Pengaruh Economic Value Added, Leverage Dan Manajemen Laba Terhadap Return Saham Dengan Menggunakan Kebijakan Dividen Sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris Pada Perusahaan LQ-45 Di Bursa Efek Indonesia)
PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED, LEVERAGE DAN
MANAJEMEN LABA TERHADAP RETURN SAHAM
DENGAN MENGGUNAKAN KEBIJAKAN DIVIDEN
SEBAGAI VARIABEL MODERATING
(STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN LQ 45 DI BURSA EFEK INDONESIA)
TESIS
OLEH
J O N Y 107017036 / Akt
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2012
(2)
PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED, LEVERAGE DAN
MANAJEMEN LABA TERHADAP RETURN SAHAM
DENGAN MENGGUNAKAN KEBIJAKAN DIVIDEN
SEBAGAI VARIABEL MODERATING
(STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN LQ 45 DI BURSA EFEK INDONESIA)
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Akuntansi pada Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara
OLEH
J O N Y 107017036 / Akt
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2012
(3)
Judul Tesis : PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED,
LEVERAGE DAN MANAJEMEN LABA
TERHADAP RETURN SAHAM DENGAN
MENGGUNAKAN KEBIJAKAN DEVIDEN SEBAGAI VARIABEL MODERATING (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN LQ-45 DI BURSA EFEK INDONESIA)
Nama Mahasiswa : JONY
Nomor Pokok : 107017036
Program Studi : Akuntansi
Menyetujui, Komisi Pembimbing :
(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA)
Ketua Anggota
(Drs. Syahyunan M.Si)
Ketua Program Studi, Direktur,
(Prof . Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA) (Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE)
(4)
Telah diuji pada
Tanggal : 20 Maret
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA Anggota : 1. Drs. Syahyunan, M.Si
2. Dra. Sri Mulyani, MBA, Ak
3. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak 4. Drs. Idhar Yahya, MBA. Ak
(5)
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul :
“PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED, LEVERAGE DAN MANAJEMEN
LABA TERHADAP RETURN SAHAM DENGAN MENGGUNAKAN
KEBIJAKAN DIVIDEN SEBAGAI VARIABEL MODERATING (STUDI
EMPIRIS PADA PERUSAHAAN LQ-45 DI BURSA EFEK INDONESIA)”
Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun
sebelumnya.
Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan benar dan jelas.
Medan, 20 Maret 2012
Yang membuat pernyataan,
(6)
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis pengaruh Economic Value Added, rasio leverage Debt to Equity Ratio dan manajemen laba terhadap return saham dengan kebijakan deviden sebagai variabel moderating pada perusahaan LQ 45 di Bursa Efek Indonesia, baik secara parsial maupun secara simultan.
Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan kategori LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 2006-2010 serta aktif menerbitkan laporan keuangan selama tahun pengamatan, yaitu 101 perusahaan. Sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan kriteria tertentu, dengan kriteria perusahaan yang masuk kategori LQ 45 berturut-turut selama 5 tahun dan kategori non perbankan. Sampel terpilih adalah 13 perusahaan sehingga total observasi dalam penelitian ini menjadi 65 perusahaan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengambil dokumentasi laporan keuangan dari Bursa Efek Indonesia (BEI) dan diolah menggunakan metode uji statistik regresi linier berganda untuk hipotesis pertama dan uji selisih mutlak untuk hipotesis kedua dengan menggunakan perangkat lunak SPSS.
Hasil penelitian ini membuktikan pada hipotesis pertama bahwa EVA, laverage dan manajemen laba secara simultan mempengaruhi return saham, namun secara parsial seluruh variabel independen tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. Ketika kebijakan deviden digunakan sebagai variabel moderating pada pengujian kedua, variabel manajemen laba berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. Hal ini berarti memperkuat hubungan variabel independen dengan return saham.
Kata kunci : Economic Value Added (EVA), Debt on Equity Ratio (DER), Diskresional Total Akrual (DTAC), Dividend per Share (DPS) dan Return Saham
(7)
ABSTRACT
The objective of this research is to examine and analyze the influence of Economic Value Added, leverage ratio (Debt to Equity Ratio) and earnings management towards Return on Share with the dividend policy as a moderating variable on LQ 45 firms in Indonesia Stock Exchange, either partially or simultaneously.
Object of this research is LQ 45 category companies which listed in Indonesia Stock Exchange since 2006-2010, issued financial statements during the years of observation, totally 101 companies. Sampels selected by purposive sampling method, for the non-banking company which enter LQ 45 category in 5 years in row. was 13 companies. Observation for this research is 65 company. Data collection is done by taking the documentation of financial statements from the Indonesia Stock Exchange (BEI) database. Linear Multiple Regression Method is applied for the first hypothesis and Absolute Residual Method is applied to examine the second one using SPSS software.
This research shows result that for first hypothesis, EVA, leverage and earnings management simultaneously affect Return on Share, but partially, none of independence variabel significantly influential on Return on Share. When dividend policy sets as moderating variable used for second hypothesis, it influence earning management significantly towards return on share. This result means that moderating variable strenghtened influence independent variable towards return on share.
Keywords : Economic Value Added (EVA), Debt on Equity Ratio (DER), Discretional Total Accrual (DTAC), Dividend per Share (DPS) and Return on Share
(8)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian tesis ini
yang berjudul “PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED, LEVERAGE DAN
MANAJEMEN LABA TERHADAP RETURN SAHAM DENGAN
MENGGUNAKAN KEBIJAKAN DIVIDEN SEBAGAI VARIABEL
MODERATING (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN LQ-45 DI BURSA
EFEK INDONESIA)” sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada Program Studi Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
Dalam penyusunan dan penyelesaian tesis ini, peneliti telah bnayak menerima
bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu peneliti mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc (CTM), Sp.A(K). selaku
Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku Direktur Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak, selaku Ketua Program Studi
Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dan
sekaligus sebagai Dosen Pembimbing Utama yang telah banyak memberikan
(9)
4. Bapak Drs. Syahyunan, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak
memberikan bimbingan dan masukan kepada peneliti dalam menyusun tesis ini.
5. Ibu Dra. Sri Mulyani, MBA, Ak, selaku Dosen Pembanding yang telah banyak
memberikan masukan dan saran-saran kepada peneliti dalam menyusun tesis ini.
6. Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak, selaku Dosen Pembanding yang telah
ba nyak memberikan masukan dan saran-saran kepada peneliti dalam menyusun
tesis ini.
7. Bapak Drs. Idhar Yahya, MBA. Ak, selaku Dosen Pembanding yang telah
banyak memberikan masukan dan saran-saran kepada peneliti dalam menyusun
tesis ini.
8. Bapak dan Ibu Dosen serta pegawai di Program Studi Magister Akuntansi
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
9. Kedua orang tua peneliti, yaitu Ayahanda Harry Gunawan dan Ibunda Tjioe Siu
Hok tercinta serta keluarga besar yang senantiasa memberikan dukungan dan
doa.
10. Istri tercinta, Evy yang senantiasa mendukung peneliti dari perkuliahan hingga
peneliti menyelesaikan Tesis ini.
11. Bapak Peter Suhendra, Bapak Samsudin, Bapak Tjan Saut dan Ibu Banuvati
Pualam selaku Direktur PT. Growth Sumatra Industry yang telah memberikan
dukungan dan izin sehingga peneliti dapat menyelesaikan Tesis dan perkuliahan
(10)
Pada kesempatan ini, peneliti mengucapkan terima kasih kepada teman-teman
kuliah yang telah memberikan dukungan tanpa hentinya hingga peneliti dapat
menyelesaikan penulisan tesis ini.
Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu dan
bermanfaat bagi penelitian berikutnya. Sadhu.
Medan, 20 Maret 2012
(11)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. NAMA : JONY
2. TEMPAT / TGL LAHIR : BINJAI, 7 AGUSTUS 1980
3. AGAMA : BUDDHA
4. ORANGTUA
a. AYAH : HARRY GUNAWAN
b. IBU : TJIOE SIU HOK
5. ISTRI : EVY
6. ALAMAT : JL. TEMBAGA NO.1-B
MEDAN KOTA
7. PENDIDIKAN
a. SD Yayasan Perguruan Letjen S.Parman Medan Tamat Tahun 1992
b. SLTP Yayasan Perguruan Letjen S.Parman Medan Tamat Tahun 1995
c. SMU Yayasan Perguruan Letjen S.Parman Medan Tamat Tahun 1998
d. Politeknik Negeri Medan Jurusan Akuntansi Tamat Tahun 2001
e. Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Program Extension
(12)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 6
1.3. Tujuan Penelitian ... 7
1.4. Manfaat Penelitian ... 7
1.5. Originalitas ... 8
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 11
2.1. Landasan Teori ... 11
2.1.1 Return Saham ... 11
2.1.2 Economic Value Added (EVA) ... 12
2.1.3 Leverage ... 23
2.1.4 Manajemen Laba ... 24
2.1.5 Kebijakan Dividen ... 29
2.1.6 Indeks LQ45 ... 30
(13)
BAB III. KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ... 34
3.1. Kerangka Konsep ... 34
3.2. Hipotesis ... 38
BAB IV. METODE PENELITIAN ... 40
4.1. Jenis dan Sifat Penelitian ... 40
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 40
4.3. Populasi dan Sampel ... 40
4.4. Metode Pengumpulan Data ... 42
4.5. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel ... 42
4.5.1 Variabel Penelitian ... 42
4.5.2 Definisi Operasional Variabel ... 43
4.6. Metode Analisis Data ... 45
4.6.1 Statistik Deskriptif ... 46
4.6.2 Uji Asumsi Klasik ... 46
4.6.2 Pengujian Hipotesis ... 49
BAB V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 55
5.1. Hasil Penelitian ... 55
5.2. Uji Asumsi Klasik Hipotesis Pertama ... 58
5.2.1 Uji Asumsi Klasik ... 58
5.2.2 Uji Multikolinieritas ... 60
5.2.3 Uji Heteroskedastisitas ... 61
5.2.4 Uji Autokolerasi ... 63
5.2.5 Hasil Pengujian Setelah Transformasi ... 64
5.3. Uji Asumsi Klasik Hipotesis Kedua ... 67
5.3.1 Uji Asumsi Klasik ... 67
5.3.2 Uji Multikolinieritas ... 70
(14)
5.3.4 Uji Heteroskedastisitas ... 71
5.4. Hasil Analisis Data Hipotesis Pertama ... 73
5.4.1 Persamaan Regresi ... 73
5.4.2 Pengujian Hipotesis ... 74
5.5. Hasil Analisis Data Hipotesis Kedua ... 77
5.5.1 Persamaan Regresi ... 77
5.5.2 Pengujian Hipotesis ... 80
5.6 Pembahasan Hasil Penelitian ... 83
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 91
6.1. Kesimpulan ... 91
6.2. Keterbatasan Penelitian ... 92
6.3. Saran ... 92
(15)
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
2.1. Review Penelitian Terdahulu ... 33
4.1. Daftar Pemilihan Sampel ... 41
4.2. Definisi Operasional Variabel ... 45
5.1. Statistik Deskriptif ... 55
5.2. Uji Kolmogorov Smirnov Sebelum Transformasi S ... 60
5.3. Hasil Uji Multikolonieritas ... 61
5.4. Uji Park ... ... 63
5.5. Tabel Uji Autokorelasi Sebelum Transformasi ... 63
5.6. Uji Normalitas Setelah Transformasi ... 64
5.7. Uji Autokolerasi Setelah Transformasi ... 65
5.8. Uji Multikolinieritas Setelah Transformasi ... 66
5.9. Uji Park Setelah Transformasi ... 67
5.10 Uji K-S Hipotesis Kedua ... 69
5.11 Uji Multikolinieritas Hipotesis Kedua ... 70
5.12. Uji Autokolerasi Hipotesis Kedua ... 71
5.13. Uji Park Hipotesis Kedua ... 72
5.14. Hasil Analisa Regresi Hipotesis Pertama ... 73
5.15. Tabel Uji F Hipotesis Pertama ... 75
5.16. Koefisien Determinasi Hipotesis Pertama ... 77
5.17. Tabel Hasil Pengujian Regresi Hipotesis Kedua ... 78
5.18. Uji Statistik F Hipotesis Kedua ... 81
(16)
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
1.1. Pergerakan Indeks LQ 45 tahun 2006 – 2010 ... ……… 2
3.1. Kerangka Konsep ... 34
5.1. Normal P-P Plot ... 58
5.2. Grafik Histogram ... 59
5.3. Scatterplot Heteroskedastisitas ... 62
5.4. Scatterplot Heteroskedastisitas Setelah Transformasi ... 66
5.5. Uji Normalitas Hipotesis Kedua ... 68
5.6 Grafik Histogram Hipotesis Kedua ... 69
(17)
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul
1. Daftar Populasi dan Sampel Perusahaan LQ 45
2. Data Economic Value Added Perusahaan Tahun 2006 – 2010
3. Data Debt to Equity Ratio Perusahaan Tahun 2006 – 2010
4. Data Diskresional Total Akrual Perusahaan Tahun 2006 – 2010
5. Data Dividend Payout Ratio Perusahaan Tahun 2006 – 2010
6. Data Rate of Return Perusahaan Tahun 2006 – 2010
(18)
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis pengaruh Economic Value Added, rasio leverage Debt to Equity Ratio dan manajemen laba terhadap return saham dengan kebijakan deviden sebagai variabel moderating pada perusahaan LQ 45 di Bursa Efek Indonesia, baik secara parsial maupun secara simultan.
Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan kategori LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 2006-2010 serta aktif menerbitkan laporan keuangan selama tahun pengamatan, yaitu 101 perusahaan. Sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan kriteria tertentu, dengan kriteria perusahaan yang masuk kategori LQ 45 berturut-turut selama 5 tahun dan kategori non perbankan. Sampel terpilih adalah 13 perusahaan sehingga total observasi dalam penelitian ini menjadi 65 perusahaan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengambil dokumentasi laporan keuangan dari Bursa Efek Indonesia (BEI) dan diolah menggunakan metode uji statistik regresi linier berganda untuk hipotesis pertama dan uji selisih mutlak untuk hipotesis kedua dengan menggunakan perangkat lunak SPSS.
Hasil penelitian ini membuktikan pada hipotesis pertama bahwa EVA, laverage dan manajemen laba secara simultan mempengaruhi return saham, namun secara parsial seluruh variabel independen tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. Ketika kebijakan deviden digunakan sebagai variabel moderating pada pengujian kedua, variabel manajemen laba berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. Hal ini berarti memperkuat hubungan variabel independen dengan return saham.
Kata kunci : Economic Value Added (EVA), Debt on Equity Ratio (DER), Diskresional Total Akrual (DTAC), Dividend per Share (DPS) dan Return Saham
(19)
ABSTRACT
The objective of this research is to examine and analyze the influence of Economic Value Added, leverage ratio (Debt to Equity Ratio) and earnings management towards Return on Share with the dividend policy as a moderating variable on LQ 45 firms in Indonesia Stock Exchange, either partially or simultaneously.
Object of this research is LQ 45 category companies which listed in Indonesia Stock Exchange since 2006-2010, issued financial statements during the years of observation, totally 101 companies. Sampels selected by purposive sampling method, for the non-banking company which enter LQ 45 category in 5 years in row. was 13 companies. Observation for this research is 65 company. Data collection is done by taking the documentation of financial statements from the Indonesia Stock Exchange (BEI) database. Linear Multiple Regression Method is applied for the first hypothesis and Absolute Residual Method is applied to examine the second one using SPSS software.
This research shows result that for first hypothesis, EVA, leverage and earnings management simultaneously affect Return on Share, but partially, none of independence variabel significantly influential on Return on Share. When dividend policy sets as moderating variable used for second hypothesis, it influence earning management significantly towards return on share. This result means that moderating variable strenghtened influence independent variable towards return on share.
Keywords : Economic Value Added (EVA), Debt on Equity Ratio (DER), Discretional Total Accrual (DTAC), Dividend per Share (DPS) and Return on Share
(20)
BAB I PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Dewasa ini, dunia investasi bukan lagi merupakan kegiatan baru di dunia ekonomi Indonesia. Dengan didukung oleh keterbukaan informasi sekarang ini, para pelaku pasar dapat memasuki dunia investasi dengan sangat mudah. Para investor
menempatkan sejumlah dana selama periode tertentu dengan harapan dapat
memperoleh penghasilan dan atau peningkatan nilai investasi di masa yang akan
datang. Tujuan utama yang akan dicapai dalam kegiatan investasi adalah untuk
memperoleh keuntungan serta meningkatkan kesejahteraan investor baik sekarang
maupun di masa yang akan datang. Hal yang sangat perlu diperhatikan bagi seorang
calon investor sebelum melakukan investasi pada perusahaan tertentu, yaitu memastikan bahwa apakah investasinya tersebut akan mampu memberikan tingkat
keuntungan (rate of return) yang diharapkan atau tidak. Seorang investor yang rasional akan menginvestasikan dananya dengan memilih saham-saham yang efisien, yang dapat memberikan return maksimal dengan tingkat risiko tertentu atau return tertentu dengan risiko yang seminimal mungkin (Budileksmana dan Gunawan, 2003).
Investor membutuhkan berbagai informasi dari perusahaan berupa signal
untuk menilai prospek suatu perusahaan, yaitu melakukan analisis terhadap laporan keuangan dengan menggunakan rasio keuangan. Hal yang diperhitungkan oleh
(21)
investor pertama kali adalah tingkat keuntungan (return) yang disebut dengan dividen dan capital gain dalam investasi saham. Hal ini juga sejalan dengan tujuan perusahaan yang menginginkan pertumbuhan capital gain sehingga dapat menunjang perkembangan perusahaan secara konsisten dan juga memberikan kesejahteraan
kepada pemilik perusahaan dan pemegang saham.
Pertumbuhan return saham ini dapat terlihat pada nilai saham secara individual, pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) secara keseluruhan dan juga pada segmen masing-masing. Dari beberapa segmen di Bursa Efek Indonesia (BEI), segmen LQ 45 merupakan segmen unggulan yang terdiri dari 45 saham unggulan dan
memiliki porsi rata-rata 68,38% dari IHSG untuk periode tahun 2006-2010.
Perbandingan Pergerakan Indeks LQ 45 tahun 2006-2010 dapat dilihat dari grafik
Indeks LQ 45 pada Gambar 1.1 berikut ini.
Sumbe Gambar 1.1 271, 632 270, 424 292, 57 325, 1 294, 051 289, 734 299, 074 317, 609 336, 465 345, 845 376, 925 393, 112 377, 097 367, 812 390, 917 424, 574 433, 453 442, 124 487, 59 457, 961 498, 708 575, 508 591, 873 599, 821 564, 318 590, 772 525, 413 493, 463 518, 357 495, 169 481, 304 449, 661 369, 14 241, 352 241, 497 270, 232 262, 564 249, 008 283, 078 341, 725 373, 07 392, 123 454, 415 456, 266 483, 955 464, 199 476, 257 498, 288 510, 447 496, 027 539, 801 573, 365 543, 587 566, 1 589, 925 581, 314 651, 929 673, 416 638, 076 661, 378 0 100 200 300 400 500 600 700 800 Ja n -06 M ar -06 M ei -06 Ju l-06 S ep -06 N op -06 Ja n -07 M ar -07 M ei -07 Ju l-07 S ep -07 N op -07 Ja n -08 M ar -08 M ei -08 Ju l-08 S ep -08 N op -08 Ja n -09 M ar -09 M ei -09 Ju l-09 S ep -09 N op -09 Ja n -10 M ar -10 M ei -10 Ju l-10 S ep -10 N op -10
(22)
Pergerakan Indeks LQ 45 tahun 2006 - 2010
Dari periode tahun 2006 hingga tahun 2010,, terlihat adanya penurunan nilai indeks sebanyak 21 periode dengan nilai -0,44% hingga 34,62%. Penurunan indeks
terbesar ini terjadi pada bulan Oktober 2008. Trend negatif ini menunjukkan
penurunan nilai saham dan juga menunjukkan pengurangan capital gain. Ketidak- konsistenan ini menjadi suatu fenomena yang menjadi latar belakang penelitian ini
dilakukan terhadap return saham perusahaan yang masuk kategori LQ 45 di BEI. Untuk menganalisis faktor yang mempengaruhi return saham ini, penulis melakukan penelitian terhadap variabel Economic Value Added (EVA), leverage dan manajemen laba yang kemudian dikaitkan dengan kebijakan dividen sebagai variabel
moderating. EVA adalah cara untuk mengukur profitabilitas operasi yang lebih baik
dari rasio lainnya seperti Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), dan Earning per Share (EPS). Kelemahan rasio lainnya tersebut adalah mengabaikan adanya biaya modal dan hanya memperhatikan laba perusahaan sehingga tidak
memperhatikan risiko yang dihadapi perusahaan. Hal ini menyebabkan sulit untuk
mengetahui apakah suatu perusahaan telah berhasil menciptakan nilai perusahaan
atau tidak.
Leverage merupakan pendongkrak kinerja perusahaan dan identik dengan utang, karena pinjaman dapat mendongkrak kinerja perusahaan dibandingkan hanya mengandalkan kekuatan modaya sendiri. Ibarat alat pendongkrak, di satu sisi, utang bisa membuat pertumbuhan sebuah perusahaan menjadi lebih cepat, tetapi jika terlalu besar nilainya, utang yang sama juga bisa membebani kondisi keuangan perusahaan
(23)
atau menjadi tidak sehat. Rasio leverage menunjukkan berapa besar sebuah perusahaan menggunakan utang untuk membiayai operasi maupun ekspansi
usahanya.
Rasio leverage yang pertama adalah rasio utang (debt ratio). Rasio hutang ini adalah total utang dibagi dengan total aktiva dan hasiya dinyatakan dengan persen.
Semakin rendah rasio utang, semakin bagus kondisi perusahaan karena hanya sebagian kecil aset perusahaan yang dibiayai dengan utang. Informasi rasio utang ini
penting bagi calon kreditur atau pemberi pinjaman karena melalui rasio ini, mereka bisa mengukur seberapa tinggi risiko utang yang diberikan kepada suatu perusahaan.
Rasio leverage berikutnya adalah rasio utang terhadap modal atau Debt to Equity Ratio (DER). Rasio ini membandingkan total utang dengan modal sendiri perusahaan itu dengan cara membagi total utang dengan total modal dan hasiya juga dalam
persen. Semakin rendah DER perusahaan, semakin bagus kondisi perusahaan tersebut.
Keseluruhan rasio di atas diperoleh dari laporan keuangan yang diterbitkan
oleh perusahaan. Kualitas laporan keuangan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor
yang menentukan dalam proses penyusunan laporan keuangan. Manajemen
perusahaan dapat memilih kebijakan alokasi dalam penyusunan laporan keuangan
tersebut untuk mencapai tujuan tertentu. Scott (2000) menyatakan bahwa pilihan
kebijakan akuntansi yang dilakukan manajer untuk tujuan spesifik itulah disebut
dengan manajemen laba. Manajemen laba atau earning management adalah campur tangan manajemen dalam proses pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk
(24)
menguntungkan dirinya sendiri (manajer). Earning management akan menambah bias dalam laporan keuangan dengan metode-metode akuntansi tertentu dan dapat
mengganggu pemakai laporan keuangan yang mempercayai angka laba dari hasil
rekayasa. Earning management juga terjadi karena adanya asimetri informasi (information asymetri) yang tinggi antara manajer dan pihak lain yang tidak mempunyai sumber, dorongan dan akses yang memadai terhadap informasi untuk memonitor tindakan manajer.
Perusahaan terdorong melakukan earning management karena perusahaan berusaha untuk meningkatkan penjualan saham, menurunkan tingkat pajak, mendongkrak penjualan saham, mendapatkan bonus, memindahkan besarnya denda dan menghindari sanksi Bank Indonesia. Selain itu perusahaan akan melakukan
suatu lake take over cenderung memilih metode pencatatan persediaan yang dapat meningkatkan laba akuntansi, berdasarkan penelitian itu juga terdapat peningkatan laba akuntansi, berdasarkan penelitian itu juga terdapat sikap opurtunis manajemen dalam kasus ambil alih perusahaan ( Cristie dan Zimmerman, 1994).
Kebijakan dividen digunakan untuk menentukan berapa banyak laba yang
harus dibayarkan kepada pemegang saham, dan berapa banyak yang harus ditanam kembali di dalam perusahaan, yang secara keseluruhan merupakan bagian integral dari keputusan pembelanjaan perusahaan. Laba yang ditanamkan kembali ke
perusahaan tidak dibagikan kepada pemegang saham disebut dengan Retairned Earning. Laba perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham disebut dengan istilah dividen. Dividend Payout Ratio (DPR) adalah rasio yang menunjukkan
(25)
persentasi perusahaan yang dibayarkan kepada pemegang saham dalam bentuk
dividen kas, dengan dibandingkan terhadap laba perlembar saham (EPS).
Setelah pembahasan di atas, penulis melakukan penelitian ini untuk memberikan bukti empiris tentang adanya pengaruh dari EVA, tingkat leverage dan juga manajemen laba dengan kebijakan dividen sebagai variabel moderating terhadap
nilai return saham perusahaan sebagai tolok ukur kinerja yang dapat menilai tingkat pendapatan atas saham yang akan dibeli. Studi ini mencoba menjawab pertanyaan
apakah tolak ukur EVA, leverage dan manajemen laba serta kebijakan dividen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham.
1. 2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang penelitian, maka masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah Economic Value Added (EVA), leverage, dan manajemen laba berpengaruh secara parsial maupun simultan terhadap return saham pada perusahaan LQ 45 di Bursa Efek Indonesia?
2. Apakah kebijakan dividen mempengaruhi hubungan antara Economic Value Added (EVA), leverage, dan manajemen laba terhadap return saham pada perusahaan LQ 45 di Bursa Efek Indonesia?
(26)
1. 3. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Economic Value Added (EVA), leverage, dan manajemen laba secara parsial maupun simultan terhadap return saham perusahaan LQ 45 di Bursa Efek Indonesia.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis apakah kebijakan dividen mempengaruhi
hubungan antara Economic Value Added (EVA), leverage, dan manajemen laba dengan return saham perusahaan LQ 45 di Bursa Efek Indonesia.
1. 4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Sebagai bahan masukan untuk pertimbangan bagi investor dalam melakukan
investasi di Bursa Efek Indonesia.
2. Sebagai bahan masukan bagi perusahaan emiten yang termasuk kategori
LQ45 untuk meningkatkan daya tarik atas keuntungan (return) sahamnya dengan menyajikan informasi yang relevan, lengkap, akurat dan tepat waktu bagi investor khususnya informasi yang terkandung dalam laporan keuangan.
3. Sebagai referensi dalam menambah perbendaharaan penelitian akademisi di
bidang Akuntansi Keuangan khususnya Pasar Modal, dan referensi peneliti selanjutnya pada permasalahan atau subjek yang sama.
(27)
4. Sebagai referensi dalam menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti
dalam memahami pengaruh Economic Value Added (EVA), leverage dan manajemen laba terhadap return saham dengan menggunakan kebijakan dividen sebagai variabel moderating pada perusahaan LQ 45 di Bursa Efek
Indonesia
1. 5. Originalitas
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh
Ferawaty (2009) yang berjudul “Pengaruh Economic Value Added (EVA) dan Rasio Profitabilitas Terhadap Return Saham Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”, Ulupui (2007) yang berjudul “Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas, Leverage, Aktivitas dan Profitabilitas Terhadap Return Saham - Studi pada Perusahaan Makanan dan Minuman dengan Kategori Industri Barang Konsumsi di
BEJ”, Andromeda (2008) yang berjudul “Analisis Pengaruh manajemen laba terhadap return saham pada perusahaan manufaktur di BEJ yang diaudit oleh kantor akuntan publik berskala besar dan kantor akuntan publik yang berskala kecil” dan
penelitian Estuari (2010) yang berjudul “Pengaruh Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Return on Investment (ROI), Earning per Share (EPS) dan Dividend Payout Ratio (DPR) terhadap Return Saham Perusahaan di Bursa Efek Jakarta”.
Penelitian atas pengaruh EVA dilakukan sebelumnya oleh Ferawaty (2009)
(28)
Profitabilitas Terhadap Return Saham Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia “, dimana penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Waluja (2005) dengan judul “Pengaruh Return on Assets (ROA) dan Economic Value Added (EVA) terhadap Tingkat Keuntungan Saham (Rate of Stock Return) “. Penelitian yang ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia terhadap saham perusahaan
sektor manufaktur dengan periode penelitian tahun 2005 – 2008, ditemukan bahwa Economic Value Added (EVA), Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), dan Earning per Share (EPS) secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat keuntungan saham. Tetapi secara parsial, ditemukan bahwa Economic Value Added (EVA) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham.
Penelitian atas pengaruh leverage dilakukan sebelumnya oleh Ulupui (2007) dengan judul penelitian: “Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas, Leverage, Aktivitas dan Profitabilitas Terhadap Return Saham (Studi pada Perusahaan Makanan dan Minuman dengan Kategori Industri Barang Konsumsi di BEJ) “, dengan kesimpulan bahwa leverage, terutama Variabel Debt to Equity Ratio menunjukkan hasil yang positif, tetapi tidak signifikan. Hal ini mengindikasikan bahwa rasio utang tidak menyebabkan perubahan return saham satu tahun ke depan.
Penelitian atas pengaruh manajemen laba dilakukan sebelumnya oleh
Andromeda (2008) dengan judul penelitian: “Analisis Pengaruh manajemen laba
terhadap return saham pada perusahaan manufaktur di BEJ yang diaudit oleh kantor akuntan publik berskala besar dan kantor akuntan publik yang berskala kecil)“,
(29)
dengan kesimpulan bahwa manajemen laba secara parsial tidak memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap return saham satu tahun ke depan.
Penelitian atas pengaruh kebijakan dividen melalui Dividend Payout Ratio dilakukan sebelumnya oleh Estuari (2010) dengan judul penelitian “Pengaruh Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Return on Investment (ROI), Earning per Share (EPS) dan Dividend Payout Ratio (DPR) terhadap Return Saham Perusahaan di Bursa Efek Jakarta “dengan kesimpulan bahwa Dividend Payout Ratio (DPR) secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham.
Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari keempat penelitian di atas.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada penelitian
sebelumnya variabel bebas yang digunakan adalah EVA ROA, ROE, dan EPS; variabel manajemen laba dan ukuran KAP; dan variabel rasio likuiditas, leverage, aktivitas dan profitabilis. Sementara dalam penelitian ini, variabel bebas yang digunakan adalah EVA, Leverage, Manajemen Laba serta menggunakan kebijakan dividen berupa Dividend Payout Ratio sebagai variabel moderating. Perbedaan lainnya adalah objek penelitian pada penelitian sebelumnya pada perusahaan segmen
manufaktur dan perusahaan industri barang konsumsi, sedangkan pada penelitian ini dilakukan pada perusahaan non perbankan yang masuk kategori indeks LQ 45, karena pada perusahaan LQ 45 ini merupakan 45 perusahaan dominan di BEJ.
(30)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1. Landasan Teori 2. 1. 1. Return Saham
Return saham atau tingkat keuntungan investasi saham dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu return realisasi dan return ekspektasi (Jogiyanto, 2000). Return realisasi merupakan return yang telah terjadi dan dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi penting sebagai dasar pengukuran kinerja perusahaan, serta sebagai dasar penentuan return ekspektasi dan risiko di masa mendatang. Sedangkan return ekspektasi merupakan return yang diharapkan terjadi di masa mendatang dan bersifat tidak pasti (belum terjadi).
Rate of Return (ROR) adalah tingkat keuntungan saham atas investasi yang dilakukan oleh investor. Komposisi penghitungan rate of return (return total) adalah capital gain (loss) dan yield. Capital gain (loss) merupakan selisih laba/rugi yang dialami oleh pemegang saham karena harga saham relatif lebih tinggi atau rendah
dibandingkan harga saham periode sebelumnya. Sedangkan yield merupakan persentase penerimaan kas secara periodik terhadap harga investasi periode tertentu
dari sebuah investasi. Untuk saham, yield merupakan persentase dividen terhadap harga saham periode sebelumnya. Untuk obligasi, yield merupakan persentase bunga pinjaman yang diperoleh terhadap harga obligasi sebelumnya (Jogiyanto, 2000)
(31)
Dalam menghitung rate of return dapat digunakan rumus sebagai berikut: ROR = Capital gain(loss)+ Dividend Yield
= Pt-Pt-1 Pt-1 +
Dt Pt-1
= Pt-Pt-1+ Dt
Pt-1 X 100 % Keterangan:
Pt P
= Harga saham sekarang
t-1
Dt = Deviden yang dibayarkan sekarang
= Harga saham periode lalu t−1
2. 1. 2 Economic Value Added (EVA)
Istilah EVA (Economic Value Added) pertama kali dipopulerkan oleh Stern Steward Management Service yang merupakan perusahaaan konsultan dari Amerika
Serikat. Ukuran kinerja ini pertama kali diperkenalkan oleh George Bennet Steward
III dan Joel M Stern yang merupakan analis keuangan Stern Steward (Utama, 1997).
EVA sendiri dapat didefinisikan sebagai: “Keuntungan operasional setelah
pajak (after tax operating income) dikurangi dengan total biaya modal (total cost of capital) dari seluruh modal yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut“ (Mirza, 1997).
EVA adalah laba operasional setelah pajak (NOPAT) dikurangi biaya modal
dari investasi atau modal yang digunakan. NOPAT merupakan laba operasi
(32)
berjalan. Biaya modal sama dengan modal yang diinvestasikan perusahaan dikalikan
rata-rata tertimbang (weighted average) dari biaya modal (WACC). WACC sama dengan jumlah biaya dari setiap komponen modal – utang jangka pendek, utang jangka panjang dan ekuitas pemegang saham – ditimbang berdasarkan proporsi
relatifnya dalam struktur modal perusahaan pada nilai pasar. Menurut Young dan
O’Byrne (2001), perhitungan EVA adalah sebagai berikut: Penjualan Bersih
- Biaya Operasi
= Laba Operasi (atau pendapatan sebelum bunga dan pajak, EBIT) - Pajak
= Laba Operasi setelah pajak (NOPAT)
- Biaya modal (modal yang diinvestasikan x WACC) = EVA
EVA = NOPAT – Cost of Capital EVA = NOPAT – (k x Capital)
EVA = NOPAT – (WACC x Capital Invested), atau EVA = (ROA – WACC) x Capital Invested
Langkah-langkah yang digunakan dalam menghitung EVA (Economic Value Added) secara lebih detail adalah sebagai berikut (Roussana, 1997) :
a. Menghitung Biaya Hutang
Biaya hutang (cost of debt) atau kd merupakan rate yang harus dibayar perusahaan didalam pasar pada saat ini untuk mendapatkan hutang jangka panjang
baru. Perusahaan memiliki beberapa paket surat hutang dengan beban bunga yang
beragam dan cara tepat menghitungnya adalah secara tertimbang (Weight). Adanya pembayaran bunga oleh perusahaan akan mengurangi besarnya pendapatan kena
(33)
tingkat pajak yang dikenakan. Berdasarkan Undang-undang Perpajakan pada periode
penelitian laba perusahaan sebelum pajak (earning before tax) akan dikenakan tarif pajak sehingga dapat dirumuskan menjadi:
kd = Biaya Bunga tahunan Total Hutang Jangka Panjang
Menurut Brigham dan Houston (2001) biaya hutang berasal dari biaya hutang
setelah pajak, kd (1- T). Biaya hutang ini merupakan biaya yang relevan dari hutang baru, mengingat kemampuan bunga mengurangi pajak digunakan untuk menghitung biaya modal rata-rata tertimbang (WACC). Perhitungan ini sama dengan kd
Biaya komponen hutang setelah pajak = Suku bunga - Penghematan pajak dikalikan
dengan (1-T), dimana T merupakan tarif pajak marjinal perusahaan.
= kd - kdT = kd
Alasan penggunaan biaya hutang setelah pajak dalam menghitung biaya
modal rata-rata tertimbang adalah sebagai berikut. Nilai saham perusahaan, yang ingin dimaksimumkan, bergantung pada arus kas setelah pajak. Karena bunga merupakan beban yang dapat dikurangkan, maka bunga menghasilkan penghematan pajak yang mengurangi biaya hutang bersih, yang membuat biaya hutang setelah pajak lebih kecil dari biaya hutang sebelum pajak. Biaya hutang adalah suku bunga
atas hutang baru, bukan atas hutang yang masih beredar, dengan kata lain biaya yang diperlukan adalah biaya hutang marjinal.
(34)
b. Menghitung Biaya Modal Sendiri
Biaya modal sendiri sering disebut cost of equity. Bila para investor menyerahkan dananya berupa ekuitas kepada perusahaan, maka mereka berhak untuk mendapatkan pembagian dividen di masa mendatang sekaligus berkedudukan sebagai
pemilik parsial dari perusahaan tersebut. Besarnya dividen tidak ditentukan pada saat
investor menyerahkan dananya, akan tetapi bersifat tidak tetap tergantung kepada kinerja perusahaan di masa mendatang (perolehan retained earning). Hal ini berbeda dengan modal hutang karena pada hutang telah ada kepastian terhadap tingkat bunga.
Untuk menghitung ke
Menurut Brigham dan Gapenski (2006) terdapat beberapa pendekatan untuk
menentukan nilai k
digunakan pendekatan berdasarkan nilai pasar yang berlaku
dan bukan nilai buku.
e
1. Pendekatan CAPM (Capital Asset Pricing Model) antara lain:
Model yang populer digunakan adalah dengan menggunakan penetapan harga aktiva
modal atau CAPM. Metode tersebut dapat dirumuskan:
ke
= k
= Risk free rate + Risk premium RF + βi (kM- kRF
di mana:
)
kRF k
= Tingkat hasil keuntungan bebas risiko (risk free rate), M
β
= Tingkat hasil keuntungan yang diharapkan dipasar, dan
i = Koefisien Beta saham yang merupakan Indeks risiko saham perusahaan ke i.
(35)
Komponen biaya ekuitas:
a. Risk Free Rate (kRF
Adalah tingkat bunga bebas risiko, di mana penanaman modal pada instrumen bisnis yang mempunyai tahun bunga bebas risiko. Ini akan dapat dipastikan
memperoleh keuntungan seperti yang diharapkan. Sebagai ukuran dipakai
tingkat suku bunga obligasi dalam hal ini adalah Sertifikat Bank Indonesia.
Data ini diperoleh dari jurnal statistik keuangandan pasar modal. )
b. Market Return (kM
Adalah tingkat keuntungan portfolio pasar atau nilai keseluruhan pasar.
Sebagai pengukur dipakai tingkat keuntungan rata-rata seluruh
kesempataninvestasi yang tersedia di indeks pasar. Indeks pasar yang dipakai
adalah Indek Harga Saham Gabungan (IHSG). Data diperoleh dari Capital Market Direktory (CMD). Cara memperolehnya adalah dengan mengumpulkan nilai IHSG bulanan. Kemudian dihitung sebagai berikut:
)
Return pasar (kM) = (Indeksbulan i – indeksbulan i-1) / indeks c. Beta (β)
bulan i-1
Beta suatu saham adalah suatu ukuran volatilitas saham tersebut terhadap
rata-rata pasar saham. Hal tersebut mencerminkan risiko pasar sebagai lawan
risiko spesifik perusahaan yang dapat dikurangi dengan diversifikasi.
Historikal beta ini diperoleh dengan melakukan regresi linier antara tingkat
(36)
nilai betanya terhadap excess return portfolio pasar / indeks pasar (dalam hal ini indeks yang digunakan adalah IHSG).
Y = β. X
Dimana: Y = Excess return saham individual (kRI – kRF X = Excess return portfolio pasar (k
)
M – kRF
Yang dimaksud excess return adalah selisih antara tingkat keuntungan dengan tingkat bebas risiko.
)
2. Pendekatan Discounted Cash Flow (DCF) Model Model ini melihat ke
k
sebagai nilai dividen atau harga saham ditambah dengan
persentase pertumbuhan dari dividen tersebut (asumsi pertumbuhan konstan).
e k
= Dividend Yield + g e
k
= Dividend Yield + (plowback ratio x r) e
dimana:
= Dividend Yield + [ (1 – Dividend Payout) x r]
ke
g = Tingkat pertumbuhan yang diharapkan = Biaya modal sendiri
r = Tingkat keuntungan
3. Pendekatan Bond Yield Plus Risk Premium
Memperkirakan tingkat return yang akan diperoleh dengan menambahkan premi risiko pada obligasi, dimana company bond yield diperoleh dari perusahaan yang
(37)
memiliki obligasi (kd) dan risk premium pada pendekatan ketiga ini adalah premi yang diharapkan melebihi nilai bond yield perusahaan (kd
k
) dengan maksud
menarik investor untuk investasi pada obligasi yang lebih berisiko.
e = Company own bond Yield +Risk Premium
c. Menghitung Struktur Permodalan dari Neraca
Keputusan mengenai struktur modal menurut Brigham dan Gapenski (2006)
adalah hal yang sangat penting dalam menghitung biaya rata-rata tertimbang dari
modal. Adanya perubahan struktur modal perusahaan akan mempengaruhi risiko
yang terkandung pada saham biasa perusahaan yang pada akhirnya mempengaruhi
harga saham dan biaya laba yang ditahan. Kebijakan mengenai struktur modal
melibatkan trade off antar risiko dan tingkat keuntungan. Risiko yang makin tinggi akibat membesarnya hutang cenderung menurunkan harga saham, tetapi meningkatnya tingkat keuntungan yang diharapkan akan menaikkan harga saham
tersebut. Perusahaan dengan menetapkan struktur modal yang optimal akan
menghasilkan keseimbangan antara risiko dan tingkat keuntungan sehingga akan
memaksimumkan harga saham. Faktor yang mempengaruhi keputusan sehubungan
dengan struktur modal, diantaranya:
1. Risiko bisnis perusahaan yang terkandung pada aktiva perusahaan jika tidak
(38)
2. Posisi pajak perusahaan. Perusahaan menggunakan hutang dalam operasionaya
karena biaya bunga yang dibayarkan dapat dikurangkan dalam perhitungan pajak
(tax deduxtible) sehingga menurunkan biaya hutang sesungguhnya.
3. Fleksibilitas keuangan yang merupakan kemampuan untuk menambah modal
dengan persyaratan yang logis.
Struktur permodalan yang dipakai adalah proporsi hutang dan proporsi modal
sendiri dalam bentuk prosentase dari jumlah hutang dan modal sendiri. Proporsi
hutang (WD) diperoleh dengan membagi utang perusahaan dengan jumlah utang dan
modal sendiri kemudian dikalikan 100%.
WD= D
(D+E) X 100%
Proporsi ekuitas (WE) diperoleh dengan membagi modal sendiri dengan jumlah
hutang dan modal sendiri.
WE= E
(D+E) X 100%
d. Menghitung NOPAT
Net Operating Profit After Tax (NOPAT) atau laba operasi bersih setelah pajak merupakan penyesuaian dari laba setelah pajak. Besar laba operasi setelah
pajak tidak memberi dampak pada profitabilitas ataupun risiko dari bisnis yang
sekarang. Dengan kata lain baik perusahaan dibiayai dengan hutang maupun dengan
modal sendiri nilai NOPAT-nya akan identik. Net Operating After Tax adalah laba bersih / Earnings After Tax (EAT) yang dijumlahkan dengan Interest After Tax (IAT).
(39)
NOPAT = EAT + IAT.
EAT = Laba bersih (Earnings After Tax). IAT = Interest After Tax.
e. Menghitung biaya modal rata-rata tertimbang (c*)
Perhitungan biaya modal rata-rata tertimbang (Weighted Average Cost of Capital) atau c* menggunakan penjumlahan hasil kali antara bobot tertimbang atas komponen hutang dan komponen modal ekuitas perusahaan dari keseluruhan struktur
modal perusahaan dengan persentase biaya hutang dan biaya modal ekuitas yang
perumusannya sebagai berikut:
WACC = kd (1-T). Wd + ke. W
dimana T = Pajak yang dikenakan pemerintah pada perusahaan e
kd k
= Biaya hutang
e W
= Biaya modal sendiri
d W
= Proporsi hutang
e
f. Menghitung EVA (Economic Value Added)
= Proporsi ekuitas
EVA= NOPAT – c* x capital, atau EVA= (r-c*) x Capital
dimana: r = Tingkat keuntungan
(40)
Capital = merupakan jumlah dana yang tersedia bagi perusahaan untuk membiayai usahanya, yang merupakan penjumlahan dari total hutang dan modal saham.
Untuk menilai perusahaan, perhitungan EVA tidak hanya pada periode masa kini tetapi juga mencakup periode yang akan datang. Hal ini disebabkan karena EVA
pada suatu tahun tertentu menunjukkan besarnya penciptaan nilai pada tahun tersebut.
Sedangkan nilai perusahaan menunjukkan nilai sekarang dari total penciptaan nilai
selama umur perusahaan tersebut.
Menurut Utama (1997) penilaian EVA dapat dinyatakan sebagai berikut:
1. Apabila EVA > 0, berarti nilai EVA positif yang menunjukkan telah terjadi proses nilai tambah pada perusahaan.
2. Apabila EVA = 0 menunjukkan posisisi impas atau Break Event Point.
3. Apabila EVA <0, yang berarti EVA negatif menunjukkan tidak terjadi proses nilai tambah.
Dari uraian singkat di atas, dapat ditarik kesimpulan, bahwa pada dasarnya pendekatan EVA (Economic Value Added) berfungsi sebagai:
1. Indikator tentang adanya penciptaan nilai dari sebuah investasi.
2. Indikator kinerja sebuah perusahaan dalam setiap kegiatan operasional
(41)
3. Pendekatan baru dalam pengukuran kinerja perusahaan dengan memperhatikan
secara adil para penyandang dana atau pemegang saham.
Keunggulan EVA (Economic Value Added) menurut Iramani dan Febrian (2005) adalah sebagai berikut:
1. EVA memfokuskan penilaian pada nilai tambah dengan memperhitungkan beban
sebagai konsekuensi investasi.
2. EVA merupakan alat perusahaan dalam mengukur harapan yang dilihat dari segi
ekonomis dalam pengukurannya, yaitu dengan memperhatikan harapan penyandang dana secara adil dimana derajat keadilan dinyatakan dengan ukuran
tertimbang dari struktur modal yang ada dan berpedoman pada nilai pasar dan
bukan pada nilai buku.
3. Perhitungan EVA dapat dipergunakan secara mandiri tanpa memerlukan data
pembanding seperti standar industri atau data perusahaan lain sebagai konsep
penilaian.
4. Konsep EVA dapat digunakan sebagai dasar penilaian pemberian bonus pada
karyawan terutama pada divisi yang memberikan EVA lebih sehingga dapat
dikatakan bahwa EVA menjalankan stakeholders satisfaction concepts.
5. Pengaplikasian EVA yang mudah menunjukan bahwa konsep tersebut
merupakan ukuran praktis, mudah dihitung dan mudah digunakan sehingga merupakan salah satu bahan pertimbangan dalam mempercepat pengambilan
(42)
EVA memiliki kelemahan, yang menurut Iramani dan Febrian (2005) adalah sebagai berikut:
1. EVA hanya mengukur hasil akhir (result) dan tidak mengukur aktivitas-aktivitas penentu, seperti loyalitas dan tingkat retensi konsumen.
2. EVA terlalu bertumpu pada keyakinan bahwa investor sangat mengandalkan
pendekatan fundamental dalam mengkaji dan mengambil keputusan untuk
menjual dan membeli saham tertentu
2. 1. 2. Leverage
Leverage terdiri atas 2 (dua) jenis, yaitu financial leverage dan operating leverage. Menurut Brigham dan Houston (2001), leverage keuangan (financial leverage) merupakan suatu ukuran yang menunjukkan sampai sejauh mana sekuritas berpenghasilan tetap (utang dan saham preferen) digunakan dalam stuktur modal
perusahaan. Jika sebagian besar dari total biaya perusahaan adalah biaya tetap maka
perusahaan itu dikatakan leverage operasi.
Leverage ini merupakan bagian dari Debt Ratio. Rasio ini menggambarkan hubungan antara utang perusahaan terhadap modal maupun aset. rasio ini dapat
melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh utang atau pihak luar dengan
kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal (equity). perusahaan yang
(43)
dianggap bagian dari rasio Solvabilitas. Debt Ratio ini ditunjukkan dengan perbandingan Debt to Equity (total hutang dibagi dengan total ekuitas)
2. 1. 3. Manajemen Laba
Konsep Earning Management dapat dimulai dari pendekatan agensi dan signalling theory. Teori keagenan (agency theory) menyatakan bahwa praktik earning management dipengaruhi oleh adanya konflik kepentingan antara agen (manajemen) dengan prinsipal (pemilik) yang timbul ketika setiap pihak berusaha
untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendakinya.
Teori sinyal (signalling theory) membahas bagaimana seharusnya sinyal keberhasilan / kegagalan manajemen disampaikan kepada pemilik. Penyampaian laporan
keuangan dapat dianggap sinyal apakah agen telah berbuat sesuai dengan kontrak.
Dalam hubungan keagenan, manajer memiliki asimetri informasi terhadap pihak eksternal perusahaan seperti kreditor dan investor. Asimetri informasi terjadi ketika
manajer memiliki informasi internal perusahaan yang relatif lebih banyak dan
mengetahui informasi tersebut lebih cepat dibandingkan pihak eksternal. Kondisi ini
memberikan kesempatan kepada manajer untuk menggunakan informasi yang
diketahuinya untuk memanipulasi laporan keuangan sebagai usaha untuk
(44)
Tiga hipotesis teori akuntansi positif (Positive Accounting Theory) yang dirumuskan oleh Watts dan Zimmerman (1990) dalam Ardiati (2005) dapat dijadikan
dasar pemahaman dalam tindakan earning management adalah: a. Hipotesis program bonus (The Bonus Plan Hypothesis)
Penelitian Healy (1985) dalam Naim dan Hartono (1996) membuktikan bahwa
kompensasi yang didasarkan atas data akuntansi merupakan insentif bagi
manajer untuk memilih prosedur dan metode akuntansi yang dapat
memaksimumkan besarnya bonus yang akan diperoleh. Laba suatu periode
akuntansi yang lebih rendah dari target laba merupakan insentif bagi manajer
untuk mengurangi laba yang dilaporkan dalam suatu periode tersebut dan
mentransfer laba ke periode berikutnya.
b. Hipotesis perjanjian utang (The Debt Covenant Hypothesis)
Salah satu persyaratan dalam pemberian kredit seringkali mencakup
kesediaan debitur untuk mempertahankan tingkat rasio modal kerja minimal, rasio debt to equity minimal, maksimum pemberian dividen ke pemegang saham atau batasan lain yang umumnya dikaitkan dengan data akuntansi.
Pelanggaran terhadap batasan-batasan yang termuat dalam kontrak kredit ini
merupakan hal yang menakutkan bagi manajemen. Oleh karena itu, kondisi keuangan yang menyebabkan perusahaan berada dalam posisi nyaris melanggar
perjanjian kredit dapat menjadi insentif bagi manajer untuk melakukan
manajemen laba dalam rangka meminimalkan probabilitas pelanggaran
(45)
c. Hipotesis Politis (The Political Cost Hypothesis)
Fluktuasi yang besar dalam laba mungkin menarik perhatian pembuat
peraturan (regulator), fluktuasi naik yang besar atas laba dapat dipandang sebagai sinyal krisis dan menyebabkan regulator bertindak. Perusahaan besar cenderung menggunakan metode akuntansi yang dapat mengurangi laba
dibandingkan perusahaan kecil.
Menurut Scott ( 1997) dalam Rahmawati, Suparno dan Qomariyah (2006), pola-pola manajemen laba, antara lain:
1. Taking A Bath
Taking a bath sering disebut big bath dan dilakukan agar laba pada periode berikutnya menjadi lebih tinggi dari yang seharusnya. Hal ini
dimungkinkan karena manajemen menghapus beberapa aktiva dan
membebankan perkiraan-perkiraan mendatang pada periode sekarang.
2. Income Maximation
Income maximation dilakukan agar laba pada periode sekarang menjadi lebih tinggi dari yang seharusnya.
3. Income Minimation
Income minimation dilakukan agar laba periode sekarang lebih rendah dari yang seharusnya.
(46)
4. Income Smoothing
Income smoothing merupakan bagian dari manajemen laba yang merupakan kegiatan perusahaan untuk melakukan perubahan atau manipulasi laba secara
smooth atau lembut yang diukur dengan Indeks Eckel. Proksi dari income smoothing yang menggunakan Indeks Eckel berbeda dengan proksi manajemen laba yang diukur dengan discretionary accrual. Income smoothing (perataan laba) meliputi penggunaan teknik-teknik tertentu untuk memperkecil atau memperbesar jumlah laba suatu periode sama dengan
jumlah laba periode sebelumnya.
Penelitian ini menggunakan pola income maximation dan income minimation dalam mengidentifikasi manajemen laba, dengan perhitungan diskresioner total
akrual sesuai dengan Modified Jones’ Models (Dechow, 1995 dikutip oleh Midiastuty dan Mas’ud, 2003) :
a. Total accruals sesungguhnya TAC = NIit – CFit
dimana:
NIit = laba bersih (net income) perusahaan i pada periode t,
CFit = arus kas operasi (cash flow of operation) perusahaan i pada periode t
(47)
b. Total accruals yang diestimasi dengan persamaan regresi OLS (Ordinary Least Square) adalah
TACt/TAt−1=α1 (1/TAt−1) +α2
(
∆SALt/TAt−1)
+α3(
PPEt/TAt −1) + ϑt dimanaTACt = total accruals dalam periode t TAt-1 = total asset periode t-1
∆SALt = perubahan pendapatan atau penjualan bersih dalam periode t PPEt = property, plan, and equipment periode t
α1, α2, α3 = koefisien regresi
c. Non akrual diskresioner
NDTACt= α1 (1 TAt −1) + α2
[
(
∆SALt −∆RECt ) TAt −1]
+ α3 (PPEt /TAt −1) dimana:∆RECt = perubahan piutang bersih dalam periode t
α1, α2, α3 = fitted coefficient yang diperoleh dari hasil regresi pada perhitungan total accruals
d. Diskresioner Total Akrual
DTACt = TACt /TAt −1 −NDTACt
dimana:
(48)
TACt = total accruals tahun t
NDTACt = non akrual diskresioner pada tahun t
2. 1. 4. Kebijakan Deviden
Ang (1997) menyatakan bahwa dividen merupakan nilai pendapatan bersih
perusahaan setelah pajak dikurangi dengan laba ditahan (retained earning) yang ditahan sebagai cadangan bagi perusahaan. Dividen ini untuk dibagikan kepada
para pemegang saham sebagai keuntungan dari laba perusahaan. Apabila
perusahaan penerbit saham mampu menghasilkan laba yang besar maka ada
kemungkinan pemegang sahamnya akan menikmati keuntungan dalam bentuk
dividen yang besar pula.
Ang (1997) menyatakan bahwa dividend payout ratio merupakan perbandingan antara Dividend per Share dengan Earning per Share, jadi secara perspektif yang dilihat adalah pertumbuhan dividend per share terhadap pertumbuhan earning share. Dividen merupakan salah satu tujuan investor melakukan investasi saham, sehingga apabila besarnya dividen tidak sesuai dengan yang diharapkan maka ia akan cenderung tidak membeli suatu saham atau menjual
saham tersebut apabila telah memilikinya (Ang, 1997). Dividend payout ratio dirumuskan sebagai berikut :
DPR = Dividend per Share Earning per Share
(49)
Dividen juga dapat dikaitkan dengan Signalling Theory dimana adanya pengumuman pembagian dividen dapat menjadi sinyal yang baik terhadap investor
untuk mendapatkan keuntungan, namun dapat pula menjadi sinyal yang kurang baik ketika dividen yang diumumkan menurun dari periode sebelumnya. Karena
dividend payout ratio yang berkurang dapat mencerminkan laba perusahaan yang makin berkurang. Akibatnya sinyal buruk akan muncul karena
mengindikasikan bahwa perusahaan kekurangan dana. Kondisi ini akan menyebabkan
preferensi investor akan suatu saham berkurang karena investor memiliki preferensi
yang sangat kuat atas dividen. Sehingga perusahaan akan selalu berupaya untuk
mempertahankan Dividend Payout Ratio meskipun terjadi penurunan jumlah laba yang diperolehnya (Brav et al, 2003 dalam Risaptoko, 2007). Walaupun pada kenyataan yang terjadi tidak selalu demikian, turunnya rasio DPR belum tentu keuntungan perusahaan juga menurun, tetapi tidak dibagikan dalam bentuk dividen, melainkan menjadi laba ditahan oleh perusahaan. Namun demikian, rasio DPR tetap menjadi sinyal bagi investor yang mengharapkan keuntungan dalam bentuk
dividen.
2. 1. 5. Indeks LQ 45
Menurut Jogiyanto (2000), saham LQ 45 merupakan 45 saham teraktif yang diperdagangkan dan memiliki tingkat likuiditas tinggi serta kapitalisasi pasar
tertinggi.. Indeks LQ 45 menggunakan 45 saham yang terpilih berdasarkan likuiditas
(50)
dan Agustus) sehingga saham yang terdapat dalam indeks tersebut akan selalu
berubah. Pemilihan saham - saham LQ 45 dilakukan secara wajar dan didukung oleh
komite penasehat yang terdiri dari para ahli di BAPEPAM, Universitas, dan Profesional di bidang pasar modal.
Tujuan dari indeks LQ 45 adalah sebagai pelengkap IHSG dan khususnya
untuk menyediakan sarana yang obyektif dan terpercaya bagi analisis keuangan, manajer investasi, investor dan pemerhati pasar modal lainnya dalam memonitori pergerakan harga dari saham – saham yang aktif diperdagangkan.
Perusahaan – perusahaan yang masuk daftar LQ 45 memiliki kriteria berikut:
a. Saham tersebut harus masuk dalam rangking 60 besar dari total transaksi
saham di pasar regular (yang dilihat adalah rata-rata nilai transaksi selama 12
bulan terakhir).
b. Saham tersebut juga harus masuk ke dalam jajaran teratas dalam peringkat
berdasarkan kapitalisasi pasar (yang dilihat adalah rata-rata kapitalisasi pasar
selama 12 bulan terakhir).
c. Saham tersebut harus tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama miniman
3 bulan.
d. Keadaan keuangan perusahaan dan prospek pertumbuhan dari perusahaan
pemilik saham harus baik begitu juga frekuensi dan jumlah hari perdagangan
transaksi di pasar regulernya juga harus baik.
Terdapat faktor – faktor yang berperan dalam pergerakan indeks LQ 45, yaitu:
(51)
keuangan Indonesia.
b. Tingkat toleransi investor terhadap risiko.
c. Saham – saham penggerak indeks (index mover stocks) yang merupakan
saham berkapitalisasi pasar besar di BEI.
Naiknya indeks LQ 45 dapat dipengaruhi oleh penguatan bursa global dan regional
menyusul penurunan harga minyak mentah dunia, dan juga penguatan nilai tukar rupiah yang mampu mengangkat indeks LQ 45 ke zona positif.
2. 2. Review Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian sebelumnya yang dijadikan sebagai pedoman untuk
(52)
Tabel 2.1
Review Penelitian Terdahulu (Theoretical Mapping)
No Nama Peneliti
& Tahun Judul Penelitian Variabel penelitian Hasil Penelitian
1 Ferawati (2009) Pengaruh Economic Added Value dan Rasio Profitabilitas terhadap Return
Saham perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
Variabel Independen : EVA, ROA, ROE,
EPS
Variabel Dependen :
Return Saham
EVA, ROA, ROE dan EPS secara simultan berpengaruh signifikan terhadap return saham. Secara parsial, ROE memiliki pengaruh yang signifikan dibandingkan variabel yang lain.
2 IG. K. A. Ulupui
Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas,
Leverage, Aktivitas
dan Profitabilitas terhadap Return
Saham.
Variabel Independen
: Current Ratio
Return to Asset
Debt to Equity Ratio
Total Asset Turnover Variabel Dependen :
Return Saham
Current Ratio d a n R e t u r n
o n A s s e t memiliki pengaruh
yang positif dan signifikan terhadap return saham.
Total Asset Turnover memiliki pengaruh yang negatif dan t i d a k signifikan terhadap
return saham.
Debt to Equity Ratio memiliki
pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap return
saham. 3 Donny Arlanda
Andromeda (2008)
Analisis Pengaruh Manajemen Laba terhadap Return
Saham pada Perusahaan
Manufaktur di BEJ yang diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Skala Besar dan Kantor Akuntan Publik Berskala Kecil
Variabel Independen : Manajemen Laba Variabel Dependen :
Return Saham, Skala
KAP
Manajemen Laba tidak terdapat pengaruh signifikan secara parsial terhadap return saham.
Perusahaan yang diaudit oleh KAP skala kecil cenderung untuk melakukan manajemen laba.
4 Artik Estuari (2010)
Pengaruh Current
Ratio (CR), Debt to
Equity Ratio (DER),
Returnon Investment
(ROI), Earning per
Share (EPS) dan
Dividend Payout
Ratio (DPR) terhadap
Return Saham
Perusahaan di Bursa Efek Jakarta
Variabel Independen
: Current Ratio (CR)
Debt to Equity Ratio
(DER)
Returnon Investment
(ROI)
Earning per Share
(EPS)
Dividend Payout
Ratio (DPR)
Variabel Independen
: Return Saham
DPR memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Return Saham secara parsial dan juga secara simultan dengan variabel lainnya terhadap Return saham.
(53)
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3. 1. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dibangun untuk mengetahui pengaruh variabel EVA, leverage dan manajemen laba sebagai variabel independen terhadap variabel dependen yaitu return saham dengan kebijakan dividen sebagai varibel moderating. Kerangka konsep penelitian ini digambarkan dengan model pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
Penelitian ini dilakukan terhadap return saham karena return saham merupakan alasan investasi yang dilakukan oleh investor. Semakin tinggi tingkat
return saham, maka saham tersebut semakin menarik bagi investor sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan investasi. Dalam melakukan kegiatan investasi,
Economic Value Added (EVA) (X1)
Return Saham Rasio Leverage (X2)
Manajemen Laba (X3)
(54)
investor dapat melakukan analisis fundamental dan teknikal terhadap beberapa
variabel yang dimaksudkan dalam penelitian ini. Pada kerangka konsep ini akan
dijelaskan mengenai hubungan antara variabel independen terhadap variabel
dependen dengan uraian berikut:
a. Hubungan antara Economic Value Added terhadap Return Saham
Economic Value Added (EVA) adalah laba operasional setelah pajak (NOPAT) dikurangi biaya modal dari investasi atau modal yang digunakan. NOPAT
merupakan laba operasi perusahaan setelah pajak dan mengukur laba yang diperoleh
perusahaan dari operasi berjalan. Hasil penelitian Ferawati (2009) menyimpulkan
bahwa EVA memiliki pengaruh signifikan terhadap return saham. Stephen O’Byrne (2001) menjelaskan pengaruh signifikan EVA terhadap return saham.
Perusahaan yang memiliki nilai EVA tinggi akan mencerminkan nilai
perusahaan yang tinggi juga sehingga menarik investor, karena akan menghasilkan keuntungan yang semakin besar bagi para investor maupun pemegang saham. Return yang semakin tinggi ini menunjukkan nilai saham yang semakin naik.
b. Hubungan antara Leverage terhadap Return Saham
Debt to Equity Ratio menggambarkan hubungan antara hutang perusahaan dengan ekuitas perusahaan, melihat tingkat pembiayaan perusahaan oleh hutang atau pihak luar dibandingkan denan kemampuan perusahaan (ekuitas). Penelitian Ulupui
(55)
tidak signifikan terhadap return saham. Kenaikan leverage akan memberikan sedikit pengaruh terhadap kenaikan return saham. Penggunaan leverage yang tinggi akan meningkatkan modal perusahaan dengan cepat, tetapi apabila penjualan menurun, modal perusahaan akan menurun dengan cepat (Hanafi dan Halim, 2000 dalam
Solechan, 2008). Dengan semakin tinggi rasio hutang perusahaan mengindikasikan
tingginya hutang perusahaan yang dibiayai oleh modal saham sehingga menjadi
beban tersendiri bagi investor karena tingkat biaya bunga yang tinggi mengurangi
laba perusahaan dan tingkat resiko yang tinggi. Tingginya bunga berakibat pada
rendahnya laba dan juga tingkat dividen.
c. Hubungan antara Manajemen Laba terhadap Return Saham
Manajemen laba merupakan upaya dilakukan oleh perusahaan untuk
memanipulasi laba perusahaan. Manajemen laba yang tinggi akan berhubungan erat
dengan kualitas laba yang rendah, dan manajer melakukan manajemen laba untuk menjamin laba yang berkualitas tinggi (Daniati dan Suhairi, 2006 dalam Solechan,
2008). Penelitian Andromeda (2008) menyimpulkan bahwa manajemen laba secara
parsial tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham satu tahun ke depan. Penelitian Leung dan Srinindhi (2000, dalam Solechan, 2008) memperoleh hasil bahwa manajemen laba melalui diskresioner akrual berpengaruh
positif terhadap return saham. Akan tetapi, penelitian Fanini (2006, dalam Solechan 2008) menyebutkan bahwa variabel diskresioner akrual tidak berpengaruh signifikan
(56)
terhadap return saham. Subramanyam (1996) dalam Ardiati (2005) menemukan bahwa diskresioner total akrual berhubungan dengan return saham.
Manajemen laba akan menyebabkan laba perusahaan menjadi lebih tinggi dan
mengakibatkan harga saham mengalami kenaikan. Kenaikan harga saham disebabkan
sentimen positif pasar karena perusahaan mengalami keuntungan. Kenaikan saham
ini menyebabkan kenaikan return saham. Hal ini menyebabkan para pemegang saham menjadi lebih yakin dalam melakukan investasi terhadap perusahaan. Return memiliki peran yang sangat signifikan dalam menentukan nilai dari suatu investasi
(Daniati dan Suhairi, 2006 dalam Solechan, 2008).
d. Pengaruh Kebijakan Deviden terhadap hubungan EVA, Leverage dan manajemen laba terhadap Return Saham.
Pengaruh kebijakan dividen melalui Dividend Payout Ratio (DPR) dilakukan sebelumnya oleh Estuari (2010) menyimpulkan bahwa DPR secara parsial memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap return saham. DPR ini merupakan pertumbuhan nilai dividen per saham terhadap pertumbuhan tingkat earning per saham. DPR dapat
memperlemah maupun memperkuat hubungan antara variabel independen dengan
variabel dependen sebagai variabel moderating. Perusahaan dengan tingkat DPR yang
tinggi dalam hubungannya dengan EVA yang positif cenderung akan meningkatkan
(57)
negatif akan cenderung mengalami penurunan harga saham yang berakibat ke
turunnya return saham.
Perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi, tetapi memiliki DPR yang tinggi tidak cenderung mengakibatkan pemegang saham mengalihkan investasi ke
perusahaan lain dengan alasan resiko, karena tingkat pembagian dividen yang masih menjanjikan. Tetapi apabila DPR perusahaan tersebut mengalami penurunan, return dari faktor dividen semakin menurun dan akan cenderung mengakibatkan pemegang
saham menjauhi resiko investasi sehingga pelepasan saham cenderung dapat
mengakibatkan penurunan harga saham. Penurunan harga saham dan penurunan
dividen pasti menyebabkan return saham menurun. Begitu juga dengan perusahaan yang memiliki DPR yang baik dan mengadakan manajemen laba sehingga laba
menjadi lebih tinggi akan cenderung menyebabkan kenaikan return saham yang diakibatkan naiknya dividen yang diterima dan juga kenaikan harga saham akibat
sentimen positif pasar.
Hal ini mengindikasikan bahwa DPR diharapkan dapat memberikan pengaruh
terhadap hubungan antara EVA, leverage dan manajemen laba terhadap return saham.
3. 2. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka konsep yang telah diuraikan
(58)
1. Economic Value Added (EVA), leverage, dan manajemen laba berpengaruh secara parsial maupun simultan terhadap return saham pada perusahaan LQ 45 di Bursa Efek Indonesia.
2. Kebijakan dividen mempengaruhi hubungan antara Economic Value Added (EVA), leverage, dan manajemen laba dengan return saham pada perusahaan LQ 45 di Bursa Efek Indonesia.
(59)
BAB IV METODE PENELITIAN
4. 1. Jenis dan Sifat Penelitian
Jenis penelitian ini adalah asosiatif causal dengan menggunakan jenis data kuantitatif. Menurut Umar (2003) penelitian asosiatif causal adalah penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara satu variable dengan variabel lainnya
atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya.
4. 2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia dengan mengakses situs Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2011 sampai dengan Maret 2012.
4. 3. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang
terturut-turut masuk pada kategori LQ 45 di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2006 sampai
dengan tahun 2010 sebanyak 101 perusahaan (Lampiran 1). Kriteria perusahaan yang
dapat digunakan sebagai data pengamatan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Perusahaan publik yang termasuk kategori LQ 45 yang telah terdaftar di Bursa
Efek Indonesia berturut-turut selama tahun 2006 hingga tahun 2010.
(60)
c. Perusahaan yang konsisten menghasilkan laba selama periode pengamatan
(2007-2010).
Proses seleksi data pengamatan dalam penelitian ini dapat terlihat pada Tabel
4.1:
Tabel 4.1 Daftar Pemilihan Sampel
KATEGORI Jumlah
Perusahaan yang masuk dalam Indeks LQ 45 di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2006 – 2010
101
Perusahaan yang tidak berturut-turut masuk Indeks LQ periode tahun 2006 – 2010
84
Perusahaan dengan kategori perbankan 4
Jumlah perusahaan yang terpilih menjadi sampel penelitian 13
Berdasarkan kriteria tersebut, maka jumlah perusahaan LQ 45 yang terdaftar di BEI tahun 2006-2010, yang dapat memenuhi kriteria sebagai sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 13 perusahaan (lampiran 1). Angka tahun pengamatan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5 tahun berturut-turut sehingga jumlah
observasi dalam penelitian ini adalah 5 tahun observasi x 13 sampel adalah sebanyak
(61)
4. 4. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode dokumentasi. Menurut Arikunto (2002) metode dokumentasi adalah suatu
cara untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat, agenda dan sebagainya. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu laporan keuangan tahunan perusahaan yang telah diaudit oleh auditor independen pada seluruh perusahaan, data fundamental, harga penutupan saham selama periode 2006 sampai dengan 2010. Sumber data tersebut diperoleh dari Indonesia Stock Exchange Monthly, JSX Statistic, Capital Market Directory 2006 hingga 2010 dan dari Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM) di Bursa Efek Indonesia. Data yang digunakan merupakan gabungan data
antara perusahaan (cross section) dan antar waktu (time series), yang disebut juga dengan pooled data.
4. 5. Definisi Operasional dan Metode pengukuran Variabel 4. 5. 1. Variabel Penelitian
Ada beberapa variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini, yang nantinya akan diuji adalah:
1. Variabel terikat (Y)
(62)
2. Variabel bebas (X)
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Economic Value Added, Leverage, dan Manajemen Laba
3. Variabel moderating (X)
Variabel moderating dalam penelitian ini adalah Dividend Payout Ratio.
4. 5. 2. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional dan pengukuran untuk masing-masing variabel dalam
penelitian ini adalah:
1. Return Saham (Y)
Return saham adalah tingkat keuntungan atas investasi yang dilakukan. Komposisi perhitungan rate of return saham terdiri dari capital gain (loss) dan dividen, dengan menghitung selisih antara harga saham sekarang dengan saham periode lalu, ditambahkan dengan dividen yang dibayarkan sekarang kemudian dibagi dengan harga saham periode yang lalu. Skala pengukuran yang digunakan
adalah skala rasio.
2. Economic Value Added (X1
EVA adalah laba operasi bersih setelah pajak (NOPAT) selama satu tahun buku
dikurangi dengan biaya-biaya atas modal yang diinvestasikan (capital charge). Skala pengukurannya adalah skala rasio
)
(63)
3. Leverage Keuangan (X2
Leverage keuangan diukur dengan Debt to Equity Ratio (DER) yang merupakan rasio antara total hutang (total debts) baik hutang jangka pendek (current liability) dan hutang jangka panjang terhadap total ekuitas (total equity). Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio.
)
4. Manajemen Laba (X3
Manajemen laba dalam penelitian ini diproksi (diukur) dengan diskresioner total
akrual (DTAC). Diskresioner total akrual merupakan suatu cara untuk
mengurangi pelaporan laba yang sulit dideteksi melalui manipulasi kebijakan
akuntansi yang berhubungan dengan akrual, misalnya dengan cara menaikkan biaya amortisasi dan depresiasi, mencatat kewajiban yang besar atas jaminan produk (garansi), kontigensi dan potongan harga, dan mencatat persediaan yang sudah usang (Medistuti dan Mas’ud, 2003). Skala pengukuran yang digunakan
adalah skala rasio. )
5. Kebijakan Dividen (X4
Kebijakan dividen dalam penelitian ini diproksi (diukur) dengan Dividend
Payout Ratio (DPR). Menurut Ang (1997), Dividend Payout Ratio (DPR) merupakan rasio antara dividend per share (DPS) terhadap Earning per Share (EPS). Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio.
)
Definisi operasional dan pengukuran variabel dalam penelitian ini dapat dilihat
(64)
Tabel 4.2 Definisi Operasional Variabel
Jenis Variabel
Nama
Variabel Definisi Operasional Parameter
Skala Ukuran Variabel Inde-penden Economic Value Added (X1
Ukuran kinerja keuangan yang paling baik untuk menjelaskan
economic profit suatu
perusahaan, dibandingkan dengan ukuran yang lain. )
EVA = NOPAT –
(WACC xcapital) Rasio
Leverage
Keuangan
(X2
Menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menjamin total hutang dengan total modal. )
DER = Total Debt
Total Equity Rasio
Manajemen Laba
(X3
Ukuran diskresional akrual total manajeman laba )
DTACt = TACt /TAt −1 −NDTACt
Rasio Variabel Moderating Dividend Payout Ratio (X4)
Ukuran perbandingan laba perusahaan yang dibagikan
dalam bentuk dividen
DPR=Deviden Per Share
Earning Per Share Rasio
Variabel Dependen
Return Saham
(Y)
Tingkat keuntungan yang diharapkan dari para investor dari kenaikan harga saham dan
pembagian dividen.
= Capital gain (loss) + Yield
=Pt-Pt-1+Dt Pt-1
× 100%
Rasio
4. 6. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menggunakan
model sebagai berikut :
a. Model Regresi Linear Sederhana
b. Model Regresi Linear Multivariat (berganda)
c. Model Regresi Linear Multivariat (berganda) moderating dengan uji selisih mutlak
(65)
Untuk mengadakan analisis dengan model regresi harus diadakan pengujian
kualitas data dengan menggunakan statistik deskriptif dan asumsi klasik.
4. 6. 1. Statistik Deskriptif
Statistik ini digunakan untuk memberikan gambaran profil data sampel.
Penelitian ini menggunakan statistik deskriptif yang terdiri dari rata-rata, deviasi standar, minumun dan maksimum.
4. 6. 2.
Salah satu syarat untuk pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis
regresi adalah uji asumsi klasik. Jika asumsi-asumsi tersebut tidak semua terpenuhi
maka hasiya akan bias (Mason & Douglas, 1999). Uji ini meliputi: uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas.
Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas memiliki distribusi normal atau tidak. Model regresi
yang baik adalah memiliki distribusi normal atau mendekati normal.
Menurut Ghozali (2005), ada dua cara untuk mendeteksi apakah data variabel berdistribusi normal atau tidak, yaitu dengan melihat grafik normal plot dan secara statistik dengan Uji Kolmogorov Smirnov. Pengujian dengan metode ini
(66)
menyatakan jika nilai Kolmogorov-Smirnov (K-S) memiliki probabilitas lebih besar dari 0,05 (Santoso, 2007), maka variabel penelitian tersebut dapat dinyatakan berdistribusi normal.
2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Menurut Gujarati (2008), konsekuensi praktis yang timbul sebagai adanya multikoliniaritas ini adalah
kesalahan standar penaksir semakin besar dan probabilitas untuk menerima
hipotesis yang salah semakin besar. Multikolinearitas terjadi jika variabel bebas
saling berkorelasi. Hal ini bisa menyebabkan kesimpulan yang salah sehubungan
dengan manakah variabel bebas yang mempunyai pengaruh nyata dan yang tidak
nyata.
Salah satu cara untuk mengetahui adanya multikoliniaritas adalah dengan
melakukan uji VIF (Variance Inflation Factor). Nilai VIF yang tidak lebih dari 10 dan nilai tolerance tidak kurang dari 0,1, maka model dapat dikatakan terbebas dari multikoliniaritas. VIF = 1/ Tolerance, jika VIF = 10 maka Tolerance = 1/ 10 = 0,1. Semakin tinggi VIF maka semakin rendah Tolerance.
3. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah dalam model regresi linear
(1)
(2)
(3)
Hasil Analisa Data SPSS – Hipotesis Kedua
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
pROR -.1871 .31289 64
Zscore(pEVA@) .0000000 1.00000000 64
Zscore(pDER@) .0000000 1.00000000 64
Zscore(pDTAC@) .0000000 1.00000000 64
Zscore(DPR) -.0022726 1.00773607 64
ABS_EVA@ .3070 .37117 64
ABS_DER@ .9975 1.18341 64
ABS_DTAC@ .9698 1.07389 64
Variables Entered/Removed
Model Variables Entered Variables Removed Method
1 ABS_DTAC@,
Zscore(pDTAC@), Zscore(pDER@), ABS_EVA@, ABS_DER@, Zscore(pEVA@), Zscore(DPR)a
. Enter
a. All requested variables entered.
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .561a .315 .229 .27470
a. Predictors: (Constant), ABS_DTAC@, Zscore(pDTAC@), Zscore(pDER@), ABS_EVA@, ABS_DER@, Zscore(pEVA@), Zscore(DPR)
(4)
Model Summaryb
Model
Change Statistics
R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change Durbin-Watson
1 .315 3.676 7 56 .002 2.037
b. Dependent Variable: pROR
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1.942 7 .277 3.676 .002a
Residual 4.226 56 .075
Total 6.168 63
a. Predictors: (Constant), ABS_DTAC@, Zscore(pDTAC@), Zscore(pDER@), ABS_EVA@, ABS_DER@, Zscore(pEVA@), Zscore(DPR)
b. Dependent Variable: pROR
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -.224 .086 -2.606 .012
Zscore(pEVA@) -.183 .097 -.585 -1.884 .065
Zscore(pDER@) .083 .038 .266 2.178 .034
Zscore(pDTAC@) .093 .036 .298 2.624 .011
Zscore(DPR) .079 .100 .254 .786 .435
ABS_EVA@ -.140 .121 -.167 -1.159 .251
ABS_DER@ -.087 .055 -.330 -1.597 .116
ABS_DTAC@ .173 .063 .593 2.734 .008
(5)
Coefficientsa
Model
Correlations Collinearity Statistics
Zero-order Partial Part Tolerance VIF
1 Zscore(pEVA@) -.233 -.244 -.208 .127 7.890
Zscore(pDER@) .210 .279 .241 .819 1.221
Zscore(pDTAC@) .302 .331 .290 .948 1.055
Zscore(DPR) -.132 .104 .087 .118 8.502
ABS_EVA@ -.219 -.153 -.128 .592 1.689
ABS_DER@ -.083 -.209 -.177 .287 3.487
ABS_DTAC@ .004 .343 .302 .260 3.842
(6)