BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2. 1. Landasan Teori 2. 1. 1.
Return Saham
Return saham atau tingkat keuntungan investasi saham dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu return realisasi dan return ekspektasi Jogiyanto, 2000.
Return realisasi merupakan return yang telah terjadi dan dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi penting sebagai dasar pengukuran kinerja perusahaan, serta
sebagai dasar penentuan return ekspektasi dan risiko di masa mendatang. Sedangkan return ekspektasi merupakan return yang diharapkan terjadi di masa mendatang dan
bersifat tidak pasti belum terjadi. Rate of Return ROR adalah tingkat keuntungan saham atas investasi yang
dilakukan oleh investor. Komposisi penghitungan rate of return return total adalah capital gain loss dan yield. Capital gain loss merupakan selisih labarugi yang
dialami oleh pemegang saham karena harga saham relatif lebih tinggi atau rendah dibandingkan harga saham periode sebelumnya. Sedangkan yield merupakan
persentase penerimaan kas secara periodik terhadap harga investasi periode tertentu dari sebuah investasi. Untuk saham, yield merupakan persentase dividen terhadap
harga saham periode sebelumnya. Untuk obligasi, yield merupakan persentase bunga pinjaman yang diperoleh terhadap harga obligasi sebelumnya Jogiyanto, 2000
Universitas Sumatera Utara
Dalam menghitung rate of return dapat digunakan rumus sebagai berikut: ROR =
Capital gain loss+ Dividend Yield =
P
t
-P
t-1
P
t-1
+ D
t
P
t-1
= P
t
-P
t-1
+ D
t
P
t-1
X 100 Keterangan:
P
t
P = Harga saham sekarang
t-1
D
t
= Deviden yang dibayarkan sekarang
= Harga saham periode lalu
t −1
2. 1. 2 Economic Value Added EVA
Istilah EVA Economic Value Added pertama kali dipopulerkan oleh Stern Steward Management Service yang merupakan perusahaaan konsultan dari Amerika
Serikat. Ukuran kinerja ini pertama kali diperkenalkan oleh George Bennet Steward III dan Joel M Stern yang merupakan analis keuangan Stern Steward Utama, 1997.
EVA sendiri dapat didefinisikan sebagai: “Keuntungan operasional setelah pajak after tax operating income dikurangi dengan total biaya modal total cost of
capital dari seluruh modal yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut“ Mirza, 1997.
EVA adalah laba operasional setelah pajak NOPAT dikurangi biaya modal dari investasi atau modal yang digunakan. NOPAT merupakan laba operasi
perusahaan setelah pajak dan mengukur laba yang diperoleh perusahaan dari operasi
Universitas Sumatera Utara
berjalan. Biaya modal sama dengan modal yang diinvestasikan perusahaan dikalikan rata-rata tertimbang weighted average dari biaya modal WACC. WACC sama
dengan jumlah biaya dari setiap komponen modal – utang jangka pendek, utang jangka panjang dan ekuitas pemegang saham – ditimbang berdasarkan proporsi
relatifnya dalam struktur modal perusahaan pada nilai pasar. Menurut Young dan O’Byrne 2001, perhitungan EVA adalah sebagai berikut:
Penjualan Bersih - Biaya Operasi
= Laba Operasi atau pendapatan sebelum bunga dan pajak, EBIT
- Pajak =
Laba Operasi setelah pajak NOPAT - Biaya modal modal yang diinvestasikan x WACC
= EVA EVA = NOPAT – Cost of Capital
EVA = NOPAT – k x Capital EVA = NOPAT – WACC x Capital Invested, atau
EVA = ROA – WACC x Capital Invested
Langkah-langkah yang digunakan dalam menghitung EVA Economic Value Added secara lebih detail adalah sebagai berikut Roussana, 1997 :
a. Menghitung Biaya Hutang
Biaya hutang cost of debt atau k
d
merupakan rate yang harus dibayar perusahaan didalam pasar pada saat ini untuk mendapatkan hutang jangka panjang
baru. Perusahaan memiliki beberapa paket surat hutang dengan beban bunga yang beragam dan cara tepat menghitungnya adalah secara tertimbang Weight. Adanya
pembayaran bunga oleh perusahaan akan mengurangi besarnya pendapatan kena pajak PKP, maka k
d
harus dikoreksi dengan faktor tersebut 1-T dengan T =
Universitas Sumatera Utara
tingkat pajak yang dikenakan. Berdasarkan Undang-undang Perpajakan pada periode penelitian laba perusahaan sebelum pajak earning before tax akan dikenakan tarif
pajak sehingga dapat dirumuskan menjadi: k
d
= Biaya Bunga tahunan
Total Hutang Jangka Panjang Menurut Brigham dan Houston 2001 biaya hutang berasal dari biaya hutang
setelah pajak, k
d
1- T. Biaya hutang ini merupakan biaya yang relevan dari hutang baru, mengingat kemampuan bunga mengurangi pajak digunakan untuk menghitung
biaya modal rata-rata tertimbang WACC. Perhitungan ini sama dengan k
d
Biaya komponen hutang setelah pajak = Suku bunga - Penghematan pajak dikalikan
dengan 1-T, dimana T merupakan tarif pajak marjinal perusahaan.
= k
d
- k
d
T = k
d
Alasan penggunaan biaya hutang setelah pajak dalam menghitung biaya modal rata-rata tertimbang adalah sebagai berikut. Nilai saham perusahaan, yang
ingin dimaksimumkan, bergantung pada arus kas setelah pajak. Karena bunga merupakan beban yang dapat dikurangkan, maka bunga menghasilkan penghematan
pajak yang mengurangi biaya hutang bersih, yang membuat biaya hutang setelah pajak lebih kecil dari biaya hutang sebelum pajak. Biaya hutang adalah suku bunga
atas hutang baru, bukan atas hutang yang masih beredar, dengan kata lain biaya yang diperlukan adalah biaya hutang marjinal.
1-T
Universitas Sumatera Utara
b. Menghitung Biaya Modal Sendiri
Biaya modal sendiri sering disebut cost of equity. Bila para investor menyerahkan dananya berupa ekuitas kepada perusahaan, maka mereka berhak untuk
mendapatkan pembagian dividen di masa mendatang sekaligus berkedudukan sebagai pemilik parsial dari perusahaan tersebut. Besarnya dividen tidak ditentukan pada saat
investor menyerahkan dananya, akan tetapi bersifat tidak tetap tergantung kepada kinerja perusahaan di masa mendatang perolehan retained earning. Hal ini berbeda
dengan modal hutang karena pada hutang telah ada kepastian terhadap tingkat bunga. Untuk menghitung k
e
Menurut Brigham dan Gapenski 2006 terdapat beberapa pendekatan untuk menentukan nilai k
digunakan pendekatan berdasarkan nilai pasar yang berlaku dan bukan nilai buku.
e
1. Pendekatan CAPM Capital Asset Pricing Model antara lain:
Model yang populer digunakan adalah dengan menggunakan penetapan harga aktiva modal atau CAPM. Metode tersebut dapat dirumuskan:
k
e
= k =
Risk free rate + Risk premium
RF
+ β
i
k
M
- k
RF
di mana: k
RF
k = Tingkat hasil keuntungan bebas risiko risk free rate,
M
β = Tingkat hasil keuntungan yang diharapkan dipasar, dan
i
= Koefisien Beta saham yang merupakan Indeks risiko saham perusahaan ke i.
Universitas Sumatera Utara
Komponen biaya ekuitas: a. Risk Free Rate k
RF
Adalah tingkat bunga bebas risiko, di mana penanaman modal pada instrumen bisnis yang mempunyai tahun bunga bebas risiko. Ini akan dapat dipastikan
memperoleh keuntungan seperti yang diharapkan. Sebagai ukuran dipakai tingkat suku bunga obligasi dalam hal ini adalah Sertifikat Bank Indonesia.
Data ini diperoleh dari jurnal statistik keuangandan pasar modal. b. Market Return k
M
Adalah tingkat keuntungan portfolio pasar atau nilai keseluruhan pasar. Sebagai pengukur dipakai tingkat keuntungan rata-rata seluruh
kesempataninvestasi yang tersedia di indeks pasar. Indeks pasar yang dipakai adalah Indek Harga Saham Gabungan IHSG. Data diperoleh dari Capital
Market Direktory
CMD. Cara memperolehnya adalah dengan
mengumpulkan nilai IHSG bulanan. Kemudian dihitung sebagai berikut: Return pasar k
M
= Indeks
bulan i
– indeks
bulan i-1
indeks c. Beta
β
bulan i-1
Beta suatu saham adalah suatu ukuran volatilitas saham tersebut terhadap rata- rata pasar saham. Hal tersebut mencerminkan risiko pasar sebagai lawan
risiko spesifik perusahaan yang dapat dikurangi dengan diversifikasi. Historikal beta ini diperoleh dengan melakukan regresi linier antara tingkat
keuntungan stock return saham atau excess return saham yang akan dicari
Universitas Sumatera Utara
nilai betanya terhadap excess return portfolio pasar indeks pasar dalam hal ini indeks yang digunakan adalah IHSG.
Y = β. X Dimana: Y = Excess return saham individual k
RI
– k
RF
X = Excess return portfolio pasar k
M
– k
RF
Yang dimaksud excess return adalah selisih antara tingkat keuntungan dengan tingkat bebas risiko.
2. Pendekatan Discounted Cash Flow DCF Model Model ini melihat k
e
k sebagai nilai dividen atau harga saham ditambah dengan
persentase pertumbuhan dari dividen tersebut asumsi pertumbuhan konstan.
e
k =
Dividend Yield + g
e
k =
Dividend Yield + plowback ratio x r
e
dimana: =
Dividend Yield + [ 1 – Dividend Payout x r]
k
e
g =
Tingkat pertumbuhan yang diharapkan =
Biaya modal sendiri
r =
Tingkat keuntungan
3. Pendekatan Bond Yield Plus Risk Premium Memperkirakan tingkat return yang akan diperoleh dengan menambahkan premi
risiko pada obligasi, dimana company bond yield diperoleh dari perusahaan yang
Universitas Sumatera Utara
memiliki obligasi k
d
dan risk premium pada pendekatan ketiga ini adalah premi yang diharapkan melebihi nilai bond yield perusahaan k
d
k dengan maksud
menarik investor untuk investasi pada obligasi yang lebih berisiko.
e
= Company own bond Yield +Risk Premium
c. Menghitung Struktur Permodalan dari Neraca
Keputusan mengenai struktur modal menurut Brigham dan Gapenski 2006 adalah hal yang sangat penting dalam menghitung biaya rata-rata tertimbang dari
modal. Adanya perubahan struktur modal perusahaan akan mempengaruhi risiko yang terkandung pada saham biasa perusahaan yang pada akhirnya mempengaruhi
harga saham dan biaya laba yang ditahan. Kebijakan mengenai struktur modal melibatkan trade off antar risiko dan tingkat keuntungan. Risiko yang makin tinggi
akibat membesarnya hutang cenderung menurunkan harga saham, tetapi meningkatnya tingkat keuntungan yang diharapkan akan menaikkan harga saham
tersebut. Perusahaan dengan menetapkan struktur modal yang optimal akan menghasilkan keseimbangan antara risiko dan tingkat keuntungan sehingga akan
memaksimumkan harga saham. Faktor yang mempengaruhi keputusan sehubungan dengan struktur modal, diantaranya:
1. Risiko bisnis perusahaan yang terkandung pada aktiva perusahaan jika tidak menggunakan hutang.
Universitas Sumatera Utara
2. Posisi pajak perusahaan. Perusahaan menggunakan hutang dalam operasionaya karena biaya bunga yang dibayarkan dapat dikurangkan dalam perhitungan pajak
tax deduxtible sehingga menurunkan biaya hutang sesungguhnya. 3. Fleksibilitas keuangan yang merupakan kemampuan untuk menambah modal
dengan persyaratan yang logis. Struktur permodalan yang dipakai adalah proporsi hutang dan proporsi modal
sendiri dalam bentuk prosentase dari jumlah hutang dan modal sendiri. Proporsi hutang WD diperoleh dengan membagi utang perusahaan dengan jumlah utang dan
modal sendiri kemudian dikalikan 100. WD
= D
D+E X 100
Proporsi ekuitas WE diperoleh dengan membagi modal sendiri dengan jumlah hutang dan modal sendiri.
WE =
E D+E
X 100
d. Menghitung NOPAT
Net Operating Profit After Tax NOPAT atau laba operasi bersih setelah pajak merupakan penyesuaian dari laba setelah pajak. Besar laba operasi setelah
pajak tidak memberi dampak pada profitabilitas ataupun risiko dari bisnis yang sekarang. Dengan kata lain baik perusahaan dibiayai dengan hutang maupun dengan
modal sendiri nilai NOPAT-nya akan identik. Net Operating After Tax adalah laba bersih Earnings After Tax EAT yang dijumlahkan dengan Interest After Tax IAT.
Universitas Sumatera Utara
NOPAT = EAT + IAT. EAT = Laba bersih Earnings After Tax.
IAT = Interest After Tax.
e. Menghitung biaya modal rata-rata tertimbang c
Perhitungan biaya modal rata-rata tertimbang Weighted Average Cost of Capital atau c menggunakan penjumlahan hasil kali antara bobot tertimbang atas
komponen hutang dan komponen modal ekuitas perusahaan dari keseluruhan struktur modal perusahaan dengan persentase biaya hutang dan biaya modal ekuitas yang
perumusannya sebagai berikut: WACC = k
d
1-T. W
d
+ k
e
. W dimana
T = Pajak yang dikenakan pemerintah pada perusahaan
e
k
d
k = Biaya hutang
e
W = Biaya modal sendiri
d
W = Proporsi hutang
e
f. Menghitung EVA Economic Value Added
= Proporsi ekuitas
EVA= NOPAT – c x capital, atau EVA= r-c x Capital
dimana: r
= Tingkat keuntungan c
= Biaya rata-rata tertimbang
Universitas Sumatera Utara
Capital = merupakan jumlah dana yang tersedia bagi perusahaan untuk membiayai usahanya, yang merupakan penjumlahan
dari total hutang dan modal saham.
Untuk menilai perusahaan, perhitungan EVA tidak hanya pada periode masa kini tetapi juga mencakup periode yang akan datang. Hal ini disebabkan karena EVA
pada suatu tahun tertentu menunjukkan besarnya penciptaan nilai pada tahun tersebut. Sedangkan nilai perusahaan menunjukkan nilai sekarang dari total penciptaan nilai
selama umur perusahaan tersebut.
Menurut Utama 1997 penilaian EVA dapat dinyatakan sebagai berikut: 1. Apabila EVA 0, berarti nilai EVA positif yang menunjukkan telah terjadi
proses nilai tambah pada perusahaan. 2. Apabila EVA = 0 menunjukkan posisisi impas atau Break Event Point.
3. Apabila EVA 0, yang berarti EVA negatif menunjukkan tidak terjadi proses nilai tambah.
Dari uraian singkat di atas, dapat ditarik kesimpulan, bahwa pada dasarnya pendekatan EVA Economic Value Added berfungsi sebagai:
1. Indikator tentang adanya penciptaan nilai dari sebuah investasi. 2. Indikator kinerja sebuah perusahaan dalam setiap kegiatan operasional
ekonomisnya.
Universitas Sumatera Utara
3. Pendekatan baru dalam pengukuran kinerja perusahaan dengan memperhatikan secara adil para penyandang dana atau pemegang saham.
Keunggulan EVA Economic Value Added menurut Iramani dan Febrian 2005 adalah sebagai berikut:
1. EVA memfokuskan penilaian pada nilai tambah dengan memperhitungkan beban sebagai konsekuensi investasi.
2. EVA merupakan alat perusahaan dalam mengukur harapan yang dilihat dari segi ekonomis dalam pengukurannya, yaitu dengan memperhatikan harapan
penyandang dana secara adil dimana derajat keadilan dinyatakan dengan ukuran tertimbang dari struktur modal yang ada dan berpedoman pada nilai pasar dan
bukan pada nilai buku. 3. Perhitungan EVA dapat dipergunakan secara mandiri tanpa memerlukan data
pembanding seperti standar industri atau data perusahaan lain sebagai konsep penilaian.
4. Konsep EVA dapat digunakan sebagai dasar penilaian pemberian bonus pada karyawan terutama pada divisi yang memberikan EVA lebih sehingga dapat
dikatakan bahwa EVA menjalankan stakeholders satisfaction concepts. 5. Pengaplikasian EVA yang mudah menunjukan bahwa konsep tersebut
merupakan ukuran praktis, mudah dihitung dan mudah digunakan sehingga merupakan salah satu bahan pertimbangan dalam mempercepat pengambilan
keputusan bisnis.
Universitas Sumatera Utara
EVA memiliki kelemahan, yang menurut Iramani dan Febrian 2005 adalah sebagai berikut:
1. EVA hanya mengukur hasil akhir result dan tidak mengukur aktivitas-aktivitas penentu, seperti loyalitas dan tingkat retensi konsumen.
2. EVA terlalu bertumpu pada keyakinan bahwa investor sangat mengandalkan pendekatan fundamental dalam mengkaji dan mengambil keputusan untuk
menjual dan membeli saham tertentu
2. 1. 2. Leverage
Leverage terdiri atas 2 dua jenis, yaitu financial leverage dan operating leverage. Menurut Brigham dan Houston 2001, leverage keuangan financial
leverage merupakan suatu ukuran yang menunjukkan sampai sejauh mana sekuritas berpenghasilan tetap utang dan saham preferen digunakan dalam stuktur modal
perusahaan. Jika sebagian besar dari total biaya perusahaan adalah biaya tetap maka perusahaan itu dikatakan leverage operasi.
Leverage ini merupakan bagian dari Debt Ratio. Rasio ini menggambarkan hubungan antara utang perusahaan terhadap modal maupun aset. rasio ini dapat
melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh utang atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal equity. perusahaan yang
baik mestinya memiliki komposisi modal yang lebih besar dari utang. Rasio ini juga
Universitas Sumatera Utara
dianggap bagian dari rasio Solvabilitas. Debt Ratio ini ditunjukkan dengan perbandingan Debt to Equity total hutang dibagi dengan total ekuitas
2. 1. 3. Manajemen Laba