Visi dan Misi Badan Pusat Statistik Gambaran Umum Kabupaten Simalungun.

Saud Hasiholan Saragih : Peramalan Produk Domestik Regional Bruto PDRB Di Kabupaten Simalungun Tahun 2010-2011, 2009.

3.2 Visi dan Misi Badan Pusat Statistik

3.2.1. Visi

Badan Pusat Statistik mempunyai visi untuk menjadikan informasi sebagai tulang punggung pembangunan Nasional dan Regional, didukung sumber daya manusia yang berkualitas, ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang mutakhir.

3.2.2. Misi

Untuk menunjang pembangunan Nasional, Badan Pusat Statistik mengemban misi, mengarahkan pembangunan statistik pada penyediaan data statistik yang bermutu dan handal, efektif dan efesien, peningkatan kesadaran masyarakat akan kegunaan Badan Pusat Statistik dan pengembangan ilmu pengetahuan di bidang statistik.

3.3 Gambaran Umum Kabupaten Simalungun.

3.3.1. Sejarah Singkat Kabupaten Simalungun.

Suku Simalungun adalah salah satu suku asli dari Sumatera Utara. Simalungun mempunyai arti “sunyi”. Nama itu diberikan oleh orang luar karena penduduk Simalungun yang sangat jarang dan tempat tinggal antara satu dengan yang lain sangat berjauhan. Tetapi tetangga yang disekitar Simalungun menyebutkan istilah masing- masing, seperti orang Batak Toba menyebut orang Simalungun dengan sebutan Saud Hasiholan Saragih : Peramalan Produk Domestik Regional Bruto PDRB Di Kabupaten Simalungun Tahun 2010-2011, 2009. “Balungu”. Sedangkan orang Karo menyebut Simalungun dengan sebutan “Batak Timur” karena Simalungun berada di sebelah timur mereka. Gelombang pertama Proto Simalungun, pendatang diperkirakan datang dari Nogore India Selatan dan pegunungan Assam India Timur di sekitar abad ke-5, menyusuri Myanmar ke Siam dan Malaka untuk selanjutnya ke Sumatera Timur dan mendirikan kerajaan Nagur dari Raja dinasti Damanik. Gelombang kedua Deutero Simalungun, datang dari suku-suku di sekitar Simalungun yang bertetangga dengan suku asli Simalungun. Menurut Tuan Taralamsyah Saragih yang sebagai pengemuka adat Simalungun mengatakan bahwa pada gelombang proto Simalungun adalah rombongan yang terdiri dari keturunan empat raja-raja besar dari Siam dan India ini bergerak dari Sumatera Timur ke daerah Aceh, Langkat, daerah Bangun Purba, hingga ke Bandar Kalifah sampai Batubara. Kerajaan Nagur tadi memiliki beberapa panglima Raja Goraha yang masing masing bermarga : Saragih, Purba, dan Sinaga. Kemudian para panglima ini dijadikan menantu oleh raja Nagur dan selanjutnya masing-masing mendirikan kerajaannya sendiri. Adapun nama-nama kerajaan yang berdiri itu adalah kerajaan Silou Purba Tambak, kerajaan Tanoh Sinaga, kerajaan Raya Saragih. Selama abad ke-13 hingga abad ke-15, ketiga kerajaan kecil ini mendapat serangan dari kerajaan-kerajaan lain seperti Singasari, Majapahit, Rajenda Chola India dan dari Sultan Aceh, Sultan-sultan Melayu hingga Belanda. Selama periode ini, tersebutlah cerita “Hattu ni Sappar” yang melukiskan kengerian keadaan saat itu Saud Hasiholan Saragih : Peramalan Produk Domestik Regional Bruto PDRB Di Kabupaten Simalungun Tahun 2010-2011, 2009. dimana kekacauan diikuti oleh marajalelanya korela hingga memaksa mereka menyeberangi “Laut Tawar” sebutan untuk Danau Toba untuk mengungsi ke pulau yang dinamakan Samosir yang merupakan kependekan dari Sahali Misir bahasa Simalungunnya yang memili arti “sekali pergi”. Saat pengungsi kembali ke tanah asalnya huta hasusuran, mereka menemukan daerah Nagur yang sepi, sehingga dinamakanlah daerah kekuasaan kerajaan Nagur itu dengan “Sima-sima ni Lungun” yang memiliki arti yang sepi dan lama kelamaan menjadi Simalungun. Pengungsi tadi kembali membenahi tanah asal mereka dan terus berkembang sehinnga mendirikan kembali kerajaan Nagur dan kerajaan-kerajaan kecil berkembang menjadi kerajaan-kerajan besar hingga pada tahun 500 Pada masa kerajaan Nagur 500-1295, setelah berakhirnya kerajaan Mojopahit, raja-raja terbesar di Simalungun mengadakan pertemuan yang dinamakan “Harungguan Bolon” dengan para partuanon temasuk bekas pasukan dari Singosari dan Mojopahit yang melahirkan sistem raja Maroppat raja nan empat yakni terdiri dari kerajaan Nagur, kerajaan Silou, kerajaan Batangio, kerajaan Harau. Dan nama kumpulan raja keempat itu diberi nama dengan Batak Timur Raya yang dalam bahasa Simalungunnya disebut : “Purba Desa Naualuh”. Namun kerajaan Batak Timur Raya ini tidak bertahan karena terjadi perpecahan dan tak ada jalan keluar sehingga terjadi perang. Sisa dari perpecahan membentuk kerajaan- kerajaan kecil yang terbagi empat kerajaan kecil juga yaitu kerajaan Dolok Silau marga Purba Tambak, kerajaan Tanah Jawa marga Sinaga, kerajaan Siantar marga Damanik, kerajaan Panei kerajaan Saud Hasiholan Saragih : Peramalan Produk Domestik Regional Bruto PDRB Di Kabupaten Simalungun Tahun 2010-2011, 2009. Purba Dasuha. Yang demikian sistem kerajaan Maroppat tetap dihidupkan kembali dan berjalan kembali dengan baik hingga tahun 1865. Zaman menentang kolonial Belanda 1865-1907 kerajaan Raja Maroppat yang telah di hidupkan kembali itu kembali terpecah menjadi tujuh kerajaan yakni : kerajaan Dolok Silau, kerajaan Tanah Jawa, kerajaan Siantar, kerajaan Panei, kerajaan Raya, kerajaan Purba, kerajaan Silimakuta. struktur pemerintahan merangkap pimpinan adat dari kerajaan tersebut terdiri dari raja, tungkat, parbapaan, partuanon, penghulu. Disamping itu dibentuk lagi suatu dewan yang diberi nama Harajaan yang masing-masing dewan berbeda menurut adat kerajaan yang bersangkutan. Masa penjajahan Belanda 1907-1941, dengan besluit surat keputusan Gubernement tanggal 12 desember 1906 No.22 Saatsblad No.531 dibentuklah Afdeling Simalungun En De Karo Landen yang dikepalai oleh asisten residen yang pertama V.V.J. Westenberg yaitu bekas Controleur tanah Karo, yang berkedudukan di Seribu Dolok dan pada tahun 1912 di pindahkan ke Pematang Siantar. Pada tahun 1907 seluruh raja-raja Simalungun telah menandatangani kontrak pendek Korte Verklaring. Dan dengan demikian sistem pemerintahaan di Simalungun beralih menjadi sistem swapraja, dimana peran harajaan telah dibatasi. Belanda membagi wilayah administrasi pemerintahaan menjadi tujuh landshappen kerajaan yang terdiri dari 16 distrik dan huta kampung sebagai berikut : NO KERAJAAN DISTRIK 1 Siantar 1. Siantar 2. Bandar 3. Sidamanik 2 Tanah Jawa 1. Tanah Jawa Saud Hasiholan Saragih : Peramalan Produk Domestik Regional Bruto PDRB Di Kabupaten Simalungun Tahun 2010-2011, 2009. 2. Bosar Maligas sambungan wilayah administrasi pemerintahaan NO KERAJAAN DISTRIK 3. Jorlang Hataran 4. Dolok Panribuan 5. Girsang Sipangna Bolon 3 Panei 1. Panei 2. Dolok Batu Nanggar 4 Raya 1. Raya 2. Raya Kahean 5 Dolo Silau 1. Dolok Silou 2. Silou Kahean 6 Purba 1. Purba 7 Silimakuta 1. Silimakuta Sumber : BPS Kabupaten Simalungun

3.3.2. Letak Geografis

Saud Hasiholan Saragih : Peramalan Produk Domestik Regional Bruto PDRB Di Kabupaten Simalungun Tahun 2010-2011, 2009. Sumber : BPS Kabupaten Simalungun Kabupaten Simalungun terletak antara 02 36’ – 03 18’ Lintang Utara dan 98 32’ - 99 35’ Bujur Timur dan berada pada ketinggian 20 m – 1400 m diatas permukaan laut. Kabupaten Simalungun berbatasan dengan lima kabupaten tetangga yaitu : 1. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Karo 2. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Asahan 3. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Serdang Bedagai 4. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Samosir 5. Sebelah barat daya berbatasan dengan Kabupaten Tobasa Luas wilayah Kabupaten Simalungun adalah 4.386,6 Km 2 atau 6,12 luas dari Propinsi Sumatera Utara dan terdiri dari 31 kecamatan, 22 kelurahan dan 345 desa atau nagori bulan juni 2008 terjadi pemekaran kelurahan desa atau nagori, dengan jarak rata-rata ibukota kecamatan ke ibukota kabupaten antara 13 Km sampai 97 Km. Dari 367 kelurahan dan desa terdapat sebanyak 276 kelurahan dan desa atau nagori merupakan desa swasembada dan 91 desa swakarsa. Keadaan iklim kabupaten Simalungun bertemperatur sedang, suhu panas tertinggi terdapat pada bulan Mei dengan rata-rata 26,2 C. Rata-rata suhu udara tertinggi pertahun adalah 26,9 C dan rata-rata suhu terendah per tahun 25,8 C. Kelembapan udara rata-rata per bulan 83,7 dengan kelembaban tertinggi terjadi pada bulan Oktober yaitu 87 dengan penguapan rata-rata 3,46 mm hari. Saud Hasiholan Saragih : Peramalan Produk Domestik Regional Bruto PDRB Di Kabupaten Simalungun Tahun 2010-2011, 2009. Dalam satu tahun rata-rata terdapat 14 hari hujan dengan hari hujan tertinggi terdapat pada bulan November sebanyak 22 hari, kemudian pada bulan Oktober sebanyak 20 hari hujan. Curah hujan terbanyak pada bulan Agustus sebesar 461 mm.

3.3.3. Lambang Kabupaten Simalungun

Seperti kabupaten kota lainnya, Kabupaten Simalungun memiliki lambang daerah. Adapun lambang itu tertulis dalam Peraturan Daerah Kabupaten Dati II Simalungun No. 5 tahun 1960. Adapun isi dari Peraturan itu adalah : 1.Lambang berbentuk Perisai adalah menggambarkan Kekuatan dan Pertahanan membela kepentingan Daerah dan Negeri. 2. Bilangan - bilangan pada bagian - bagian Lambang adalah Simbolik yang menggambarkan kesetiaan kepada Negara RI. 3. Padi dan Kapas adalah Kebutuhan Pokok untuk mencapai kemakmuran dan keadilan. 4. Daun Teh adalah penghasilan yang utama dari daerah Simalungun. 5. Gunung dan Danau adalah menggambarkan keindahan alamnya. 6. Gelombang Danau adalah menggambarkan Dinamika masyarakat. Saud Hasiholan Saragih : Peramalan Produk Domestik Regional Bruto PDRB Di Kabupaten Simalungun Tahun 2010-2011, 2009. 7. Rumah Balai Adat adalah spesifik daerah yang menggambarkan adat, kebudayaan dan kesenian daerah. Saud Hasiholan Saragih : Peramalan Produk Domestik Regional Bruto PDRB Di Kabupaten Simalungun Tahun 2010-2011, 2009.

3.4 Penduduk