang diperlukan adalah kuantum produksi yang dihasilkan serta harga produsen masing – masing kegiatan, subsektor dan sektor yang bersangkutan.
3. ............................................................................................................
Unt uk sektor – sektor yang secara umum produksinya berupa jasa seperti sektor
perdagangan, restoran dan hotel, pengangkutan dan komunikasi. Bank dan Lembaga Keuangan lainnya, sewa rumah dan jasa perusahaan serta pemerintah
dan jasa – jasa. Untuk penghitungan kuantum produksinya dilakukan dengan mencari indikator produksi yang sesuai dengan masing – masing komoditi
jasa pada tahun yang bersangkutan.
B. Perhitungan Atas Dasar Harga Konstan
Angka – angka pendapatan regional menggambarkan adanya kenaikan ataupun penurunan nilai pendapatan masyarakat di suatu daerah. Kenaikan penurunan nilai
tersebut dapat dipengaruhi oleh dua faktor : 1.
Adanya kenaikan penurunan riil yaitu kenaikan penurunan tingkat pendapatan yang tidak dipengaruhi oleh faktor perubahan harga. Bila terjadi
kenaikan riil pendapatan penduduk berarti daya beli penduduk di daerah tersebut meningkat.
2. Kenaikan penurunan pendapatan yang disebabkan karena adanya faktor
perubahan harga. Bila terjadi kenaikan pendapatan yang hanya disebabkan karena adanya inflasi menurunnya nilai uang akan melemahkan daya beli
masyarakat.
Saud Hasiholan Saragih : Peramalan Produk Domestik Regional Bruto PDRB Di Kabupaten Simalungun Tahun 2010-2011, 2009.
Pendapatan regional dengan faktor inflasi yang masih ada didalamnya merupakan pendapatan regional atas dasar harga berlaku. Sedangkan pendapatan regional dengan
faktor inflasi yang sudah ditiadakan merupakan pendapatan regional atas dasar harga konstan.
Perhitungan atas dasar harga konstan berguna untuk melihat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau sektoral, juga untuk melihat perubahan struktur
perekonomian suatu kabupaten maupun kotamadya di suatu provinsi setiap tahun.
2.10.2 Uraian Sektoral
Produk Domestik Regional Bruto menurut lapangan usaha terdiri dari sembilan sektor: 1.
Sektor Pertanian Sektor Pertanian mencakup segala usaha yang didapat dari alam dan merupakan
barang – barang biologis atau hidup, dimana hasilnya akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sendiri atau dijual kepada pihak lain. Sektor pertanian ini
terdiri dari sub – sub sektor, yaitu tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, peternakan dan hasil – hasilnya, kehutanan dan perikanan.
2. Sektor Pertambangan dan Penggalian
Adapun kegiatan sektor pertambangan dan penggalian adalah kegiatan yang mencakup penggalian, pemboran, penyaringan, pencucian, pemilihan dan
pengambilan segala macam barang tambang, mineral dan barang galian yang tersedia di alam, baik benda padat, benda cair maupun gas. Penambangan dan penggalian ini
dapat dilakukan dibawah tanah maupun diatas permukaan bumi. Sifat dan tujuan dari
Saud Hasiholan Saragih : Peramalan Produk Domestik Regional Bruto PDRB Di Kabupaten Simalungun Tahun 2010-2011, 2009.
kegiatan tersebut adalah untuk menciptakan nilai guna dari barang tambang dan galian sehingga memungkinkan untuk dimanfaatkan, dijual dan diproses secara lanjut.
3. Sektor Industri Pengolahan
Kegiatan Industri adalah kegiatan untuk mengubah bentuk baik secara mekanis maupun kimiawi dari bahan organik maupun anorganik menjadi produk baru yang
lebih tinggi nilainya. Proses tersebut dapat dilakukan dengan mesin atau tangan, baik dibuat di dalam pabrik maupun rumahtangga. Termasuk juga disini perakitan bagian
suku cadang barang–barang industri pabrik, seperti perakitan alat elektronik dan kendaraan bermotor.
4. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih
Sektor ini terdiri dari tiga subsektor yaitu: a. Subsektor Listrik
Subsektor ini mencakup pembangkitan dan penyaluran tenaga listrik, baik yang diselenggarakan oleh Perusahaan Umum Listrik Negara PLN maupun oleh
perusahaan non PLN. b. Subsektor Gas
Subsektor ini mencakup kegiatan yang meliputi penyediaan gas yang disalurkan kepada konsumen dengan menggunakan pipa, dimana gas tersebut diperoleh dari
proses pembakaran batubara, gas minyak, kokas, dan minyak ter. c. Subsektor Air Bersih
Subsektor ini mencakup kegiatan penampungan, penjernihan, dan pendistribusian air bersih kepada rumah tangga, industri, instansi, maupun penggunaan komersial
lainnya. Subsektor ini diusahakan oleh Perusahaan Air Minum PAM, milik pemerintah daerah maupun non PAM milik swasta ataupun perorangan.
Saud Hasiholan Saragih : Peramalan Produk Domestik Regional Bruto PDRB Di Kabupaten Simalungun Tahun 2010-2011, 2009.
5. Sektor Bangunan
Sektor ini menyangkut kegiatan pembuatan dan perbaikan bangunan konstruksi, baik yang dilakukan oleh kontraktor umum maupun kontraktor khusus. Yang termasuk
sebagai kegiatan – kegiatan konstruksi adalah pembuatan, pembangunan, pemasangan, perbaikan berat maupun ringan, semua jenis konstruksi seperti
bangunan tempat tingggal, bangunan bukan tempat tinggal, jalan, jembatan laut,udara,sungai, terminal dan sejenisnya.
6. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran.
Sektor ini terdiri dari tiga subsektor, yaitu subsektor perdagangan, subsektor hotel, dan subsektor restoran. Pada dasarnya kegiatan ini mencakup kegiatan perdagangan,
penyediaan akomodasi hotel, serta penjualan makanan dan minuman seperti restoran, warung, kedai, pedagang keliling dan sejenisnya.
7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Sektor ini mecakup kegiatan pengangkutan umum untuk barang dan penumpang melalui darat, laut sungai, danau, penyebrangan dan udara. Termasuk disini juga
penunjang angkutan yang mencakup pemberian jasa atau penyediaan fasilitas yang sifatnya menunjang dan memperlancar kegiatan pengangkutan, seperti tempat parkir,
terminal, pelabuhan, bongkar muat, ekspedisi, bandara, pergudangan dan jalan tol. 8.
Sektor Bank dan Lembaga Keuangan Sektor ini meliputi kegiatan pelayanan jasa bank, asuransi koperasi, dan jasa
keuangan. Jasa bank meliputi usaha jasa perbankan yang dilakukan oleh bank sentral yaitu Bank Indonesia BI, bank devisa, bank tabungan, dan bank pembangunan.
Saud Hasiholan Saragih : Peramalan Produk Domestik Regional Bruto PDRB Di Kabupaten Simalungun Tahun 2010-2011, 2009.
Usahanya meliputi simpan pinjam, mengeluarkan kertas berharga, memberi jaminan bank dan jasa perbankan.
9. Sektor Jasa – jasa
Sektor ini mencakup kegiatan pemerintah, jasa yang dikelola pemerintah maupun pihak swasta meliputi jasa sosial kemasyarakatan, jasa hiburan dan kebudayaan serta
jasa perorangan dan rumah tangga.
Saud Hasiholan Saragih : Peramalan Produk Domestik Regional Bruto PDRB Di Kabupaten Simalungun Tahun 2010-2011, 2009.
BAB 3
SEJARAH SINGKAT TEMPAT RISET DAN GAMBARAN UMUM KABUPATEN SIMALUNGUN
3.1 Sejarah Singkat Badan Pusat Statistik BPS di Indonesia
Sejarah Badan Pusat Statistik dibagi menjadi tiga masa, yaitu masa sebelum kemerdekaan, masa setelah kemerdekaan, dan masa orde baru. Masa sebelum
kemerdekaan dibagi lagi menjadi dua masa yaitu masa pemerintahan Belanda dan Jepang.
1. Masa Pemerintahan Belanda
a. Pada bulan Februari 1920, Kantor Statistik pertama kali dibentuk
oleh direktur pertanian, kerajinan, dan perdagangan Directur Van Landbouw Nijerverheid en Handel
yang berkedudukan di Bogor. Kantor ini diserahi tugas untuk mengolah dan mempublikasikan
data statistik. b.
Pada bulan Maret 1923, dibentuk suatu komisi untuk badan statistik yang anggotanya merupakan wakil dari tiap-tiap Departemen.
Komisi tersebut diserahi tugas merencanakan tindakan-tindakan
Saud Hasiholan Saragih : Peramalan Produk Domestik Regional Bruto PDRB Di Kabupaten Simalungun Tahun 2010-2011, 2009.
yang mengarah sejauh mungkin untuk mencapai kesatuan dalam kegiatan dalam kegiatan di bidang statistika di Indonesia.
c. Pada tanggal 24 September 1924, nama lembaga tersebut diganti
menjadi Central Kantor Voor de Statistic CKS, yang artinya Kantor Statistik dan selanjutnya dipindah ke Jakarta. Bersama
dengan itu beralih pula pekerjaan mekanisme statistik perdagangan yang semula dilaksanakan oleh kantor Invoer Uitvoer en Accijnsen
IUA yang sekarang disebut dengan Kantor Bea dan Cukai. 2.
Masa Pemerintahan Jepang a.
Pada bulan juni 1944, Pemerintah Jepang baru mengaktifkan kembali kegiatan statistik yang utamanya diarahkan untuk
memenuhi kebutuhan perang atau militer. b.
Pada masa ini CKS diganti namanya menjadi Shomubu Chosasitsu Gunseikanbu
3. Masa Kemerdakaan Republik
a. Setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17
Agustus 1945, kegiatan statistik ditangani oleh lembaga atau instansi baru sesuai dengan suasana kemerdekaan yaitu KAPPURI
Kantor Penyelidik Perangkaan Umum Republik Indonesia. Tahun 1946 kantor KAPPURI dipindahkan ke Yogyakarta sebagai hasil
dari Perjanjian Linggarjati. Sementara itu pemerintah Belanda NICA mengaktifkan kembali CKS.
b. Berdasarkan Surat Edaran Kementrian Kemakmuran, tanggal 12
Juni 1950 No. 219S.C, KAPPURI dan CKS dilebur menjadi
Saud Hasiholan Saragih : Peramalan Produk Domestik Regional Bruto PDRB Di Kabupaten Simalungun Tahun 2010-2011, 2009.
Kantor Pusat Statistik KPS dan berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Menteri Kemakmuran.
c. Dengan Surat Menteri Perekonomian tanggal 1 Maret 1952 No.
P44, lembaga KPS berada di bawah tanggung jawab Menteri Perekonomian tanggal 24 Desember 1953 No. 18.009 M KPS
dibagi menjadi dua bagian penyelenggaraan tata usaha yang disebut Afdeling
B. d.
Dengan Keputusan Presiden RI No. 131 Tahun 1957, Kementerian Perekonomian dipecah menjadi Kementerian Perdagangan dan
Perindustrian. Untuk selanjutnya Keputusan Presiden RI No. 172 Tahun 1957 nama KPS diubah menjadi Biro Pusat Statistik dan
urusan statistik yang semula menjadi tanggung jawab dan wewenang berada di bawah Perdana Menteri.
4. Masa Orde Baru Sampai Sekarang
a. Pada Masa Pemerintahan Orde Baru, khususnya untuk memenuhi
kebutuhan dalam perencanaan dan evaluasi pembangunan, maka untuk mendapatkan statistik yang handal, handal, lengkap, tepat,
akurat dan terpercaya mulai diadakan pembenahan Biro Pusat statistik.
b. Dalam masa orde baru ini BPS telah mengalami empat kali
perubahan struktur organisasi, yaitu: 1.
Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 1968 tentang organisasi BPS.
Saud Hasiholan Saragih : Peramalan Produk Domestik Regional Bruto PDRB Di Kabupaten Simalungun Tahun 2010-2011, 2009.
2. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 1980 tentang organisasi
BPS. 3.
Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 1992 tentang organisasi BPS dan Keputusan Presiden No. 6 Tahun 1992 tentang kedudukan
tugas, fungsi susunan dan tata kerja Biro Pusat Statistik. 4.
Undang-undang No. 16 Tahun 1997 tentang Statistik. 5.
Keputusan Presiden RI No. 86 tentang BPS. 6.
Keputusan Kepala BPS No. 100 Tahun 1998 tentang organisasi dan tata kerja BPS.
7. Peraruran Pemerintah No. 51 Tahun 1999 tentang
penyelenggaraan statistik. c.
Pada tahun 1968 ditetapkan suatu Peraturan Pemerintah No. 16 tahun 1968 yaitu yang mengatur organisasi dan tata kerja di pusat
dan daerah. Tahun 1980 Peraturan Pemerintah No. 6 tahun 1980 tentang organisasi sebagai pengganti Peraturan Pemerintah No. 16
tahun 1968. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 1968, di tiap Provinsi terdapat perwakilan BPS. Pada tanggal 17 Juni
1998 dengan Keputusan Presiden No. 86 tahun 1998 ditetapkan Badan Pusat Statistik sekaligus mengatur tata kerja dan struktur
organisasi BPS yang baru.
Saud Hasiholan Saragih : Peramalan Produk Domestik Regional Bruto PDRB Di Kabupaten Simalungun Tahun 2010-2011, 2009.
3.2 Visi dan Misi Badan Pusat Statistik